Anda di halaman 1dari 104

FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK RUMPUT

GANDUM (Triticum aestivum L.) DENGAN


VARIASI TEA SEBAGAI EMULGATOR
DAN UJI KESTABILAN FISIK

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Kesehatan

OLEH:
GIZTA EVLA VIATRI
NIM : PO.71.39.0.16.016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
2019
Halaman Persembahan

Dengan mengucap syukur kehadiran ALLAH SWT, aku persembahkan karya


tulis ini untuk :

Bapak Mama tersayang yang selalu memberikan kasih sayang dan


mendoakan kami disetiap solat, memberikan kami dukungan, motivasi,
nasihat, selalu nanya kapan selesai penelitian sama nyusun KTI,
alhamdulillah sekarang selesai :*. Maaf kami belum bisa menjadi yang
terbaik untuk Bapak Mama 

Kak ian, Yuk ina, dedek Ginda tersayang terimakasih karena telah peduli
dan memberikan dukungan secara mental dan material  I lopee

Terimakasih untuk bapak Drs. Sadakata Sinulingga, Apt.,M.Kes selaku dosen


pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing dan
memberikan masukan dari proposal sampai KTI sehingga saya bisa
menyelesaikan KTI ini dengan sebaik-baiknya 

Terimakasih untuk Ibu Mindawarnis,S.Si.,Apt.,M.kes selaku ketua jurusan


yang selalu memberikan nasihat kepada kami untuk menyelesaikan
pendidikan diploma farmasi

My bebeb (ME Tombom, Dita Dwi Pratiwi Wewon, Nur Annisa Fitriani, Msy
Maretha DP)yang selalu bantui dikala putus asa, memberikan support, yang
always bantui buat sediaan sampai malam di lab mulai dari lab fitokim
sampai fisika dan pembuatan KTI ini hingga selesai. Ciwi-ciwi BBB syantik
terimakasih untuk 3 tahun ini yang selalu menemani hari-hari di
kampus(Ditak, Nuran, Maret, Nisak, Mbak Cus, Bella, Icha, Mpus). Lopee
BBB syantik and sukses selalu 

Almamater Tercinta dan Rekan Sejawat di Poltekkes Kemenkes Jurusan


Farmasi angkatan 2019
BIODATA

Nama : Gizta Evla Viatri

Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 18 Oktober 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan Rimba Kemuning Lr. Swadaya RT.07


RW.05 No. 678 30128 Palembang

No Telp/HP : 089627268484

Email : giztaevla@gmail.com

Anak Ke :3

Jumlah Saudara :3

Orang Tua :

Ayah : Lakoni Tose

Ibu : Evi Kurniati

Riwayat Pendidikan

TK YSP PUSRI 2003-2004

SD YSP PUSRI 2004-2010

SMP YSP PUSRI 2010-2013

SMA YPI Tunas Bangsa 2013-2016

Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Farmasi 2016- 2019


ABSTRAK

Latar Belakang : Salah satu bentuk sediaan yang sering digunakan untuk
menghambat anti hiperpigmentasi adalah krim. Krim adalah suatu salep yang
berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Krim yang dibuat menggunakan ekstrak rumput gandum
(Triticum aestivum L.) yang mengandung flavonoid, tannin, zinc, dan vitamin E
yang berkhasiat sebagai antioksidan dengan kombinasi TEA sebagai emulgator.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi TEA yang optimal untuk
menghasilkan krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) yang stabil dan
memenuhi persyaratan.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dimana ekstrak
rumput gandum (Triticum aestivum L.) diformulasikan dalam sediaan sebesar
3,8% dengan variasi TEA sebagai emulgator dengan konsentrasi (2%;2,5%;3%)
pada setiap formula. Selanjutnya dilakukan uji kestabilan fisik selama 28 hari
penyimpanan meliputi pH, viskositas, daya sebar, pemisahan fase, tipe emulsi,
homogenitas, warna, bau, dan iritasi kulit.

Hasil : Dari metode maserasi didapat rendemen . Berdasarkan hasil


evaluasi krim ekstrak Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) ditinjau dari pH
keempat formula memenuhi syarat berkisar antara 7,49-6,60, viskositas memenuhi
syarat berkisar antara 25.657-47.701 cP, daya sebar memenuhi berkisar antara
6,8-5,1, lalu ditinjau dari pemisahan fase, tipe emulsi, warna, bau, dan iritasi kulit
keempat formula memenuhi syarat selama 28 hari penyimpanan kecuali
homogenitas yang tidak memenuhi syarat yang disebabkan terdapatnya
gelembung.
Kesimpulan : Ekstrak Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) dapat
diformulasikan menjadi sediaan krim yang stabil dan memenuhi persyaratan.
Formula yang paling optimal dengan variasi TEA sebagai emulgator sebesar
2,5%.
Kata Kunci : krim M/A, Rumput Gandum (Triticum aestivum L.), TEA.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kepada ALLAH SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Formulasi Krim
Ekstrak Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) Dengan Variasi TEA
Sebagai Emulgator dan Uji Kestabilan Fisik” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
tidak lepas dari bimbingan, bantuan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Sadakata Sinulingga,Apt., M.Kes selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah.
2. Ibu Mindawarnis,S.Si,Apt.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Palembang.
3. Bapak dan Ibu dosen serta staf Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurusan Farmasi.
4. Orang tua dan keluarga penulis yang tak henti-hentinya memberikan
motivasi, doa serta bantuan moril dan materil kepada penulis.
5. Teman-teman satu angkatan dan semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dukungan dan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan. maka
dari itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan dimasa
yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
BIODATA
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA


A. Rumput Gandum
1. Klasifikasi Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) .................................. 6
2. Nama Lain Rumput Gandum ....................................................................... 7
3. Morfologi Rumput Gandum ........................................................................ 7
4. Kandungan Kimia ........................................................................................ 7
5. Manfaat ........................................................................................................ 7
B. Metabolit Sekunder
1. Flavonoid ..................................................................................................... 8
2. Tannin .......................................................................................................... 9
C. Ekstraksi
1. Definisi Ekstraksi ......................................................................................... 9
2. Jenis-jenis Ekstraksi ................................................................................... 10
3. Pembagian Ekstrak..................................................................................... 12
D. Kulit
1. Definisi Kulit ............................................................................................. 12
2.Struktur Kulit ............................................................................................. 13
3. Fungsi Kulit ............................................................................................... 15
E. Penuaan
1. Definisi Penuaan ........................................................................................ 17
2. Mekanisme Photoaging .............................................................................. 18
F. Radikal Bebas
1. Definisi Radikal Bebas .............................................................................. 18
G. Antioksidan
1. Definisi Antioksidan .................................................................................. 19
2. Jenis-Jenis Antioksidan .............................................................................. 20

ii
3. Mekanisme Antioksidan ............................................................................ 21
H. Krim
1. Definisi krim .............................................................................................. 22
2. Tipe krim .................................................................................................... 22
3. Kelebihan krim........................................................................................... 23
4. Kekurangan krim ....................................................................................... 23
5. Formulasi Krim .......................................................................................... 23
6. Cara Pembuatan Krim ................................................................................ 25
7. Contoh Formula ......................................................................................... 26
8. Evaluasi Stabilitas ...................................................................................... 26
9. Penelitian Krim Sebelumnya ..................................................................... 28
I. Preformulasi
1. Rumput gandum ......................................................................................... 30
2. Setil alkohol ............................................................................................... 30
3. Asam stearat ............................................................................................... 30
4. Lanolin ....................................................................................................... 31
5. Triethanolamin ........................................................................................... 31
6. Gliserin ....................................................................................................... 32
7. Propil paraben ............................................................................................ 32
8. Metil paraben ............................................................................................. 32
9. Aquadest .................................................................................................... 33
J. Rangkuman .................................................................................................... 33
K. Kerangka Teori .............................................................................................. 35
L. Hipotesis ........................................................................................................ 36

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian............................................................................................... 37
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 37
C. Objek Penelitian ............................................................................................. 37
D. Cara Pengumpulan Data
1. Persiapan Bahan Uji ................................................................................... 38
2. Pembuatan Ekstrak Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) ................... 38
3. Formulasi Krim Ekstrak Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) ........... 38
4. Pembuatan Formula ................................................................................... 39
5. Evaluasi Krim ............................................................................................ 42
E. Alat Pengumpulan Data
1. Alat yang digunakan .................................................................................. 45
2. Bahan yang digunakan ............................................................................... 46
F. Variabel
1. Variabel Independent ................................................................................. 46
2. Variabel dependent .................................................................................... 46
G. Definisi Operasional
1. Evaluasi Sediaan ........................................................................................ 46
2. Kestabilan Fisik ......................................................................................... 47
3. pH ............................................................................................................... 48
4. Viskositas ................................................................................................... 48

iii
5. Daya Sebar ................................................................................................. 49
6. Tipe Emulsi ................................................................................................ 49
7. Pemisahan Fase .......................................................................................... 50
8. Homogenitas .............................................................................................. 50
9. Warna ......................................................................................................... 51
10. Bau ........................................................................................................... 51
11. Pengujian Iritasi Kulit .............................................................................. 51
H. Kerangka Operasional .................................................................................... 53
I. Pengolahan Data dan Analisa Data ................................................................ 54

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil ............................................................................................................... 55
B. Pembahasan.................................................................................................... 60

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .................................................................................................... 71
B. Saran .............................................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72


LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 78

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Formulasi Lotion Ekstrak Buah Raspberry (Rubus rosifolius) ................. 26


2. Formula Krim Ekstrak Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) ............. 39
3. Hasil Pengamatan Rata-Rata pH Krim Ekstrak Rumput Gandum
(Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan .............................. 56
4. Persentase Penurunan pH Krim Ekstrak Rumput Gandum
(Triticum aestivum L.) ............................................................................... 56
5. Hasil Pengamatan Rata-Rata Viskositas Krim Ekstrak Rumput
Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ............... 56
6. Persentase Kenaikan Viskositas Krim Ekstrak Rumput
Gandum (Triticum aestivum L.) ................................................................ 57
7. Hasil Pengamatan Rata-Rata Daya Sebar Krim Ekstrak Rumput
Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ............... 57
8. Persentase Penurunan Daya Sebar Krim Ekstrak Rumput
Gandum (Triticum aestivum L.) ................................................................ 57
9. Hasil Pengamatan Rata-Rata Tipe Emulsi Krim Ekstrak Rumput
Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ............... 58
10. Hasil Pengamatan Rata-Rata Pemisahan Fase Krim Ekstrak
Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan . 58
11. Hasil Pengamatan Rata-Rata Homogenitas Krim Ekstrak Rumput
Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ............... 59
12. Hasil Pengamatan Rata-Rata Warna Krim Ekstrak Rumput
Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ............... 59
13. Hasil Pengamatan Rata-Rata Bau Krim Ekstrak Rumput
Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ............... 59
14. Hasil Pengamatan Rata-Rata Iritasi Kulit Krim Ekstrak Rumput
Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ............... 60
15. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Krim Ekstrak Rumput Gandum
(Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan .............................. 60

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) ................................................ 6


2. Struktur Kulit .......................................................................................... 13
3. Lapisan Dermis ....................................................................................... 14
4. Skema Pembuatan Krim ......................................................................... 41
5. Serbuk Simplisia Rumput Gandum ........................................................ 87
6. Maserasi Menggunakan Pelarut Metanol................................................ 87
7. Penyaringan............................................................................................. 87
8. Evaporator ............................................................................................... 87
9. Ekstrak Kental ......................................................................................... 87
10. Bahan Yang Digunakan .......................................................................... 88
11. Basis Krim Fase Minyak ......................................................................... 88
12. Sediaan Krim .......................................................................................... 88
13. Formula Kontrol...................................................................................... 89
14. Formula I ................................................................................................. 89
15. Formula II ............................................................................................... 89
16. Formula III .............................................................................................. 89
17. Evaluasi pH ............................................................................................. 90
18. Evaluasi Viskositas ................................................................................. 90
19. Evaluasi Daya Sebar ............................................................................... 90
20. Evaluasi Tipe Emulsi .............................................................................. 90
21. Sentrifugasi ............................................................................................. 90
22. Evaluasi Pemisahan Fase ........................................................................ 90
23. Evaluasi Homogenitas ............................................................................ 91
24. Pengamatan Warna ................................................................................. 91
25. Pengamatan Bau...................................................................................... 91
26. Pengamatan Iritasi Kulit ......................................................................... 91

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan Konsentrasi Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) yang


akan digunakan.......................................................................................... 78
2. Perhitungan Bahan Krim Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) ......... 79
3. Perhitungan Simplisia Kering Rumput Gandum ...................................... 80
4. Permohonan Menjadi Responden.............................................................. 81
5. Inform Consent .......................................................................................... 82
6. Kuisioner ................................................................................................... 83
7. Hasil Pengukuran pH, Viskositas, Daya Sebar Krim Ekstrak Rumput
Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan ............... 84
8. Persiapan Pembuatan Ekstrak ................................................................... 87
9. Persiapan Pembuatan Sediaan ................................................................... 88
10. Formula Krim ............................................................................................ 89
11. Gambar Alat dan Evaluasi Sediaan ........................................................... 90

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krim merupakan suatu salep yang berupa emulsi kental mengandung tidak

kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar (Anief, 2007). Krim

memiliki beberapa keuntungan yaitu tidak lengket, mudah menyebar rata, mudah

dibersihkan (Fatmawaty et al., 2012) mudah dalam penggunaan, bentuknya

menarik serta menimbulkan rasa nyaman bagi pengguna (Amaliah and Pratiwi,

2017).

Bentuk sediaan krim banyak digunakan untuk kulit. Tipe krim ada 2 yaitu

krim air dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A) (Anief, 2007).

Tipe krim yang sesuai untuk penggunaan kosmetik dan estetika adalah tipe M/A.

Dalam pembuatan krim sering didapatkan sediaan yang tidak stabil, ditandai

dengan pemisahan fase, perubahan warna dan bau serta perubahan fisik lainnya

(Sayuti, 2015). Pemilihan bahan emulgator sangatlah penting untuk menentukan

kestabilan suatu emulsi karena emulsi merupakan suatu sistem termodinamik

yang tidak stabil. Sistem ini biasanya distabilkan dengan emulgator (Ahmad and

Agus, 2013). Emulgator yang sering digunakan berupa surfaktan anionik-kationik

dan non ionik. Untuk krim tipe M/A digunakan : Sabun monovalen

(Triethanolaminum Stearat, Na.Stearat, Asam Stearat, Kalium Stearat dan

Ammonium Stearat), Tween, Na. laurylsulfat, Emulgidum dan lain-lain (Anief,

2007).

1
2

Sediaan krim banyak digunakan untuk krim antioksidan. Penurunan status

antioksidan pada usia dewasa menunjukkan bahwa proses penuaan sudah mulai

berlangsung (Winarsi, Yuniati and Purwanto, 2013). Salah satu penyebab penuaan

adalah sinar UV, dimana sinar UV merupakan radikal bebas yang berasal dari luar

tubuh (eksogen) sehingga membutuhkan perlindungan tambahan untuk kulit agar

menghambat penuaan dengan menggunakan krim antioksidan. Dan antioksidan

tersebut berfungsi pada kulit untuk menghambat penuaan (Sayuti and Yenrina,

2015). Krim antioksidan kebanyakan menggunakan bahan sintetik sebagai bahan

aktif yaitu BHA dan BHT akan lebih aman apabila menggunakan krim

antioksidan alami.

Dalam penelitian Ashok (2011) Rumput Gandum (Tritucum aestivuvm L.)

memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 4,258 dengan pembanding asam

askorbat IC50 3,3266 (Zendehbad, Mehran and Malla, 2014). Oleh karena itu,

salah satu tanaman yang berperan sebagai antioksidan alami adalah rumput

gandum. Dimana rumput gandum tersebut mengandung senyawa fenol, flavonoid,

tannin, zinc, dan vitamin E, yang telah terbukti berpotensi sebagai antioksidan dan

bekerja dengan cara memutuskan rantai radikal (Sayuti and Yenrina, 2015).

Pengembangan bahan alam menjadi krim antioksidan telah diteliti oleh

Megantara et al (2017) memvariasikan TEA dalam sediaan lotion ekstrak

raspberry dengan konsentrasi 3% yang stabil secara fisik ditinjau dari pH, daya

lekat, daya sebar, dan viskositas. Berpedoman pada penelitian Megantara et al

(2017) yang memiliki sediaan yang stabil secara fisik maka dibuat krim M/A
3

ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) dengan memvariasikan TEA

sebagai emulgator yang memenuhi persyaratan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) dapat diformulasikan

menjadi sediaan krim yang stabil secara fisik dan memenuhi syarat?

2. Apakah sediaan krim yang mengandung ekstrak rumput (Triticum aestivum

L.) memiliki pH yang stabil dan memenuhi syarat?

3. Apakah sediaan krim yang mengandung ekstrak rumput (Triticum aestivum

L.) memiliki viskositas yang stabil dan memenuhi syarat?

4. Apakah sediaan krim yang mengandung ekstrak rumput gandum (Triticum

aestivum L.) memiliki daya sebar yang stabil dan memenuhi syarat?

5. Apakah sediaan krim yang mengandung ekstrak rumput gandum (Triticum

aestivum L.) memiliki tipe emulsi yang stabil dan memenuhi syarat?

6. Apakah terjadi pemisahan fase sediaan krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) selama penyimpanan.

7. Apakah sediaan krim yang mengandung ekstrak rumput gandum (Triticum

aestivum L.) memiliki homogenitas yang stabil dan memenuhi syarat?

8. Apakah sediaan krim yang mengandung ekstrak rumput gandum (Triticum

aestivum L.) memiliki warna yang stabil dan memenuhi syarat?

9. Apakah sediaan krim yang mengandung ekstrak rumput gandum (Triticum

aestivum L.) memiliki bau yang stabil dan memenuhi syarat?


4

10. Apakah sediaan krim yang mengandung ekstrak rumput gandum (Triticum

aestivum L.) menimbulkan iritasi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi krim dengan ekstrak

rumput gandum (Triticum aestivum L.) dengan kombinasi TEA sebagai emulgator

yang stabil dan memenuhi syarat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur kestabilan pH krim dengan bahan aktif ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.)

b. Mengukur viskositas krim dengan bahan aktif ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.)

c. Mengukur daya sebar krim dengan bahan aktif ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.)

d. Mengamati tipe emulsi krim dengan bahan aktif ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.)

e. Mengamati pemisahan fase krim dengan bahan aktif ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.)

f. Mengamati homogenitas krim dengan bahan aktif ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.)

g. Mengamati kestabilan warna krim dengan bahan aktif ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.)


5

h. Menentukan kestabilan bau krim dengan bahan aktif ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.)

i. Mengamati efek iritasi kulit krim dengan bahan aktif ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan

ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) yang berkhasiat sebagai

antioksidan alami yang digunakan untuk menghambat penuaan dalam bentuk

sediaan krim dan sebagai tambahan pengetahuan dan informasi bagi mahasiswa

yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumput Gandum

1. Klasifikasi Rumput Gandum (Triticum aestivum L.)

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Classis : Liliopsida

Sub classis : Commelinidae

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Triticum

Species : T.aestivum L.

(Rachmawati, 2018) dan (Pratomo, 2014)

Gambar 1.
Rumput Gandum (Triticum aestivum L.)
Sumber : https://www.google.ac.id

6
7

2. Nama Lain Rumput Gandum

a. Sinonim

Bread wheat (Ozkose, Arslan and Acar, 2016)

b. Nama Asing

Wheat grass (bahasa inggris)

3. Morfologi Rumput Gandum

Rumput gandum merupakan kecambah dewasa dari benih gandum (Triticum

aestivum L.) Famili Poaceae. Benih gandum mudah ditanam di dalam pot dengan

kelembapan 40-50% di dalam maupun luar ruangan. Benih dalam waktu 5-15 hari

akan mengalami perkecambahan yang disebut sebagai rumput gandum. Kecambah

terlihat seperti rumput, berwarna hijau, tinggi 7-10 cm, batang tegak dan

berbentuk silinder membentuk tunas anakan dalam suatu rumpun. Pertumbuhan

dan perkembangan dimulai dari stadia biji, kecambah, anakan, tunas ganda

(Rachmawati, 2018).

4. Kandungan Kimia

Fenol, tannin, flavonoid, alkaloid, steroid, sterol, kuinion, saponin, protein,

karbohidrat, kumarin, gula, polisakarida dan organicacid (Dhaliwal et al., 2015).

Klorofil, mineral (zinc), betakaroten, vitamin E, Vitamin C, asam folat, piridoksin

dan asam amino (Shah and Desai, 2014).

5. Manfaat

Rumput gandum sangat bermanfaat bagi manusia. Berikut manfaat rumput

gandum adalah antioksidan, antidiabetes, kerusakan hati, antimikroba (Ashok,


8

2011) kanker payudara (Rachmawati, 2018), kebugaran tubuh, sistem sirkulasi

darah, sistem pernafasan, pencernaan, penyakit telinga, penyakit yang terkait gigi

dan gum, penyakit sendi, antikanker, penyakit kulit, penyakit yang berhubungan

dengan organ reproduksi, anemia (Albaar, 2015). Minyaknya bermanfaat untuk

tabir surya.

B. Metabolit Sekunder

1. Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mempunyai struktur C 6-C3-C6 tiap

bagian C6 merupakan cincin benzene yang terdistribusi dan dihubungkan oleh

atom C3 yang merupakan rantai alifatik. (Ajwad, 2016). Tumbuhan flavonoid

terikat pada gula sebagai glikosida aglikon flavonoid yang mungkin ditemukan

dalam satu tumbuhan dalam bentuk kombinasi glikosida. Kelas yang lain dalam

golongan flavonoid dibedakan berdasarkan cincin heterosiklikoksigen tambahan

dan gugus hidroskil yang tersebar dalam bentuk pola yang berlainan (Robinson,

1995). Flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air. Flavonoid berupa

senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau ammonia,

jadi sangat mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan (Harbone,

1987).

Flavonoid merupakan antioksidan terkuat dan juga sebagai pengikat ion

logam yang diduga mampu mencegah efek bahaya dari sinar UV atau setidaknya

mampu mengurangi kerusakan kulit (Ajwad, 2016).


9

2. Tannin

Tannin merupakan salah satu senyawa yang terdapat dalam tanaman dan

disintesis oleh tanaman. Tannin tergolong senyawa polifenol dengan karakteristik

yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya

(Jayanegara and Sofyan, 2008). Tannin merupakan senyawa yang memiliki berat

molekul 500-3000 dan mengandung sejumlah besar gugus hidroksi fenolik yang

memungkinkan membentuk ikatan silang yang efektif dengan protein dan

molekul-molekul lain seperti polisakarida, asam amino, asam lemak, dan asam

nukleat (Hidayah, 2016). Tannin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan alami

yang terdapat pada tanaman.

C. Ekstraksi

1. Definisi Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif yang dapat larut dalam pelarut

atau penyari. Ekstrak adalah sediaan yang pekat diperoleh dengan cara

mengekstrasi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan

pelarut yang sesuai agar zat kimia yang diinginkan tidak hilang kemudian semua

atau hampir semua pelarut diuapkan dan zat yang tersisa diperlakukan sedemikian

rupa sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995)
10

2. Jenis-jenis Ekstraksi

a. Cara dingin

1) Maserasi

Maserasi dilakukan dengan perendaman bagian tanaman secara utuh atau

yang sudah digiling kasar dengan pelarut dalam bejana tertutup pada suhu kamar

selama sekurang-kurangnya 3 hari dengan pengadukan berkali-kali sampai semua

bagian tanaman yang dapat larut melarut dalam cairan pelarut. Pelarut yang

digunakan adalah alcohol atau juga air. Campuran ini kemudian disaring dan

ampas yang diperoleh diproses untuk memperoleh bagian cairannya saja. Cairan

yang diperoleh kemudian dijernihkan dengan penyaringan atau dekantasi setelah

dibiarkan selama waktu tertentu. Keuntungan proses ini adalah bahwa bagian

tanaman yang akan diesktraksi tidak harus dalam wujud serbuk yang halus, tidak

diperlukan keahlian khusus dan lebih sedikit kehilangan alcohol sebagai pelarut

seperti pada proses perkolasi atau sokletasi. Sedangkan kerugian proses maserasi

adalah perlunya dilakukan pengadukan, pengepresan dan penyaringan,

terdapatnya residu, serta mutu prouduk yang tidak konsisten (Endarini, 2016).

2) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan.

Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bagian, tahap maserasi antara, tahap

perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai

diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Ditjen POM, 2000).
11

b. Cara panas

1) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna

(Ditjen POM, 2000).

2) Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu

dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen

POM, 2000).

3) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada

temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan (kamar), yaitu secara

umum dilakukan pada temperature 40-50° C (Ditjen POM, 2000).

4) Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperature terukur 96-98°C)

selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM, 2000).

5) Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (-30°C) dan temperature

sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000).


12

3. Pembagian Ekstrak

Berdasarkan sifatnya, ekstrak dibagi menjadi :

a. Ekstrak kental (ekstractum spissum)

Sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan

airnya berjumlah sampai 30%. Sediaan ini pada umumnya juga tidak sesuai lagi

dari persyaratan masa kini. Tingginya kandungan air menyebabkan kestabilan

sediaan obat (cemaran bakteri) dan bahan aktifnya (penguraian secara kimia).

Ekstrak kental sulit ditakar (Voigt, 1995).

b. Ekstrak cair (ekstactum fludium)

Sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai pelarut atau

sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap

ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat

(Depkes RI, 1995).

c. Ekstrak kering

Sediaan yang harus bisa digerus yang memiliki konsistensi kering, melalui

penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya akan terbentuk suatu

produk yang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak dari 5% (Voigt, 1995).

D. Kulit

1. Definisi Kulit

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan

luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
13

pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-

sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan

keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya

sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap

tekanan dan infeksi dari luar. Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang besar.

Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2 m2 dengan berat 10 kg jika dengan

lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak (Tranggono and Latifah, 2007).

2. Struktur Kulit

Gambar 2
Struktur Kulit
Sumber : https://www.google.ac.id

Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi dan

karakteristik yang berbeda. Ketiga lapisan tersebut yaitu : lapisan epidermis,

lapisan dermis, dan lapisan subkutan.


14

a. Lapisan epidermis

Gambar 3
Lapisan Epidermis
Sumber : https://www.google.ac.id

Lapisan ini merupakan lapisan tipis dan terluar dari kulit. Sangat penting

dalam kosmetika karena lapisan ini memberikan tekstur, kelembaban serta warna

kulit. Sel penyusun utama lapisan epidermis adalah keratinosit. Lapisan epidermis

dibagi menjadi empat lapisan yaitu : lapisan sel basal (statum basal), lapisan sel

prickle (stratum spinosum), lapisan sel granuler (stratum granulosum) dan lapisan

sel tanduk (stratum korneum) (Chintia and Widayati, 2015).

b. Lapisan dermis

Lapisan ini terletak diantara lapisan epidermis dan lapisan subkutan.

Tebalnya 3-5 mm, lapisan dermis adalah anyaman serabut kolagen dan elastin

yang bertanggung jawab untuk sifat-sifat penting dari kulit. Dermis mengandung

pembuluh darah, pembuluh limfe, gelembung rambut, kelenjar lemak (sebasea),

kelenjar keringat, otot, serabut syaraf dan korpus pacini (Anief, 2007).
15

c. Lapisan subkutan

Lapisan ini terletak di bawah lapisan dermis. Terdiri dari jaringan ikat

longgar dan lemak. Sel utama lapisan subkutan adalah adiposit, merupakan

mesenkimal khusus yang menjadi tempat penyimpanan lemak, sangat penting

sebagai sumber energi bagi tubuh (Anief, 2007).

3. Fungsi Kulit

Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan

suhu tubuh, pembentukan pigmen, keratinisasi, dan pembentukan vitamin D

a. Fungsi proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,

misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, misalnya zat kimia

terutama yang bersifat iritan, contohnya : lisol, karbol, ekskresi keringat dan

sebum. Keasaman pada kulit menyebabkan pH kulit berkisar 5-6,5 sehingga

merupakan perlindungan kimiawi terhadap bakteri maupun jamur (Purba, 2018).

b. Fungsi absorpsi

Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,

kelembaban metabolisme dan jenis vetikulum. Penyerapan dapat berlangsung

melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak melalui sel-sel epidermis

daripada yang melalui muara kelenjar (Purba, 2018).

c. Fungsi ekskresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa

metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan ammonia. Produk
16

kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6,5 (Purba,

2018).

d. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis

terhadap rangsangan panas yang diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis

dan subkutis, rangsangan dingin diperankan oleh badan krause yang terletak di

dermis, rangsangan rabaan diperankan oleh badan taktil meissner yang terletak di

papilla dermis, dan rangsangan terhadap tekanan diperankan oleh badan paccini

yang terletak di epidermis (Purba, 2018).

e. Fungsi pengaturan suhu tubuh (ter-moregulasi)

Kulit merupakan peranan ini dengan cara mengelurkan keringat dan

mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit (Purba, 2018).

f. Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini berasal

dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal: melanosit adalah 10:1. Jumlah

melanosit dan besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit

ras maupun individu. Melanin berfungsi melindungi kulit dari sinar UV berlebih

(Purba, 2018).

g. Fungsi keratinisasi

Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel

langerhans, dan melanosit. Memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara

fisiologik (Purba, 2018).


17

h. Fungsi pembentukan vitamin D

Kulit yang mengandung kolesterol diubah menjadi vitamin D dengan

pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup

hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap

diperlakukan (Purba, 2018).

E. Penuaan

1. Definisi Penuaan

Penuaan adalah kemunduran lain ketika muda yang ditunjukkan dengan

kerutan dan keriput pada kulit. Ada dua teori yang dapat menjelaskan proses

penuaan yakni penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh

manusia, dan penuaan akibat kerusakan anatomi maupun fisiologi pada semua

organ tubuh, mulai dari pembuluh darah dan organ lainnya sampai kulit.

Perubahan akibat proses penuaan dapat dibagi menjadi perubahan anatomi,

fisiologi, dan kimiawi. Beberapa perubahan anatomi dapat terlihat langsung

seperti kehilangan elastisitas kulit dan fleksibilitas kulit yang menyebabkan

timbulnya kerut dan keriput, hiperpigmentasi pada usia 40 ke atas akibat terlalu

lama terpapar sinar matahari, penebalan kulit, epidermis kering dan pecah-pecah

Banyak faktor yang mempengaruhi penuaan kulit, tetapi yang paling kuat

adalah disebabkan sinar matahari (photoaging), khususnya sinar UV yang terdapat

di dalam sinar matahari. Kulit yang sering terpapar sinar matahari akan kering,

keriput, kasar, dan pecah-pecah (Harun, 2014).


18

2. Mekanisme Photoaging

Ketika kulit terpapar sinar matahari, radiasi UV yang terserap oleh kulit yang

dapat menghasilkan komponen berbahaya yaitu Reactive Oxygen Species (ROS)

yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada komponen seluler seperti

dinding sel, membrane lipid, mitokondria, dan DNA. Radiasi UV menyebabkan

pembentukan ROS dan menginduksi activator protein (AP)-1 yang merupakan

faktor transkripsi yang menghambat produksi kolagen dan meningkatkan

penghancuran kolagen dengan memperbanyak enzim yang disebut matrix

metalloproteinase (MMPs). Selain itu, radiasi UV juga menyebabkan penurunan

transforming growth factor (TGF)- yang merangsang pembentukan kolagen,

sehingga pembentukkan kolagen menurun. Peningkatan penghancuran kolagen

dan penurunan produksi kolagen akibat radiasi UV inilah penyebab dari terjadinya

photoaging (Harun, 2014).

F. Radikal Bebas

1. Definisi Radikal Bebas

Para ahli biokimia menyebutkan bahwa radikal bebas merupakan salah satu

bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara umum diketahui sebagai senyawa

yanag memiliki elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas adalah atom,

molekul atau senyawa yang dapat berdiri sendiri yang mempunyai elektron tidak

berpasangan, oleh karena itu bersifat sangat reaktif dan tidak stabil. Elektron yang

tidak berpasangan selalu berusaha untuk mencari pasangan baru, sehingga mudah

bereaksi dengan zat lain (protein, lemak maupun DNA) dalam tubuh.
19

Dapat terbentuk secara endogen dan eksogen. Radikal endogen terbentuk

dalam tubuh melalui proses metabolisme normal didalam tubuh. Sementara

radikal eksogen berasal dari bahan pencemar yang masuk ke dalam tubuh melalui

pernafasan, pencernaan, dan penyerapan kulit. Radikal bebas dalam jumlah

normal bermanfaat bagi kesehatan misalnya memerangi peradangan, membunuh

bakteri dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah serta organ-organ

dalam tubuh. Sementara dalam jumlah berlebih mengakibatkan stress oksidatif

(Tamu, 2017).

Radikal bebas menyebabkan kerusakan sel dengan tiga cara yaitu :

a. Peroksidasi komponen lipid dari membrane sel dan sitosol, menyebabkan

serangkaian reduksi asam lemak (otokatalisis) yang mengakibatkan kerusakan

membrane dan organel sel

b. Kerusakan DNA, dapat menyebabkan mutasi DNA bahkan menimbulkan

kematian sel

c. Modifikasi protein teroksidasi oleh karena terbentuknya cross linking protein,

melalui mediator sulfidril atas beberapa asam amino labil seperti sistein,

metionin, lisin, dan histidin (Sayuti and Yenrina, 2015)

G. Antioksidan

1. Definisi Antioksidan

Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi electron (electron

donor). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang dapat

menangkal atau meredam dampak negative oksidan. Antioksidan bekerja dengan


20

cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan

sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat. Antioksidan

dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas.

Antioksidan adalah senyawa atau komponen kimia yang dalam kadar atau jumlah

tertentu mampu menghambat atau memperlambat kerusakan akibat proses

oksidasi.Antioksidan alami yaitu senyawa fenolik mempunyai berbagai efek

biologis seperti aktivitas antioksidan melalui mekanisme sebagai pereduksi,

penangkap radikal bebas, pengkhelat logam, peredam terbentuknya singlet

oksigen serta pendonor elektron. Flavonoid merupakan salah satu dari kelompok

senyawa fenolik yang ditemukan dalam buah dan sayur. Flavonoid memiliki

potensi yang besar melawan penyakit yang disebabkan oleh penangkap radikal

(Sayuti and Yenrina, 2015)

2. Jenis-Jenis Antioksidan

a. Antioksidan Primer

Bekerja dengan cara mencegah pembentukan senyawa radikal baru, yaitu

mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak

negatifnya sebelum senyawa radikal bebas bereaksi. Contoh antioksidan primer

adalah Superoksida Dismutase (SOD), Glutation Peroksida (GPx), katalase, dan

protein pengikat logam.

b. Antioksidan Sekunder

Bekerja dengan cara mengkhelat logam yang bertindak sebagai pro-oksidan,

menangkap radikal dan mencegah terjadinya reaksi berantai. Antioksidan

sekunder berperan sebagai pengikat ion logam, penangkap oksigen, pengurai


21

hidroperoksida menjadi senyawa non radikal, penyerap radiasi UV atau deaktivasi

singlet oksigen. Contoh antioksidan sekunder adalah vitamin E, Vitamin C,

isoflavon, bilirubin dan albumin.

c. Antioksidan Tersier

Bekerja dengan cara memperbaiki kerusakan biomolekul yang disebabkan

radikal bebas. Antioksidan tersier adalah enzim-enzim yang memperbaiki DNA

dan metionin sulfide reduktase. Contoh antioksidan tersier adalah antioksidan

sintetik (BHT, BHA, TBHQ dan tokoferol) (Sayuti and Yenrina, 2015).

3. Mekanisme Antioksidan

Aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kandungan lipid,

konsentrasi antioksidan, suhu tekanan oksigen, dan komponen kimia dari

makanan secara umum seperti protein dan air. Proses penghambatan antioksidan

berbeda-beda tergantung dari struktur kimia dan variasi mekanisme. Dalam

mekanisme ini yang paling penting reaksi dengan radikal bebas lipid, yang

membentuk produk non-aktif. Jenis antioksidan Hidroperoxide stabilizer contoh

senyawa fenol bekerja dengan cara menonaktifkan radikal bebas lipid dan

mencegah penguraian hidroperoxida menjadi radikal bebas sedangakan jenis

antioksidan sinergis contohnya asam sitrat dan asam askorbat bekerja dengan cara

meningkatkan aktivitas antioksidan (Sayuti and Yenrina, 2015).


22

H. Krim

1. Definisi krim

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak

kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Depkes RI, 1979).

Krim adalah suatu salep yang berupa emulsi kental mengandung tidak kurang

60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar (Anief, 2007).

Sediaan yang akan dibuat krim dengan pertimbangan bahwa krim merupakan

sediaan yang mudah dicuci dan dapat memelihara kulit karena basis yang

digunakan mengandung krim dalam air.

2. Tipe krim

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam

lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan

lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetik. Ada dua macam krim,

yaitu :

a. Tipe A/M yaitu air terdispersi dalam minyak. Misalnya cold cream yang

merupakan sediaan kosmetik tujuannya untuk memberikan sensasi dingin dan

nyaman pada kulit, sebagai pembersih, berwarna putih dan sangat halus,

biasanya cold cream banyak mengandung mineral oil (Mutiara, 2018).

b. Tipe M/A yaitu minyak terdispersi air. Misalnya vanishing cream yang

merupakan sediaan kosmetik tujuannnya untuk membersihkan,

melembabkan, dan juga sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai


23

pelembab meninggalkan lapisan berminyak atau film pada kulit (Mutiara,

2018).

3. Kelebihan krim

a. Mudah menyebar rata

b. Praktis

c. Mudah dibersihkan

d. Cara kerjanya berlangsung pada jaringan setempat

e. Tidak lengket terutama tipe M/A

f. Memberikan rasa dingin berupa tipe A/M

g. Digunakan sebagai kosmetik

h. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun

4. Kekurangan krim

a. Susah dalam pembuatannya karena harus dalam keadaan sama-sama panas

b. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas

c. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M karena terganggu sistem

campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan

komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan

5. Formulasi Krim

a. Zat aktif

Zat aktif merupakan bahan atau zat yang mempunyai efek tertentu dan

merupakan komponen utama dalam suatu formula.


24

b. Bahan pengemulsi

Bahan pengemulsi digunakan dalam krim untuk menstabilkan sediaan. Bahan

pengemulsi ini bekerja dengan cara mengurangi tegangan antar muka dan

mencegah pecahnya emulsi. Bahan pengemulsi umumnya tidak berwarna, tidak

berasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak mengiritasi, dan membentuk sistem

emulsi yang stabil pada konsentrasi yang rendah. Pemilihan surfaktan didasarkan

pada tipe dan sifat krim yang diinginkan. Untuk tipe krim minyak dalam air

(M/A) digunakan triethanolamin stearat, golongan sorbitan, polisorbat, PEG, dan

sabun, sedangkan untuk tipe krim air dalam minyak digunakan lanolin, setil

alkohol, cetacium dan emulgid (Anief, 2007).

c. Bahan pembawa

Bahan pembawa krim terdiri dari air dan minyak. Banyaknya penggunaan

keduanya tergantung tipe krim yang ingin dibuat (Lachman, 1994).

d. Bahan pelembut

Bahan pelembut membantu konsistensi krim lebih halus dan lembut. Stearil

alkohol, setil alkohol, paraffin dan isopropyl miristat biasa digunakan sebagai

pelembut (emolien) dan juga sebagai pembantu emulsi (Lachman, 1994).

e. Bahan pengawet

Bahan pengawet digunakan harus dapat mencegah kontaminasi dan

kerusakan oleh bakteri. Kriteria umum bahan pengawet adalah toksisitas rendah,

stabil dalam pemanasan dan penyimpanan, dapat bercampur secara kimia,

mempunyai aktivitas terhadap mikroorganisme seperti fungi, ragi, dan bakteri


25

yang merupakan kontaminan umum. Penggunaan pengawet umumnya

menggunakan metil paraben 0,12-0,18% dan propil paraben 0,02-0,05% (Depkes

RI, 1979).

f. Bahan pelembab

Bahan pelembab dapat mencegah krim menjadi kering, mencegah

pembentukan kerak bila krim dikemas dan juga memperbaiki konsistensi dan

mutu terhapusnya krim jika digunakan pada kulit. Pelembab yang umum

digunakan adalah gliserin, PEG, sorbitol 70%, dan polietilenglikol (Lachman,

1994).

6. Cara Pembuatan Krim

Menurut king (1984) cara pembuatan krim dibagi menjadi 3:

a. Fase minyak dilelehkan diatas waterbath, fase yang larut air dicampur dengan

air panas, lalu kedua bagian tersebut digerus dalam lumpang panas sampai

terbentuk massa krim.

b. Fase minyak dan fase air dipanaskan perlahan-lahan sampai terbentuk larutan

sabun, kemudian digerus dalam lumpang panas sampai terbentuk krim. Cara

ini dilakukan untuk krim dengan kadar lemak tinggi

c. Zat-zat yang larut air ditambahkan 30% dan zat-zat fase minyak dilelehkan

bersama, kemudian ditambahkan air panas dengan jumlah yang sama gerus

homogen. Setelah itu tambahkan sisa fase minyak lagi sampai menyatu dan

terakhir fase air. Cara ini digunakan untuk krim dengan minyak tumbuhan.
26

7. Contoh Formula

a. Formulasi Lotion Eksrak Buah Raspberry (Rubus rosifolius)

Tabel. 1 Formulasi Lotion Ekstrak Buah Raspberry(Rubus rosifolius)


Nama Bahan Konsentrasi (%)
Ekstrak Raspberry 3
Setil alcohol 6
Asam stearat 6
Lanolin 3
TEA 3
Gliserin 3
Propil paraben 0,18
Metal paraben 0,02
Lavender Eo q.s
Aquadest ad 150%
Sumber : (Megantara et al., 2017)

8. Evaluasi Stabilitas

Faktor yang mempengaruhi stabilitas krim adalah pada saat pencampuran

yang disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran

dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampur (Depkes RI, 1979).

Parameter yang digunakan dalam uji kestabilan fisik krim adalah

a. pH

Semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit kulit untuk

menerimanya dan kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah dan mudah terkena

infeksi. Oleh karena itu pH sediaan topical harus mendekati dengan pH kulit

dimana pH sediaan topical adalah 4-8 (Danimayostu, Shofiana and Permatasari,

2017).
27

b. Viskositas

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi kecepatan dari cairan tersebut, makin

kental maka kecepatan alirnya akan turun. Viskositas yang kurang dapat membuat

krim sulit dioleskan ke kulit sehingga perlu diamati ada tidaknya perubahan

viskositas dalam krim. Viskositas yang baik 2.000-50.000 cp (Anggaraini, Mita

and Ibrahim, 2015).

c. Daya sebar

Pengujian daya sebar untuk mengetahui penyebaran krim setelah krim

diaplikasikan. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan

kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat. Daya sebar

yang baik 5-7 cm (Anggaraini, Mita and Ibrahim, 2015).

d. Pemisahan fase

Pemisahan fase disebabkan terpisahnya fase air dan minyak selama

penyimpanan. Hal ini dapat membuat krim tidak bisa digunakan lagi karena tidak

homogennya kandungan zat aktif pada krim. Jika selama penyimpanan terdapat

dua fase yang memisah pada krim ini menunjukkan bahwa terjadinya pemisahan

fase (Syamsuni, 2006).

e. Homogenitas

Jika dilihat menggunakan mikroskop terdapat gumpalan-gumpalan yang tidak

merata pada krim maka krim tersebut tidak homogen.


28

f. Warna

Warna krim tidak boleh berubah selama penyimpanan, apabila mengalami

perubahan maka itu tandanya terdapat mikroorganisme yang tumbuh dalam krim.

g. Bau

Selama penyimpanan tidak boleh tercium bau tengik dari krim, apabila

tercium bau tengik dari krim akan mengganggu kenyamanan dalam pemakaian.

Ini terjadi karena adanya mikroorganisme yang tumbuh dalam krim.

9. Penelitian Krim Sebelumnya

Penelitian Megantara et al (2017) dengan Formula I,II,III yang memiliki

variasi konsentrasi TEA 2,5%;3%;3,5%. Dari hasil evaluasi organoleptik, FI,II,III

berwarna ungu, berbau lavender karena ditambahkan pengharum lavender dan

berbentuk kental. Hasil uji pH sudah memenuhi syarat karena pH untuk kulit 4-8

(Danimayostu, Shofiana and Permatasari, 2017), dimana FI,II,III memiliki pH

6,5;6,2;5,9. Pada uji daya sebar sudah memenuhi syarat dengan syarat 5-7 cm

(Anggaraini, Mita and Ibrahim, 2015), dimana FI,II,III memiliki daya sebar

dengan beban 200 gram 6,8;6,8;6,7. Pada uji viskositas sudah memenuhi syarat

dengan syarat 2.000-50.000 cP (Anggaraini, Mita and Ibrahim, 2015), dimana

FI,II,III memiliki viskositas 10.300;13.900;15.990. Formula II yang paling baik

dengan konsentrasi TEA 3%.

Penelitian Nonci, Tahar and Aini (2016) dengan Formula I,II,III yang

memiliki variasi konsentrasi TEA : Asam stearat 2:5, 3:10, 4:15. Dari hasil

evaluasi organoleptik, FI,II,II berwarna putih, berbau khas, dan berbentuk FI semi

padat, FII,III padat. Hasil uji pH sudah memenuhi syarat karena pH untuk kulit 4-
29

8 (Danimayostu, Shofiana and Permatasari, 2017), dimana FI,II,III memiliki pH

7;7;6. Pada uji tipe emulsi FI,II,II memiliki tipe emulsi M/A. Formula III yang

baik dengan konsentrasi TEA 4%.

Penelitian Sharon, Anam and Yuliet (2013) dengan Formula I,II,III yang

memiliki variasi konsentrasi TEA : Asam stearat 2:6, 3:12, 4:18. Dari hasil

evaluasi organoleptik, FI,II,III berwarna kuning muda, berbau khas aromatik,

bertekstur lembut, dan berbentuk kental. Hasil uji pH sudah memenuhi syarat

karena pH untuk kulit 4-8 (Danimayostu, Shofiana and Permatasari, 2017),

dimana FI,II,III memiliki pH 6,56;6,57;6,61. Pada uji viskositas sudah memenuhi

syarat dengan syarat 2.000-50.000 cP (Anggaraini, Mita and Ibrahim, 2015),

dimana FI,II,III memiliki viskositas 2.553,33;6.673,33;11.666,67. Formula II

yang paling baik dengan konsentrasi TEA 3%.

Penelitian Trimardani (2015) dengan konsentrasi TEA 2% menghasilkan

krim yang memiliki warna putih kekuningan, bentuk krim, tekstur lembut dan

berbau harum mawar. Hasil uji pH sudah memenuhi syarat karena pH untuk kulit

4-8 (Danimayostu, Shofiana and Permatasari, 2017), dimana pH yang didapat

6,69. Pada uji daya sebar sudah memenuhi syarat dengan syarat 5-7 cm

(Anggaraini, Mita and Ibrahim, 2015), dimana dengan beban 50 gram memiliki

daya sebar 6,63 cm. Pada uji tipe emulsi memiliki tipe emulsi M/A.
30

I. Preformulasi

1. Rumput gandum

Rumput gandum (Triticum aestivum L.) digunakan sebagai bahan aktif.

Dalam penelitian Ashok (2011) Rumput Gandum (Tritucum aestivuvm L.)

memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 4,258 dengan pembanding asam

askorbat IC50 3,3266 (Zendehbad, Mehran and Malla, 2014). Rumput gandum

memiliki pH 5,0. Konsentrasi rumput gandum yang akan digunakan dalam

formula ini adalah 3,8%

2. Setil alkohol

Setil alkohol digunakan sebagai pengental yang mengatur viskositas dalam

sediaan krim. Setil alkohol merupakan seripihan putih seripihan putih seperti lilin,

berbentuk granul, butiran atau kubus, baunya khas dan samar. Memiliki pH 6-6,5.

Larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat dengan meningkatnya

suhu, praktis tidak larut dalam air. Setil alkohol stabil disituasi asam, basa serta

tidak berbau tengik. Bahan ini tidak tercampurkan dengan agen pengoksidasi kuat.

Konsentrasi yang digunakan 2-5% (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).

3. Asam stearat

Asam stearat digunakan sebagai pengemulsi yang sering digunakan

bersamaan dengan TEA. Asam stearat atau acidum stearicum berwarna agak

kuning mengkilap padat, kristal, dan sedikit bau. Memiliki rentang pH antara pH

4-5. Asam Stearat sangat larut dengan benzene, karbon tetraklorida, kloroform

dan eter. Larut dalam etanol, heksan dan propilenglikol, praktis tidak larut dalam
31

air. Bahan ini tidak tercampurkan dengan hampir dengan semua logam hidroksida

dan zat pengoksidasi. Dalam sediaan topical, konsentrasi penggunaan asam stearat

adalah 1-20% (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).

4. Lanolin

Zat serupa lemak yang dimurnikan diperoleh dari bulu domba Ovaris aries

Linne (Fam. Bovidae) yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya.

Mengandung air tidak lebih dari 0,25%. Boleh mengandung antioksidan yang

sesuai tidak lebih dari 0,02%. Lanolin akan menghasilkan krim emolien yang

menembus kulit dan menyerap obat, tidak mudah tengik pada penyimpanan

(Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).

5. Triethanolamin

Triethanolamin atau TEA merupakan salah satu pengemulsi yang digunakan

dalam sediaan topical. TEA merupakan cairan kental yang berwarna kuning pucat.

Larut dalam kloroform dan etanol. Bahan ini tidak tercampurkan dan akan

bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk garam Kristal dan ester dengan

adanya asam lemak yang tinggi. TEA dapat berubah menjadi warna coklat karena

paparan udara dan cahaya. Ketika dicampur dalam proporsi molar yang sama

dengan asam lemak, seperti asam stearat, TEA akan membentuk sabun anionic

dengan pH sekitar 8 yang dapat digunakan sebagai pengemulsi minyak dan air

yang stabil. Konsentrasi TEA 2-4% tergantung pada asam stearat (Rowe, Sheskey

and Quinn, 2009)


32

6. Gliserin

Gliserin digunakan sebagai humektan dan emolien serta pelarut. Gliserin

merupakan cairan kental higroskopik, bening, tidak berwarna, tidak berbau, dan

memiliki rasa manis yang 0,6 kali lebih manis seperti sukrosa. Jika disimpan

beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak

berwarna yang tidak lebur hingga suhu mencapai ± 20°C. Gliserin memiliki pH 4-

5 serta larut dala air dan etanol. Konsentrasi yang digunakan <30% (Rowe,

Sheskey and Quinn, 2009).

7. Propil paraben

Propil paraben atau nipasol merupakan pengawet dengan mencegah

pertumbuhan bakteri dan jamur pada krim dengan pH 4-8. Berbentuk Kristal atau

bubuk putih, tidak berbau, dan hambar. Sangat larut dalam aseton dan etanol 95%,

sangat larut dalam eter, propilenglikol dan air. Berubah warna dengan adanya

besi, terhidrolisis oleh alkali lemah dan asam kuat. Penyimpanan harus dalam

wadah tertutup baik, di tempat yang sejuk dan kering. Konsentrasi propil paraben

0,01-0,6% (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).

8. Metil paraben

Metil paraben atau nipagin merupakan pengawet yang digunakan untuk

meminimalisir pertumbuhan mikroorganisme di dalam sediaan krim. Metil

paraben berbentuk kristal putih, berasa agak getir, metil paraben dapat digunakan

secara tunggal atau kombinasi dengan antimikroba lain. Metil paraben memiliki

pH 4-8 dan memiliki antimikroba spectrum luas. Mudah larut dalam etanol, eter,

dan propilenglikol serta larut dalam air pada suhu 80°C dengan perbandingan
33

1:30. Inkompatibel dengan surfaktan nonionik seperti polysorbat 80. Konsentrasi

metil paraben 0,02-0,3% (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).

9. Aquadest

Aquadest digunakan sebagai pelarut dan pembawa dalam pembuatan obat dan

sediaan farmasi (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009). Berupa cairan jernih tidak

berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa. Aquadest memiliki pH 7

diperoleh dengan destilasi yang dibuat dari air yang memenuhi persyaratan

minum dan tidak mengandung zat tambahan lain (Depkes RI, 1995).

J. Rangkuman

Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) memiliki kandungan flavonoid,

tannin, zinc dan vitamin E yang berkhasiat sebagai antioksidan alami. Konsentrasi

Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) digunakan dalam formula ini adalah

3,8% dimana telah dibuktikan bahwa Rumput Gandum (Triticum aestivum L.)

memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 4,258 dengan pembanding asam

askorbat IC50 3,3266 (Zendehbad, Mehran and Malla, 2014). Penelitian ini

menggunakan basis formula krim yang diteliti oleh Megantara et al (2017). Pada

penelitian ini formula menggunakan TEA dan asam stearat sebagai pengemulsi

yang dapat menurunkan tegangan permukaan antara air dan minyak sehingga fase

air dan minyak dapat bercampur (Syamsuni, 2006). Bahan pengental yang

digunakan adalah setil alkohol yang dimana gugus alkohol dapat mengikat fase air

dan setil mengikat fase minyak sehingga konsentrasi air berkurang dan viskositas

dapat terjaga (Melyana, 2018). Bahan pelembab yang digunakan adalah gliserin

yang dapat melembabkan kulit. Gliserin mempunyai sifat dapat menyerap air dan
34

mencegah hilangnya air selama penyimpanan (Syamsuni, 2006). Lanolin

digunakan untuk melembutkan kulit (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009). Pengawet

yang digunakan adalah metil paraben dan propil paraben yang berfungsi untuk

mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur pada sediaan. Ada juga zat tambahan

lain yaitu aquadest digunakan sebagai bahan pembawa sehingga butiran minyak

dapat tersebar dalam air dan membentuk krim tipe M/A.

Pada penelitian ini menggunakan konsentrasi TEA 2%;2,5%;3% dimana pada

penelitian Megantara et al (2017) konsentrasi TEA 3% memiliki basis krim yang

stabil secara fisik dan juga masuk dalam range penggunaan TEA 2-4%.
35

K. Kerangka Teori
Flavonoid
(Sayuti and Yenrina,
Rumput Gandum 2015)
(Triticum aestivum L.)
Di maserasi dengan Tanin
metanol (Sayuti and Yenrina,
2015) Antioksidan alami
(Sayuti and Yenrina,
Ekstrak kental Rumput Vitamin E 2015)
Gandum (Sayuti and Yenrina,
(Triticum aestivum L.) 2015)

Zinc
(Sayuti and Yenrina,
2015)

Formulasi Krim

Pengemulsi Pengental Humektan Pelembut Pengawet Pembawa

Metil
Asam stearat Setil alkohol Gliserin Lanolin Aquadest
paraben
(Rowe, (Rowe, (Rowe, (Rowe, (Depkes RI,
(Rowe,
Sheskey and Sheskey and Sheskey and Sheskey and 1995)
Sheskey and
Quinn, 2009) Quinn, 2009) Quinn, 2009) Quinn, 2009)
Quinn, 2009)
TEA
(Rowe, Propil
Sheskey and paraben
Quinn, 2009) (Rowe,
Sheskey and
Mengurangi Setil Quinn, 2009)
Melembabkan Untuk
tegangan mengikat Pembentuk
kulit, melembutka Mencegah
antar muka minyak, massa krim
mencegah n kulit pertumbuhan
sehingga gugus
hilangnya air (Rowe, bakteri dan
fase air dan alcohol
saat Sheskey and jamur pada
fase minyak mengikat air,
penyimpanan Quinn, sediaan
dapat viskositas
(Syamsuni, 2009) (Rowe,
bercampur terjaga
2006) Shesky and
(Syamsuni, (Melyana,
2006) 2018) Quinn, 2009)

Stabil
36

L. Hipotesis

Hi : Ekstrak Rumput gandum (Triticum aestivum L.) dengan TEA

sebagai emulgator dapat diformulasikan menjadi sediaan krim

yang stabil dan memenuhi persyaratan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yaitu dengan membuat

beberapa formulasi krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) dan

menguji kestabilan fisiknya.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2019. Bertempat di laboratorium

Farmakognosi, laboratorium Farmasetika, dan laboratorium Fisika Politeknik

Kesehatan Jurusan Farmasi Palembang.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan yaitu ekstrak rumput gandum (Triticum

aestivum L.) yang diperoleh dari ekstraksi maserasi serbuk rumput gandum

(Triticum aestivum L.) menggunakan metanol sebagai pelarut. Serbuk simplisia

kering rumput gandum dengan merk “rumput gandum instant herbal asli organik”

yang didapat di online shop “Shopee”.

37
38

D. Cara Pengumpulan Data

1. Pembuatan Ekstrak Rumput Gandum (Triticum aestivum L.)

Serbuk rumput gandum dimaserasi menggunakan cairan penyari Metanol

yang didestilasi. Serbuk rumput gandum sebanyak 1.000 gram dimasukkan

kedalam botol maserasi, kemudian siram dengan cairan penyari hingga serbuk

rumput gandum terendam lalu ditutup dan disimpan di tempat yang gelap dan

terlindung dari sinar matahari selama 3 hari sambil dikocok sebanyak 3 kali

selama 15 menit kemudian setelah 5 hari disaring lalu enaptuangkan dan diulangi

perendaman dengan pelarut baru (remaserasi) sampai diperoleh hasil ekstraksi

yang sempurna, maserat yang didapat kemudian didestilasi vakum menggunakan

evaporator.

2. Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Rumput Gandum (Triticum aestivum

L.)

Pada penelitian ini membuat krim dengan tipe minyak dalam air (M/A).

Formula sediaan krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) berpedoman

pada Megantara et al., 2017 yang menyatakan konsentrasi TEA 3% menghasilkan

krim yang stabil. Peneliti akan memvariasikan TEA sebagai emulgator dengan

konsentrasi 2%;2,5%;3% pada masing-masing formula. Rumput gandum

(Triticum aestivum L.) berfungsi sebagai zat aktif. Konsentrasi yang digunakan

adalah 3,8%.
39

Tabel 2. Formula Krim Ekstrak Rumput Gandum (Triticum aestivum L.)


Jumlah yang digunakan (%)
No Bahan Formula Formula Formula Formula Keterangan
Kontrol I II III
1 Ekstrak Rumput
- 3,8 3,8 3,8 Zat aktif
Gandum
2. Setil alkohol 6 6 6 6 Pengental
3. Asam stearat 6 6 6 6 Emulgator
4. Lanolin 3 3 3 3 Pelembut
5. Triethanolamin 3 2 2,5 3 Emulgator
6. Gliserin 3 3 3 3 Humektan
7. Propil paraben 0,18 0,18 0,18 0,18 Pengawet
8. Metil paraben 0,02 0,02 0,02 0,02 Pengawet
9. Aquadest ad 100 100 100 100 Pembawa
Modifikasi (Megantara et al., 2017)

3. Pembuatan Formula

a. Pembuatan formula kontrol

1) Masukkan setil alkohol, asam stearat, lanolin, dan propil paraben ke cawan

(fase minyak). Lebur fase minyak pada suhu 70°C.

2) Panaskan aquadest, tambahkan TEA, gliserin, dan metil paraben pada suhu

70°C (fase air), kemudian aduk homogen

3) Masukkan fase air ke dalam lumpang panas

4) Campurkan fase minyak dan fase air dalam keadaan sama-sama panas sambil

diaduk dengan pengaduk elektrik sampai terbentuk massa krim.


40

b. Pembuatan formula I,II,III

1) Masukkan setil alkohol, asam stearat, lanolin, dan propil paraben ke cawan

(fase minyak). Lebur fase minyak pada suhu 70°C. (massa 1).

2) Panaskan aquadest, tambahkan TEA, gliserin, dan metil paraben pada suhu

70°C (fase air), kemudian aduk homogen (massa 2)

3) Masukkan fase air ke dalam mortir panas

4) Campurkan fase minyak dan fase air dalam keadaan sama-sama panas sambil

diaduk dengan pengaduk elektrik sampai terbentuk massa krim yang stabil

(massa 3)

5) Masukkan ekstrak rumput gandum ke dalam mortir, tambahkan massa krim

pada suhu 45°C sedikit demi sedikit sambil digerus homogen.


41

Basis Krim

Fase Minyak Fase Air

Asam Setil Lanolin Propil TEA Gliserin Metil Aquadest


stearat alkohol paraben paraben

Dilebur pada suhu 70°C Dipanaskan pada suhu 70°C

Massa 1 Massa 2
Ditambah dalam keadaan sama-sama
panas

Aduk homogen

Massa 3

Ditambah sedikit demi


sedikit (suhu 45°C)

Ekstrak rumput )
gandum

Aduk homogen

Sediaan Krim Ekstrak


Rumput Gandum

Gambar 4
Skema Pembuatan Krim
42

4. Evaluasi Krim

a. pH

Mengukur pH krim menggunakan alat pH meter Hanna.

Cara kerja :

1) Nyalakan alat dengan cara menekan tombol “ON”

2) Kalibrasi alat pH meter dengan cara :

a) Tekan tombol pH

b) Celupkan elektroda kedalam dapar pH 7, putar tombol skala sampai

menunjukkan angka 7,0

c) Bilas elektroda dengan aquadest, lalu celupkan ke dalam dapar pH 4, layar

digital akan menunjukkan angka 4,0. Bila belum tepat, putar tombol slope sampai

menunjukkan angka 4+0,002 dengan demikian kalibrasi pH telah selesai

d) Setelah pengkalibrasian selesai, bilas elektroda menggunakan aquadest

3) Larutkan krim sebanyak 1 gr dengan 10 ml aquadest di dalam beacker glass

4) Celupkan elektroda ke dalam krim

5) Catat angka pH yang tertera pada monitor pH meter.

b. Viskositas

Mengukur kekentalan dilakukan dengan menggunakan alat viskometer

Brookfield, spindle nomor 7 yang dipasang pada alat, kemudian dicelupkan ke

dalam sediaan krim yang telah diletakkan di dalam beacker glass.

Cara kerja :

1) Masukkan silinder ke dalam sampel sampai kedalam tertentu


43

2) Putar silinder dengan menggunakan arus listrik sampai jarum viskometer

menunjukkan angka tertentu

3) Spindel logam yang digunakan ada empat jenis, jenis yang digunakan sesuai

dengan kekentalan bahan yang akan diukur, pada penelitian ini digunakan

spindle nomor 7

4) Kecepatan putar yang digunakan pada uji viskositas sediaan krim adalah 6

rpm

5) Hasil pengukuran viskositas tersebut akan didapatkan angka yang

ditampilkan dalam monitor viscometer, yang dinyatakan dalam satuan cp

6) Pengukuran viskositas ini dilakukan pada suhu kamar.

c. Daya sebar

Pengamatan daya sebar dilakukan dengan cara mengambil krim sebanyak 1

gr, sediaan diletakkan di tengah cawan petri yang dibalik, kemudian lapisi plastik.

Lalu tambahkan beban diatasnya berat 125 gr. Diamkan selama 1 menit,

kemudian ukur diameter sebar krim menggunakan penggaris, catat diameter

sebarnya, lakukan setiap minggu selama 28 hari.

d. Tipe emulsi

Penentuan tipe emulsi ditetapkan dengan cara menambahkan reagen methylen

blue secara mikroskopik (Syamsuni, 2006). Formula emulsi dipreparasi di objek

glass, kemuadian tipe emulsi diamati dibawah mikroskop. Methylen blue akan

terlarut ke dalam fase air. Jika medium disperse berwarna biru merata maka

emulsi bertipe minyak dalam air (M/A).


44

e. Pemisahan fase

Uji yang dilakukan untuk mengetahui pemisahan fase yang terjadi dalam

sediaan krim dengan menggunakan alat sentrifugasi.

Cara kerja :

1) Krim dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi, volume krim dalam setiap

tabung harus sama

2) Masukkan tabung ke dalam alat sentrifugasi lalu tutup

3) Tekan tombol “ON”

4) Atur kecepatan 3750 rpm selama 5 jam

5) Catat pemisahan fase yang terjadi tiap jam.

f. Homogenitas

Uji yang dilakukan untuk mengukur homogenitas krim adalah dengan

mengoleskan sediaan krim ±100 mg pada sekeping kaca setipis mungkin, lalu

dilihat dibawah miksroskop untuk mengetahui partikel yang menunjukkan

homogenitasnya. Jika tidak terdapat butiran kasar di atas kaca objek maka sediaan

krim yang diuji dinyatakan homogen.

g. Warna

Pengamatan perubahan warna yang terjadi pada sediaan krim selama

penyimpanan 28 hari dengan melibatkan 30 responden secara acak kemudian data

disajikan dalam bentuk tabel menurut nilai tanggapan responden terhadap warna

sediaan krim.
45

h. Bau

Pengamatan perubahan bau yang terjadi pada sediaan krim selama

penyimpanan 28 hari dengan melibatkan 30 responden secara acak kemudian data

disajikan dalam bentuk tabel menurut nilai tanggapan responden terhadap bau

sediaan krim.

i. Iritasi kulit

Pengujian iritasi kulit dilakukan dengan menggunakan 30 orang responden

untuk melihat apakah sediaan krim yang mengandung ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) yang disimpan selama 28 hari menimbulkan iritasi kulit.

Pengujian dilakukan dengan mengoleskan sediaan krim Kontrol, FI, FII, FIII

seluas ±2 cm2 pada punggung tangan responden dan dibiarkan selama 5 menit,

kemudiaan diamati reaksi yang mungkin terjadi yaitu, kemerahan, terasa panas,

ataupun perih.

E. Alat Pengumpulan Data

1. Alat yang digunakan

Gelas ukur, corong, erlenmeyer, timbangan, motir, stemper, pengaduk kaca,

timbangan analitik, penjepit kayu, sudip, pipet tetes, tissue, cawan, botol maserasi,

rotary evaporator, kertas saring Whatman No.1, perkamen, pot plastik, pH Hanna,

viskometer Bookfield, objek glass, deck glass, penggaris, alat tulis, lembar

kuesioner.
46

2. Bahan yang digunakan

Rumput gandum (Triticum aestivum L.), metanol, TEA, asam stearat, setil

alkohol, gliserin, lanolin, metil paraben, propil paraben, dan aquadest.

F. Variabel

1. Variabel Independent : TEA divariasikan dalam formulasi krim

yang mengandung ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) yang ditinjau dari pH,

viskositas, daya sebar, tipe emulsi,

pemisahan fase, homogenitas, warna, bau,

dan iritasi kulit

2. Variabel dependent : Kestabilan fisik krim yang mengandung

ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum

L.).

G. Definisi Operasional

1. Evaluasi Sediaan

a. Definisi : Evaluasi sediaan krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) yang telah diuji meliputi uji pH,

viskositas, daya sebar, tipe emulsi, pemisahan fase,

homogenitas, warna, bau, dan iritasi kulit yang

memenuhi persyatan.
47

b. Alat ukur : Rekapitulasi hasil uji kestabilan fisik dan uji iritasi

kulit.

c. Cara ukur : Mengamati dan mengukur kestabilan fisik dan uji

iritasi kulit.

d. Hasil ukur : Baik jika semua hasil uji memenuhi persyaratan krim.

Buruk jika semua hasil tidak memenuhi persyaratan

standar krim yang baik.

2. Kestabilan Fisik

a. Definisi : Kestabilan fisik sediaan krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) yang telah diuji meliputi uji pH,

viskositas, daya sebar, tipe emulsi, pemisahan fase,

homogenitas, warna, bau, dan iritasi kulit yang

memenuhi persyaratan.

b. Alat ukur : Rekapitulasi hasil pengujian yang meliputi pH,

viskositas, daya sebar, tipe emulsi, pemisahan fase,

homogenitas, warna, bau, dan iritasi kulit yang

memenuhi persyaratan.

c. Cara ukur : Mengukur pH, viskositas, daya sebar dan mengamati

pemisahan fase, homogenitas, tipe emulsi, dan

organoleptis

d. Hasil ukur : Baik jika semua hasil uji memenuhi persyaratan krim.

Buruk jika semua hasil tidak memenuhi persyaratan

standar krim yang baik.


48

3. pH

a. Definisi : Suatu bilangan asam yang menyatakan keasaman krim

ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) yang

disimpan selama 28 hari

b. Alat ukur : pH meter Hanna

c. Cara ukur : Membandingkan hasil yang didapat dengan standar

pH untuk krim

d. Hasil ukur : Memenuhi syarat jika pH krim berkisar 4-8. Tidak

memenuhi syarat jika kurang dari 4 atau lebih dari 8

(Danimayostu, Shofiana and Permatasari, 2017).

4. Viskositas

a. Definisi : Menyatakan kekentalan sediaan krim ekstrak rumput

gandum (Triticum aestivum L.) yang disimpan selama

28 hari

b. Alat ukur : Viskometer Brookfield

c. Cara ukur : Membandingkan viskositas sediaan yang didapat

dengan standar viskositas krim yang stabil.

d. Hasil ukur : Memenuhi syarat apabila viskositas sediaan 2.000-

50.000 cp. Tidak memenuhi syarat apabila kurang dari

2.000 cp atau lebih dari 50.000 cp (Anggaraini, Mita

and Ibrahim, 2015)


49

5. Daya Sebar

a. Definisi : Angka yang menunjukkan diameter cawan petri yang

telah diletakkan krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) yang ditambahkan beban

diatasnya

b. Alat ukur : Penggaris

c. Cara ukur : Mengukur dan membandingkan hasil yang didapat

dengan standar diameter daya sebar untuk krim

d. Hasil ukur : Memenuhi syarat jika daya sebar krim berdiameter 5-

7 cm. Tidak memenuhi syarat jika daya sebar krim

kurang dari 5 cm atau lebih dari 7 cm (Anggaraini,

Mita and Ibrahim, 2015).

6. Tipe Emulsi

a. Definisi : Tipe emulsi dari krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) yang disimpan selama 28 hari

b. Alat ukur : Mikroskop, objek glass dan methylene blue

c. Cara ukur : Membandingkan hasil yang didapat dengan standar

tipe emulsi untuk krim

d. Hasil ukur : Memenuhi syarat jika medium disperse berwarna biru

merata yang menunjukkan krim tipe M/A dan tidak

memenuhi syarat jika medium disperse tidak berwarna

biru merata (Syamsuni, 2006)


50

7. Pemisahan Fase

a. Definisi : Terpisahnya fase minyak dan air pada sediaan krim

ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) yang

disimpan selama 28 hari

b. Alat ukur : Alat sentrifugasi

c. Cara ukur : Membandingkan hasil yang didapat dengan standar

pemisahan krim

d. Hasil ukur : Memenuhi syarat apabila tidak terjadi pemisahan fase

minyak dan fase air. Tidak memenuhi syarat apabila

fase minyak dan fase air mengalami pemisahan

(Melyana, 2018)

8. Homogenitas

a. Definisi : Distribusi partikel yang merata dari sediaan krim

ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) yang

disimpan selama 28 hari

b. Alat ukur : Sekeping objek glass dan mikroskop

c. Cara ukur : Mengamati sediaan krim yang didapat dengan standar

homogenitas krim yang stabil

d. Hasil ukur : Memenuhi syarat apabila distribusi partikel sediaan

krim merata. Tidak memenuhi syarat apabila distribusi

partikel sediaan krim tidak merata (Depkes RI, 1979).


51

9. Warna

a. Definisi : Warna krim sediaan krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) yang disimpan selama 28 hari

b. Alat ukur : Kuesioner

c. Cara ukur : Menghitung jumlah jawaban responden yang

menyatakan warna sediaan berubah atau tidak berubah

d. Hasil ukur : Mengalami perubahan warna atau tidak (Melyana,

2018).

10. Bau

a. Definisi : Bau krim yang mengandung ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) yang disimpan selama 28 hari

b. Alat ukur : Kuesioner

c. Cara ukur : Menghitung jumlah jawaban responden yang

menyatakan bau sediaan berubah atau tidak berubah

d. Hasil ukur : Mengalami perubahan bau atau tidak (Melyana, 2018)

11. Pengujian Iritasi Kulit

a. Definisi : Suatu gejala seperti kulit kemerahan, gatal-gatal terasa

panas dan perih pada permukan kulit setelah diolesi

krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.)

yang disimpan selama 28 hari. Pengujian dilakukan

pada punggung tangan dengan lebar 2,5 x 2,5 cm

(Mitsui, 1996)

b. Alat ukur : Kuesioner


52

c. Cara ukur : Menghitung jumlah jawaban responden yang

menyatakan gejala iritasi atau tidak iritasi terhadap

sediaan krim

d. Hasil ukur : Iritasi atau tidak.


53

H. Kerangka Operasional

Rumput Gandum (Triticum


aestivum L.)

Serbuk simplisia kering

Maserasi dengan
metanol

Maserat

Destilasi vakum

Ekstrak kental
Emulgator Pelembut

Formula Krim
Pengental Pengawet

Humektan Pembawa
Evaluasi

Uji Kestabilan Fisik Krim Uji iritasi Kulit

pH

Viskositas Iritasi Tidak Iritasi

Daya Sebar

Memenuhi Syarat
Tipe Emulsi

Pemisahan Fase Tidak Memenuhi Syarat

Homogenitas

Warna

Bau
54

I. Pengolahan Data dan Analisa Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan

pengukuran secara langsung terhadap mutu fisik krim yang meliputi : pengujian

pH, homogenitas, viskositas, daya sebar, pemisahan fase, tipe emulsi dari hasil

penyimpanan selama 0, 7, 14, 21, dan 28 hari, sedangkan untuk pengamatan

terhadap bau, warna, dan iritasi kulit dilakukan terhadap 30 orang responden dan

dibuat tabulasi. Analisis data dilakukan dengan cara analisa deskrirptif di

laboratorium Farmakognosi, laboratorium Farmasetika, dan laboratorium Fisika

Politeknik Kesehatan Jurusan Farmasi Paembang. Data yang diperoleh dibuat

dalam bentuk tabel lalu diinterpretasikan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Pembuatan Ekstrak Rumput Gandum (Triticum aestivum L.)

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2019 menggunakan serbuk

rumput gandum (Triticum aestivum L.) sebanyak 1.000 gram. Serbuk rumput

gandum (Triticum aestivum L.) di maserasi menggunakan pelarut metanol yang

telah didestilasi sebelumnya. Maserat yang didapat sebanyak 2.000 ml lalu

didestilasi vakum sehingga menghasilkan ekstrak kental sebanyak 66,46 gram.

Rendemen ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) yang diperoleh sebesar

6,646%. Ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) ini diformulasikan ke

dalam sediaan krim sebesar 3,8% pada setiap formulanya.

2. Hasil Pengamatan Kestabilan Fisik Krim Yang Mengandung Ekstrak

Rumput Gandum (Triticum aestivum L.)

Pembuatan formula krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.)

dengan memvariasikan TEA sebagai emulgator kemudian dilakukan uji kestabilan

fisik setiap minggunya selama 28 hari penyimpanan meliputi pH, viskositas, daya

sebar, tipe emulsi, pemisahan fase, homogenitas, warna, bau, dan iritasi kulit.

Hasil pengamatan kestabilan fisik krim ekstrak rumput gandum (Triticum

aestivum L.) dapat dilihat dalam tabel dan gambar berikut ini:

55
56

a. Hasil Uji Kestabilan Fisik Krim Ekstrak Rumput Gandum (Triticum

aestivum L.)

Tabel 3. Hasil Pengamatan Rata-rata pH Krim Ekstrak Rumput Gandum


(Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan
pH Krim Ekstrak Rumput Gandum (Triticum
aestivum L.)
Krim Keterangan
Hari Ke-
0 7 14 21 28
Formula Kontrol 7,49 7,43 7,34 7,31 7,27 MS
Formula I 6,90 6,70 6,67 6,63 6,60 MS
Formula II 6,95 6,81 6,78 6,72 6,65 MS
Formula III 7,09 6,94 6,85 6,83 6,70 MS
pH yang memenuhi syarat 4-8 (Danimayostu, Shofiana and Permatasari, 2017).
Keterangan : MS : Memenuhi Syarat TMS: Tidak Memenuhi Syarat

Tabel 4. Persentase Penurunan pH Krim Ekstrak Rumput Gandum


(Triticum Aestivum L.)
Persentase Penurunan pH Krim Ekstrak Rumput Gandum
Formula (Triticum Aestivum L.) dari Hari ke Hari
0-7 7-14 14-21 21-28
Formula Kontrol 0,81% 1,23% 0,41% 0,55%
Formula I 2,98% 0,45% 0,60% 0,45%
Formula II 2,05% 0,44% 0,89% 1,05%
Formula III 2,16% 1,31% 0,29% 1,94%

Tabel 5. Hasil Pengamatan Rata-rata Viskositas Krim Ekstrak Rumput


Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan
Viskositas (cP) Krim Ekstrak Rumput Gandum
(Triticum aestivum L.)
Krim Keterangan
Hari Ke-
0 7 14 21 28
Formula Kontrol 43.473 45.468 46.692 47.310 47.701 MS
Formula I 25.657 25.767 26.138 26.477 27.932 MS
Formula II 27.811 27.942 28.549 28.751 29.339 MS
Formula III 30.024 30.233 30.495 32.309 32.529 MS
Viskositas yang memenuhi 2.000-50.000 cp (Anggaraini, Mita and Ibrahim, 2015).
Keterangan : MS : Memenuhi Syarat TMS: Tidak Memenuhi Syarat
57

Tabel 6. Persentase Kenaikan Viskositas Krim Ekstrak Rumput Gandum


(Triticum Aestivum L.)
Persentase Kenaikan Viskositas Krim Ekstrak Rumput
Formula Gandum (Triticum Aestivum L.) dari Hari ke Hari
0-7 7-14 14-21 21-28
Formula Kontrol 4,59% 2,69% 1,32% 0,83%
Formula I 0,43% 1,44% 1,29% 0,62%
Formula II 0,47% 2,17% 0,71% 2,05%
Formula III 0,69% 0,87% 5,90% 0,68%

Tabel 7. Hasil Pengamatan Rata-rata Daya Sebar Krim Ekstrak Rumput


Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan
Daya Sebar Krim Ekstrak Rumput Gandum
(Triticum aestivum L.)
Krim Keterangan
Hari Ke-
0 7 14 21 28
Formula Kontrol 5,7 5,5 5,4 5,2 5,1 MS
Formula I 6,8 6,6 6,6 6,5 6,3 MS
Formula II 6,5 6,3 6,2 6,2 6,1 MS
Formula III 6,0 6,0 6,0 5,9 5,8 MS
Daya sebar yang memenuhi 5-7 cm (Anggaraini, Mita and Ibrahim, 2015)
Keterangan : MS : Memenuhi Syarat TMS: Tidak Memenuhi Syarat

Tabel 8. Persentase Penurunan Daya Sebar Krim Ekstrak Rumput Gandum


(Triticum Aestivum L.)
Persentase Penurunan Daya Sebar Krim Ekstrak Rumput
Formula Gandum (Triticum Aestivum L.) dari Hari ke Hari
0-7 7-14 14-21 21-28
Formula Kontrol 3,64% 1,85% 3,85% 1,96%
Formula I 3,03% 0% 1,54% 3,17%
Formula II 3,17% 1,61% 0% 0,16%
Formula III 0% 0% 1,69% 0,17%
58

Tabel 9. Hasil Pengamatan Rata-rata Tipe Emulsi Krim Ekstrak Rumput


Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan
Tipe Emulsi Krim Ekstrak Rumput Gandum
(Triticum aestivum L.)
Krim Keterangan
Hari Ke-
0 7 14 21 28
Formula Kontrol M/A M/A M/A M/A M/A MS
Formula I M/A M/A M/A M/A M/A MS
Formula II M/A M/A M/A M/A M/A MS
Formula III M/A M/A M/A M/A M/A MS
Memenuhi Syarat jika medium dispersi berwarna biru merata (tipe krim M/A)
Keterangan : MS : Memenuhi Syarat TMS: Tidak Memenuhi Syarat

Tabel 10. Hasil Pengamatan Rata-rata Pemisahan Fase Krim Ekstrak


Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari
Penyimpanan
Pemisahan Fase Krim Ekstrak Rumput Gandum
(Triticum aestivum L.)
Krim Keterangan
Hari Ke-
0 7 14 21 28
Formula Kontrol TM TM TM TM TM MS
Formula I TM TM TM TM TM MS
Formula II TM TM TM TM TM MS
Formula III TM TM TM TM TM MS
Memenuhi syarat jika tidak memisah
Keterangan : M : Memisah MS : Memenuhi Syarat
TM : Tidak Memisah TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Tabel 11. Hasil Pengamatan Rata-rata Homogenitas Krim Ekstrak Rumput


Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan
Homogenitas Krim Ekstrak Rumput Gandum
(Triticum aestivum L.)
Krim Keterangan
Hari Ke-
0 7 14 21 28
Formula Kontrol MS TMS TMS TMS TMS TMS
Formula I TMS TMS TMS TMS TMS TMS
Formula II TMS TMS TMS TMS TMS TMS
Formula III TMS TMS TMS TMS TMS TMS
Memenuhi syarat jika tersebar merata
Keterangan : MS : Memenuhi Syarat TMS: Tidak Memenuhi Syarat
59

Tabel 12. Hasil Pengamatan Rata-rata Warna Krim Ekstrak Rumput


Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan
Warna Krim Ekstrak Rumput Gandum
Krim (Triticum aestivum L.) Keterangan
B Persentase TB Persentase
Formula Kontrol 0 0% 30 100% MS
Formula I 0 0% 30 100% MS
Formula II 0 0% 30 100% MS
Formula III 0 0% 30 100% MS
Keterangan : B : Berubah MS : Memenuhi Syarat
TB : Tidak Berubah TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Tabel 13. Hasil Pengamatan Rata-rata Bau Krim Ekstrak Rumput Gandum
(Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan
Bau Krim Ekstrak Rumput Gandum (Triticum
Krim aestivum L.) Keterangan
B Persentase TB Persentase
Formula Kontrol 0 0% 30 100% MS
Formula I 0 0% 30 100% MS
Formula II 0 0% 30 100% MS
Formula III 0 0% 30 100% MS
Keterangan : B : Berubah MS : Memenuhi Syarat
TB : Tidak Berubah TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Tabel 14. Hasil Pengamatan Rata-rata Iritasi Kulit Krim Ekstrak Rumput
Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan
Iritasi Kulit Krim Ekstrak Rumput Gandum
Krim (Triticum aestivum L.) Keterangan
I Persentase TI Persentase
Formula Kontrol 0 0% 30 100% MS
Formula I 0 0% 30 100% MS
Formula II 0 0% 30 100% MS
Formula III 0 0% 30 100% MS
Keterangan : I : Iritasi MS : Memenuhi Syarat
TI : Tidak Iritasi TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan hasil pengamatan kestabilan fisik krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) selama 28 hari penyimpanan yang meliputi pH, viskositas,
60

daya sebar, tipe emulsi, pemisahan fase, homogenitas, warna, bau, dan iritasi kulit

maka didapatkan rekapitulasi dari seluruh formula sebagai berikut :

Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Krim Ekstrak Rumput Gandum


(Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari Penyimpanan

Evaluasi Sediaan Krim Ekstrak Rumput (Triticum aestivum L.) pada Jumlah
Krim penyimpanan selama 28 hari
pH Visko Daya Tipe Pemisa Homo War- Bau Irita- MS TMS
Sitas sebar Emul han genitas na si
si fase kulit
Formula MS MS MS MS MS TMS MS MS MS 8 1
Kontrol
Formula I MS MS MS MS MS TMS MS MS MS 8 1

Formula MS MS MS MS MS TMS MS MS MS 8 1
II
Formula MS MS MS MS MS TMS MS MS MS 8 1
III
Keterangan : MS : Memenuhi Syarat TMS: Tidak Memenuhi Syarat

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap uji kestabilan fisik krim ekstrak

rumput gandum (Triticum aestivum L.) yang meliputi pH, viskositas, daya sebar,

pemisahan fase, tipe emulsi, homogenitas, warna, bau, dan iritasi kulit selama 28

hari penyimpanan terdapat hasil yang berbeda-beda dengan pembahasan sebagai

berikut :

a. pH

Hasil pengamatan kestabilan pH sediaan krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) dengan variasi TEA pada formula kontrol dan III (3%),

formula I (2%), formula II (2,5%) selama 28 hari penyimpanan dapat dilihat pada

tabel 3. pH sediaan krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) berkisar
61

pada 7,49-6,60, pH formula kontrol berkisar 7,49-7,27 dengan penurunan

persentase sebesar 3,03%, formula I berkisar 6,90-6,60 dengan penurunan

persentase sebesar 4,55%, formula II berkisar 6,95-6,65 dengan penurunan

persentase sebesar 4,51%, formula III berkisar 7,09-6,70 dengan penurunan

persentase sebesar 5,82%. Dari penurunan persentase ini dapat dilihat bahwa pada

formula II dengan konsentrasi TEA 2,5% menghasilkan krim yang cenderung

stabil dilihat dari persentase penurunan yang paling kecil sebesar 4,51%.

Jika dibandingkan keempat formula memiliki pH yang berbeda-beda ini

disebabkan karena konsentari TEA yang bervariasi. Dalam penelitian Megantara

et al., 2017 pH yang didapat juga menurun di setiap formula dengan kisaran pH

6,5-5,9. Hal ini disebabkan ekstrak yang digunakan berbeda pada masing-masing

penelitian.

Selama 28 hari penyimpanan keempat formula krim mengalami penurunan.

Penuruanan ini diduga disebabkan terdapatnya perubahan zat aktif atau zat

tambahan dalam sediaan, pengaruh lingkungan dan pengaruh karbondioksida

(CO2) karena karbondioksida dapat bereaksi dengan air sehingga membentuk

asam (Hidyanti, 2008), selain itu pH ekstrak yaitu 5,0 yang bisa membuat pH

krim menjadi asam. Adapun perbedaan pH pada keempat formula disebabkan

penggunaan TEA yang bervariasi disetiap formula. Menurut Keithler (1956)

mengatakan bahwa TEA dapat meningkatkan pH sediaan hingga angka 8, ini yang

menyebabkan pH disetiap formula mengalami kenaikan. Untuk mengatasi

penurunan pH tersebut, dapat ditambahkan zat pendapar dalam formula agar pH

yang dihasilkan stabil selama penyimpanan.


62

Walaupun mengalami penurunan pH selama 28 hari penyimpanan keempat

formula krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) masih memenuhi

persyaratan pH untuk sediaan topikal yaitu 4-8 (Danimayostu, Shofiana and

Permatasari, 2017). Dengan demikian ditinjau dari pengujian pH yang disimpan

selama 28 hari telah memenuhi persyaratan untuk diformulasikan menjadi bentuk

sediaan krim.

b. Viskositas

Hasil pengujian viskositas krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum

L.) bertujuan untuk mengetahui mudah atau tidaknya sediaan untuk diaplikasikan

yang ditunjukkan dengan kemampuan mengalirnya. Dilihat pada tabel 5 formula

kontrol, I,II,dan III krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.)

cenderung mengalami peningkatan yang berkisar antara 25.657-47.701 cP,

viskositas pada formula kontrol berkisar 43.473-47.701 cP dengan persentase

kenaikan 9,73%, formula I berkisar 25.657-27.932 cP dengan persentase kenaikan

8,87%, formula II berkisar 27.811-29.339 cP dengan persentase kenaikan 5,49%,

formula IIIl berkisar 30.024-32.529 cP dengan persentase kenaikan 8,34%. Dari

kenaikan persentase ini dapat dilihat bahwa pada formula II cenderung stabil

dilihat dari persentase kenaikan yang paling kecil sebesar 5,49%.

Jika dibandingkan antara formula kontrol dan formula I,II,dan III memiliki

viskositas yang berbeda-beda ini disebabkan karena penambahan ekstrak rumput

gandum (Triticum aestivum L.) dan konsentrasi TEA yang berbeda-beda setiap

formula, karena semakin tinggi konsentrasi TEA yang digunakan maka semakin

tinggi viskositas yang dihasilkan (Melyana, 2018). Dalam penelitian Megantara


63

et al., 2017 viskositas yang didapat berkisar 10.333-20.975. Perbedaan viskositas

ini disebabkan karena perbedaan ekstrak yang digunakan dalam penelitian. Selain

itu, peningkatan viskositas sediaan juga dipengaruhi oleh lamanya penyimpanan,

menurut Lachman, Lieberman dan King (1994) menyatakan bahwa viskositas

emulsi akan meningkat seiring dengan usia emulsi yang kemudian baru relative

stabil. Lalu penambahan setil alkohol dimana setil alkohol dapat menyerap air dan

uap air selama penyimpanan sehingga menyebabkan kenaikan viskositas dan daya

sebar akan menurun (Melyana, 2018). Dengan demikian ditinjau dari pengujian

viskositas yang disimpan selama 28 hari telah memenuhi persyaratan untuk

diformulasikan menjadi bentuk sediaan krim yakni berkisar antara 2.000-50.000

cP (Anggaraini, Mita and Ibrahim, 2015).

c. Daya sebar

Hasil pengamatan daya sebar sediaan krim ekstrak rumput (Triticum aestivum

L.) bertujuan untuk mengetahui kemampuan menyebar sediaan krim pada

permukaan kulit. Dilihat pada tabel 7 daya sebar sediaan krim ekstrak rumput

gandum (Triticum aestivum L.) berkisar pada 6,8-5,1 cm untuk keempat formula

dengan rincian pada formula kontrol berkisar 5,7-5,1 cm dengan penurunan

persentase besar 11.76%, formula I berkisar 6,8-6,3 cm dengan penurunan

persentase besar 7,94%, formula II berkisar 6,5-6,1 cm dengan penurunan

persentase besar 6,56%, formula III berkisar 6,1-5,7 cm dengan penurunan

persentase besar 7,01%. Dari penurunan persentase ini dapat dilihat bahwa pada
64

formula II cenderung stabil dilihat dari persentase penurunan yang paling kecil

sebesar 6,56%.

Jika dibandingkan ke empat formula memiliki daya sebar yang berbeda-beda

ini disebabkan karena konsentari TEA yang bervariasi. Dalam penelitian

Megantara et al., 2017 daya sebar yang didapat di setiap formula dengan kisaran

6,5-6,7. Selain itu menurut Garg (2002) menyatakan bahwa daya sebar berbanding

tebalik dengan viskositas dimana semakin besar viskositas maka daya sebar akan

kecil. Penurunan daya sebar ini juga dipengaruhi oleh penambahan setil alkohol

dimana setil alkohol dapat menyerap air dan uap air selama penyimpanan

sehingga menyebabkan kenaikan viskositas dan daya sebar akan menurun

(Melyana, 2018). Dengan demikian ditinjau dari pengujian daya sebar yang

disimpan selama 28 hari telah memenuhi persyaratan untuk diformulasikan

menjadi bentuk sediaan krim yakni berkisar antara 5-7 cm (Anggaraini, Mita and

Ibrahim, 2015).

d. Tipe emulsi

Uji tipe emulsi bertujuan untuk mengetahui apakah krim yang dibuat bertipe

minyak dalam air (M/A) tetap stabil atau mengalami perubahan tipe emulsi.

Dilihat pada tabel 9 pengujian tipe emulsi ditetapkan dengan cara menambahkan

reagen methylen blue secara mikroskopik (Syamsuni, 2006). Hasil pengujian tipe

emulsi menunjukkan bahwa sediaan krim tidak mengalami perubahan selama 28

hari penyimpanan ditunjukkan dengan warna biru dari methylen blue larut dalam

fase pendispersi (fase air). Dari pengamatan yang dilakukan pada keempat
65

formula selama 28 hari penyimpanan menunjukkan bahwa tidak ada perubahan

tipe emulsi.

Kestabilan tipe emulsi ini sesuai dengan pernyataan Rowe, Sheskey and

Quinn, 2009 bahwa TEA dan asam stearat akan membentuk sabun anionik dan

dapat digunakan sebagai pengemulsi krim tipe minyak dalam air yang baik dan

stabil. Dengan demikian penambahan ekstrak rumput gandum ((Triticum aestivum

L.) kedalam formula dapat bercampur dengan baik. Sehingga disimpulkan bahwa

krim yang mengandung ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) memiliki

tipe emulsi M/A yang baik dan stabil selama 28 hari penyimpanan.

e. Pemisahan fase

Hasil pengamatan pemisahan fase sediaan krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) bertujuan untuk mengetahui apakah krim mengalami

ketidakstabilan sistem emulsi sehingga terpisah antara fase minyak dan air selama

28 hari penyimpanan. Dilihat pada tabel 10 formula kontrol, I,II,dan III krim

ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) tidak mengalami pemisahan fase.

Hal tersebut dikarenakan oleh penggunaan pengemulsi yang baik. Menurut Rowe,

Sheskey and Quinn (2009) TEA dan asam stearat akan membentuk sabun anionik

dan dapat digunakan sebagai pengemulsi krim tipe minyak dalam air yang baik

dan stabil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa krim yang mengandung

ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) tidak mengalami pemisahan fase

selama 28 hari penyimpanan.


66

f. Homogenitas

Hasil pengamatan homogenitas sediaan krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) bertujuan untuk mengetahui distribusi partikel-partikel

dalam sediaan krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) selama 28 hari

penyimpanan. Dilihat pada tabel 11 formula kontrol, I,II,dan III krim ekstrak

rumput gandum (Triticum aestivum L.) tidak homogen, karena pada saat

pengujian menggunakan mikroskop terdapat gelembung-gelembung udara pada

objek glass yang terlihat seperti tidak homogen. Gelembung-gelembung tersebut

muncul saat proses pembuatan krim ekstrak rumput (Triticum aestivum L.),

dimana ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) agak sukar untuk menyatu

dengan basis krim sehingga membutuhkan tenaga saat menggerus yang

mengakibatkan munculnya busa dan saat penyimpanan. Dengan demikian ditinjau

dari pengamatan homogenitas yang disimpan selama 28 hari tidak memenuhi

persyaratan.

g. Warna

Pada tabel 12 dapat dilihat hasil pengujian warna sediaan krim yang

mengandung ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) yang dibuat

mengalami perubahan warna atau tidak selama 28 hari penyimpanan dengan

melibatkan 30 responden. Formula kontrol berwarna putih karena tidak

ditambahkan ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) sedangkan formula

I,II,dan III memiliki warna hijau yang berasal dari ekstrak rumput gandum
67

(Triticum aestivum L.). Konsentrasi ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum

L.) yang digunakan dalam setiap formula I,II,dan III adalah 3,8%.

Dari hasil kuesioner tersebut menunjukkan bahwa pada formula kontrol,

formula I,II,dan III 100% menyatakan krim tidak mengalami perubahan warna.

Dengan demikian sediaan krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.)

telah stabil ditinjau dari warna selama 28 hari penyimpanan.

h. Bau

Pada tabel 13 dapat dilihat hasil pengujian bau sediaan krim yang

mengandung ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) yang dibuat

mengalami perubahan bau atau tidak selama 28 hari penyimpanan dengan

melibatkan 30 responden. Dari hasil kuesioner tersebut menunjukkan bahwa pada

formula kontrol,I,II,dan III 100% menyatakan krim tidak mengalami perubahan

bau. Krim yang dibuat memiliki bau seperti green tea. Bau sediaan yang tidak

berubah dan tidak tengik dapat disebabkan dengan penambahan metil paraben dan

propil paraben di setiap formula, dimana kedua pengawet tersebut dapat

mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur yang dapat mempengaruhi perubahan

bau sediaan (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009). Dengan demikian sediaan krim

ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) telah stabil ditinjau dari bau

selama 28 hari penyimpanan.

i. Iritasi Kulit

Pada tabel 14 dapat dilihat hasil pengujian iritasi kulit sediaan krim yang

mengandung ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) yang dibuat dapat

menimbulkan gejala iritasi kulit atau tidak selama 28 hari penyimpanan dengan
68

melibatkan 30 responden. Dari hasil kuesioner tersebut menunjukkan bahwa pada

formula kontrol,I,II,dan III 100% menyatakan krim tidak menimbulkan gejala

iritasi kulit berupa kemerahan, gatal-gatal, rasa panas atau perih pada permukaan

kulit yang telah diolesi krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.). Hal

ini dikarenakan pH sediaan krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.)

berkisar 7,49-6,60 yang dimana masih bisa diterima dengan baik oleh kulit karena

pH mendekati 8, selain itu juga bahan-bahan yang digunakan tidak menyebabkan

iritasi kulit. Dengan demikian sediaan krim ekstrak rumput gandum (Triticum

aestivum L.) tidak menimbulkan iritasi kulit selama 28 hari penyimpanan.

j. Rekapitulasi Uji Kestabilan Fisik Krim Ekstrak Rumput Gandum

(Triticum aestivum L.)

Krim yang mengandung ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) dapat

diformulasikan menjadi sediaan krim yang memenuhi syarat. Selama 28 hari

penyimpanan keempat formula krim mengalami penurunan diduga disebabkan

terdapatnya perubahan zat aktif atau zat tambahan dalam sediaan, pengaruh

lingkungan dan pengaruh karbondioksida (CO2) karena karbondioksida dapat

bereaksi dengan air sehingga membentuk asam (Hidyanti, 2008), selain itu pH

ekstrak yaitu 5,0 yang bisa membuat pH krim menjadi asam. Adapun perbedaan

pH pada keempat formula disebabkan penggunaan TEA yang bervariasi disetiap

formula. Ini yang menyebabkan pH disetiap formula mengalami kenaikan.

Viskositas krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) cenderung

mengalami kenaikan selama 28 hari penyimpanan namun masih memenuhi range


69

viskositas yang telah ditetapkan yaitu 2.000-50.000 cP, kenaikan viskositas pada

sediaan dipengaruhi oleh lamanya penyimpanan, selain itu variasi TEA dalam

setiap formula yang bisa menyebabkan viskositas meningkat, dan penambahan

setil alkohol dimana setil alkohol dapat menyerap air dan uap air selama

penyimpanan sehingga menyebabkan kenaikan viskositas dan daya sebar akan

menurun. Daya sebar krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.)

mengalami penurunan selama 28 hari penyimpanan namun masih memenuhi

range daya sebar yang telah di tetapkan yaitu 5-7 cm.

Uji tipe emulsi krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.)

menggunakan reagen methylen blue secara mikroskopik ditunjukkan dengan

warna biru dari methylen blue larut dalam fase pendispersi (fase air) membuktikan

bahwa krim yang dibuat tipe M/A. Lalu uji pemisahan fase telah memenuhi syarat

karena tidak terjadi pemisahan antara fase minyak dan air karena penggunaan

TEA dan asam stearat sebagai pengemulsi yang baik dalam formula krim.

Homogenitas dari keempat formula krim tidak memenuhi syarat karena terdapat

gelembung yang membuat seperti tidak homogen. Gelembung-gelembung

tersebut muncul saat proses pembuatan krim ekstrak rumput gandum dan saat

penyimpanan. Kestabilan warna dan bau selama 28 hari penyimpanan pada

keempat formula 100% responden menyatakan bahwa tidak mengalami perubahan

warna dan bau. Uji iritasi kulit 100% responden menyatakan bahwa tidak

terjadinya iritasi pada kulit setelah pengolesan krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) pada kulit, ini dikarenakan juga bahan-bahan yang

digunakan tidak menyebabkan iritasi kulit. Dari hasil rekapitulasi evaluasi


70

formula II dengan variasi TEA sebesar 2,5% merupakan formula yang cendrung

stabil dibandingkan dengan formula I dan III. Hal ini dikarenakan saat pengujiaan

kestabilan fisik meliputi pH telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan

yaitu 4-8 dan cenderung stabil, hasil pengukuran viskositas mengalami kenaikan

setiap minggunya dan kenaikan cenderung stabil, daya sebar mengalami

penurunan yang dikarenakan hasil viskositas cenderung meningkat. Penggunaan

Asam Stearat dan TEA sebagai emulgator akan menghasilkan krim yang memiliki

pemisahan fase, tipe emulsi yang baik, untuk warna, bau, dan iritasi kulit telah

memenuhi syarat kecuali homogenitas.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap kestabilan fisik krim

ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.) dengan variasi TEA sebagai

emulgator yang di simpan selama 28 hari maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut

1. Ekstrak rumput (Triticum aestivum L.) dapat diformulasikan menjadi

sediaan krim yang stabil dan memenuhi persyaratan.

2. Krim yang mengandung ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.)

yang cenderung stabil terdapat pada formula II dengan konsentrasi TEA

sebesar 2,5%

3. Ditinjau dari pH seluruh formula krim ekstrak rumput gandum (Triticum

aestivum L.) memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik.

4. Ditinjau dari viskositas seluruh formula krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik.

5. Ditinjau dari homogenitas seluruh formula krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) tidak memenuhi persyaratan.

6. Ditinjau dari tipe emulsi seluruh formula krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik.

7. Ditinaju dari daya sebar seluruh formula krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik.

71
72

8. Ditinjau dari pemisahan fase seluruh formula krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik.

9. Seluruh formula krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.)

memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik karena tidak mengalami

perubahan warna.

10. Seluruh formula krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.)

memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik karena tidak mengalami

perubahan bau.

11. Seluruh formula krim ekstrak rumput gandum (Triticum aestivum L.)

memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik karena tidak mengalami iritasi

kulit.

B. Saran

Dari hasil penelitian mengenai formulasi krim ekstrak rumput gandum

(Triticum aestivum L.) dapat disarankan :

1. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan pendapar pH

dalam formula krim untuk menjaga kestabilan pH sediaan krim selama

penyimpanan.

2. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan pengujian nilai anti

hiperpigmentasi terhadap minyak rumput gandum (Triticum aestivum L.).


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, I. and Agus, A. S. R. (2013) ‘Uji Stabilitas Formula Krim Tabir Surya
Ekstrak Umbi Bawang Dayak (Eleutherine americana l. merr.)’, J.
Trop.Pharm.Chem, 2(3), pp. 159–165.

Ajwad, M. N. (2016) Uji Potensi Tabir Surya dan Nilai Sun Protecting Factor
(SPF) Ektrak Etanol Daun Pedang-Pedang (Sansevieria trifasciata
Prain) Secara In Vitro. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Albaar, N. M. (2015) ‘Aktivitas Antioksidan Jus Rumput Gandum ( Triticum


aestivum ) sebagai Minuman Kesehatan dengan Metode DPPH’, MKMI,
1(September), pp. 197–202.

Amaliah, A. D. and Pratiwi, R. (2017) ‘Studi Formulasi Dan Evaluasi Fisik


Sediaan Krim Antiskabies Dari Minyak Mimba (Azadirachta Indica
A.Juss)’, Farmaka, 15(2), pp. 70–81.

Anggaraini, S., Mita, N. and Ibrahim, A. (2015) ‘Formulasi dan Optimasi Basis
Krim Tipe A/M dan Aktivitas Antioksidan Daun Cempedak ( Artocarpus
champeden Spreng )’, in Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian ke-2,
pp. 8–15. doi: 10.25026/mpc.v1i1.4.

Anief (2007) Farmasetika. 4th edn. Yogyakarta, Indonesia: Gadjah Mada


University Press.

Ashok, S. A. (2011) ‘Phytochemical and Pharmacological Screening of


Wheatgrass Juice (Triticum aestivum L.)’, International Journal of
Pharmaceutical Sciences Review and Research Available, 9(1), pp. 159–
164.

Chintia, D. and Widayati, R. I. (2015) ‘Efektivitas Campuran Ekstrak Aloe Vera


dan Virgin Coconut Oil dalam Formulasi Pelembab Pada Kekeringan
Kulit’, Media Medika Muda, 4(4), pp. 539–545.

Danimayostu, A. A., Shofiana, N. M. and Permatasari, D. (2017) ‘Pengaruh


Penggunaan Pati Kentang ( Solanum tuberosum ) Termodifikasi
Asetilasi- Oksidasi sebagai Gelling agent terhadap Stabilitas Gel Natrium
Diklofenak The Effect of Acetylation – Oxidation Modified Potato
Starch ( Solanum tuberosum ) as Gelling agent o’, Pharmaceutical

73
74

Journal Of Indonesia, 3(1), pp. 25–32.

Depkes RI (1979) Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta, Indonesia: Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Depkes RI (1995) Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jendral


Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta, Indonesia.

Dhaliwal, H, Sharma, N, Bano, A, Kumar, S, and Sharma, V. (2015) ‘Non-


Enzymatic Assay Based In-Vitro Antioxidant Activity and
Phytochemical Screening of Freeze Dried Wheat (Triticum aestivum L.)
Seedlings Juice Powder: Nature’s Finest Medicine-Part-II’, International
Journal of Pharmaceutical Sciences And Research, 6(9), pp. 4036–4046.
doi: 10.13040/IJPSR.0975-8232.6(9).4036-46.

Ditjen POM (2000) Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta,
Indonesia: Departemen Kesehatan.

Endarini, L. H. (2016) Farmakognosi dan Fitokimia. Jakarta, Indonesia: Pusdik


SDM Kesehatan.

Fatmawaty, A. Tjendra, A, Riski, R, and Nisa, M. (2012) ‘Formulasi , evaluasi


fisik dan permeasi krim pemutih asam kojat dengan variasi enhancer’,
Majalah Farmasi dan Farmakologi, 16(Tabel 1), pp. 139–142.

Harbone, J. (1987) Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan Edisi 2. Bandung: ITB.

Harun, D. S. N. (2014) Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti- Aging
Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis ( Garcinia magostana L.)
dengan Metode DPPH ( 1,1 - Diphenyl-2- Picril Hydrazil ). UIN Syarif
Hidayatullah.

Hidayah, N. (2016) ‘Pemanfaatan Senyawa Metabolit Sekunder Tanaman ( Tanin


dan Saponin ) dalam Mengurangi Emisi Metan Ternak Ruminansia’,
Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 11(2), pp. 89–98.

Jayanegara, A. and Sofyan, A. (2008) Penentuan Aktivitas Biologis Tanin


Beberapa Hijauan secara in Vitro Menggunakan ’ Hohenheim Gas Test ’
dengan Polietilen Glikol Sebagai Determinan. Bogor, Indonesia
75

Lachman, L., H.A, L. and J.L, K. (1994) Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi II. Jakarta, Indonesia: UI Press.

Megantara, I. N. A, Megayanti, K, Wirayanti, R, Esa, I.B.D, Wijayanti, N.P.A.D,


Yustiantara, P.S. (2017) ‘Formulasi Lotion Ekstrak Buah
Raspberry(Rubus rosifolius) Dengan Variasi Konsentrasi Trietanolamin
Sebagai Emulgator Serta Uji Hedonik Hedonik Terhadap Lotion’, Jurnal
Farmasi Udayana, 6(1), pp. 1–5.

Melyana, P. D. (2018) Formulsi dan Evaluasi Krim M/A Minyak Timi (Thymus
vulgaris L.) Dengan Kombinasi Trietanolamin dan Asam Stearat Sebagai
Emulgator. Politekknik Kesehatan Palembang.

Mitsui, T. (1996) New Cosmetic Science. Amsterdam, Netherland: Elsevier.

Mutiara, A. U. (2018) Sediaan Krim Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis ( Citrus
aurantium Dulcis ) Dengan Asam. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nonci, F. Y., Tahar, N. and Aini, Q. (2016) ‘Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik
Krim Susu Kuda Sumbawa Dengan Emulgator Nonionik Dan Anionik’,
JF FIK UINAM, 4(4), pp. 169–178.

Ozkose, A., Arslan, D. and Acar, A. (2016) ‘The Comparison of the Chemical
Composition , Sensory , Phenolic and Antioxidant Properties of Juices
from Different Wheatgrass and Turfgrass Species’, Notulae Botanicae
Horti Agrobotanici Cluj-Naoca, 44(May), pp. 499–507. doi:
10.15835/nbha44210405.

Pratomo, S. (2014) Karakter Morfologi Dan Fisiologi Genotipe Gandum


(Triticum aestivum L.) Introduksi Toleran Suhu Tinggi Di Dataran
Tinggi dan Sedang. Institut Pertanian Bogor.

Purba, T. G. B. (2018) Gambaran Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu-


Ibu Tentang Perawatan Kulit Balita Di Posyandu Desa Pasaribu
Kecamatan Doloksanggul Tahun 2017. HKBP Nommensen. Available
at: http://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/1377.

Rachmawati, D. (2018) Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Heksan , Kloroform , dan


Etanol Rumput Gandum Terhadap Sel Kanker Payudara T47D.
Muhammadiyah Surakarta.
76

Robinson, T. (1995) Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi Edisi


Keenam. Edited by T. oleh: Padmawinata. Bandung, Indonesia.

Rowe, R. C., Sheskey, P. J. and Quinn, M. E. (2009) Handbook of


Pharmaceutical Excipients Sixth edition. London, Chicago: America
Pharmaceutical Association.

Sayuti, K. and Yenrina, R. (2015) Antioksidan Alami dan Sintetik. 1st edn.
Padang, Indonesi: Andalas University Press.

Sayuti, N. A. (2015) ‘Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Ekstrak
Daun Ketepeng Cina ( Cassia alata L .)’, Jurnal Kefarmasian, 5(2), pp.
74–82.

Shah, K. . and Desai, T. . (2014) ‘Formulation And Evaluation Of Wheatgrass


Topical Gel’, An International Journal Of Pharmaceutical Sciences,
3(4). Available at: www.pharmasm.com.

Sharon, N., Anam, F. and Yuliet (2013) ‘Formulasi Krim Antioksidan Ekstrak
Etanol Bawang Hutan (Eleutherine palmifolia L. Merr)’, Online Jurnal of
Natural Science, 2(3), pp. 111–122.

Syamsuni, H. . (2006) Ilmu Resep. Jakarta, Indonesia: Buku Kedokteran EGC.

Tamu, F. (2017) Formulasi Dan Uji Efektifitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol
Daun Kersen (Muntingia calabura L) Dengan Metode DPPH.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makssar.

Tranggono, R. I. and Latifah, F. (2007) Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetik. Edited by J. Djajadisastra. Jakarta, Indonesia: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Trimardani, D. (2015) Formulasi Vanishing Cream Dan Lotion Ekstrak Etanol


Tempe Kedelai Cap ‘Dua Putri’ Sebagai Agen Pemutih Kulit Alami.
Universitas Jember.

Voigt, R. (1995) Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta,


Indonesia: Gadjah Mada University Press.
77

Winarsi, H., Yuniati, A. and Purwanto, A. (2013) Deteksi Aging pada Perempuan
Berdasarkan Status Antioksidan.

Zendehbad, S. H., Mehran, M. J. and Malla, S. (2014) ‘Flavonoids and phenolic


content in wheat grass plant ( Triticum aestivum )’, Asian Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research, 7(January 2014), pp. 2–6.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Rumput Gandum (Triticum aestivum


L.) yang akan digunakan
Bahan IC50
Asam askorbat 3,3266
Methanol ekstrak 4,258
Sumber : (Zendehbad, Mehran and Malla, 2014)

Konsentrasi vitamin C dalam sediaan topical adalah 3%

Konsentrasi zat aktif = x kadar vitamin C topical

= x 3% = 3,8%

78
79

Lampiran 2. Perhitungan Bahan Krim Ekstrak Rumput Gandum (Triticum


aestivum L.)

Bobot sediaan yang akan dibuat adalah 20 gram/pot

Dilebihkan 20% menjadi = 20 + = 24 gram

a. Ekstrak Rumput Gandum = x 24 gram = 0,912 gram

b. TEA

1. Formulasi Kontrol = x 24 gram = 0,72 gram

2. Formulasi I = x 24 gram = 0,48 gram

3. Formulasi II = x 24 gram = 0,6 gram

4. Formulasi III = x 24 gram = 0,72 gram

c. Asam stearat = x 24 gram = 1,44 gram

d. Setil alkohol = x 24 gram = 1,44 gram

e. Lanolin = x 24 gram = 0,72 gram

f. Gliserin = x 24 gram = 0,72 gram

g. Propil paraben = x 24 gram = 0,0432 gram

h. Metil paraben = x 24 gram = 0,0048 gram

i. Aquadest ad 24 gram
80

Lampiran 3. Perhitungan Simplisia Kering Rumput Gandum

1 . Hitungan simplisia kering rumput gandum

Rendemen = x 100%

= x 100%

=
81

Lampiran 4. Permohonan Menjadi Responden


82

Lampiran 5. Inform Consent


83

Lampiran 6. Kuisioner
84

Lampiran 7. Hasil Pengukuran pH, Viskositas, Daya Sebar Krim Ekstrak


Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) Selama 28 Hari
Penyimpanan

Hasil Uji pH Krim Ekstrak Rumput Gandum (Triticum aestivum L.) Selama
28 Hari Penyimpanan

pH
Tanggal Evaluasi Sediaan
Krim Hari Ke- Keterangan
15-4-19 22-4-19 29-4-19 6-5-19 13-5-19
0 7 14 21 28
7,45 7,47 7,29 7,33 7,20 MS
Formula
7,56 7,45 7,35 7,32 7,30 MS
Kontrol
7,47 7,36 7,39 7,30 7,20 MS
Rata-Rata 7,49±0,05 7,43±0,05 7,34±0,05 7,31±0,15 7,27±0,05 MS
7,02 6,36 6,80 6,62 6,53 MS
Formula I 6,80 6,74 6,52 6,63 6,47 MS
6,89 6,98 6,69 6,64 6,81 MS
Rata-Rata 6,90±0,11 6,70±0,31 6,67±0,14 6,63±0,01 6,60±0,18 MS
7,03 6,99 6,60 6,91 7,09 MS
6,88 6,80 6,79 6,57 6,51 MS
Formula II
6,93 6,91 6,95 6,69 6,37 MS
Rata-Rata 6,95±0,07 6,90±0,95 6,78± 6,72±0,17 6,65±0,38 MS
7,07 6,88 6,80 6,69 6,88 MS
Formula III 7,09 6,97 6,80 6,96 6,64 MS
7,13 6,96 6,90 6,51 6,59 MS
Rata-Rata 7,09±0,03 6,94±0,04 6,83±0,05 6,80±0,22 6,70±0,15 MS
Keterangan: MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi syarat jika pH 4-8 (Danimayostu, Shofiana and Permatasari,
2017).
85

Hasil Uji Viskositas Krim Ekstrak Rumput Gandum (Triticum aestivum L.)
Selama 28 Hari Penyimpanan

Viskositas
Tanggal Evaluasi Sediaan
Krim Hari Ke- Keterangan
15-4-19 22-4-19 29-4-19 6-5-19 13-5-19
0 7 14 21 28
43,120 43,630 45,951 47,264 47,851 MS
Formula
47,100 46,604 47,806 47,287 48,174 MS
Kontrol
40,199 46,171 46,318 47,380 47,077 MS
Rata-Rata 43,473±3,46 45,468±1,60 46,692±0,98 47,310±0,06 47,701±0,56 MS
25,393 26,033 26,800 27,308 26,978 MS
Formula I 25,256 26,651 26,016 27,629 29,585 MS
26,323 24,613 25,599 24,495 27,233 MS
Rata-Rata 25,657±0,58 25,767±1,04 26,138±0,60 26,477±1,72 27,932±1,43 MS
29,940 26,276 28,474 28,133 28,560 MS
Formula II 25,345 28,603 28,571 28,875 28,698 MS
28,148 28,946 28,603 29,345 30,770 MS
Rata-Rata 27,811±2,31 27,942±1,45 28,549±0,06 28,751±0,61 29,245±1,23 MS
29,545 30,456 30,485 31,237 32,834 MS
Formula III 30,136 30,146 30,171 34,110 32,379 MS
30,390 30,097 30,830 31,581 32,373 MS
Rata-Rata 30,024±0,43 30,233±0,19 30,495±0,32 32,309±1,56 32,529±0,26 MS
Keterangan: MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi syarat jika viskositas 2.000-50.000 cp (Anggaraini,
Mita and Ibrahim, 2015)
86

Hasil Uji Daya Sebar Krim Ekstrak Rumput Gandum (Triticum aestivum L.)
Selama 28 Hari Penyimpanan

Daya Sebar
Tanggal Evaluasi Sediaan
Krim Hari Ke- Keterangan
15-4-19 22-4-19 29-4-19 6-5-19 13-5-19
0 7 14 21 28
5,9 5,5 5,4 5,1 5,3 MS
Formula
5,8 5,6 5,5 5,3 4,6 MS
Kontrol
5,6 5,5 5,4 5,2 5,5 MS
Rata-Rata 5,7±0,15 5,5±0,05 5,4±0,05 5,2±0,10 5,1±0,47 MS
6,9 6,4 6,6 6,5 6,2 MS
Formula I 6,9 6,8 6,6 6,5 6,5 MS
6,7 6,5 6,7 6,5 6,3 MS
Rata-Rata 6,8±0,11 6,6±0,20 6,6±0,05 6,5±0 6,3±0,15 MS
6,7 6,4 6,3 6,2 6,5 MS
Formula II 6,3 6,2 6,2 6,2 6,3 MS
6,5 6,2 6,1 6,2 6,3 MS
Rata-Rata 6,5±0,20 6,3±0,11 6,2±0,10 6,2±0 6,1±0,11 MS
6,3 6,0 6,0 6,0 5,5 MS
Formula III 5,8 6,0 5,9 6,3 6,6 MS
5,9 6,0 6,0 5,5 6,5 MS
Rata-Rata 6,0±0,26 6,0±0 6,0±0,05 5,9±0,40 5,8±0,60 MS
Keterangan: MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi syarat jika daya sebar 5-7 cm (Anggaraini, Mita and
Ibrahim,2015)
87

Lampiran 8. Persiapan Pembuatan Ekstrak

Gambar 5. Serbuk Simplisia Rumput Gambar 6. Maserasi Menggunakan


Gandum Pelarut Metanol

Gambar 7. Penyaringan Gambar 8. Evaporator

Gambar 9. Ekstrak Kental


88

Lampiran 9. Persiapan Pembuatan Sediaan

Gambar 10. Bahan yang Digunakan Gambar 11. Basis Krim Fase Minyak

Gambar 12. Sediaan Krim


89

Lampiran 10. Formula Krim

Gambar 13. Formula Kontrol

Gambar 14. Formula I

Gambar 15. Formula II

Gambar 16. Formula III


90

Lampiran 11. Gambar Alat dan Evaluasi Sediaan

Gambar 17. Evaluasi pH Gambar 18. Evaluasi Viskositas

Gambar 19. Evaluasi Daya Sebar Gambar 20. Evaluasi Tipe Emulsi

Gambar 21. Sentrifugasi Gambar 22. Evaluasi Pemisahan


Fase
91

Evaluasi Pemisahan Fase Gambar 23. Evaluasi Homogenitas

Evaluasi Homgenitas Gambar 24. Pengamatan Warna

Gambar 25. Pengamatan Bau Gambar 26. Pengamatan Iritasi Kulit

Anda mungkin juga menyukai