Anda di halaman 1dari 50

P.II-P.

III

TITRASI

DEWI MARLINA
Analisa titrimetri /volumetri :
adalah
analisa kuantitatif dengan mengukur
volume larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan pasti yang diperlukan
untuk bereaksi secara kuantitatif dengan
larutan yang ditentukan.

 Prosesnya disebut
TITRASI
TITRASI
adalah
suatu proses penambahan larutan
baku yang diketahui
konsentrasinya menggunakan
buret ke dalam larutan yang akan
ditentukan kadarnya sampai
reaksi tepat selesai
secara sempurna
Analisis kuantitatif dengan metode volumetri
didasarkan pada reaksi kimia antara zat
uji dengan larutan titer, baik reaksinya
langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan cara titrasi, metode
volumetri dikelompokkan menjadi 2
yaitu:
1. Titrasi langsung
2. Titrasi tidak langsung / titrasi kembali
1. Titrasi langsung
• Cara ini dilakukan dengan
menitrasi langsung zat yang
akan ditetapkan kadarnya.
Perhitungan didasarkan pada
kesetaraan langsung larutan titer
dengan zat uji.
• Contoh pada metode Iodimetri
2. Titrasi tidak langsung / titrasi
kembali
• Dilakukan dengan cara
penambahan titran dalam jumlah
berlebih, kemudian kelebihan titran
dititrasi dengan larutan titran lain.
Dengan cara ini umumnya dilakukan
titrasi blanko (tanpa zat uji),
perhitungan didasarkan pada
kesetaraan tidak langsung larutan
titer dengan zat uji.
• Contoh pada metode iodometri
• Berdasarkan jenis
reaksinya, titrasi
dikelompokkan menjadi
Lima macam yaitu:
– Titrasi asam basa
– Titrasi oksidasi reduksi
– Titrasi kompleksometri
– Titrasi pengendapan
– Titrasi Diazotasi
1. TITRASI ASAM BASA
• Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara
asam dengan basa, sehingga akan terjadi
perubahan pH larutan yang dititrasi. Reaksi
antara asam dan basa, dapat berupa asam
kuat atau lemah dengan basa kuat atau
lemah.
• Titrasi dengan larutan titer asam kuat (HCl 0,1
N atau H2SO4 0,1N) disebut asidimetri.
• Titrasi dengan larutan titer basa kuat (NaOH
0,1N) disebut alkalimetri.
Lanjutan TITRASI ASAM BASA
• Hanya ada sedikit titrasi asam kuat
dengan basa kuat langsung yang
tercantum di dalam penetapan kadar obat
yang tercantum dalam Farmakope.
• Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat,
maka harga pH pada titik ekivalen
(titik dimana jumlah zat yang
direaksikan telah ekivalen/setara) adalah 7
(netral). Demikian pula pada titrasi basa
kuat dengan asam kuat, maka harga pH
titik ekivalen juga sama dengan 7 (netral)
Lanjutan TITRASI ASAM BASA
• Jenis asam yang digunakan pada titrasi
asam kuat dengan basa kuat pada
penetapan kadar senyawa obat dalam
Farmakope adalah:
• asam perklorat;
• asam klorida;
• asam sulfat;
• tiamin hidroklorida.
Lanjutan TITRASI ASAM BASA
Lanjutan TITRASI ASAM BASA
• Titik ekivalen pada titrasi basa lemah
dengan asam kuat adalah < 7 (asam).
• Jenis basa lemah yang digunakan pada
titrasi basa lemah dengan asam kuat (asam
klorida/asam sulfat) pada penetapan kadar
senyawa obat dalam Farmakope adalah:
• natrium karbonat;
• natrium bikarbonat;
• boraks.
Lanjutan TITRASI ASAM BASA

Perbedaan pH pada titik ekivalen titrasi asam


basa ini mempengaruhi jenis indikator yang
digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi.
Pemilihan jenis indikator harus memperhatikan
pH indikator. Sedapat mungkin, pH indikator
sama dengan pH titik ekivalen netralisasi.
Karakteristik indikator yang paling banyak
dipilih pada titrasi asam basa adalah indikator
yang mampu menunjukkan perubahan warna
yang nyata pada pH yang dekat dengan titik
ekivalen.
INDIKATOR
Ialah zat kimia yang mempunyai warna
berbeda dalam suasana asam dan dalam
suasana basa

Indikator Trayek Warna


pH Asam Basa

Metil jingga (m o) 3,1 – 4,4 Merah Jingga

Metil merah (m r) 4,2 – 6,2 Merah Kuning

Timol biru 8,0 – 9,6 Kuning Biru

Fenolftalein (pp) 8,3 –10 Tak Merah


berwarna
Untuk lebih jelasnya lihat daftar indikator pada Farmakope Indonesia Edisi IV.
2. TITRASI PENGENDAPAN
Metode titrasi endapan merupakan
analisis volumetri yang
berdasarkan pada reaksi
pembentukan endapan.
Metode titrasi pengendapan yang
paling banyak digunakan adalah
metode argentometric.
Lanjutan 2. TITRASI PENGENDAPAN
Titrasi pengendapan dengan
metode argentometri merupakan
metode umum untuk menetapkan
kadar senyawa halogenida
(Cl-, Br-, dan I-) dan senyawa-
senyawa lain (SCN-) yang
membentuk endapan dengan
perak nitrat (AgNO3).
Lanjuan... 2. TITRASI PENGENDAPAN

Berdasarkan jenis indikator dan


teknik titrasi yang digunakan,
maka titrasi argentometri dapat
dibedakan atas 3 yaitu :
1.Metode Mohr
2.Metode Volhard
3.Metode Fayans
Lanjuan... 2. TITRASI PENGENDAPAN

1. Metode Mohr, yaitu :


• Titrasi argentometri dengan metode Mohr
dilakukan berdasarkan pada pembentukan
endapan berwarna pada titik akhir titrasi
antara ion Ag+ sebagai larutan titer dengan
ion CrO42- sebagai indikator.
• Reaksi yang terjadi pada titik akhir titrasi :
2 Ag++ CrO42- → Ag2CrO4 ↙ (merah
bata)
Lanjuan... 2. TITRASI PENGENDAPAN
1. Metode Mohr,
• Cara ini dilakukan dalam suasana netral yaitu sekitar pH
6,5 – 10.
• Pada pH >10 akan terbentuk endapan AgOH yang akan
terurai menjadi Ag2O, sedangkan apabila
– pH<6,5 (asam), ion kromat akan bereaksi dengan H+
menjadi Cr2O7 2-dengan persamaan reaksi:
2 CrO42- + 2 H+ → 2 HCrO - → Cr2O72- + H2O

• Penurunan konsentrasi CrO42- menyebabkan diperlukannya


penambahan AgNO3 yang lebih banyak untuk membentuk
endapan Ag2CrO4, sehingga kesalahan titrasi makin besar.
Lanjuan... 2. TITRASI PENGENDAPAN
2. Metode Volhard, yaitu:
• Titrasi argentometri dengan metode Volhard
dilakukan berdasarkan pembentukan
senyawa yang larut dan berwarna sebagai
hasil reaksi antara ion Fe3+ sebagai larutan titer
dengan ion SCN- sebagai indikator.

• Reaksi yang terjadi pada titik akhir titrasi :


Fe3+ + SCN- → Fe(SCN)2+ (larutan merah)
Lanjuan... 2. TITRASI PENGENDAPAN
2. Metode Volhard,
• Berbeda dengan metode Mohr, metode Volhard ini
merupakan reaksi tidak langsung antara larutan titer
dengan zat uji.
• Larutan titer yang digunakan adalah larutan kalium
tiosianat (KSCN) atau ammonium tiosianat (NH4SCN).
• Dalam hal ini sampel direaksikan dengan larutan
perak nitrat berlebih dalam suasana asam, sisa perak
nitrat direaksikan dengan larutan baku tiosianat.
Suasana asam diperlukan untuk mencegah terjadinya
hidrolisis ion Fe3+.
Lanjuan... 2. TITRASI PENGENDAPAN
3. Metode Fayans,
• Titrasi argentometri dengan metode Fayans dilakukan
dengan menggunakan indikator adsorpsi.

• Indikator adsorpsi bekerja dengan cara :


endapan mengadsorpsi indikator pada titik
ekivalen dan dalam proses penyerapan tersebut
terjadi perubahan warna indikator. Senyawa organik
yang sering digunakan sebagai indikator adsorpsi
adalah fluoresein (HFl). Pada kondisi ion klorida
berlebih, anion Fl- tidak diserap oleh perak klorida
koloidal, tetapi dalam keadaan ion perak berlebih, ion
Fl- dapat ditarik kepermukaan sehingga partikel
bermuatan positif.
Lanjuan... 2. TITRASI PENGENDAPAN

3. Metode Fayans,
Penetapan kadar dengan titrasi pengendapan
argentometri metode Fayans yang terdapat
dalam Farmakope Indonesia antara lain
adalah penetapan kadar:
– Tiamin HCl
– Teofilin
– kloramfenikol
3. TITRASI KOMPLEKSOMETRI
• Titrasi kompleksometri merupakan metode volumetri
yang berdasarkan pada reaksi pembentukan
kompleks antara ion logam dengan senyawa
pengkompleks atau ligan. Senyawa pengompleks yang
paling umum digunakan dalam volumetrik adalah asam
etilendiamin tetraasetat atau sering disingkat EDTA
(H4Y) dalam bentuk garam dinatrium (Na2H2Y).

• Kelebihan EDTA sebagai ligan adalah kemampuannya


untuk membentuk kompleks 1 : 1 dengan ion logam,
baik logam valensi 1, 2 atau 3.
Contoh : untuk logam divalent,
misalnya Ca2+ reaksi dapat dituliskan sebagai berikut :
Ca2+ + H2Y2- → CaY2- + 2 H+
Lanjuan... 3. TITRASI KOMPLEKSOMETRI

• Karena selama titrasi terjadi reaksi


pelepasan ion H+ maka larutan yang
akan dititrasi perlu ditambah larutan
bufer. Untuk menentukan titik akhir titrasi
ini digunakan indikator, diantaranya
Calmagite, biru hidroksi naftol (BHN),
Eriochrome Black T (EBT). Titik akhir
ditandai dengan terjadinya perubahan
warna merah/ungu menjadi biru.
Lanjuan... 3. TITRASI KOMPLEKSOMETRI

• Penetapan kadar dengan metode


kompleksometri yang terdapat dalam
Farmakope Indonesia antara lain adalah
penetapan kadar:
Aluminii hydroxydum colloidale
Zinci undcylenas
Magnesia trisilicas
4. TITRASI OKSIDASI REDUKSI
• Titrasi oksidasi reduksi adalah cara
analisis volumetri yang berdasarkan
reaksi reduksi oksidasi (redoks).
• Salah satu ciri reaksi redoks adalah
terjadinya perubahan bilangan
oksidasi (biloks) dari zat-zat yang
bereaksi sebelum dan sesudah
reaksi.
Lanjutan 4. TITRASI OKSIDASI REDUKSI

• Dalam titrasi ini perlu dipahami tentang pengertian


oksidator, reduktor, oksidasi, dan reduksi, yaitu :
a. Oksidator adalah zat yang dalam reaksi
mengalami penurunan bilangan oksidasi (biloks),
karena dalam reaksi tersebut oksidator mengalami
reduksi atau menerima elektron.
Contoh :
MnO4- + 8 H+ + 5 e → Mn2+ + 4 H2O
MnO4- (KMnO4) adalah suatu oksidator
Reduksi karena dalam reaksi tersebut terjadi
penangkapan/menerima elektron
Lanjutan...4. TITRASI OKSIDASI REDUKSI

b. Reduktor adalah zat yang dalam reaksi


mengalami kenaikan bilangan oksidasi
(biloks), karena dalam reaksi tersebut
reduktor mengalami oksidasi atau
melepaskan elektron. Contoh :
Fe2+ → Fe3+ + e

Fe2+ (FeSO4) adalah suatu reduktor


Oksidasi karena dalam reaksi tersebut terjadi
pelepasan elektron
Lanjutan...4. TITRASI OKSIDASI REDUKSI
Macam-macam titrasi oksidasi reduksi antara lain :

1. Permanganometri
Larutan titer yang digunakan pada metode permanganometri
adalah Kalium permanganat (KMnO4) yang umumnya
dilakukan dalam suasana asam (asam sulfat encer). KMnO4
merupakan suatu oksidator, sehingga zat yang dianalisis
merupakan suatu reduktor.
Contoh : Penetapan kadar hydrogenperoksida yang tertera
pada Farmakope Indonesia, reaksi yang terjadi:
2 KMnO4 + 5 H2O2 + 3 H2SO4 →2 MnSO4 + 5 O2 + 8 H2O +
K2SO4
Lanjutan...4. TITRASI OKSIDASI REDUKSI
Macam-macam titrasi oksidasi reduksi antara lain :
2. Iodimetri dan Iodometri
– Iodimetri
• Larutan titer yang digunakan pada metode Iodimetri adalah
larutan Iodium (I2). Iodium merupakan suatu oksidator,
sehingga zat yang dianalisis merupakan reduktor.
Contoh : Penetapan kadar vitamin C (asam askorbat) yang
tertera dalam Farmakope Indonesia, reaksi yang terjadi :

