Anda di halaman 1dari 27

Dewi marlina

TITRASI OKSIDASI REDUKSI


• Titrasi oksidasi reduksi adalah cara
analisis volumetri yang berdasarkan reaksi
reduksi oksidasi (redoks).

Salah satu ciri reaksi redoks


adalah terjadinya perubahan
bilangan oksidasi (biloks)
dari zat-zat yang bereaksi
sebelum dan sesudah reaksi.
Reaksi Redoks ini hanya dapat
berlangsung kalau terjadi interaksi dari
senyawa/unsur/ion yang bersifat
oksidator dengan senyawa/unsur/ion
bersifat reduktor.
Jadi kalau larutan
bakunya oksidator,
maka analit harus
bersifat reduktor atau
sebaliknya
 Dalam titrasi ini perlu dipahami tentang pengertian
oksidator, reduktor, oksidasi, dan reduksi, yaitu :

a. OKSIDATOR adalah zat yang dalam reaksi


mengalami penurunan bilangan oksidasi (biloks),
karena dalam reaksi tersebut oksidator mengalami
reduksi atau menerima elektron.
Contoh :
MnO4- + 8 H+ + 5 e → Mn2+ + 4 H2O

MnO4- (KMnO4) adalah suatu oksidator


Reduksi karena dalam reaksi tersebut terjadi
penangkapan/menerima elektron
b. REDUKTOR adalah zat yang dalam reaksi
mengalami kenaikan bilangan oksidasi (biloks),
karena dalam reaksi tersebut reduktor
mengalami oksidasi atau melepaskan elektron.
Contoh :
Fe2+ → Fe3+ + e

Fe2+ (FeSO4) adalah suatu reduktor


Oksidasi karena dalam reaksi tersebut terjadi
pelepasan elektron
TEORI OKSIDASI REDUKSI
Secara umum oksidasi diartikan sebagai reaksi pengikatan
oksigen dan reduksi sebagai pelepasan oksigen.
Berdasarkan konsep elektron dari suatu zat, istilah redoks
digunakan untuk reaksi-reaksi dimana terjadi pelepasan dan
pengikatan/penangkapan elektron.
Pelepasan elektron disebut OKSIDASI
sedangkan pengikatan elektron disebut REDUKSI

Oksidasi          :  Fe2+ →    Fe3+ +   e


Reduksi           :  Ce4+ +  E   →   Ce3+
Redoks            :  Fe2+ Ce4+ →  Fe3+ +   Ce3+
 Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi,
maka reaksi redoks harus memenuhi
persyaratan umum sebagai berikut :
 
1. Reaksi harus cepat dan sempurna.
2. Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu
terdapat kesetaraan yang pasti antara oksidator
dan reduktor.
3. Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya
dengan bantuan indikator redoks atau secara
potentiometrik.
PENERAPAN TITRASI REDOKS
 Penerapantitrasi redoks telah banyak digunakan
dalam analisa kimia:
1) Penerapan dalam bidang farmasi yaitu untuk menganalisis
kandungan vitamin C (asam askorbat) dalam suatu sampel
obat. 

2) Penerapan dalam bidang industri yaitu pada penentuan


sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan iodine
atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium
dikromat. 

3) Penerapan dalam bidang pangan dan pengawasan mutu


makanan yaitu pada penentuan bilangan peroksida dalam
minyak goreng bekas pakai (minyak jelantah)

4) Penerapan titrasi redoks juga dilakukan pada penentuan


asam oksalat dengan menggunakan permanganate,
penentuan besi (II) dengan serium (IV), dan sebagainya.
indikator yang digunakan pada penentuan
titik akhir titrasi redoks, yaitu:
1) Auto Indikator
 Pereaksi yang dikategorikan sebagai auto indikator
adalah pereaksi yang memiliki warna yang kuat. Dan
warna pereaksi tersebut dapat berubah atau hilang
apabila direaksikan dengan zat lain.
 Contoh pereaksi yang bersifat auto indikator adalah
KMnO4 (berwarna ungu).
 Larutan KMnO4  yang berwarna ungu berubah menjadi
ion Mn2+ yang tidak berwarna ketika terjadi reduksi pada
proses titrasi.
 Selain itu larutan I2 (berwarna kuning) juga dapat
bertindak sebagai auto indikator.Titik akhir titrasi diketahui
dari hilangnya warna kuning, perubahan ini dipertajam
dengan penambahan larutan amilum.
Lanjutan...indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi
redoks, yaitu:

2) Indikator Redoks
 Indikator redoks adalah indikator yang dalam
bentuk oksidasinya memiliki warna yang
berbeda dengan warna dalam bentuk
reduksinya.
 Contoh: difenilamin dan difenilbensidina.
 Namun kedua indikator ini sukar larut di dalam
air, pada penggunaannya dilarutkan dalam
asam sulfat pekat terlebih dahulu.
Lanjutan...indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi
redoks, yaitu:

3) Indikator Eksternal
 Indikator eksternal dipergunakan apabila
indikator internal tidak ada.
 Contoh: Ferrisianida untuk penentuan ion ferro
memberikan warna biru.

4) Indikator Spesifik
 Indikator spesifik adalah zat yang bereaksi
secara khas dengan salah satu pereaksi dalam
titrasi menghasilkan warna.
 Contoh: amilum membentuk warna biru
dengan iodium atau tiosianat membentuk warna
merah dengan ion ferri.
MACAM MACAM TITRASI
REDOKS
1. Permanganometri
2. Iodo - Iodimetri
3. Bromometri
4. Cerimetri
1. PERMANGANOMETRI
 Permanganometri merupakan titrasi redoks
menggunakan larutan standar Kalium
permanganat.
 Reaksi redoks ini dapat berlangsung dalam
suasana asam maupun dalam suasana basa.
 Dalam suasana asam, kalium permanganat akan
tereduksi menjadi Mn2+ dengan persamaan
reaksi:
MnO4- + 8 H+ + 5 e → Mn2+ + 4 H2O
Dalam reaksi redoks ini, suasana terjadi karena
penambahan asam sulfat, dan asam sulfat cukup
baik karena tidak bereaksi dengan permanganat.
Lanjutan...1. PERMANGANOMETRI

 Larutan permanganat berwarna ungu, jika


titrasi dilakukan untuk larutan yang tidak
berwarna, indikator tidak diperlukan.
 Namun jika larutan permangant yang kita
pergunakan encer, maka penambahan
indikator dapat dilakukan.
 Beberapa indikator yang dapat
dipergunakan seperti feroin, asam N-fenil
antranilat.
2. IODIMETRI dan
IODOMETRI
 Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu:
1. IODIMETRI (secara langsung)
2. IODOMETRI (cara tidak langsung).

 Dalam iodimetri iodin digunakan sebagai


oksidator, sedangkan dalam iodometri ion
iodida digunakan sebagai reduktor.

 Baik dalam iodometri ataupun iodimetri


penentuan titik akhir titrasi didasarkan adanya
I2 yang bebas.
Lanjutan....2. IODIMETRI dan IODOMETRI

1. IODIMETRI (Titrasi langsung)


Iodimetri merupakan Metode Titrasi redoks yang
melibatkan iodin yang bereaksi secara
langsung. Iodium merupakan oksidator yang
relative kuat.

 Iodium akan mereduksi senyawa – senyawa


yang memilki potensial reduksi lebih kecil
dibandingkan dengan iodium.
 Pada reaksi oksidasi, iodium akan mengalami
reduksi menjadi iodida sesuai dengan reaksi:
I2 + 2e     2I–
Lanjutan....2. IODIMETRI dan IODOMETRI

1. IODIMETRI (Titrasi langsung)


 larutan baku iodium dapat digunakan untuk
senyawa-senyawa yang bersifat reduktor
yang cukup kuat seperti vitamin C, tiosulfat,
arsenit, sulfida, sulfit, Stibium(III), timah(II),
dan ferosianida.
 Daya mereduksi dari berbagai macam zat ini
tergantung pada konsentrasi ion hydrogen,
dan hanya dengan penyesuaian pH dengan
tepat yang dapat menghasilkan reaksi
dengan iodium secara kuantitatif.
Lanjutan....2. IODIMETRI dan IODOMETRI

2. IODOMETRI (Titrasi tak langsung)


 Iodometri merupakan titrasi tidak langsung
dan digunakan untuk menetapkan senyawa-
senyawa yang mempunyai potensial oksidasi
lebih besar daripada sistem iodium- iodida
atau senyawa-senyawa yang bersifat
oksidator seperti CuSO45H2O.
 Iodometri terjadi pada zat yang bersifat
oksidator seperti besi (III), tembaga (II),
dimana zat ini akan mengoksidasi iodida
yang ditambahkan membentuk iodin.
Lanjutan....2. IODIMETRI dan IODOMETRI

2. IODOMETRI (Titrasi tak langsung)


 Larutan titer yang digunakan pada metode
Iodometri adalah larutan natrium tiosulfat (Na 2S2O3).
 Natrium tiosulfat merupakan reduktor, namun reaksi
dalam metode ini didasarkan pada reaksi iodium
(oksidator) dengan larutan titer (natrium tiosulfat).
Dimana Iodium merupakan hasil reaksi suatu
oksidator (zat uji) dengan kalium iodida (KI).
 Iodometri juga bisa dilakukan dengan mereaksikan
zat uji reduktor dengan larutan iodium berlebih, sisa
iodium yang tidak bereaksi dititrasi dengan larutan
natrium tiosulfat (titrasi berlebih).
Lanjutan....2. IODIMETRI dan IODOMETRI
2. IODOMETRI (Titrasi tak langsung)
 Pada Iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi
dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan
iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku
tiosulfat. Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan
sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan dan
setara dengan banyaknya sampel.
 Prinsip penetapannya yaitu bila zat uji (oksidator) mula-
mula direaksikan dengan ion iodida berlebih, kemudian
iodium yang terjadi dititrasi dengan larutan tiosulfat.
Reaksinya:
oksidator + KI → I2 
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Lanjutan....2. IODIMETRI dan IODOMETRI
2. IODOMETRI (Titrasi tak langsung)
 indikator yang digunakan dalam titrasi
iodometri adalah indicator kanji, dimana warna
dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens
sehingga iodine dapat bertindak sebagai
indicator bagi dirinya sendiri.
 Iodin juga memberikan warna ungu atau violet
yang intens untuk zat – zat pelarut seperti
karbon tetra klorida dan kloroform.
 Namun demikian, larutan dari kanji lebih umum
dipergunakan karena warna biru gelap dari
kompleks iodin – kanji bertindak sebagai suatu
tes yang amat sensitif untuk iodin.
3. BROMATOMETRI
Bromatometri adalah titrasi reduksi-oksidasi dimana larutan
KBrO3 digunakan sebagai larutan pentitrasi (titran).

KBrO3 dalam suasana asam reaksinya sebagai berikut: 


BrO3 + 5Br- + 6H+ → 3Br2 + 3H2O 

Dengan penambahan KBr, KBrO3 akan mengoksidasi KBr


menjadi Br2. Br2 dapat dikenali dari warnanya yang kuning, tetapi
dapat juga dikenal dengan indikator azo misalnya metil merah
atau metil jingga.
Di dalam suasana asam indikator ini berwarna merah yang
kemudian diuraikan oleh Br2menjadi kuning pucat.
Perubahan warna tidak reversible karena indikator dirusak oleh
Br2.
4. CERIMETRI
 Serimetri adalah titrasi menggunakan larutan baku
serium sulfat, untuk zat uji yang bersifat reduktor.
 Contoh : Titrasi zat uji yang mengandung ion
ferro.
 Prinsip : Larutan zat uji dalam suasana asam
dititrasi dengan larutan baku serium sulfat
(Ce(SO4)2).
 Reaksi : (untuk zat uji yang mengandung ion
ferro)
Oksidasi          :  Fe2+ →    Fe3+ +   e
Reduksi           :  Ce4+ +  E   →   Ce3+
Redoks            :  Fe2+ Ce4+ →  Fe3+ +   Ce3+
Lanjutan ..4. CERIMETRI
 Reaksi yang terjadi : Perubahan warna
indikator pada titik akhir titrasi adalah dari
merah menjadi biru pucat.
 Titrasi dilakukan dalam suasana asam ,
karena pada kebasaan yang relatif rendah
mudah terjadi hidrolisis dari garam serium
(IV) sulfat menjadi serium hidroksida yang
mengendap, oleh karena itu titrasi harus
dilakukan pada media asam kuat.
Lanjutan ..4. CERIMETRI
 kebaikan serium sulfat:
 Sangat stabil pada penyimpanan yang lama dan tidak perlu terlindung
dari cahaya dan pada pendidihan yang terlalu lama tidak mengalami
perubahan konsentrasi.
 Reaksi ion serium (IV) dengan reduktor dalam larutan asam memberikan
perubahan valensi yang sederhana (valensinya satu) Ce4+ + e– → Ce3+
sehingga berat ekivalennya adalah sama dengan berat molekulnya.
 Merupakan oksidator yang baik sehingga semua senyawa yang dapat
ditetapkan dengan kalium permanganat dapat ditetapkan dengan serium
(IV) sulfat. Kurang berwarna sehingga tidak mengkaburkan pengamatan
titik akhir dengan indikator.
 Dapat digunakan untuk menetapkan kadar larutan yang mengandung
klorida dalam konsentrasi tinggi.

 keburukan serium sulfat:


 Larutan serium (IV) sulfat dalam asam klorida pada suhu didih tidak
stabil karena terjadi reduksi oleh asam dan terjadi pelepasan klorin.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai