3. Titrasi reduksi-oksidasi
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator
akan tereduksi. Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi
persyaratan umum sebagai berikut :
Reaksi harus cepat dan sempurna.
Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan yang pasti antara
oksidator dan reduktor.
Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau secara
potentiometrik.
Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya iodometri dengan I2 sebagai titran adalah untuk
menentukan bilangan iod lemak dan miyak.Karena kemampampuan mengoksidasi yang tidak
besar, tidak banyak zat yang dapat dititrasi berdasarkan iodometri langsung. Pengunaan ini
memeanfaatkan kesangupan ikatan rangkap zat organic untuk mengadisi iod. Penentuan kadar
vitamin C (asam arkobat) pun dapat dialakukan dengan titrasi ini.
Aplikasi lain dadi titrasi redoks ini adalah penentuan kadar air cara Karl Fischer.
Pereaksinya tediri dari iod, belerang dioksida, piridin dan methanol. Iod dan belerang dioksida
membentuk kompleks dengan piridin, dan bila terdapat air, maka kedua kompleks ini dengan
kelebihan piridin beraksi dengan air.
4. Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah cara penetapan kadar ion logam berdasarkan terbeentuknya
senyawa kompleks antara ion logam dan senyawa pembentuk kompleks, yang merupakan donor
elektron.. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan
ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks,
membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Dalam titrasi kompleksometri perlu diperhatikan pH larutan yang dititrasi, sebab asam edtat
terionisasi dalam 4 tingkat (pKl = 2,0 ; pK2 = 2,67 ; pK3 = 6,16 dan pK4 = 10,20) dan spesies
pembentuk kompleks yang sebenarnya adalah Y=. Dengan demikian, kompleks akan terbentuk
lebih efisien dan lebih stabil dalam larutan alkalis.
Salah satu senyawa pembentuk kompleks yang banyak digunakan adalah Na.EDTA. senyawa
EDTA ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1:1 beberapa
valensi.
M++ + (H2Y)= (MY)= + 2H+
M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2H+
M4++ (H2Y)= (MY) + 2 H+
M adalah logam dan (H2Y) adalah anion garam dinatrium edtat.
Sumber
“KlasifikasiMetodeAnalisisVolumetri”
https://www.academia.edu/7022542/Klasifikasi_Metode_Analisis_Volumetri, diakses pada
18/09/2021 pukul 11 : 30 WIB.
“MAKALAH KIMIA ANALITIK '' ANALISA VOLUMETRI''”
https://www.academia.edu/29537678/
MAKALAH_KIMIA_ANALITIK_ANALISA_VOLUMETRI, diakses pada 19/09/2021
pukul 12 : 30 WIB.