Anda di halaman 1dari 7

2022

Kapasitas Panas Model Dulong-Petit


Muhammad Alif Rizal Mulyadi, Rio Adi Prastyo, Rio Agustian Gilang Fernando
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang

1. Prinsip Ekipartisi Energi

Fungsi partisi dalam mekanika statistik memberi tahu kita jumlah keadaan
kuantum dari suatu sistem yang dapat diakses secara termal pada suhu tertentu. Ini
didefinisikan sebagai:

𝐸
𝑞 = ∑𝑖 𝑒𝑥𝑝 (− 𝑘𝑇𝑖 ) (1.1)

di mana 𝐸𝑖 adalah energi dari keadaan kuantum 𝑖.

Setelah kita mengetahui fungsi partisi, kita dapat menghitung banyak sifat
makroskopik dari sistem menggunakan persamaan standar dari mekanika statistik.
Relevansi khusus di sini, dalam menurunkan teorema ekipartisi kita akan menggunakan
fungsi partisi untuk menghitung energi internal (𝑈) berhubungan dengan derajat
kebebasan sistem. Sebelum kita melakukan ini, kita perlu pertimbangkan perbedaan
antara sistem kuantum dan sistem klasik.

Jika kita memperlakukan gerakan partikel secara klasik (yang harus kita lakukan
jika kita mengharapkan untuk menurunkan teorema ekuipartisi klasik), maka tidak masuk
akal untuk menyatakan fungsi partisi sebagai jumlah istilah diskrit seperti yang kita miliki
di atas. Secara klasik, posisi dan momentum sebuah partikel dapat bervariasi terus
menerus, dan 'tingkat energi' juga terus menerus. Akibatnya, fungsi partisi klasik
mengambil bentuk integral daripada jumlah.

𝐸(𝑥1 𝑥2 …𝑝1 𝑝2 )
𝑞 = ∫ 𝑒𝑥𝑝 (− ) 𝑑𝑥1, 𝑑𝑥2 … 𝑑𝑝1 𝑑𝑝2 … (1.2)
𝑘𝑇

di mana energi E dapat menjadi fungsi dari posisi partikel 𝑥𝑖 dan momentum 𝑝𝑖

Jika kita berasumsi bahwa kita dapat menulis energi sebagai jumlah kontribusi
dari setiap derajat kebebasan, maka ketergantungan fungsional eksponensial pada energi
2022

berarti bahwa kita dapat memisahkan integral menjadi produk integral untuk setiap
derajat kebebasan. Yaitu

𝐸(𝑥1 𝑥2 … 𝑝1 𝑝2 ) = 𝐸(𝑥1 ) + 𝐸(𝑥3 ) … + 𝐸(𝑝1 ) + 𝐸(𝑝2 )

𝐸(𝑥1 𝑥2 … 𝑝1 𝑝2 )
𝑒𝑥𝑝 (− ) = 𝑒𝑥𝑝( (𝐸(𝑥1 ) + 𝐸(𝑥3 ) … + 𝐸(𝑝1 ) + 𝐸(𝑝2 ))
𝑘𝑇
𝑘𝑇

𝐸(𝑥1 𝑥2 … 𝑝1 𝑝2 ) −𝐸(𝑥1 ) −𝐸(𝑥2 ) −𝐸(𝑝1 ) −𝐸(𝑝2 )


𝑒𝑥𝑝 (− ) = 𝑒𝑥𝑝 𝑒𝑥𝑝 … 𝑒𝑥𝑝 𝑒𝑥𝑝 …
𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑘𝑇

dan integralnya dapat ditulis

−𝐸(𝑥1 ) −𝐸(𝑥2 ) −𝐸(𝑝1 ) −𝐸(𝑝2 )


𝑞 = ∫ 𝑒𝑥𝑝 𝑑𝑥1 ∫ 𝑒𝑥𝑝 𝑑𝑥2 … ∫ 𝑒𝑥𝑝 𝑑𝑝1 ∫ 𝑒𝑥𝑝 𝑑𝑝2 …
𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑘𝑇

𝑞 = 𝑞(𝑥1 )𝑞(𝑥2 ) … 𝑞(𝑝1 )𝑞(𝑝2 ) … (1.3)

Konsekuensi dari ini adalah kita telah memisahkan fungsi partisi menjadi produk
partisi fungsi untuk setiap derajat kebebasan. Secara umum, kita dapat menulis fungsi
partisi untuk satu derajat kebebasan di mana energi bergantung secara kuadrat pada
koordinat x (yaitu E(x) = cx2 dengan c konstan) sebagai
1
∞ −𝐸(𝑥) ∞ −𝑐𝑥 2 𝜋𝑘𝑇 2
𝑞(𝑥) = ∫−∞ 𝑒𝑥𝑝 𝑘𝑇 𝑑(𝑥) = ∫−∞ 𝑒𝑥𝑝 𝑘𝑇 𝑑(𝑥) =( 𝑐 ) (1.4)

Setelah kita mengetahui fungsi partisi, kita dapat menghitung energi internal sistem

1 𝐸 1
𝑃𝑗 = 𝑞 exp (− 𝑘𝑇𝑗 ) = 𝑞 exp(−𝛽𝐸𝑗 ) (1.5)

1
〈𝑈〉 = ∑𝑗 𝐸𝑗 𝑃𝑗 = ∑𝑗 𝐸𝑗 exp(−𝛽𝐸𝑗 ) (1.6)
𝑞

𝑑 ln 𝑞 𝑑 ln 𝑞
〈𝑈〉 = − = 𝑘𝑇 2
𝑑𝛽 𝑑 𝑑𝑇

didapati

𝑑(ln 𝑞)
𝑈 = 𝑘𝑇 2 ( ) (1.7)
𝑑𝑇
2022

Mengganti fungsi partisi kita, energi internal yang terkait dengan satu derajat kebebasan
adalah karena itu

1
𝑑 𝜋𝑘𝑇 2
𝑈 = 𝑘𝑇 2 𝑙𝑛 ( )
𝑑𝑇 𝑐

1 𝑑 𝜋𝑘𝑇
𝑈 = 𝑘𝑇 2 𝑙𝑛 ( )
2 𝑑𝑇 𝑐

𝑘𝑇 2 𝑐 𝜋𝑘
𝑈 =
2 𝜋𝑘𝑇 𝑐
1
𝑈 = 2 𝑘𝑇 (1.8)

Oleh karena itu, energi yang terkait dengan setiap derajat kebebasan kuadrat adalah kT,
dan kami telah membuktikan teorema ekipartisi.

2. Kapasitas Panas pada Kisi Kristal

Secara umum kapasitas panas dirumuskan:

𝐶𝑣 → 0 untuk 𝑇 → 0

Berdasarkan eksperimen, kapasitas panas ( 𝐶𝑣 ) itu akan menuju 0 apabila


temperatur juga menuju 0. Namun secara statistik klasik membuktikan bahwa kapasitas
panas dirumuskan:

𝜕𝐸
𝐶𝑣 = (𝜕𝑇 ) = 3𝑅 (2.1)
𝑉

dengan

𝐶𝑣 = kapasitas panas

𝐸 = energi dalam

𝑇 = temperatur

𝑅 = konstanta gas

𝑉 = volume

Sedangkan secara termodinamika klasik kapasitas panas dirumuskan:


2022

𝜕𝑄 = 𝜕𝐸 + 𝑃𝑑𝑉 (2.2)

𝜕𝑄 𝜕𝑃
𝐶𝑣 = (𝜕𝑇 ) = (𝜕𝑇 ) (2.3)
𝑉 𝑉

Kita juga memiliki informasi bahwa kaspasitas panas saat T = 0 untuk proses reversible
adalah

2 𝜕𝑄
𝛥𝑆 = 𝑆2 − 𝑆1 = ∫1 (2.4)
𝑇

Dan pada volume tetap

𝑇 𝜕𝑄 𝑑𝑇 𝑇 𝑑𝑇
𝑆(𝑇2 , 𝑉) = 𝑆(𝑇1 , 𝑉) + ∫𝑇 2 𝜕𝑇 = 𝑆(𝑇1 , 𝑉) + ∫𝑇 2 𝐶𝑣 (2.5)
1 𝑇 1 𝑇

3. Kapasitas Panas Menurut Dulong-Petit

Kapasitas Panas dikemukakan oleh Dulong dan Petit sehingga dalam penerapan
hukumnya disebut hukum Dulong-Petit pada tahun (1820), semua unsur memiliki
padatan spesifik padatan unsur sebesar 6 cal/mole K. Lalu Boltzman menelusuri angka
yang dihasilkan Dulong-Petit melalui pandangan bahwa energi dalam padatan tersimpan
atom-atomnya yang bergetar. Dalam teori kinetik gas, molekul gas ideal memiliki energi
dalaam yang ditunjukan oleh persamaan (1.6), yaitu:

1
𝑈= 𝑘𝑇
2

Sehingga energi kinetik rata-rata (dalam 3 dimensi) adalah

3
𝑈 = 2 𝑘𝑇 (3.1)

Energi per mole adalah

3 3
𝐸𝑘/𝑚𝑜𝑙𝑒 = 2 𝑁𝐴 𝑘𝑇 = 2 𝑅𝑇 (3.2)

Untuk osilator harmonik satu-dimensi, energinya dapat dirumuskan

𝐸 = 𝐸𝑘 + 𝐸𝑝

1 1
𝐸 = 2 𝑚𝑣 2 + 2 𝑐𝑥 2 (3.3)

dengan c adalah tetapan yang bergantung pada karakteristik osilator.


2022

Berdasarkan persamaan (1.6.) kemudian dimasukkan sehingga menjadi:

1 1
𝐸= 𝑘𝑇 + 𝑘𝑇
2 2

𝐸 = 𝑘𝑇 (3.4)

Dengan 𝑘 adalah tetapan Boltzmann dan 𝑇 suhu osilator. Selanjutnya karena


atom-atom dalam kristal membentuk susunan 3 dimensi, maka setiap kilomol kristal
memiliki NA, atom yang berisolasi dalam 3 dimensi, sehingga energi dalamnya adalah

1 1 1 1 1
𝐸 = 𝑁𝐴 ( 𝑚𝑣𝑥2 + 𝑐𝑥 2 + 𝑚𝑣𝑦2 + 𝑐𝑦 2 + 𝑚𝑣𝑧2 + 𝑐𝑧 2 )
2 2 2 2 2

1 1 1 1 1 1
𝐸 = 𝑁𝐴 ( 𝑘𝑇 + 𝑘𝑇 + 𝑘𝑇 + 𝑘𝑇 + 𝑘𝑇 + 𝑘𝑇)
2 2 2 2 2 2

𝐸 = 3𝑁𝐴 𝑘𝑇

𝐸 = 3𝑅𝑇 (3.5)

Dengan demikian kapasistansi panasnya

𝜕𝐸
𝐶𝑣 = ( ) = 3𝑅
𝜕𝑇 𝑉

Yang nilainya sama dengan persamaan (2.1).

4. Kelemahan Hukum Dulong-Petit

Hukum Dulong Petit memiliki banyak kelemahan karena asumsi yang digunakan
seperti selama pengukuran padatan tidak meleleh, mendidih, atau mengalami perubahan
struktur. Kemudian diketahui bahwa hasil kali kapasitas kalor spesifik dengan massa
molar bernilai 3R (Dulong-Petit menggunakan satuan yang beda dengan saat ini karena
konsep mekanika kuantum belum muncul). Dari Teorinya didapat:

𝜕𝑈
𝐶𝑣 = ( ) = 3𝑅
𝜕𝑇

Pada volume konstan,panas permole adalah

𝐶𝑣 = 3𝑅 = 24,94 J K −1 mol−1
2022

Dari persamaan yang didapat, panas jenis adalah konstan, tidak tergantung pada suhu.
Secara eksperimen panas jenis tergantung pada suhu, seperti diperlihatkan pada grafik
berikut.

Gambar Ketergantungan suhu dari panas jenis Argon, Xenon dan Kripton. Garis mendatar adalah
hasil perhitungan secara klasik

Tabel hasil eksperimen

Unsur 77 K(JK-1) 273 K(JK-1)


Classical value 24.9 24.9
copper 12.9 24.9
almunium 9.1 23.8
gold 19.1 25.2
lead 23.6 26.7
iron 8.1 24.8
sodium 20.4 27.6
silicon 5.8 21.8

Referensi
Abdullah, Mikrajudin. (2007). Pengantar Fisika Statistik untuk Mahasiswa. Bandung:
Program Studi Fisika-FMIPA, Institut Teknologi Bandung.

Putri, Melany dan Kusuma, Kisa P. (2016). Tugas Paper Pengantar Fisika Zat Padat
Kapasitas Panas. Bandung: Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran.
2022

Sears, Francis W. dan Salinger, Gerhard L. (1982). Thermodynamics, Kinetic Theory,


and Statistical Thermodynamics (Third Edition). Massachusetts: Addison-Wesley
Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai