Anda di halaman 1dari 5

4.

Klasifikasi Metode Analisis Volumetri


Titrasiada kalanya orang menyebut sebagai metode volumetric, hal ini disebabkan
pengukuranvolume larutan dalam titrasi memegang peranan yang penting. Dari pengambilan
analit denganvolume tertentu hingga pembacaan volume titran yang habis dipakai untuk titrasi
mempengaruhisemua hasil analisis. Oleh sebab itu penggunaan peralatanyang tepat dalam titrasi
juga tidak boleh disepelekan.Metode Volumetri dibedakan atas jenis-jenis reaksi yang terlibat
antara titran dan analit yaitu:
 Asam-Basa
Terdapat banyak senyawa asam dan basa yang dapat ditentukan secaratitrasi. Baik asam kuat
atau basa kuat, titik akhir titrasipun sangat mudah diamati dengan penggunaan indicator asam
basa seperti fenolphtalein (PP), metal merah, metal orange,dan lainnya. Pada saat titik equivalent
diperoleh maka larutan bersifat netral akan tetapidengan penambahan sedikit titran untuk
mencapai titik akhir titrasi maka cukup untukmengubah warna indicator asam basa. Cara lain
adalah dengan menggunakan pHmeter.Asam lemah dan basa lemah juga dapat dititrasi begitu
juga dengan asam organic yang dititrasi dengan pelarut non-air.
 Reduksi-Oksidasi
Zat yang bersifat oksidator seperti KMnO4, K2CrO4, I2, dan zatyang bersifat reduktor
seperti H2C2O4, Fe2+, Sn2+ dapat ditentukan dengan metodetitrasi ini. Reaksi redoks terlibat
saat titran dan analit bereaksi. Beberapa metode titrasiredoks tidak membutuhkan indicator untuk
melihat titik akhir titrasi seperti titrasi antaraKMnO4 dan H2C2O4 disebabkan KMnO4 itu
sendiri sudah berwarna. Amylum biasanyadipakai untuk titrasi yang melibatkan I2.
 Kompleksometri
Reaksi pembentukan kompleks antara EDTA dan ion logammendasari metode ini. EDTA
merupakan jenis titrant yang banyak dipakai untuk titrasikompleksometri dan bereaksi dengan
banyak logam, reaksinyapun dapat dikontroldengan mengontrol pH larutan.
 Pengendapan
Reaksi pembentukan endapan menjadi dasar metode ini. Titran dan analit bereaksi
membentuk endapan seperti penentuan ion klorida dengan menggunakan titran AgNO3.
Indikator dapat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi misalnyaK2CrO4 untuk titrasi
yang menggunakan titran perak nitrat.
5. Pembagian Analisa Volumetri
Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka analisis:olumetri dibagi
atas.
1. Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan. kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan
basa dan sebaliknya.Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume
titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant. sebelum melakukan
titrasi, ada Cara Mengetahui Titik Ekuivalen.
Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman apabila dilakukan
dengan mengunakan prosedur yang disebut titrasi. dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut dengan larutan standar (standard
solution),ditambahkan secara bertahap ke larutan yang lain konsentrasinya tidak diketahui,
sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsun sampai sempurna jika kita
mengetahui volume larutan standard dan larutan tidak diketahui yang digunakan dalam
titrasi,maka kita dapat menghitung konsentrasi larutan tidak diketahui itu.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi dengan basa
dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau
basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH
larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat
tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator
yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi
maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.Keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik
akhir titrasi”.
Dalam percobaan,Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu
erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai.
Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat
dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut
indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi.
Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam
prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi.
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen
(larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah
ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari
macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator
asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen
lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa,
maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus
diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam
atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
2. Titrasi pengendapan
Titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya
endapan dari zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran ). Suatu reaksi endapan dapat
berkesudahan bila kelarutan endapannya cukup kecil. konsentrasi ion-ion yang akan mengalami
perubahan yang besar di dekat titik ekuvalennya. Terdapat 3 cara penentuan suatu senyawa
dengan titrasi pengendapan yaitu :
a. cara mohr
b. cara volhard dan,
c. cara fayans
Pada penentuan dengan cara mohr,dilakukan titrasi langsung dalam larutan netral dan
sebagai indicator digunakan ion kromat, ion kromat bertindak sebagai indikator yang banyak
digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode ini
ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat.
Cara volhard digunakan untuk menetapkan kadar ion klorida secara tidak langsung dalam
suasana asam kuat ke dalam larutan klorida ditambahkan larutan baku perak nitrat dalam jumlah
sedikit dan berlebihan. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan baku tiosianat mengunakan
indicator Fe(III).Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna merah
senyawa Fe(CNS)2+.titasi ini merupakan titrasi balik digunakan jika reaksi berjalan lambat atu
jika tidak ada indicator pemastian TE.
Cara Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat diserap pada
permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung AgNO3 digunakan
sebagai titran dan indicator, eiosin,fluoceein.metode ini digunakan untuk menentukan
Cl-,Br-,I-,SCN-.

3. Titrasi reduksi-oksidasi
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator
akan tereduksi. Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi
persyaratan umum sebagai berikut :
 Reaksi harus cepat dan sempurna.
 Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan yang pasti antara
oksidator dan reduktor.
 Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau secara
potentiometrik.
Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya iodometri dengan I2 sebagai titran adalah untuk
menentukan bilangan iod lemak dan miyak.Karena kemampampuan mengoksidasi yang tidak
besar, tidak banyak zat yang dapat dititrasi berdasarkan iodometri langsung. Pengunaan ini
memeanfaatkan kesangupan ikatan rangkap zat organic untuk mengadisi iod. Penentuan kadar
vitamin C (asam arkobat) pun dapat dialakukan dengan titrasi ini.
Aplikasi lain dadi titrasi redoks ini adalah penentuan kadar air cara Karl Fischer.
Pereaksinya tediri dari iod, belerang dioksida, piridin dan methanol. Iod dan belerang dioksida
membentuk kompleks dengan piridin, dan bila terdapat air, maka kedua kompleks ini dengan
kelebihan piridin beraksi dengan air.
4. Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah cara penetapan kadar ion logam berdasarkan terbeentuknya
senyawa kompleks antara ion logam dan senyawa pembentuk kompleks, yang merupakan donor
elektron.. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan
ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks,
membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Dalam titrasi kompleksometri perlu diperhatikan pH larutan yang dititrasi, sebab asam edtat
terionisasi dalam 4 tingkat (pKl = 2,0 ; pK2 = 2,67 ; pK3 = 6,16 dan pK4 = 10,20) dan spesies
pembentuk kompleks yang sebenarnya adalah Y=. Dengan demikian, kompleks akan terbentuk
lebih efisien dan lebih stabil dalam larutan alkalis.
Salah satu senyawa pembentuk kompleks yang banyak digunakan adalah Na.EDTA. senyawa
EDTA ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1:1 beberapa
valensi.
M++ + (H2Y)= (MY)= + 2H+
M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2H+
M4++ (H2Y)= (MY) + 2 H+
M adalah logam dan (H2Y) adalah anion garam dinatrium edtat.

Sumber
 “KlasifikasiMetodeAnalisisVolumetri”
https://www.academia.edu/7022542/Klasifikasi_Metode_Analisis_Volumetri, diakses pada
18/09/2021 pukul 11 : 30 WIB.
 “MAKALAH KIMIA ANALITIK '' ANALISA VOLUMETRI''”
https://www.academia.edu/29537678/
MAKALAH_KIMIA_ANALITIK_ANALISA_VOLUMETRI, diakses pada 19/09/2021
pukul 12 : 30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai