Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

“JENIS - JENIS TEKNIK PENGOLAHAN SAMPAH (SAMPAH


ORGANIK,ANORGANIK DAN LIMBAH B3)”

Dosen Pengampu :
Bu Catur Puspawati, ST., M.KM.
Bu Dr. Wartiniyati, SKM., M.Kes.
Disusun Oleh :
Kelompok 8 - 2D3B
1. Muhammad Ryan Rifa’i (P21345121048)
2. Nabila Anjani Rahmadina (P21345121051)
3. Nadiyah Saidah (P21345121053)
4. Riska Putri Novebriyanti (P21345121063)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kebayoran Baru,


Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Adapun judul
makalah ini adalah “JENIS - JENIS TEKNIK PENGOLAHAN SAMPAH (SAMPAH
ORGANIK,ANORGANIK DAN LIMBAH B3)”. Penulis berharap makalah ini dapat
memberikan informasi mengenai pengertian dan konsep tanah. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Penyehatan Tanah semester tiga jurusan
Kesehatan Lingkungan

Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan serta wawasan


yang penulis miliki, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih
kepada semua yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas ini, semoga tugas
ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa program studi D3 Sanitasi.

Jakarta, 15 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Pengolahan Sampah .............................................................................. 3

2.1.1 Transformasi fisik. ............................................................................................. 3

2.1.2 Transformasi Kimia........................................................................................... 3

2.1.3 Transformasi Biologi ......................................................................................... 4

2.2 Jenis Pengolahan Sampah ........................................................................................ 4

2.2.1 Metode System Open Dumping ........................................................................ 5

2.2.2 Metode Sanitary Landfill ................................................................................... 5

2.2.3 Metode Gas Metana ........................................................................................... 5

2.2.4 Energi dari Sampah ........................................................................................... 5

2.2.5 Metode 3R ........................................................................................................... 6

2.3 Teknik Pengolahan Sampah Organik ..................................................................... 7

2.3.1 Memilah Sampah ............................................................................................... 7

2.3.2 Melakukan Langkah 3R .................................................................................... 7

2.3.3 Mengolah Menjadi Pupuk Kompos ................................................................. 7

2.3.4 Mengolah Menjadi Biogas ................................................................................. 8

2.3.5 Megolah Menjadi Pupuk Organik Cair (POC)............................................... 9

2.3.6 Menyalurkan Minyak Jelantah untuk Diolah................................................. 9

2.3.7 Mengurangi Penggunaan Plastik...................................................................... 9


ii
2.4 Teknik Pengolahan Sampah Anorganik ............................................................... 10

2.4.1 Limbah plastik ................................................................................................. 10

2.4.2 Limbah logam................................................................................................... 10

2.4.3 Limbah Gelas atau Kaca ................................................................................. 11

2.4.4 Proses atau Tahapan Daur Ulang .................................................................. 11

2.5 Teknik Pengolahan Sampah B3 ............................................................................. 11

2.5.1 Metode Pengolahan secara Kimia. ................................................................. 14

2.5.2 Metode Pengolahan secara Fisik .................................................................... 14

2.5.3 Metode Pengolahan secara Biologi ................................................................. 15

2.5.4 Teknik Pengolahan Limbah Medis Padat ..................................................... 15

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 17

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya hanya sedikit sampah yang dapat dikumpulkan dan dibuang dengan
cara yang benar sehingga penanganan sampah di Indonesia sangat kurang dan diperkirakan
akan semakin buruk pada masa mendatang akibat semakin bertambahnya volume timbunan
sampah Sistem pengolahan sampah di Indonesia umumnya masih terbilang tradisional ini
seringkali akhirnya berubah menjadi praktek pembuangan sampah secara sembarangan tanpa
mengikuti ketentuan teknis di lokasi yang sudah ditentukan. Sampah merupakan salah satu
permasalahan yang patut untuk diperhatikan.
Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia,
karena pada dasarnya semua manusia pasti menghasilkan sampah. Sampah merupakan suatu
buangan yang dihasilkan dari setiap aktivitas manusia. Volume peningkatan sampah sebanding
dengan meningkatnya tingkat konsumsi manusia Aktivitas manusia dalam upaya mengelola
sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya semakin beragam seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk. Pertumbuhan jumlah penduduk telah mengakibatkan
perubahan yang besar terhadap lingkungan hidup.
Pengelolaan sampah saat ini berdasarkan UU No 18 Tahun 2008 dan Peraturan
Pemerintah No 81 Tahun 2012 di lakukan dengan dua fokus utama yakni pengurangan dan
penanganan sampah. Pengurangan sampah seperti yang di jelaskan di dalam UU maupun
Peraturan Pemerintah yang telah disebutkan dilakukan mulai dari sumber sampah sampai pada
pengelolaan akhir.
Pada dasarnya pengolahan sampah difokuskan pada TPS (Tempat Pengolahan
Sementara) dan TPA (Tempat Pengelolaan Akhir) yang sudah ditentukan oleh pemerintah
setempat, hal ini sebenarnya belum terlalu efektif dalam hal penanganan sampah. Dalam
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 pasal 1 tentang sampah disebutkan bahwa sisa kegiatan
sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik
atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna
lagi dan dibuang kelingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengolahan sampah?
2. Apa saja jenis pengolahan sampah?
3. Bagaimana pengolahan sampah organik?
4. Bagaimana pengolahan sampah anorganik?
1
5. Bagaimana pengolahan sampah B3?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menambah wawasan penulis dan pembaca materi mata kuliah Pengolahan Sampah
tentang Jenis - Jenis Teknik Pengelolaan Sampah.
2. Memenuhi tugas mata kuliah Pengolahan Sampah untuk membuat makalah tentang
Jenis - Jenis Teknik Pengelolaan Sampah.

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengolahan Sampah
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang hasil aktifitas
manusia maupun proses alam. Penangangan dan pengelolaan sampah akan semakin kompleks
dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun komposisi sampah. Undang-undang
Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sudah diberlakukan. Pengolahan sampah
merupakan bagian dari penanganan sampah dan menurut UU no 18 Tahun 2008 didefinisikan
sebavai proses perubahan bentuk sambah dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah. Pengolahan sampah merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengurangi jumlah sampah, disamping memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam
sampah itu sendiri (bahan daur ulang, produk lain, dan energi). Pengolahan sampah dapat
dilakukan berupa : pengomposan, recycling/daur ulang, pembakaran (insinersi), dan lain-lain.
2.1.1 Transformasi fisik.
Perubahan sampah secara fisik melalui beberapa metoda atau cara yaitu :
• Pemisahan komponen sampah: dilakukan secara manual atau mekanis, Sampah
yang bersifat heterogen dipisahkan menjadi komponenkomponennya, sehingga
bersifat lebih homogen. Langkah ini dilakukan untuk keperluan daur ulang.
Demikian pula sampah yang bersifat berbahaya dan beracun (misalnya sampah
laboratorium berupa sisa-sisa zat kimia) sedapat mungkin dipisahkan dari jenis
sampah lainnya, untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan khusus.
• Mengurangi volume sampah dengan pemadatan atau kompaksi: dilakukan dengan
tekanan/kompaksi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menekan kebutuhan ruang
sehingga mempermudah penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan. Reduksi
volume juga bermanfaat untuk mengurangi biaya pengangkutan dan pembuangan.
Jenis sampah yang membutuhkan reduksi volume antara lain: kertas, karton,
plastik, kaleng.
• Mereduksi ukuran dari sampah dengan proses pencacahan. Tujuan hampir sama
dengan proses kompaksi dan juga bertujuan memperluas permukaan kontak dari
komponen sampah.
2.1.2 Transformasi Kimia.
Perubahan bentuk sampah secara kimiawi dengan menggunakan prinsip proses
pembakaran atau insenerasi. Proses pembakaran sampah dapat didefinisikan sebagai
pengubahan bentuk sampah padat menjadi fasa gas, cair, dan produk padat yang terkonversi,
3
dengan pelepasan energi panas.
Proses pembakaran ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik dan komposisi sampah
yaitu :
1. Nilai kalor dari sampah, dimana semakin tinggi nilai kalor sampah maka akan
semakin mudah proses pembakaran berlangsung. Persyaratan nilai kalor adalah
4500 kJ/kg sampah agar dapat terbakar.
2. Kadar air sampah, semakin kecil dari kadar air maka proses pembakaran akan
berlangsung lebih mudah.
3. Ukuran partikel, semakin luas permukaan kontak dari partikel sampah maka
semakin mudah sampah terbakar.
Jenis pembakaran dapat dibedakan atas :
• Pembakaran stoikhiometrik, yaitu pembakaran yang dilakukan dengan suplai
udara/oksigen yang sesuai dengan kebutuhan untuk pembakaran sempurna.
• Pembakaran dengan udara berlebih, yaitu pembakaran yang dilakukan dengan
suplai udara yang melebihi kebutuhan untuk berlangsungnya pembakaran
sempurna.
• Gasifikasi, yaitu proses pembakaran parsial pada kondisi substoikhiometrik, di
mana produknya adalah gas-gas CO, H2, dan hidrokarbon.
• Pirolisis, yaitu proses pembakaran tanpa suplai udara.
2.1.3 Transformasi Biologi
Perubahan bentuk sampah dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk
mendekomposisi sampah menjadi bahan stabil yaitu kompos. Teknik biotransformasi yang
umum dikenal adalah:
• Komposting secara aerobik (produk berupa kompos).
• Penguraian secara anaerobik (produk berupa gas metana, CO2 dan gasgas lain,
humus atau lumpur). Humus/lumpur/kompos yang dihasilkan sebaiknya
distabilisasi terlebih dahulu secara aerobik sebelum digunakan sebagai kondisioner
tanah.
2.2 Jenis Pengolahan Sampah
Pengelolaan sampah mencakup proses pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, daur
ulang, hingga pembuangan kembali material sisa dari proses tersebut.

4
2.2.1 Metode System Open Dumping
Metode system open dumping merupakan bentuk upaya pengelolaan sampah yang
paling banyak diterapkan di Indonesia. Pada metode ini material sisa dibuang ke Tempat
Pembuangan Akhir atau TPA. Hanya saja kebijakan pemerintah sudah melarang metode ini
sejak tahun 2013 lalu, meski pada kenyataannya masih banyak dilakukan.

Kekurangan dari metode ini adalah sampah akan bertumpuk di TPA yang dapat
mengakibatkan pencemaran lingkungan. Selain itu peluang untuk terjadinya perembesan air
pada saluran sampah juga besar yang bisa berujung pencemaran jangka panjang. Pemulihan
juga tidak bisa dilakukan dengan singkat jika menggunakan metode ini.

2.2.2 Metode Sanitary Landfill


Metode sanitary landfill atau semi sanitary landfill adalah metode yang diizinkan
untuk diterapkan pada TPA. Pasalnya pada metode ini tanah terlebih dahulu dilapisi geotekstil
anti karat sebelum dijadikan tempat pembuangan sampah.

Dengan begitu rembesan air yang dihasilkan dari penimbunan sampah dapat dialirkan
oleh lapisan tersebut menuju penampungan, sehingga tanah tidak tercemar. Hanya saja metode
ini memang membutuhkan biaya besar dan resiko kebocoran zat beracun juga ada.

2.2.3 Metode Gas Metana


Sampah sebenarnya juga bisa dikelola untuk menghasilkan energi dengan menerapkan
metode gas metana dengan memanfaatkan fermentasi anaerobik. Pada metode ini sampah
dikelompokkan terlebih dahulu menjadi anorganik dan organik.

Hanya sampah organik yang dapat diolah menjadi energi pada metode ini. sampah
tersebut dimasukkan di dalam wadah kedap udara dan dicampur dengan air selama dua pekan.
Hasil dari proses tersebut adalah gasa metana (CH4) yang bisa dijadikan energi listrik.

2.2.4 Energi dari Sampah


Masih ada banyak cara untuk mengolah limbah menjadi energi, tidak hanya dengan
metode gas metana. Sebelum itu perlu diketahui bahwa 66% limbah disumbangkan dari produk
organik seperti sisa makanan. Sisanya adalah sampah anorganik baik yang dapat diadur ulang
seperti kertas dan plastik hingga yang bisa digunakan kembali seperti besi.

5
Pengolahan sampah basah organik menjadi kompos juga dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu mengambil kandungan biogasnya untuk dijadikan energi listrik. Proses ini
disebut Anaerobic Digestioni basah (AD) pada gester. Sisanya yang berwujud cair atau padat
dapat dijadikan pupuk dan pakan ikan. Limbah basah di TPA juga dapat diubah menjadi energi
listrik dan bahan bakar minyak (BBM) sintetik. Proses ini berbeda dengan metode gas metana.
Adapun teknologi yang dibutuhkan yaitu Mechanical Heat Treatment atau Autoclaving,
Mechanical Biological Treatment dengan proses AD kering, Hydrothermal, dan gasifikasi
plasma.

2.2.5 Metode 3R
Selain beberapa metode yang sudah disebutkan tadi, pengelolaan sampah di Indonesia
juga menggalakkan metode 3R, yaitu reduce atau pengurangan penggunaan, reuse atau
penggunaan kembali, dan recycle atau daur ulang. Contoh penerapan metode ini telah
diterapkan oleh pemerintah Kota Semarang pada tahun 2008 lalu.

1. Reduce
Reduce merupakan upaya pengelolaan sampah dengan cara mengurangi dan
menghentikan penggunaan barang-barang yang berpotensi untuk menghasilkan material
sisa setelah dipakai. Saat ini metode reduce sudah mulai banyak digalakkan oleh
masyarakat Indonesia khususnya dalam penggunaan barang plastik.
Contoh reduce adalah memakai produk yang kemasannya bisa didaur ulang,
mengurangi pemakaian produk sekali pakai, meminimalisir kegiatan belanja barang yang
tidak dibutuhkan, dan meningkatkan penggunaan produk isi ulang.
2. Reuse
Reuse adalah usaha untuk mengurangi material sampah dengan cara menggunakan
kembali barang yang sudah tidak dipakai, selama barang tersebut masih bisa difungsikan
baik sesuai fungsi aslinya ataupun tidak.
Contoh upaya ini adalah memakai kembali botol plastik atau kaca air mineral sebagai
wadah air minum atau minyak goreng, menggunakan kantong plastik secara berulang-
ulang, dan memanfaatkan kertas kosong tidak terpakai untuk menulis.
3. Recycle
Recycle atau disebut juga daur ulang artinya mengolah material sisa menjadi produk
baru yang mempunyai nilai manfaat. Kegiatan ini tidak hanya mampu menyelamatkan
lingkungan, tetapi juga bisa meningkatkan nilai ekonomi karena produk akhis bisa dijual

6
kembali.
Contoh recycle yaitu membuat kompos sebagai pupuk tanaman yang terbuat dari
sampah organik, membuat kerajinan dari sampah anorganik seperti rak buku dari kartin
ataupun keranjang dari anyaman plastik, serta mengolah kertas menjadi karton.
2.3 Teknik Pengolahan Sampah Organik
Bau busuk yang sering datang dari limbah organik memang sangat mengganggu. Namun,
apa boleh buat, beberapa jenisnya memang dihasilkan oleh konsumsi harian manusia. Maka
dari itu, kita harus tau cara mengolah sampah organik untuk mengatasi permasalahan tersebut.
2.3.1 Memilah Sampah
Cara mengolah sampah organik dan anorganik paling efektif adalah memilah jenis
limbahnya. Hal ini akan membantu untuk mengkategorikan barang mana yang bisa di-recycle
dan harus dibuang.
Langkah pertama, mengumpulkan kedua sampah tersebut pada tempat berbeda.
Disarankan untuk memisahkan sesuai dengan jenis dan kondisinya. Jika memang beberapa
barang masih bisa dipakai, lebih baik langsung bersihkan tempatnya dan gunakan kembali.
Lalu, cara mengolah sampah organik selanjutnya, pastikan memilah sisa sayuran atau
buah yang bisa ditanam kembali (regrow) seperti kangkung, seledri, atau jeruk. Namun, jika
mayoritas limbah dirasa sudah terlalu busuk, memisahkan di tempat berbeda adalah langkah
terbaik.
2.3.2 Melakukan Langkah 3R
Dimulai dengan mengurangi pembelian barang yang tidak dibutuhkan (reduce), anda
dapat meminimalisir bekas produk. Namun, jika sudah terlanjur memiliki banyak sampah,
maka jalan keluarnya adalah menggunakan kembali dengan cara yang berbeda (reuse).
Salah satu trik reuse sampah rumah tangga adalah menggunakan botol bekas minuman
menjadi pot bunga, menjahit bekas pakaian menjadi sapu tangan atau memakai kembali baju
lama dengan menyesuaikan style kekinian.
Selanjutnya, jangan lupa untuk mendaur ulang sampah yang memiliki kondisi bagus
(recycle). Kegiatan yang mencakup proses ini yaitu membuat tas plastik bekas produk
makanan, mendekorasi gelas pecah menjadi pajangan atau membuat kotak tisu dari box sepatu.
Selain menyelamatkan lingkungan, kegiatan berikut juga akan memberikan keuntungan karena
memiliki nilai jual.
2.3.3 Mengolah Menjadi Pupuk Kompos
Cara mengolah sampah organik menjadi kompos bisa dilakukan dari rumah. Namun, perlu

7
dipahami bahwa tidak semua limbah organik bisa diolah, beberapa jenis seperti insang ikan
atau tulang ayam sebaiknya tidak dicampurkan karena akan menggagalkan prosesnya. Metode
mudahnya, sebagai berikut:
1. Siapkan wadah, sarung tangan dan sampah organik yang akan diolah seperti daun
kering, sisa makanan dan kotoran hewan dengan tambahan bahan seperti arang
sekam, pupuk EM4, tanah, kapur pertanian serta air.
2. Bagi sampah organik kering atau basah menjadi 2 karena sebagian akan dicampur
dengan arang sekam dan kapur pertanian. Kurang lebih perbandingannya 60:40.
3. Masukkan tanah secukupnya dan sampah organik tanpa arang sekam dan kapur
pertanian di wadah yang sama. Siram permukaan tanah dengan air.
4. Masukkan sisa sampah organik (dengan arang sekam dan kapur pertanian) ke
wadah.
5. Pastikan untuk meratakan sampah sehingga ketebalan sampah dan tanah setara.
6. Siram dengan air yang bercampur pupuk EM4.
7. Tambahkan tanah lalu tutup wadah.
8. Biarkan sampah hingga kurang lebih 3 minggu.
Sebagai informasi tambahan, untuk cara mengolah sampah organik ini, pastikan wadah
yang dipilih memiliki penutup seperti ember bekas cat dinding berukuran 20 kg sehingga
proses kompos dapat berjalan dengan baik. Lalu, lubangi sisi sekitar tempat kompos agar
bakteri anaerob dari sampah yang menimbulkan bau berhenti berkembang.
Di samping itu, cara mengolah sampah organik di rumah bisa dipercepat dengan segera
menutup wadah setelah menambahkan sampah baru. Jika ingin mengecek kelangsungan
proses, aduk limbah setiap 3 - 4 hari. Dengan cara ini, kompos akan mendapatkan sirkulasi
udara yang baik sehingga pembusukan dapat terjadi.
2.3.4 Mengolah Menjadi Biogas
Selain kompos, sampah organik juga bisa diolah menjadi biogas. Biogas adalah gas dari
aktivitas anaerobik atau fementasi bahan organik. Biogas yang dihasilkan memiliki kandungan
seperti metana, karbon dioksida, nitrogen, hidrogen, hidrogen sulfida, dan oksigen. Biogas
diperoleh oleh bakteri dari bahan organik dalam kondisi kedap udara. Biogas yang berasal dari
kotoran tenak memiliki kandungan 60% gas metan. Produksi gas bisa dipengaruhi dengan
jumlah bahan organik yang digunakan. Semakin tinggi bahan organik yang digunakan maka
gas yang dihasilkan juga semakin banyak. Kecepatan produksi gas juga dipengaruhi oleh
kondisi fisik dan temperatur. Bahan kering dan berserabut umumnya lebih lama dibandingkan

8
dengan bahan yang basah dan halus. Sementara itu, temperatur yang optimal yaitu 32 – 37oC.
Jumlah bakteri juga bisa mempengaruhi proses pembuatan biogas. Kelompok bakteri yang
diperlukan untuk mempercepat fermentasi.
2.3.5 Megolah Menjadi Pupuk Organik Cair (POC)
Pupuk organik cair adalah laruran dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal
dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu
unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara,
tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat.
Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah
dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan
pengikat, sehingga larutan pupuk yamg diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan
oleh tanaman. Dengan menggunakan pupuk organik cair dapat mengatasi masalah lingkungan
dan membantu menjawab kelangkaan dan mahalnya harga pupuk anorganik saat ini (Parnata,
2005).
2.3.6 Menyalurkan Minyak Jelantah untuk Diolah
Minyak goreng termasuk dalam kebutuhan dapur yang utama. Jenisnya bermacam-
macam dimulai dari minyak sawit, kelapa, jagung, sayur, samin hingga zaitun. Biasanya,
menggunakannya lebih dari 2 hingga 3 kali sehingga warnanya berubah dari kuning menjadi
hitam.
Perubahan warna minyak ini menunjukkan pemakaian berlebihan dan tidak baik untuk
kesehatan. Ketika sudah mulai menghitam atau menjadi minyak jelantah, umumnya akan
menggantinya dengan yang baru. Proses penggantian ini harus diperhatikan karena jika salah
dibuang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
Hindari membuang minyak jelantah ke saluran pembuangan dapur karena bisa
menyumbat pipa bahkan mencemarkan saluran air. Cara terbaik untuk mengatasinya, bisa
mendinginkan minyak dan masukkan di botol sehingga berubah menjadi biodiesel. Biodiesel
dapat dipahami sebagai bahan bakar non toksik untuk mobil yang dapat terurai.
2.3.7 Mengurangi Penggunaan Plastik
Langkah ini termasuk yang paling sulit dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan.
Dimanapun dan kapanpun ketika membeli sesuatu, plastik pasti akan digunakan menjadi
wadahnya. Tapi, kebiasaan pasti bisa diubah dengan berjalannya waktu.
Untuk mengawalinya, bisa membawa tas kain saat pergi berbelanja serta menggunakan
alat makan dan minum sendiri supaya penggunaan plastik dapat terminimalisir.

9
2.4 Teknik Pengolahan Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme di
dalam tanah hingga menyebabkan proses penghancuran yang berlangsung sangat lama.
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral dan minyak
bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik
dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam,
sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yangsangat lama. Sampah jenis
ini pada tingkat rumah tangga misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik dan kaleng.
Limbah atau sampah merupakan bahan buangan sebagai dampak dari eksploitasi
lingkungan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut golongannya
sampah terbagi empat kelompok, yaitu:
1. Human secreta, yaitu bahan buangan yang dikeluarkan dari dalam tubuh manusia dan
hewan, seperti keringat, feses (kotoran zat padat), dan urine (kotoran zat cair).
2. Sawage, yaitu air limbah cair yang dibuang oleh industri atau rumah tangga, seperti
detergen.
3. Refuse, yaitu bahan sisa proses industri atau hasil sampingan kegiatan rumah tangga,
misalnya plastik, logam, botol, kayu bangunan, sisa sayuran, nasi bekas, daun tanaman
atau barang-barang buangan.
4. Industri waste, merupakan bahan buangan dari sisa-sisa proses industri seperti zat
pewarna, pelarut, limbah injeksi.
2.4.1 Limbah plastik
Limbah plastik biasanya digunakan sebagai pembungkus barang. Plastik juga
digunakan sebagai perabotan rumah tangga seperti ember, piring, gelas, dan lain sebagainya.
Misalnya ember plastik bekas dapat didaur ulang dan hasil daur ulangnya setelah dihancurkan
dapat berupa ember kembali atau dibuat produk lain seperti sendok plastik, tempat sampah,
atau pot bunga. Plastik dari bekas makanan ringan atau sabun deterjen dapat didaur ulang
menjadi kerajinan misalnya kantong, dompet, tas laptop, tas belanja, sandal, atau payung.
2.4.2 Limbah logam
Sampah atau limbah dari bahan logam seperti besi, kaleng, alumunium, timah, dan lain
sebagainya dapat dengan mudah ditemukan dilingkungan sekitar kita. Sampah dari bahan
kaleng biasanya yang paling banyak kita temukan dan yang paling mudah kita manfaatkan
menjadi barang lain yang bermanfaat. Sampah dari bahan kaleng dapat dijadikan berbagai jenis
barang kerajinan yang bermanfaat. Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari limbah kaleng

10
diantaranya tempat sampah, vas bunga, gantungan kunci, celengan, gift box, dan lain-lain.
2.4.3 Limbah Gelas atau Kaca
Limbah gelas atau kaca yang sudah pecah dapat didaur ulang menjadi barang-barang
sama seperti barang semula atau menjadi barang lain seperti botol yang baru, vas bunga,
cindera mata, atau hiasan-hiasan lainnya yang mempunyai nilai artistic dan ekonomis.
2.4.4 Proses atau Tahapan Daur Ulang
Berikut ini merupakan tahap-tahap dari kegiatan daur ulang yang dapat dilakukan:
1. Mengumpulkan; yakni mencari barang-barang yang telah dibuang seperti kertas,
botol air mineral, dus susu, kaleng dan lain-lainya.
2. Memilah; yakni mengelompokkan sampah yang telah dikumpulkan berdasar
kanjenisnya, seperti kaca, kertas, dan plastik.
3. Menggunakan kembali; Setelah dipilah, carilah barang yang masih bisa
digunakan kembali secara langsung. Bersihkan terlebih dahulu sebelum
digunakan.
4. Mengirim kirim sampah yang telah dipilah ketempat daur ulang sampah, atau
menunggu pengumpul barang bekas keliling yang akan dengan senang hati
membeli barang tersebut.
5. Lakukan daur ulang sendiri; Jika mempunyai waktu dan ketrampilan kenapa tidak
melakukan proses daur ulang sendiri. Dengan kreatifitas berbagai sampah yang
telah terkumpul dan dipilah dapat disulap menjadi barang-barang baru yang
bermanfaat.
2.5 Teknik Pengolahan Sampah B3
Pengelolaan Limbah B3 merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang mencakup
Penyimpanan, Pengumpulan, Pemanfaatan, Pengangkutan, dan Pengolahan limbah B3
termasuk Penimbunan hasil Pengolahan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan Pelaku
Pengelolaan limbah B3 antara lain :
• Penghasil Limbah B3
• Pengumpul Limbah B3
• Pengangkut Limbah B3 Pemanfaat Limbah B3
• Pengolah Limbah B3
• Penimbun Limbah B3
Mayoritas Pabrik tidak menyadari, bahwa limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori
limbah B3, sehingga limbah dibuang begitu saja ke sistem Perairan tanpa adanya Proses
Pengolahan. Pada dasarnya Prinsip Pengolahan limbah adalah upaya untuk memisahkan zat

11
pencemar dari cairan atau Padatan. Walaupun volumenya kecil, konsentrasi zat Pencemar yang
telah dipisahkan itu sangat tinggi. Selama ini, zat Pencemar yang sudah dipisahkan atau
konsentrat belum tertangani dengan baik, sehingga terjadi akumulasi bahaya yang setiap saat
mengancam kesehatan manusia dan keselamatan lingkungan hidup. Untuk itu limbah B3 Perlu
dikelola antara lain melalui Pengolahan limbah B3.
Upaya Pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Reduksi Limbah Dengan Mengoptimalkan Penyimpanan bahan baku dalam Proses
kegiatan atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi Proses, maupun upaya
reduksi lainnya.
2. Kegiatan Pengemasan dilakukan dengan Penyimbolan dan Pelabelan yang
menunjukkan Karakteristik dan jenis limbah B3 berdasarkan acuan Keputusan Kepala
Badan Pengendalian DamPak Lingkungan Nomor 05\BaPedal\0911995.
3. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang
bersangkutan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki
kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang
tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah
meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat
menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam
atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan Peroksida organik juga
memiliki dalam Pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus
dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami Penguraian atau
dekomposisi saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas Pun terbatas
sebesar maksimum 50 kg Per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas
rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg Per kemasan.
4. Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan Persyaratan yang berlaku
acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: KeP-
011\BaPedal\09\1995.
Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit Produksi dalam sebuah Pabrik harus disimpan
dengan Perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit Pengolahan limbah Penyimpanan
harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah
harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel,
Bangunan Penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan
melandai ke arah Penampung dengan kemiringan maksimal bak 1%.

12
Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan,
dibuat tanpa Plafon, dan dilengkapi dengan sistem Penangkal Petir. Limbah yang bersifat
reaktif atau korosif memerlukan bangunan Penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang
mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang
tahan api dan korosi.
Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi Persyaratan Pada ketentuan Keputusan
Kepala Badan Pengendalian DamPak Lingkungan Nomor: KeP-01\BaPedal\09\1995 yang
menitikberatkan Pada ketentuan tentang karakteristik limbah, fasilitas laboratorium,
Perlengkapan Penanggulangan kecelakaan, maupun lokasi.
Kegiatan Pengangkutan Perlu dilengkapi dengan dokumen Pengangkutan dan ketentuan
teknis Pengangkutan. Mengenai Pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum
memiliki Peraturan Pengangkutan limbah B3 hingga tahun Pengangkutan yang menjadi
Peraturan Pengangkutan di 2002. Acuan Amerika Peraturan adalah Serikat. Peraturan tersebut
terkait dengan hal Pemberian label, analisa karakter limbah, Pengemasan khusus, dan
sebagainya.
Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan
dalam kondisi Pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam
jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektifitas
kemasan tidak berkurang selama Pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbakar harus
dilengkapi dengan head shields Pada kemasannya sebagai Pelindung dan tambahan Pelindung
Panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute
Pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets
(MSDS) yang ada di setiap truk dan di dinas Pemadam kebarakan.
Upaya Pemanfaatan dapat dilakukan melalui kegiatan daur ulang (recycle), Perolehan
kembali (recovery) dan Penggunaan kembali (reuse) Upaya Pemanfaatan dapat dilakukan
melalui kegiatan daur ulang (recycle), Perolehan kembali (recovery) dan Penggunaan kembali
(reuse) limbah B3 yang dihasilkan ataupun bentuk Pemanfaatan lainnya.
Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi secara
fisika, kimia, maupun biologi dengan cara teknologi bersih atau ramah lingkungan.
Kegiatan Penimbunan limbah B3 wajib memenuhi Persyaratan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1999. Beberapa metode Penanganan limbah B3 yang umum diterapkan
adalah sebagai berikut:

13
2.5.1 Metode Pengolahan secara Kimia.
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
Partikel-Partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam. Logam berat, senyawa fosfor,
dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan
tergantung jenis dan kadar limbahnya.
Proses Pengolahan limbah B3 secara kimia yang umum dilakukan adalah stabilisasil
solidifikasi. Stabilisasi solidifikasi adalah Proses mengubah bentuk fisik dan atau senyawa
kimia dengan menambahkan bahan Pengikat atau zat Pereaksi tertentu untuk
memperkecil\membatasi kelarutan, Pergerakan, atau Penyebaran daya racun limbah, sebelum
dibuang.
Definisi stabilisasi adalah Proses Pencampuran limbah dengan bahan tambahan dengan
tujuan menurunkan laju migrasi bahan Pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas
limbah tersebut. Solidifikasi didefinisikan sebagai Proses Pemadatan suatu bahan berbahaya
dengan Penambahan aditif. Kedua Proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap
mempunyai arti yang sama. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk Proses stabilisasi
solidifikasi adalah semen, kapur, dan bahan termoplastik.
2.5.2 Metode Pengolahan secara Fisik
Sebelum dilakukan Pengolahan lanjutan terhadap air buangan, dilakukan Penyisihan
terhadap bahan- bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-
bahan yang teraPung. Penyaringan atau screening merupakan cara yang efisien dan murah
untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi disisihkan yang
secara mudah mengendap dengan dapat Proses PengendaPan, Parameter desain yang utama
untuk Proses PengendaPan ini adalah kecepatan mengendap Partikel dan waktu detensi hidrolis
di dalam bak Pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengaPung
seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu Proses Pengolahan berikutnya. Flotasi juga
dapat digunakan sebagai cara Penyisihan tersuspensi (clarification) atau Pemekatan lumpur
endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation). Proses
filtrasi di dalam Pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului Proses
adsorbsi atau Proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak
mungkin Partikel tersusPensi dari dalam air agar tidak mengganggu Proses adsorbsi atau
menyumbat membran yang dipergunakan dalam Proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa

14
aromatik misalnya fenol dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama Jika diinginkan
menggunakan kembali air buangan tersebut.
Untuk teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit
Pengolahan kecil, terutama Jika Pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang
diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal. Pada Umumnya Evaporasi dilakukan
untuk menguapkan Pelarut yang tercampur dalam limbah, sehingga Pelarut terpisah dan dapat
diisolasi kembali. EvaPorasi didasarkan Pada sifat pelarut yang memiliki titik didih yang
berbeda dengan senyawa lainnya.
2.5.3 Metode Pengolahan secara Biologi
Proses Pengolahan limbah B3 secara biologi yang berkembang dewasa saat ini dikenal
dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah Penggunaan bakteri dan
mikroorganisme lain untuk mendegradasil mengurai limbah B3. Sedangkan fitoremediasi
adalah Penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun
dari tanah. Kedua Proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi Pencemaran oleh limbah B3
dan biaya yang diperlukan lebih murah dibandingkan metode kimia atau fisik. Namun, Proses
ini juga masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan fitoremediasi merupakan Proses
alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3,
terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, Proses ini
dikhawatirkan dapat membawa senyawa senyawa ekosistem.
2.5.4 Teknik Pengolahan Limbah Medis Padat
Beberapa teknik pengolahan limbah medis Padat yaitu:
I INCINERASI
a. Incinerator bilik ganda pirolitik (suhu tinggi), khusus untuk limbah layanan
kesehatan
b. Incinerator tungku bilik tunggal dg penyaring statis, digunakan jika pirolitik
tidak terjangkau harganya
c. Incinerator tungku berputar (rotary klin)
II DESINFEKSI KIMIA
a. Penambahan bahan kimia (gol. Aldehid, senyawa klor, garam amonium, dan
senyawa fenolat) ke dalam limbah untuk membunuh atau menonaktifkan
patogen yang ada di dalamnya.
b. Limbah dipotong kecil-2 untuk memperluas permukaan yang kontak dg bahan
kimia tsb.

15
III PENGOLAHAN TERMAL BASAH DAN KERING
a. Desinfeksi termal basah – atau uap – didasarkan pada proses pemajanan cabikan
limbah infeksius pada uap bersuhu dan bertekanan tinggi, dan prosesnya serupa
dengan sterilisasi otoklaf (autoclaving)
b. Desinfeksi termal kering tanpa pembakaran – screw feed/auger – dipanaskan dg
suhu 110-140 oC.
IV IRADIASI MICROWAVE
a. Mikrowave berfrekuensi 2.450 MHz dan panjang gelombang 12,24 cm, selama
20 menit, dpt menghancurkan sebagian besar mikroorganisme.
b. Setelah diradiasi limbah dipadatkan dan dibuang bersama limbah perkotaan.
V PEMENDAMAN/PIT
a. Dinding lubang dilapisi dg materi yg permeabilitasnya rendah
b. Bagian dasar lubang minimal 1.5 meter dari muka air tanah c. Akses menuju
lokasi harus dibatasi hanya untuk pihak yg berkepentingan saja
VI INERTISASI
a. Pencampuran 65% limbah (khususnya farmasi dan abu incinerasi) dg 15%
semen, 15% batu kapur dan 5% air.
b. Perlu mesin penggiling limbah dan pengaduk semen.

16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang hasil aktifitas
manusia maupun proses alam. Penangangan dan pengelolaan sampah akan semakin kompleks
dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun komposisi sampah. Undang-undang
Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sudah diberlakukan. Pengolahan sampah
merupakan bagian dari penanganan sampah dan menurut UU no 18 Tahun 2008 didefinisikan
sebavai proses perubahan bentuk sambah dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah.
Bau busuk yang sering datang dari limbah organik memang sangat mengganggu. Namun,
apa boleh buat, beberapa jenisnya memang dihasilkan oleh konsumsi harian manusia. Maka
dari itu, kita harus tau cara mengolah sampah organik untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme di
dalam tanah hingga menyebabkan proses penghancuran yang berlangsung sangat lama.
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral dan minyak
bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik
dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam,
sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama.
Pengelolaan Limbah B3 merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang mencakup
Penyimpanan, Pengumpulan, Pemanfaatan, Pengangkutan, dan Pengolahan limbah B3
termasuk Penimbunan hasil Pengolahan tersebut. Pada dasarnya Prinsip Pengolahan limbah
adalah upaya untuk memisahkan zat pencemar dari cairan atau Padatan. Walaupun volumenya
kecil, konsentrasi zat Pencemar yang telah dipisahkan itu sangat tinggi.
Pengolahan sampah merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah
sampah, disamping memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam sampah itu sendiri
(bahan daur ulang, produk lain, dan energi). Pengolahan sampah dapat dilakukan berupa :
pengomposan, recycling/daur ulang, pembakaran (insinersi), dan lain-lain. Pengelolaan
sampah mencakup proses pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, daur ulang, hingga
pembuangan kembali material sisa dari proses tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA
Catur Puspawati. 2019. Buku Ajar Kesehatan Lingkungan Pengelolaan Sampah. Jakarta:
BPPSDMK.
https://dlhk.bantenprov.go.id/
UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
https://rimbakita.com/sampah/
https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article/Pengelolaan_Limbah_Anorganik.pdf
https://www.ruangmom.com/cara-mengolah-sampah-organik.html
http://e-journal.uajy.ac.id/7448/4/TF305837.pdf
https://dlh.bantulkab.go.id/news/sosialisasi-konservasi-sumber-daya-alam-dan-pengelolaan-
keanekaragaman-hayati
https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/tata-cara-pengelolaan-limbah-b3-31

18

Anda mungkin juga menyukai