a. Deskripsi Singkat
Gelombang EM yang menjalar memasuki suatu medium akan mengalami proses pemantulan
(refleksi) dan pembiasan (refraksi). Proses penjalaran gelombang EM ini terdiri dari
gelombang datang, gelombang pantul dan gelombang bias yang ditinjau sesuai hukum Snells.
Untuk menghitung koefisien refleksi dan koefisien transmisi menggunakan rumus Fresnell
baik untuk kasus TM (Transverse Megnetic), maupun untuk kasus TE (Transverse Electric).
b. Manfaat
Mahasiswa dapat merumuskan untuk menghitung koefisient refleksi untuk kasus r TM , rTE, dan
c. Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa dapat menurunkan koefisient refleksi dan transimisi pada proses pemantulan dan
pembiasan cahaya.
3.1 Pendahuluan
permukaan atau bidang perbatasan dua media yang berbeda.Dengan demikian perumusannya
merupakan perumusan soal syarat batas. Pemantulan (refleksi) adalah peristiwa pengembalian
seluruh atau sebagian dari suatu berkas partikel atau gelombang bila berkas tersebut bertemu
dengan bidang batas antara dua medium. Suatu garis atau permukaan dalam medium dua atau
tiga dimensi yang dilewati gelombang disebut muka gelombang. Muka gelombang ini
merupakan tempat kedudukan titik-titik yang mengalami gangguan dengan fase yang sama,
biasanya tegak lurus arah gelombang dan dapat mempunyai bentuk, misalnya muka gelombang
gelombang elektromagnetik yang melewati bidang batas, membahas mengenai Hukum Snellius
yang meninjau hubungan sinar datang dan sinar pantul, rumus Fresnell meninjau mengenai
sistem penjalaran cahaya sebagai gelombang elektromagnetik baik secara transversal dan sejajar
bidang batas untuk gelombang elektrik dan magnetik. Selanjutnya rumus Brewster tentang
Perubahan arah gelombang saat gelombang masuk ke medium baru yang mengakibatkan
gelombang bergerak dengan kelajuan yang berbeda disebut pembiasan. Pada pembiasan terjadi
perubahan laju perambatan. Panjang gelombangnya bertambah atau berkurang sesuai dengan
Gambar (3.1).
Pada gambar tersebut kecepatan gelombang pada medium 2 lebih kecil daripada medium 1.
Dalam hal ini, arah gelombang membelok sehingga perambatannya lebih hampir tegak lurus
terhadap batas. Jadi, sudut pembiasan (θ2), lebih kecil daripada sudut datang (θ1). Gelombang
yang datang dari medium 1 ke medium 2 mengalami perlambatan. Muka gelombang A, pada
waktu yang sama t di mana A1 merambat sejauh l1 = v1t, terlihat bahwa A2 merambat
sejauh l2 = v2t. Kedua segitiga yang digambarkan memiliki sisi sama yaitu a. Sehingga:
sin θ1/sin θ2 = n
Selanjutnya dapat dituliskan gelombang datar masing-masing yakni gelombang datang, pantul
dan gelombang bias, seperti gambar berikut :
𝐸1(𝑥,𝑡) 𝐸
= 1 𝑒 𝑖(𝜔 1 𝑡−𝑘 1 𝑋) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.5a)
𝐻1(𝑥,𝑡) 𝐻1
𝐸2(𝑥,𝑡) 𝐸
= 2 𝑒 𝑖(𝜔 2 𝑡−𝑘 1 𝑋) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.5b)
𝐻2(𝑥,𝑡) 𝐻2
Gelombang bias
′
𝐸1(𝑥,𝑡) 𝐸1′ 𝑖(𝜔 1′ 𝑡−𝑘 1′ 𝑋)
′
= 𝑒 . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(3.5c)
𝐻1(𝑥,𝑡) 𝐻1′
Syarat batas yang paling mendasar adalah berlakunya syarat kontinuitas yang sama untuk setiap
𝑘1 . 𝑥 = 𝑘1′ . 𝑥 = 𝑘2 . 𝑥
𝑘1 . 𝑥 = 𝑘1′ . 𝑥 = 𝑘2 . 𝑥
𝑘1 . 𝑥 = 𝑘1′ . 𝑥 = 𝑘2 . 𝑥
𝑘1 . 𝑥 = 𝑘1′ . 𝑥 = 𝑘2 . 𝑥
Gambar (3.3). Gelombang datang pada suatu media dengan sudut datang, pantul dan sudut bias .
𝑘1 . 𝑥 = 𝑘1′ . 𝑥 = 𝑘2 . 𝑥
𝑘1 . 𝑥 = 𝑘1′ . 𝑥 = 𝑘2 . 𝑥
diperoleh: 𝑘1 . 𝑥 = 𝑘1′ . 𝑥
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜃1 = 𝜃1′
Berlaku pada seluruh gelombang atau bukan hanya pada gelombang elektromagnetik. Selain itu :
𝜔 𝜔
𝑘1 = 𝑉 = 𝜔 𝜇1 ∈1 𝑑𝑎𝑛 𝑘2 = 𝑉 = 𝜔 𝜇2 ∈2 . . . . . . . . . . . . . (3.6)
1 2
𝑘1 . 𝑥 = 𝑘2 . 𝑥 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
Persamaan diatas menyangkut arah gelombang yang memberikan hubungan antara gelombang
Dalam hubungan ini dibedakan dalam dua kasus polarisasi linier yang khusus, yakni
𝜔 𝜔
sin 𝜃1 = sin 𝜃2
𝑉1 𝑉2
𝑐
𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑛 = → 𝑛 = 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑏𝑖𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚, sesuai persamaan (3.1) dan (3.4)
𝑉
diperoleh:
sin 𝜃1 𝑉1 sin 𝜃1 𝑛2
= 𝑎𝑡𝑎𝑢 =
sin 𝜃2 𝑉2 sin 𝜃2 𝑛1
bidang batas atau Vektor medan magnet tegak lurus bidang batas dapat dilihat pada Gambar
Bidang Batas
Bidang
Gambar (3.4). Vektor Medan Listrik (E) dan magnet (H) yang saling tegak lurus
Dari Gambar (3.4) Vektor medan listrik yang sejajar bidang batas adalah E1 cos 𝜃1 , dan E’1 cos
𝜃1′ serta E2 cos 𝜃2 . Jika Vektor medan bergeser sampai titik pertemuan pada bidang batas, maka
berlaku syarat batas kontuinitas, sehingga diperoleh komponen tangensial E dan H (komponen
′
𝐸11 + 𝐸11 = 𝐸21
′
𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 . . . . . . . . (3.7)
𝐻11 + 𝐻11 = 𝐻21
Berdasarkan Gambar (3.3) diatas , persamaan ini dapat ditulis kembali sebagai berikut :
Dengan
Dieliminasi E2 dari (3.7c) dan (3.7a) menghasilkan ungkapan bagi koefisien pantul sebagai
berikut :
sin 𝜃1 ∈2 𝜇2 ∈2
= ≈
sin 𝜃2 ∈1 𝜇1 𝜇1
sin2 𝜃2 − sin2 𝜃1
=−
sin2 𝜃2 + sin2 𝜃1
sin(𝜃2 − 𝜃1 ) cos(θ1 + 𝜃2 )
=−
sin(𝜃1 + 𝜃2 ) cos(θ1 − 𝜃2 )
Atau
tan (θ1 − 𝜃 2 )
𝑟𝑇𝑀 = ⇒ 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑟𝑒𝑓𝑙𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑇𝑀 . . . (3.8a)
tan (θ1 + 𝜃 2 )
Dengan cara yang sama , jika dilakukan eliminasi 𝐸1′ , koefisien bias /transmisi diperoleh sebagai
berikut :
𝐸2
𝑡𝑇𝑀 =
𝐸1
Diperoleh :
sin (θ1 − 𝜃2 )
𝑟𝑇𝐸 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.9)
sin (θ1 + 𝜃2 )
Dan :
2 cos 𝜃1 sin 𝜃2
𝑡𝑇𝐸 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.10)
sin (θ1 + 𝜃2 )
E bidang datang
H // bidang datang
Kita dapat membuat/menurunkan bentuk lain dari rumus Frasnel, sebagai berikut :
𝑛
(Gunakan Hukum Snellius sin 𝜃2 = 𝑛 1 𝑠𝑖𝑛𝜃1 )
2
2𝑛 1 cos 𝜃 1 2𝑛 1 cos 𝜃 1
𝑡𝑇𝑀 = ; 𝑡𝑇𝐸 = . . . . . . . . . . (3.11)
𝑛 1 cos 𝜃 2 +𝑛 2 cos 𝜃 1 𝑛 1 cos 𝜃 1 +𝑛 2 cos 𝜃 2
𝜃1 = 0 ; 𝜃2 = 0
Maka
𝑛 1 −𝑛 2
𝑟𝑇𝑀 = 𝑟𝑇𝐸 = . . . . . . . . . . . . . . (3.12)
𝑛 1 +𝑛 2
Dan
2𝑛 1
𝑡𝑇𝑀 = 𝑡𝑇𝐸 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.13)
𝑛 1 +𝑛 2
Maka diperoleh
SIMPULAN :
𝐸 = 𝐸𝑇𝐸 + 𝐸𝑇𝑀
𝐻 = 𝐻𝑇𝐸 + 𝐻𝑇𝑀
hubungan
𝑇+𝑅 = 1
T: Transmisi
R: Refleksi
Proses pemantulan internal total dapat dilihat pada Gambar (3.5) dimana sudut datang sinar
𝜃1 akan dibiaskan tegak lurus garis normal dengan sudut bias 𝜃2 . Dari hukum Snells
sin 𝜃1 𝑛2
persamaan (3.4) diperoleh : =
sin 𝜃2 𝑛1
Gambar (3.5) Gelombang datang dengan sudut bias tegak lurus garis normal
𝑛2 𝑛2
sin 𝜃1 = = sin 𝜃𝑐 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝜃𝑐 = 𝑠𝑖𝑛−1 . . . . . . (3.14)
𝑛1 𝑛1
Sudut 𝜃𝑐 disebut sudut kritis karena untuk setiap sudut datang θ1 >θc , maka gelombang datang
akan dipantulkan secara total (tidak ada bagian yang diteruskan kedalam medium kedua ).
Seperti pada proses pemantulan internal total pada persamaan (3.14), maka proses
pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar biasnya
membentuk sudut 90o, seperti Gambar (3.6) dengan arah getar sinar pantul yang terpolarisasi
akan sejajar dengan bidang pantul.
Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku ip + r = 90° atau r = 90° – ip .
Dengan demikian, berlaku pula
. . . . . . . . . . . . . . . . (3.15)
Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium tempat cahaya
terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi. Persamaan
(3.15) diatas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.
𝑛2
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜃𝐵 = 𝑡𝑎𝑛−1
𝑛1
Jika ditinjau kasus reflektansi dengan medan magnet tegak lurus bidang batas (𝑟𝑇𝑀 ), atau medan
tan (θ1 − 𝜃2 )
𝑟𝑇𝑀 =
tan (θ1 + 𝜃2 )
Syarat Brewster :
𝜃1 + 𝜃2 = ⇒ tan ≈∞
2 2
A.S. Djamhoer, K.M. Winarto, B. Lestari DAD, H. Burzaman J (1983), Teori dan soal
Optik, Schaum’s Outline Series Theory and Problems of Optics, Armico, Bandung.
York.
London.
1. Jika sudut datang sinar adalah 53° dan sudut bias sebesar 37° tentukan nilai indeks bias
Pembahasan
n1 sin i = n2 sin r
Dimana :
Sehingga:
n1 sin i = n2 sin r
n2 = 4/3
2. Cahaya datang dari udara menuju medium yang berindeks bias 3/2. Tentukan kecepatan cahaya
Pembahasan
Lebih dulu diingat bahwa kecepatan gelombang cahaya di udara (atau di vakum) adalah 3 x
10 8 m/s, di beberapa soal data ini tidak diberikan dengan asumsi sudah diketahui oleh siswa.
Sehingga:
n1 v1 = n2 v2
v2 = 2 x 108
3. Suatu gelombang datang dari medium yang berindeks bias 3/2 menuju medium yang berindeks
bias 3/4 √6. Jika besar sudut datang adalah 60° tentukan besar sudut bias yang terjadi.
Pembahasan
n1 sin i = n2 sin r
sin r = √3/√6
sin r = 1/2√2
4. Hitung sudut polarisasi untuk pemantulan eksternal pada batas permukaan udara-gelas
(nug =1,5), jika sudut pantul θp untuk sinar datang tidak terpolarisasi.
Jawab
Berapa ketinggian anak A yang terlihat oleh anak B yang sedang berendam dalam air?
Pembahasan.
dengan n1 adalah indeks bias dari air, dan n2 adalah indeks bias dari udara.
Sehingga:
6. Berapa koefisien amplitudo pemantulan jika cahaya dengan sudut datang 30 o pada permukaan
𝑛1 cos 𝜃1 − 𝑛2 cos 𝜃2
𝑟⊥ = 𝑟𝑇𝐸 =
𝑛1 cos 𝜃1 + 𝑛2 cos 𝜃2
Dengan menggunakan hukum Snells persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk:
1
0,866 −(2,25(−0,52 ))2
𝑟⊥ = 𝑟𝑇𝐸 = 1 = -0,24
cos 30 o +(2,25(−0,52 ))2
r‖ = 𝑟𝑇𝑀 = 0,159
7. Berkas cahaya datang dari medium A ke medium B dengan sudut datang 30 0 dan dibiaskan
8. Bila cepat rambat cahaya di udara adaalah 3x10-8 m/detik, maka cepat rambat cahaya dalaam
9. Seberkas cahaya datang dari udara ke air dengan indek bias air 4/3, maka kecepatan cahaya
10.Bila sudut batas sinar didalam suatu medium adalah 450 maka indeks bias medium terhadaap
udara adalah….nudara= 1
11. Seberkas sinar masuk kedalaam kaca yang mempunyai ketebalan 30 cm dengan sudut datang
600 dan dibiaskan dengan sudut 300 . besarnya pergeseran sinar ke luar terhadap sinar masuk
adalah……
12.Seberkas sinar jatuh pada permukaan kaca plan parallel dengan sudut datang 60 0 . indeks
13. Hitung sudut kritis untuk permukaan air-gelas (nair = 1,33, ngelas = 1,5)
14. Cahaya terpolarisasi yang medan listrik E tegak lurus bidang batas, dari udara ke permukaan
gelas dengan sudut 45o bila ng = 1,5, tentukan koefisien amplitudo pemantul (r TE = r┴ ) dan
transmisinya (t TE = t┴).