+ 2 NaOH + 2H2O
O OH O ONa
Asam Oksalat Natrium Oksalat
Reaksi NaOH dengan Etanol
H H H H
H OH + NaOH H ONa
H H H H
Etanol
OH OH
+ NaOH + H2O
OH
Struktural
BM 138,12
Komposisi unsur C (60,87%), H (4,38 %),O (34,75)
Kristal acicular tidak berwarna atau bubuk kristal
putih dengan rasa tajam yang manis. Bentuk sintesis
berwarna putih dan tidak berbau tetapi jika dibuat
Pemerian
dari metil salisilat alami,warnanya mungkin sedikit
kuning atau merah muda,bau seperti mint yang
samar
Titik lebur 157-159°C
Titik didih 24°
pH Dalam larutan jenuh 2,4
Satu gram larutan dalam 460 mL H,O 15 mL H,O,
2,7 mL alkohol, 3mL eter, 135 mL benzena, 52 mL
Kelarutan terpentin minyak sekitar 60 mL gliserol, sekitar 80
mL atau minyak kelarutan meningkat oleh natrium
fosfat,boraks,alkali asetat atau sitrat
Dikeringkan diatas silica gel selama 3
Susut pengeringan jam,kehilangan bobot tidak lebih dari 0,5% dari
beratnya
VII. PROSEDUR
Isolasi Salep
Sampel ditimbang kemudian sampel yang telah ditimbang ditambahkan
NaOH, ditambahkan air, kemudian tambahkan eter kedalam corong pisah.
Tunggu sampai terbentuk 2 fasa.
Setelah terbentuk 2 fasa yakni fasa air dan fasa eter. Bagian fasa air
ditampung di corong pisah. Dan fasa eter di ekstraksi menggunakan NaOH
dan air.
Maka akan terbentuk 2 fasa kembali yakni fasa air dan fasa eter. Bagian fasa
air dikumpulkan dengan fasa air yang sebelumnya. Dan fasa eter di ekstraksi
kembali sampai n kali.
Kemudian fasa air diuji kualitatif dengan menggunakan FeCl3. Apabila tidak
terbentuk warna ungu maka sampel sudah terekstraksi sempurna. Dan apabila
terbentuk warna ungu maka dilakukan ekstraksi kembali.
VIII. HASIL
Pembakuan NaOH 0,1 N dengan Asam Oksalat 0,1
Diperoleh:
Larutan NaOH 0,1 N
Vol. I = 12,8 mL - 0,1 mL = 12,7 mL
Vol. II = 25,6 mL – 12,8 mL = 12,8 mL
Vol. III = 12,9 mL – 0,1 mL = 12,8 mL
12,7 𝑚𝐿+12,8 𝑚𝐿+12,8 𝑚𝐿
Volume rata-rata NaOH 0,1 N = 3
38,3 𝑚𝐿
= 3
= 12,76 mL
= 0,0783 N
= 0,4 mL
NaOh yang bereaksi dengan asam sallisilat = 5,4 mL – 0,4 mL
= 5 mL
= 5,4 mL
Maka NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat
5,4 mL – 0,4 mL = 5 mL
= 2,8%
2,8 %−2%
% Kesalahan = x 100%
2%
% Kesalahan = 40%
IX. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu penetapan kadar sampel dalam sediaan
farmasi dengan menggunakan metode titrasi asam basa secara langsung, sampel yang
digunakan adalah sampel Asam salisilat dalam sediaan salep. Pada prinsipnya
penetapan kadar asam salisilat dengan metode titrasi asam basa secara langsung yang
didasarkan pada reaksi asam lemah dan basa kuat yaitu Asam salisilat sebagai titrat
dan NaOH sebagai titran. Reaksi asam lemah dengan basa kuat akan menghasilkan
suatu garam yang bersifat basa karena kation dari garam tersebut yang merupakan
basa konjugat dari asam lemah dapat mengalami hidrolisis menghasilkan ion OH-
sehingga larutan garam bersifat basa.
Asam salisilat menurut farmakope Indonesia edisi V hal 163 memiliki
pemerian hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus, putih, rasa agak
manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak berbau. Jika
dibuat dari metal salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah muda dan
berbau lemah mirip mentol. Asam salisilat memiliki kelarutan yang sukar larut dalam
air dan dalam benzen, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air
mendidih agak sukar larut dalam kloroform.
Sedangkan, untuk matriksnya menggunakan vaseline putih, menurut
Farmakope Indonesia halaman 1312 memiliki pemerian massa seperti lemak, utih
atau kekuningan pucat, massa berminyak transparan dalam lapisan tipis setelah
didinginkan pada suhu 0°. Vaseline memiliki kelarutan yang tidak larut dalam air,
sukar larut dalam etanol dingin ataupun panas dan dalam etanol mutlak dingin,
mudah larut dalam kloroform, larut dalam heksan dan dalam sebagian besar minyak
lemak dan minyak atsiri.
Pertama, dilakukan isolasi sampel sediaan farmasi salep menggunakan
corong pisah, Vaseline yang harus dimasukan pertama ke dalam corong pisah
sebanyak 6,90 gram kemudian dimasukan NaOH untuk mengubah asam salisilat
menjadi Na salisilat (bentuk garamnya) sehingga dapat larut dalam air/aquadest dan
ditambah eter untuk melarutkan Vaseline, kemudian terakhir ditambahkan aquadest
untuk melarutkan Na salisilat, setelah semua bahan dan pelarut dimasukan maka
dilakukan penggojogan agar sampel terekstraksi dengan baik. Proses isolasi
dilakukan didalam corong pisah karena pada proses ini akan menggunakan eter untuk
melarutkan Vaseline sehingga eter tidak akan menguap dan untuk mengurangi
kesalahan.
Proses estraksi akan menghasilkan 2 fase eter dan air, fase air dikeluarkan
kemudian fase eter ditambah NaOH dan air kembali untuk mengulagi ektraksi
sampai analit terisolasi sempurna, analit akan terlihat ketika diidentifikasi secara
kualitatif oleh pereaksi yang spesifik untuk Asam salisilat yaitu menggunakan FeCl3
hasil positif ketika berwarna ungu. Selanjutnya fase air (mengandung Na salisilat)
yang dikeluarkan diteteskan HCl sampai pH 3 agar Na salisilat berubah menjadi
bentuk awalnya yaitu Asam salisilat, dan ditambah eter untuk melarutkan Asam
salisilat yang akan terbentuk 2 fase antara eter dan air, bagian eter yang mengandung
Asam salisilat diuapkan dengan destilasi sehingga hanya akan tersisa analit Asam
salisilat.
Selanjutnya NaOH yang akan digunakan harus dilakukan pembakuan
terlebih dahulu menggunakan asam oksalat untuk mengetahui normalitas sebenarnya
dari NaOH yang akan digunakan, karena NaOH bersifat hidrolisis sehingga harus
diketahui normalitas dengan pasti, hasil pembakuan NaOH adalah 0.0783 N.
Setelah pembakuan NaOH dengan asam oksalat dilakukan titrasi blanko
etanol 96%, titrasi ini dilakukan karena pelarut yang digunakan untuk melarutkan
asam salisilat adalah etanol 96%, karena etanol bersifat asam lemah sehingga etanol
96% dan asam salisilat dapat bereaksi dengan NaOH ketika dititrasi, maka dari itu
diperlukan titrasi blanko untuk mengetahui berapa normalitas etanol 96% dan
mengetahui berapa NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat. Berdasarkan hasil
diketahui NaOH yang bereaksi dengan Asam salisilat adalah 5 ml.
Penentuan kadar asam salisilat berdasarkan hasil yaitu 270.36 mg dalam
50 ml, dan % kadar asam salisilat adalah 2.8 %. Sedangkan terdapat % kesalahan
sebanyak 40 % hal ini dapat disebabkan karena proses isolasi sampel yang tidak
sempurna.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa kadar
asam salisilat dalam sampel sediaan farmasi salep yang ditimbang sebanyak 6.90
gram adalah 270.36 mg dengan menggunakan titrasi asam basa secara langsung
terdapat persentase kesalahan sebanyak 40%.
DAFTAR PUSTAKA