Asam askorbat Asam dehidroaskorbat


Gambar. Reaksi antara vitamin C dengan Iodium
(Rohman, 2008)
Lanjutan...4. TITRASI OKSIDASI REDUKSI
Macam-macam titrasi oksidasi reduksi antara lain:
2. Iodimetri dan Iodometri
– Iodometri,
• Larutan titer yang digunakan pada metode Iodometri
adalah larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3).
• Natrium tiosulfat merupakan reduktor, namun reaksi
dalam metode ini didasarkan pada reaksi iodium
(oksidator) dengan larutan titer (natrium tiosulfat).
Dimana Iodium merupakan hasil reaksi suatu oksidator
(zat uji) dengan kalium iodida (KI).
• Iodometri juga bisa dilakukan dengan mereaksikan zat
uji reduktor dengan larutan iodium berlebih, sisa iodium
yang tidak bereaksi dititrasi dengan larutan natrium
tiosulfat (titrasi berlebih).
Lanjutan...4. TITRASI OKSIDASI REDUKSI
Macam-macam titrasi oksidasi reduksi antara lain :
2. Iodimetri dan Iodometri
– Iodometri,
• Contoh :
• Penetapan kadar vitamin C, dapat dimodifikasi
dengan menambahkan larutan iodium berlebih. Sisa
larutan Iodium selanjutnya dititrasi dengan larutan
natrium tiosulfat, untuk mengetahui jumlah iodium
yang bereaksi dengan zat uji (vitamin C), maka
dilakukan titrasi blanko (titrasi tanpa zat uji). Reaksi
yang terjadi pada titrasi lanjutan :
»2 Na2S2O3 + I2 → 2 NaI + Na2S4O6
5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)
• Metode nitrimetri didasarkan pada reaksi antara
amina aromatik primer dengan natrium nitrit dalam
suasana asam membentuk garam diazonium
(dikenal dengan reaksi diazotasi).
• Zat yang dapat dititrasi dengan nitrimetri adalah zat
yang mengandung gugus – NH2 (amin) aromatis
primer atau zat lain yang dapat dihidrolisis/direduksi
menjadi amin aromatis primer (Susanti, 2003).
• Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan
dalam analisa senyawa-senyawa organik, khususnya
untuk persenyawaan amina primer.
Lanjutan 5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)
• Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil
amina primer (aromatik) dengan natrium nitrit dalam
suasana asam membentuk garam diazonium. Reaksi ini
dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan
yang berlangsung dalam dua tahap seperti dibawah ini :
NaNO2 + HCl → NaCl + HNO2
Ar- NH2 + HNO2 + HCl → Ar-N2Cl + H2O
• Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam
diazonium yang terbentu mudah terdegradasi
membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga
reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15°C. Reaksi
diazotasi dapat dipercepat dengan panambahan garam
kalium bromida (Wunas, 1986)).
Lanjutan 5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)

• NaNO2+HCl→ NaCl+HONO
• Reaksi dilakukan dibawah 15o, sebab pada suhu
yang lebih tinggi garam diazonium akan terurai
menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi diazonasi
dapat dipercepat dengan menambahkan kalium
bromida.

• Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa


sama dengan berat molekulnya karena 1 mol
senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan
menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan
alasan ini pula, untuk nitrimetri, konsentrasi
larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas
(M) karena molaritasnya sama dengan normalitas.
5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)

• Pada titrasi diazotasi, penetuan titik akhir titrasi


dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam,
dan secara potensiometer (Ibnu ghalib ganjar: 2007.
P 164).
• Indikator luar
• Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji
iodida atau dapat pula menggunakan kertas kanji-
iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau
kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan
mengoksidasi iodida menjadi iodium dengan adanya
kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru
segera.
5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)

• Indikator luar
• Indikator kanji iodida ini peka terhadap
kelebihan 0,05-0,10 ml natrium nitrit dalam 200
ml larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan
sebagai berikut (Ibnu ghalib ganjar: 2007. P
165):
NaNO2 + HCL → HNO2+NaCl
KI + HCl→KCl+HI
2HI+2HONO→I2 + 2NO+2H2O
I2 + kanji iod (biru)
Lanjutan 5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)

• Titik akhir titrasi tercapai apabila pada


penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta
kanji-iodida atau kertas kanji iodida akan
terbentuk warna biru segera sebab warna biru
juga terbentuk beberapa saat seteleh dibiarkan
diudara. Hal ini disebabkan karena oksidasi iodida
oleh udara (O2) menurut reaksi:
4KI + 4HCl + O2 → 2H2O + 2I2 +4 KCl
I2 + kanji iod (biru).
• Untuk menyakinkan apakah benar-benar sudah
terjadi titik akhir titrasi, maka pengujian seperti
diatas dilakukan lagi setelah dua menit (Ibnu
ghalib ganjar: 2007. P 165).
Lanjutan 5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)

Indikator dalam
• Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO
dan metilen biru.
• Tropelin OO merupakan indikator asam-basa yang
berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna
kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam
nitrit,
• sedangkan metilen biru sebagai pengontras warna
sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi
perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau
tergantung senyawa yang dititrasi. (Ibnu ghalib
ganjar: 2007. P 165)
Lanjutan 5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)

Indikator dalam
• Pemakaian kedua indikator ini ternyata memiliki
kekurangan.
• Pada indikator luar harus diketahui dulu perkiraan
jumlah titran yang diperlukan, sebab kalau tidak tahu
perkiraan jumlah titran yang diperlukan, maka akan
sering melakukan pengujian apakah sudah tercapai
titik akhir titrasi atau belum.
• Disamping itu, kalau sering melakukan pengujian,
dikhawatirkan akan banyak larutan yang dititrasi
(sampel) yang hilang pada saat pengujian titik akhir.
Lanjutan 5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)

• Sementara itu, pada pemakaian


indikator dalam walaupun
pelaksanaanya mudah tetapi seringkali
untuk senyawa yang berbeda akan
memberikan warna yang berbeda.
Untuk mengatasi hal ini, maka
digunakan metode pengamatan titik
akhir secara potensiometer. (Ibnu ghalib
ganjar: 2007. P 166)
Lanjutan 5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)

• Metode yang baik untuk penetapan tItik akhir


nitrimetri adalah metode potensiometer dengan
menggunakan elelktrode kolomplatina yang
dicelupkan kedalam titrat. Pada saat titik akhir
titrasi (adanya kelebihan asam nitrit), akan
terjadi depolarisasi elektroda sehingga akan
terjadi perubahan arus yang sangat tajam
sekitar +0,80 volt sampai +0,90 volt. Metode ini
sangat cocok untuk sampel dalam bentuk
sediaan yang berwarna.
Lanjutan 5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)

• Titrasi Diazotasi dapat digunakan untuk:


(Ibnu ghalib ganjar: 2007. P 166)
a). Penetapan kadar senyawa-senyawa yang
mempunyai gugus amin aromatis primer
bebas seperti sulfamilamid
b). Penetapan kadar senyawa-senyawa yang
mana gugus amin aromatic terikat dengan
gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil
sulfatiazol, dan parasetamol.
c). Senyawa-senyawa yang mempunyai
gugus nitri aromatis seperti kloramfenikol.
Lanjutan 5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam


nitrimetri :
• Apabila digunakan indikator luar, suhu harus
dibawah 15°C karena bila suhu tinggi garam
diazonium akan pecah uap NO hasil tidak
akurat, bila menggunakan indikator dalam
suhunya tidak harus 15°C tetapi harus tetap
dijaga supaya tidak terlalu tinggi.
Lanjutan 5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam


nitrimetri :
• Penetesan NaNO2 dari buret jangan terlalu
cepat karena pembentukan garam diazonium
memerlukan waktu yang lama.
• Bila penetesan terlalu cepat HONO belum
bereaksi dengan sampel begitu diteteskan
dengan indikator luar akan menimbulkan
warna biru langsung, maka hasil tidak akurat.
Lanjutan 5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam


nitrimetri :
• pH harus asam karena apabila keasaman
kurang maka titik akhir titrasi tidak jelas dan
garam diazonium yang terbentuk tidak
sempurna karena garam diazonium tidak
stabil pada suasana netral atau basa
pemakaian KBr boleh dilakukan ataupun tidak,
tetapi apabila tidak ditambahkan KBr suhu
harus dibawah 15°C bila menggunakan
indikator luar, hati-hati pada reaksi titik akhir
palsu. (Prima Amanda, 2013).
Lanjutan 5. TITRASI NITRIMETRI (REAKSI DIAZOTASI)

• Prinsip Titrasi Nitrimetri


1. Pembentukan garam diazonium dari
gugus amin aromatik primer (amin aromatik
sekunder dan gugus nitro aromatik);
2.Pembentukan senyawa nitrosamine dari
amin alifatik sekunder;
3.Pembentukan senyawa azidari gugus
hidrazida dan
4. Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi
karena sulitnya nitrasi dengan menggunakan
asam nitrit dalam suasana asam.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai