Anda di halaman 1dari 23

1.

1 Gelombang Elastis

Gelombang elastis adalah gelombang yang merambat pada medium elastis


contohnya gelombang tali. Zat padat tersusun dari atom-atom yang terpisah dan pisahan
ini harus di perhitungkan dalam dinamika kisi. Ketika panjang gelombang sangat zat
padat dapat diberlakukan dalam medium tak hingga. Dinamika seperti ini dinamakan
gelombang elastic.
Vibrasi dapat dipandang sebagai gelombang elastis. Andaikan gelombang elastis
merambat dalam suatu medium yang berbentuk batangan seperti Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Gelombang elastis dalam suatu medium

Bila gelombang yang merambat adalah gelombang longitudinal dan


perpindahan secara elastis pada titik x adalah u(x) dan sesuai dengan hukum Newton
II pada segmen dx berlaku hubungan :
∂2 u( x)
ρdx =[ S ( x+ dx )−S ( x ) ] A .....................................(1)
∂ r2

dimana ρ = rapat masa ; A = luas penampang ; S = stress yang didefinisikan sebagai


gaya persatuan luas, sesuai dengan hukum Hooke
S = Ye ; ( regangan = strain) .................................................(2)

Dengan Y = modulus Young (atau modulus elastis “bulk” K) e = strain yang


didefinisikan sebagai :
du
e= ..............................................................(3)
dx
Dengan mensubstitusikan persamaan (2) dan dengan menggantikan S pada persamaan
(1), maka diperoleh
∂2 u ρ ∂2 u ∂2 u 1 ∂2 u
= ; − =0 ............................... (4)
∂ x 2 Y ∂ t2 ∂ x 2 v 2 ∂ t2
Y
v=
√ ρ
.................................................(5)
Penyelesaian Persamaan (4) adalah berbentuk :

i(kx−ωt )
U =Ce ................................(6)

C = amplitudo ; k = bilangan gelombang ; ω = frekuensi sudut gelombang


denganHubungan
ω=vk ...............................................(7)
Laju suatu gelombang longitudinal dalam medium dengan rapat masa ρ adalah
diberikan oleh Persamaan (5), yaitu
B
v 0=λv=
√ ρ
Dengan B adalah modulus “bulk” elastis atau koefisien kekakuan medium. Dengan
mengetahui rapat masa dan modulus bulk (dapat diukur) laju v 0 dapat dihitung.

1.2 Vibrasi Pada Atom Monoatomic


Pembahasan ini kita mulai dengan kasus yang paling sederhana yaitu kasus
yang melibatkan getaran Kristal akibat adanya gelombang elastis yang merambat
dalam arah (100);(110);(111)

Untuk setiap vector gelombang (k) terdapat tiga model getaran yaitu :
1 buah longitudinal
2 buah transversal
Kita anggap bahwa kristal akan merespon

Gelombang elastik secara linier terhadap gaya. Artinya : gaya yang bekerja
pada bidang.
kristal yang ke : s adalah sebanding dengan selisih simpangannya.
Kita gunakan hukum hooke untuk sifat gelombang elastis.
F s=c ( U s+1−U s ) + c ( U s−1−U s )
Jadi :

F s=c ( U s+1 +U s−1 −2Us )


..........................................(1)

Dengan :
F = gaya yang bekerja pada bidang kristal yang ke : s
c = tetapan elastisitas
Us = simpangan bidang kristal yang ke s
Us+1 = simpangan bidang kristal yang ke s+1
Us-1 = simpangan bidang kristal yang ke s-1

Persamaan gerak bidang Kristal ke s adalah :

F = m. a = c. Δx

Hukum Newton : ∑ F=ma

Hukum Hooke: F=c . Δx

Dari kedua persamaan diatas diperoleh

ma=c . Δx

2
d Us
m =c ( U s+1 +U s−1 −2 Us )
dt 2 ........................................(2)

m = Massa atom

Solusi dari persamaan gerak ini tergantung pada waktu (t), dinyatakan oleh :
U s =e =iωt
Karena pers (2) merupakan turunan hanya terhadap waktu, maka :

2
d Us d 2 =iωt
2
= 2
[ e ] =−ω2 e=iωt
dt dt

=iωt
Dimana e = Us

Jadi :
2
d Us
2
=−ω2 U s
dt

Sehingga persamaannya menjadi :

−ω 2 mU s=c [ U s+1 +U s−1−2 U s ] ...................................(3)

−iωt
Solusi : U s =e dapat ditulis sebagai berikut :


−i 9 λt
−iωt −i2 π 9 t λ
U s =e ≈e =e

U s=e−ikx =e−iksa

Secara lengkap Us dapat ditulis sebagai berikut :

U S=U e−iksa ....................................................(4)

U = amplitudo

Karena itu :

U S=U . e−ik (s ±1)a=U . e−iksa . e ±ika

U S ±1=U S e± ika.......................................... (5)

Persamaan (5) dan (3) dapat ditulis :

−ω 2 m U s=c (U s e ika+U S e−ika−2 U s )

−ω 2 m=c( eika + e−ika−2) ...................(6)


Karena : e ±iθ =cos θ ± isin θ

Maka : e ika+ e−ika=2 cos ka

Sehingga persamaan (6) menjadi :

ω 2 m=−c (2cos ka−2)

2c
ω 2= ( 1−cos ka )
m

1
ω=
√ 2c
m
(1−cos ka) 2 ............................(7)

2 1
Dengan 1−cos ka=2sin ( ka), persamaan (7) menjadi :
2

2c 1
ω 2=
m (
2 sin2 ka
2 )
c 1
ω=2
√| |
m
sin ka .......................................(8)
2

c
2
√ m
= A(amplitudo)

Persamaan (8) merupakan persamaan dispersi. Persamaan (8) menyatukan hubungan antara
frekuensi sudur ( ω ) terhadap vektor gelombang ( k )

ω=f (k )

Bila dinyatakan dengan grafik


π
sin =sin 90° → max=1
2

π
2 1
sin =sin 45 °= √ 2
2 2

π
3 1
sin =¿ sin30 ° = ¿
2 2

1.3 Kecepatan Fase dan Kecepatan Group


Kecepatan transmisi paket gelombang adalah kecepatan kelompok ; rumusnya


v g= →Gradien atau arah
dk

gradien frekuensi sehubungan dengan K. ini adalah kecepatan propagasi energi dalam
medium

d c 1
¿
dk{√ |
2
m
sin ka
2 |}
c a ka
¿2
√ m2
cos
2
......................(9)

Pada saat ka=π → a=π → λ=2 a
λ

c π
v g=a
√ m
cos =0
2

Artinya tidak ada gradien atau kemiringan

π 2π π
Pada saat ka= → a= → λ=4 a
2 λ 2

c π c
v g=a
√ m √
cos ≈ 0,74 a
4 m

Artinya ada gradien atau kemiringan

1.4 Kisi Linier Diatomik

Pada bagian ini kita bahas model matematis Kristal linear diatomic. Dalam model
ini kita memiliki dua jenis atom yang bermassa M yang terletak dalam suatu bidang dan
atom yang bermassa m pada bidang yang lain. Kedua atom tersebut dapat dipandang
sebagai satu rantai linier dimana jarak antara dua atom terdekat pada saat keadaan
kesetimbangan adalah a
Gambar . untaian linear atom bermassa m dan M dengan jarak antara dua atom
terdekat adalah a dan jarak pengulang adalah 2a

Diasumsikan bahwa interaksi hanya terjadi diantara dekat saja dan konstanta
atom terdekh at saja dan konstanta gaya adalah identik. Perpindahan yang terjadi
adalah dalam daerah jangkauan Hukum Hooke. Persamaan gaya begi perpindahan

U21, U21 + 1 adalah :


2
d U2r
M 2
=−mω2 U 2r =μ ( U 2r +1 +U 2 r−1 −2 U 2r )
dt

2
d U 2e+1
m =−mω2 U=μ ( U 2r +2 +2U 2r −2 U 2 r+1 )
dt 2

Persamaan ini diharapkan mempunyaai solusi yang berbentuk :

i [ ka ( 2 r ) −ωt ]
U 2 r =Ae

i [ ka ( 2 r+1−ωt ) ]
U 2 r+1 =Be

d2 U 2 r
M
Subtitusi persamaan U2r kedalam persamaan dt 2 , diperoleh persamaan
linier simultan

Mω2 B=μA [ e ika +e−ika ] −2 μB

Mω2 A=μB [ e ika +e−ika ]−2 μA

Atau

Mω2 B=μA [ 2 cos ( ka ) ] −2 μB


mω2 A=μB [ 2 cos ( ka ) ] −2 μA

Ini memberikan persamaan untuk A dan B


( 2 μ−ω 2 m ) A−( 2 μ coska ) B=0
−( 2 μ cos ka ) A−( 2 μ−ω2 M ) B=0

Persamaan ini memiliki solusi yang tidak trival hanya jika determinan koefisien A dan
B sama dengan nol.

( 2 μ−Mω2 ) A− ( 2 μ cos ( ka ) )
−( 2 μ cos ( ka ) ) ( 2 μ−mω2 ) =0

2
Yang memberikan solusi untuk ω

( ω 2 ) Mm−ω 2 { 2 μ ( m+ M ) } +4 μ 2 { 1−cos 2 ka }=0

( ω 2 ) Mm−ω 2 { 2 μ ( m+ M ) } +4 μ 2 sin2 ka=0


1
1 1 2 4 sin 2 ( ka )
2 1 1
(
ω =μ + +μ +
m M m M

mM ) [( ) ] 2

dari persamaan diatas diperoleh dua solusi , yaitu :

1
1 1 2 4 sin2 ( ka )
a.
1 1
ω 2=μ + − +
1 m M (
m M

mM ) [( ) ] 2

ω
Dengan : 12 =0 untuk k = 0

2μ μ
ω
12 = M untuk ka = 2

1
1 1 2 4 sin2 ( ka )
1 1
ω 2=μ + +μ
1 m M (
+
m M

mM ) [( ) ] 2

Dengan
ω 2=2 μ
1 ( m1 + M1 ) untuk k = 0

Cabang bagian bawah pada gambar dibawah diperoleh dari pemilihan negatif
2
pada persamaan ω . Cabang ini disebut dengan cabang akustik. Sedangkan
2
cabang bagian atas diperoleh dari pemilihan tanda positif pada persamaan ω .
Cabang ini disebut dengan cabang optik

Gambar . cabang optik (bagian atas) dan akustik (bagian bawah) dari relasi
disperse untuk kisi linear diatomic, dengan jarak pengulangan adalah 2a

Dari gambar diatas (cabang akustik) tampak bahwa :

1. Perpindahan sekarang dapat diungkapkan dalam bentuk vector gelombang

μ
dengan harga 2a , dibandingkan dengan batas daerah brillouin pada

μ
+
a pada rantai linear monoatomik. Dalam hal ini perlu diperhatikan
bahwa daerah Brillouin adalah ditentukan oleh jarak pengulangan 2a,
bukan oleh jarak antar tetangga terdekat
2. Frekuensi sudut maksimum ragam vibrasi akustik adalah :


ω1 =
√ M
Tampak frekusensi sudut maksimum tidak tergantung pada masa atom

yang lain, m dalam rantai. Frekuensi sudut berkisar antara 0 sampai ω1


3. Perbandingan amplitude kedua atom sebagai fungsi frekuensi

1.5 Sifat Termal Isolator

Sifat termal adalah respon material aplikasi dari panas. Benda padat menyerap energi
dalam bentuk panas, sehingga termperatur dan dimensinya naik. Konduktivitas termal adalah
suatu besaran intensif bahan yang menunjukan kemampuannya untuk menghantar panas.
Konduksi termal adalah suatu fenomena transport di mana perbedaan tempertur
menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah panas ke daerah yang lain dari benda
yang sama pada temperatur yang lebih rendah. Panas yang ditranfer dari satu titik ke titik
yang lain melalui salah satu dari tiga metode yaitu :

1. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas melalui zat padat yang tidak ikut mengalami
perpindahan. Artinya, perpindahan kalor pada suatu zat tersebut tidak disertai dengan
perpindahan partikel-partikelnya.
2. Koveksi
Konveksi adalah perpindahan panas melalui aliran yang zat perantaranya ikut
berpindah. Konveksi terjadi karena gerakan massa molekul dari satu tempat ke tempat
lain. Konveksi terjadi perpindahan molekul dalam jarak yang jauh.
3. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas tanpa memerlukan medium. Radiasi biasanya
disertai cahaya.

Konduktivitas termal = laju aliran panas x jarak /(luas x perbedaan suhu)

Q L
k= x
t Ax ΔT

Besaran ini didefinisikan sebagai panas, Q, yang dihantarkan selama waktu t melalui
ketebalan L, dengan arah normal ke permukaan dengan luas A yang disebabkan oleh
perbedaan suhu ΔT dalam kondisi tunak dan jika perpindahan panas hanya tergantung

dengan perbedaan suhu tersebut.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konduktifitas termal, antara lain


yaitu :

1. Suhu
Konduksi termal akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu
2. Kandungan uap air
Konduksi termal akan meningkat seiring meningkatnya kandungan lembaman. Bila
nilai (k) besar maka merupakan pengalir yang baik, tetapi bila nilai (k) kecil maka
bukan pengalir yang baik.
3. Berat jenis
Nilai konduktivitas termal akan berubah bila berat jenisnya berubah. Semakin tinggi
berat jenis maka semakin baik pengalir konduktivitas tersebut.
4. Keadaan pori-pori bahan
Semakin besar rongga maka akan semakin buruk konduktivitas termalnya.

Isolator thermal yang baik adalah material yang porous. Rendahnya konduktivitas
thermal disebabkan oleh rendahnya konduktivitas udara yang terjebak dalam pori-pori.
Namun penggunaan pada temperatur tinggi yang berkelanjutan cenderung terjadi
pemadatan yang mengurangi kualitasnya sebagai isolator thermal.
Isolator thermal yang paling baik adalah ruang hampa, karena panas hanya bisa
dipindahkan melalui radiasi. Material polimer yang porous bisa mendekati kualitas ruang
hampa pada temperatur sangat rendah; gas dalam pori yang membeku menyisakan
ruang-ruang hampa yang bertindak sebagai isolator. Material isolator jenis ini banyak
digunakan dalam aplikasi cryogenic.

Sifat-sifat thermal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan isolator adalah:

1. Titik lebur, sebaiknya dicari bahan yang titik leburnya tinggi supaya tidak mudah
leleh.
2. Angka pemuaian panas, dicari bahan yang paling kecil angka pemuaiannya.
3. Thermal Konduktivity, hal ini disesuaikan dengan penggunaannya. Jika dikehendaki
bahan harus mendistribusikan panas maka bahan yang hantaran panasnya tinggi harus
dipilih. Namun biasanya untuk isolator memiliki hantaran panas rendah.

Konduktivitas termal berbagai bahan isolator pada 0ᵒC :

Konduktivitas terml (k)


BAHAN
W/M ᵒC
Kuarsa (sejajar sumbu) 41.6
Magnesit 4.15
Marmar 2.08-2.94
Batu pasir 1.83
Kaca, jendela 0.78
Kayu, maple atau ek 0.17
Serbuk gergaji 0.059
Wol kaca 0.038

4. Tidak mudah terbakar/menyala, harus dicari bahan yang tidak mudah terbakar, jika
terbakar maka harus tahan terhadap keretakan.
5. Tidak lembek.
6. Tahan terhadap panas.

Tabel. Klasifikasi Bahan Isolator

Suhu Kerja
Kelas Bahan
Maksimum
Katun, sutera alam, wolsintetis, rayon, serat,
Y poliamid, kertas, prespan, kayu, poliakrilat, 90°C
polietilen, polvinil, karet.
Bahan kelas Y yang diimpregnasi dengan
A vernis, aspal, minyal trafo dan email yang 105°C
dicampur dengan vernis dan poliamid
Email kawat yang terbuat dan polivinil formal,
poll urethane dan dammar, bubuk plastic,
E 120°C
bahan selulosa pengisi pertinaks, tekstolit,
triasetat, polietilen terestalat
Bahan Anorganik (mika, fiberglas, asbes)
B bakelit, poli monochloro tri flour etilen, 130°C
polietilen teretaflat, polikarbon, sirlak.
Bahan-bahan anorganik yang diimpregnasi atau
F direkat dengan epoksi, poliurethan, atau vernis 155°C
dengan ketahanan panas yang tinggi
Mika, fiberglas, asbes yang diimpregnasi
H dengan silicon tanpa campuran bahan berserat, 180°C
karet silicon, email kawat poliamid munii
Bahan-bahan anorganik tanpa diimpregnasi
atau didikat dengan subtansi
organic yaitu : inika, mikanit tahan panas,
C Diatas 180°C
mikaleks, gelas, keramik, Teflon (politetra
fluoroetilen) adalah satu-satunya substansi
organic.

Untuk bahan isolasi tertentu harus tahan pada suhu yang rendah antara - 60°C
hingga -70°C. Misalnya bahan isolator yang digunakan untuk penghantar pada pesawat
terbang, pegunungan dll. Umumnya bahan isolator akan keras dan regas pada suhu
rendah, sedangkan pengujian kekuatan terhadap suhu rendah dapat dilakukan dengan
memberi vibrasi.

1.6 Kapasitas Kalor Kisi Kristal

Dalam kristal atom-atom bervibrasi. Jika diselesaikan dengan mekanika kuantum


maka energi vibrasi atom-atom dalam kristal terkuantisasi. Kuantisasi getaran atom
tersebut disebut fonon. Energi fonon dengan bilangan kuantum n adalah

1
En =(n+ )ℏω .
2

Andaikan atom bermasa m melakukan gerak harmonik dengan frekuensi .


Bila konstanta gaya pemulih adalah , perpindahan atom dari titik kesetimbangannya
adalah , dan kecepatannya adalah v, maka energi totalnya adalah :

E = energi kinetik + energi potensial

1 1
¿ m v 2+ μ x 2
2 2

1
¿ ¿)
2

Energi rata-rata sesuai dengan didistribusi Boltzmann, harga ekspektasi klasik :

vm xm E
−( )
k0T
∫∫ E . e dv dx
0 0
⟨ E ⟩= vm xm E
−( )
k0 T
∫∫ e dv dx
0 0

T = suhu ; k0 = Konstanta Boltzmann

Dengan mensubstitusikan persamaan (4.1) ke dalam persamaan (4.2) dan mengingat


bahwa :

−n +1
1 n+1
0
2

I ( n )=∫ e αx x n dx= Γ
2 2
α [ ] 2

Maka Persamaan (4.2) dapat dievaluasi, hasilnya adalah :

⟨ E ⟩ =k 0 T
Untuk N atom yang mana masing-masing memiliki tiga derajat kebebasan, sehingga
energy total kisi adalah :

U =3 N k 0 T

Dari sini, panas jenisnya adalah :

C v= ( ∂U
∂T )
=3 N k
v
0

Pada volume konstan, panas per mole adalah :

C v =3 N 0 k 0=24,94 joule /Mole−Kelvin

Ini dikenal sebagai hukum Dulong dan Petit. Tampak bahwa panas jenis adalah
konstan, tidak tergantung pada suhu.

1.7 Distribusi Planck

Grafik fungsi Distribusi Planck

Untuk T mendekati linier


Suatu osilator harmonik yang sama pada keseimbangan termal memiliki
perbandingan antara jumlah keadaan N pada keadaan kuantum n + 1 ke keadaan kuantum
n Sehingga :

Pecahan dari total N pada keadaan kuantum n adalah


Maka :

Kita misalkan maka :

1 d x
∑ x S=¿ 1−x dan ∑ Sx 4=¿ x dx ∑ x S =¿ (1−x )2 ¿ ¿ ¿
S S S

Sehingga persamaan menjadi

Kemudian ganti kembali harga x-nya dan hasilnya subtitusikan ke persamaan energi kristal,
maka persamaannya menjadi :

Maka energi kristal dapat dituliskan :


Kapasitas Panas pada Temperatur Tinggi ( T>>)

Energi kristal berdasarkan fungsi distribusi planck yaitu :

Dengan menggunakan deret taylor maka persamaan di atas menjadi :

Sehingga U dinyatakan

1.8 Model Einstein

Berdasarkan kesuksesan dari M. Planck dalam menggambarkan radiasi benda


hitam dengan aturan terkuantisasinya, Einstein kemudian mengambil aturan tersebut
untuk menjelaskan bagaimana ketergantungan panas jenis terhadap suhu. Dalam hal ini
gelombang elastis yang digambarkan sebagai fonon adalah analog dengan foton.
Secara kuantum energi suatu keadaan (osilator) adalah diungkapkan sebagai :

.................(1)
Dan probalitas keadaan ke n adalah :
............................(2)
Energi rata-rata sesuai dengan osilator dalam kesetimbangan termalnya, adalah :
.............................. (3)
Dengan mengingat bentuk penjumlahan untuk x < 1 berlaku hubungan

maka Persamaan (4-6) dapat dievaluasi, dan hasilnya adalah

..........................(4)
Untuk penyederhanaan, Einstein menganggap bahwa N atom memiliki 3 N
ragam vibrasi dan seluruhnya memiliki frekuensi sudut yang sama, yaitu ω e . Dengan
demikian setiap ragam vibrasi memiliki energi yang sama, yaitu <E>. Energi vibrasi
kisi secara total adalah

..................................(5)

Dengan menggunakan Persamaan .(4.8) ini, panas jenis pada volume konstan adalah

..........................(6)

dengan fungsi Einstein F E ( ω E ,T ) adalah


....................(7)
Fungsi Einstein adalah mendekati satu pada suhu tinggi, sehingga panas jenisnya adalah
sama dengan panas jenis klasik.

Dengan mendefinisikan suhu karakteristik Einstein,

maka persamaan (7) menjadi :

............... (8)

Perbandingan kurva panas jenis model klasik dan model yang dibuat oleh Einstein
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar di bawah ini

Gambar. Panas jenis model klasik Dulong - Petit dibandingkan dengan model Eintein.

Sesuai dengan prinsip mekanika kuantum “modern” yang mana dibangun 20 tahun setelah
masanya Einstein, energi kuantum persamaan (1) dimodifikasi menjadi :
Ada tambahan energi ½, adalah energi titik nol karena ada pada seluruh suhu termasuk
T =0.
DAFTAR PUSTAKA

Difadhilah, Alvyandi. 2013. “Sifat Termal Isolator.” Januari. Diakses November 21, 2020.
http://alvyandifadhilah17.blogspot.com/2013/01/sifat-termal-isolator.html.
Muliyandi. Arif. t.thn. “Vibrasi Kristal Pendahuluan Fisika Zat Padat.” academia.edu.
Diakses November 23, 2020.
https://www.academia.edu/37724949/Vibrasi_Kristal_Pendahuluan_Fisika_Zat_Padat
.
Niar, Rahma. 2018. “SIFAT THERMAL ZAT PADAT KRISTAL.” academia.edu. Diakses
November 21, 2020.
https://www.academia.edu/36396710/SIFAT_THERMAL_ZAT_PADAT_KRISTAL.
Tayubi, Yuyu Rachma. t.thn. “Sifat Termal Kristal.” file.upi.edu. Diakses November 21,
2020.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195806081987031-
YUYU_RACHMAT_TAYUBI/MATER_ZAT_PADAT/BAB_V__p.pdf.
Wendri, Nyoman. 2016. “DIKTAT KULIAH FISIKA ZAT PADAT 1.” Diktat Kuliah 17-
28.

Anda mungkin juga menyukai