Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan

Pada praktikum titrasi redoks dan nitrimetri yang bertujuan untuk mendemonstrasikan uji
sampel menggunakan titrasi redoks dan nittrimetri serta menetapkan kadar sampel obat menggunakan
titrasi redoks dan nitrimetri. Titrasi redoks merupakan titrasi yang melibatkan reaksi reduksi dan reaksi
oksidasi antara titran dan analit, perubahan potensial dapat digunakan untuk mengamati titik akhir
terjadinya titrasi. Singkatnya titrasi redoks merupakan jenis titrasi dengan reaksi redoks. Secara umum
reaksi redoks terbagi tiga. Pertama, titrasi iodometri yang merupakan titrasi redoks dengan
menggunakan iodium dan merupakan jenis reaksi tidak langsung. Hal ini dikarenakan iodium akan
bereaksi terlebih dahulu dengan reaksi redoks sebelumnya. Kedua, titrasi iodimetri yang juga
menggunakan iodium akan tetapi reaksi nya langsung. Ketiga, reaksi permanganometri yang
memanfaatkan ion mangan. Indikator yang biasa digunakan yaitu amilum, larutan kanji [ CITATION
Hal18 \l 1033 ].
Pertama perlu dibuat reagen iodium 0,1 N dan Na 2S2O3.5H2O 0,1 N (Natrium Sulfat) sesuai
dengan konsentrasi yang diperlukan. Selanjutnya dibuat kanji LP, HCl, dan asam sulfat 2 N. Kanji LP
dibuat dengan melarutkan KI dengan aquadest hingga homogen sambil dipanaskan, kemudian larutan
disaring dan didingingkan. Indikator kanji LP ini termasuk indikator dalam karena pemakaiannya
langsung dimasukkan ke dalam titrat [ CITATION Mut18 \l 1033 ]. Contoh lain dari indikator dalam yaitu
tropeolin 00 dan methylene blue. Komponen dari larutan kanji yaitu amilosa dan amilopektin. Adapun
keuntungan dari penggunaan indikator dalam yaitu reaksi lebih cepat karena langsung kontak dengan
sampel. Akan tetapi dalam penggunaan larutan kanji harus dalam keadaan fresh, hal ini agar larutan
kanji tidak terkontaminasi dikarenakan kanji mudah terurai oleh bakteri. Kemudian larutan iodium
dibakukan dengan menambahkan asam hidroklorida 1 N sebagai pembuat suasana asam. Hal ini
dikarenakan reaksi lebih cepat dalam suasana larutan yang asam. Peniter dari pembakuann iodium
adalah natrium tiosulfat dengan indikator kanji LP dan dititrasi hingga larutan tidak berwarna.
Pembakuan larutan iodium dilakukan karena iodium merupakan baku sekunder yang belum pasti
molaritas atau normalitasnya.
Selanjutnya akan dilakukan penetapan kadar Vitamin C menggunakan reaksi redoks yaitu reaksi
iodimetri. Penetapan kadar dilakukan dengan melarutkan sampel pada air bebas CO 2 agar tidak
teroksidasi. Hal ini dikarenakan CO2 merupakan agen pengoksidasi [ CITATION Fan18 \l 1033 ].
Selanjutnya ditambahkan asam sulfat ke dalam sampel sebagai pembuat suasana asam karena reaksi
redoks berjalan dalam suasana yang asam. Selain itu jika reaksi dilakukan dalam suasana basa maka
sampe akan beraksi lebih dulu dengan agen basa, serta indikator iodium akan terhidrolisis menghasilkan
iodat seehingga titik akhir titrassi tidak dapat ditentukan lagi. Kemudian aliquot sampel dan
ditambahkan indikator kanji dan dititrasi dengan iodium 0,1 N hingga menghasilkan warna biru yang
menandakan titik akhir titrasi. Berdasarkan data hasil percobaan didapatkan persen kadar dari Vitamin C
yaitu 104,572%.
Dapus
Fankari, F. (2018). Uji Kadar Keasaman Dalam Madu yang Beredar di Pasar Inpres Kalabahai Alor dengan
Metode Alkalimetri. Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.

Halim, Y. (2018). Pengembangan Lembar Kerja Berbasis Inkuiri Pada Penentuan Kadar Bioetanol Produk
Fermentasi dengan Metode Titrasi Redoks.

Muthiah. (2018). Penentuan Kadar Kalium Iodat (KIO3) dalam Garam Konsumsi yang Beredar di Pasaran
dengan Metode Iodometri. Skripsi Universitas Medan Area.

Anda mungkin juga menyukai