Anda di halaman 1dari 9

IODOMETRI

Metode Iodometri
metode iodometri merupakan Titrasi tidak
langsung / titrasi kembali Dilakukan dengan cara
penambahan titran dalam jumlah berlebih,
kemudian kelebihan titran dititrasi dengan
larutan titran lain. Dengan cara ini umumnya
dilakukan titrasi blanko (tanpa zat uji),
perhitungan didasarkan pada kesetaraan tidak
langsung larutan titer dengan zat uji.
Prinsip Metode Dasar Analisis
Mekanisme Reaksi
Larutan titer yang digunakan pada metode
Iodometri adalah larutan natrium tiosulfat
(Na2S2O3). Natrium tiosulfat merupakan reduktor,
namun reaksi dalam metode ini didasarkan pada
reaksi iodium (oksidator) dengan larutan titer
(natrium tiosulfat). Dimana Iodium merupakan hasil
reaksi suatu oksidator (zat uji) dengan kalium iodida
(KI). Iodometri juga bisa dilakukan dengan
mereaksikan zat uji reduktor dengan larutan iodium
berlebih, sisa iodium yang tidak bereaksi dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat (titrasi berlebih).
Contoh Penetapan Kadar Vitamin C
• Penetapan kadar vitamin C, dapat dimodifikasi
dengan menambahkan larutan iodium
berlebih. Sisa larutan Iodium selanjutnya
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat,
untuk mengetahui jumlah iodium yang
bereaksi dengan zat uji (vitamin C), maka
dilakukan titrasi blanko (titrasi tanpa zat uji).
Reaksi yang terjadi pada titrasi lanjutan :
• 2 Na2S2O3 + I2 → 2 NaI + Na2S4O6
Hal-hal Yang Harus Diperhatikan
Untuk dapat dilakukan analisis menggunakan
metode iodometri harus dipenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
• reaksinya harus sederhana dan dapat dinyatakan
dalam persamaan reaksi
• reaksinya harus berlangsung cepat
• pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui
titik akhirnya dengan tajam (jelas perubahannya)
• harus ada indikator
• penentuan natrium piperasilin secara
kuantitatif dalam sediaan Zopercin® dengan
metode titrasi iodometrik menggunakan
kalium hidroperoksimonosulfat (KHSO5)
sebagai reagen analitis.
DAPUS
• Cartika Harpolia. 2016. Kimia Farmasi.
Kemenkes RI : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai