Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis pamjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah serta nikmat kesehatan dan kemudahan
yang tiada tara. Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tanpa
hambatan yang berarti. Tak lupa salawat beriringkan salam penulis sampaikan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manuisia dari
zaman kebodohan ke zaman ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan selama
ini.
Adapun judul makalah ini adalah Proses Pembuatan Pulp (Bubur Kertas)
Selama penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Atas segala bantuan dan bimbingan yang
diberikan kepada penulis selama melakukan penyelesaian makalah ini, penulis
mengucapkan terima kasih.
Akhir kata berharap semoga Allah SWT menuntun hati penulis kepada jalan yang
benar dan selalu diridhoi serta termasuk kedalam golongan orang-orang yang
beruntung baik dunia maupun akhirat. Mudah-mudahan makalah ini bisa
bermanfaat pada masa yang akan datang.
Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat dami kesempurnaan di
masa yang akan datang.

lhoukseumawe, April 2017

Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................i


DAFTAR ISI
................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang
Masalah ................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah ................................................................................2
1.3
Tujuan ................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................3
2.1 Persiapan Bahan
Baku ................................................................................3
2.2 Proses
Produksi ................................................................................8
2.3 Pengolahan
Limbah ................................................................................14
BAB III
PENUTUP ................................................................................18
3.1
Kesimpulan ................................................................................18
3.2
Saran ................................................................................18
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, bertambah pula
kebutuhan manusia terhadap barang barang keperluan sehari hari termasuk
diantaranya kertas. Kertas diperlukan tidak hanya sebagai alat tulis dan buku atau
majalah tetapi juga sebagai tissu, pembungkus rokok, pembungkus makanan dan
minuman dan sebagainya. Meningkatnya pertumbuhan industri pulp dan kertas di
Indonesia telah membawdap meningkatnya permasalahan lingkungan yang
disebabkan oleh pencemaran limbah. Oleh karenanya dalam upaya terpeliharanya
kualitas lingkungan industri harus meningkatkan pengelolaan limbahnya melalui
pengolahan yang lebih efektif dan kemungkinan pemanfaatannya. Industri pul dan
kertas pada saat ini dihadapkan pada masalah penanganan limbah yang jumlahnya
cukup besar. Kontribusi terbesar berasal dari lumpur hasil pengolahan air limbah.
Di lokasi pabrik limbah padat tersebut hanya ditumpuk dan belum dimanfaatkan
sehingga selain menimbulkan gangguan terhadap estetika juga menyebabkan
pencemaran air, tanah, dan bau bagi masyarakat sekitar.
Dalam rangka mengantisipasi tuntutan masyarakat yang makin tinggi
terhadap masalah lingkungan telah mendorong pihak industri untuk melakukan
upaya pemanfaatan limbah sebagai alternatif pengelolaan lingkungan yang perlu
dikembangkan. Karena selain itu tidak ada lagi sisa yang terbuang juga dapat
memberikan nilai tambah.
1.2. Rumusan Masalah
* Apa saja bahan baku pembuatan pulp?
* Bagaimana kualitas bahan baku yang baik untuk pembuatan pulp?
* Bagaimana proses produksi?
- Proses pembuatan pulp?
- Pengolahan bahan baku?
* Bagaimana dampak dan pengelolaan limbah industri pulp?
1.3. Tujuan
* Untuk mengetahui bahan baku untuk pembuatan pulp
* Untuk mengetahui kualitas bahan baku untuk pembuatan pulp
* Untuk mengetahui bagaimana proses produksi, yaitu proses pembuatan pulp
dan pengolahan bahan baku
* Untuk mengetahui dampak dan pengelolaan limbah industri pulp
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Persiapan Bahan baku


A. Bahan Baku
Pada proses pembuatan pulp dan paper, bahan baku yang digunakan adalah kayu.
Kualitas pulp sangat ditentukan oleh jenis kayu yang digunakan. Diharapkan jenis
kayu yang digunakan untuk menghasilkan kualitas pulp yang bagus adalah yang
mempunyai kandungan selulosa yang tinggi, lignin yang rendah, tidak rapuh,
tidak banyak getah dan tidak berkulit tebal.
Dalam proses pembuatan pulp digunakan dua jenis bahan baku, yaitu:
a. Bahan baku primer
Untuk memperoleh serat ini diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dengan jenis kayu
(wood) atau bukan kayu (non wood).
* Kayu (wood)
Kayu dapat dibedakan berdasarkan ukuran daun yang dimiliki yaitu kayu berdaun
lebar (hard wood), dan kayu berdaun jarum (soft wood). Kayu berdaun lebar (hard
wood), umumnya menggugurkan daunnya pada musim kemarau seperti Albazia
falcatera, Euclyptus sp, dan Antochehalus candabia. Sedangkan kayu berdaun
jarum (soft wood), sering disebut kayu jarum adalah jenis daun yang bersal dari
pohon berdaun jarum. Jenis pohon ini selalu hijau sepanjang tahun dan tidak
menggugurkan daunnya pada musim kemarau, seperti Pinlis sp (tusam) dan
Aganthis sp (dammar).
Analisis sifat pengolahan kayu digunakan untuk mengetahui jenis kayu yang
cocok sebagai bahan baku pulp. Analisis ini meliputi rendemen pulp, konsumsi
alkali, bilangan permanganate, panjang putus dan factor retak.

* Bahan Kayu (non wood)


Beberapa jenis tumbuhan bukan kayu merupakan sumber serat untuk bahan baku
pulp, baik itu yang berasal dari kulit batang, daun, tangkai, buah/biji dan bulu biji.
Berdasarkan sumber serat, tumbuhan bukan kayu dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Serat kulit batang : Fax, Jule, Hemo, Rami Kenaf, Haramay
Serat daun : Manila, Abaca, Sisal, Palm, Nenas
Serat bulu biji : Kapas, Kapuk
Serat rerumpunan : Merang, Jerami, Baggase, Bambu, Gelaga
b. Bahan Baku Sekunder
Guna penghematan atau efisiansi serat dari bahan baku primer, maka dewasa ini
telah diusahakan pemanfaatan kertas bekas (waste paper) dari berbagai jenis
kertas dan karton sebagai bahan baku pulp. Serat yang dihasilkan dari kertas,
karton bahkandario baju bekas yanh dikenal sebagia sebutan serat primer.
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan
mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi.

Komposisi kimia kayu terdiri dari:


* Selulosa
Bagian utama dinding sel kayu yang berupa polimer karbohidrat glukosa dan
mermiliki komposisi yang sama dengan pati. Beberapa molekul glukosa
membentuk suatu rantai selulosa. Selulosa juga termasuk polisakarida yang
mengidentifikasikan bahwa didalamnya terdapat berbagai senyawa gula.
Selulosa berantai panjang dan tidak bercabang. Seklama pembuatan pulp dalam
digester, derajat polimerisasi akan turun pada suatu derajat tertentu. Penurunan
derajat polimerisasi tidak boleh terlalu banyak, sebab akan memendekkan rantai
selulosa dan membuat pulp menjadi tidak kuart. Selulosa dalam kayu memilikib
derajat polimerisasi sekitar 3500, sedangkan selylos dalam pulp mempunyai
derajat polimerisasi sekitar 600-1500. Rantai selulosa yang lebih pendek akan
menghasilkan pulp yang encer.
* Hemiselulosa
Hemiselulosa juga adalah polimer yang dibentuk dari gula sebagai komponen
utamanya. Hemiselulosa adalah polimer dari senyawa gula yang berbeda seperti:
Hexoses : Glukosa, Manosa dan Galaktosa
Pentose : Xylose dan Arabinase
Hemiselulosa memilki derajat polimerisasi lebih kecil dari 300. Hemiselulosa
adalah polimer bercabang atau tidak linier. Selama pembuatan pulp hemoiselulosa
bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan selulosa. Rantai hemiselulosa lebih
pendek dari rantai selulosa.
Hemiselulosa bersifat hidrofilik (mudah menyerap air) yang menyebabkan
struktur selulosa menjadi kurang teratur sehingga air bisa masuk kejaringan
selulosa. Hemisolulosa akan memberikan fibrillasi yang lebih baik dari pada
selulosa dan meningkatkan kualitas kertas.
* Lignin
Merupakan jaringan polimer fenolik tiga dimensei yang berfungsi merekatkan
serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping ki8mia dan proses pemutihan
(bleaching) akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selulosa secara
signifikan. Lignin berfungsi sebagai penyusun sel kayu.
Reaksi-reaksi lain seperti sulfonasi oksidasi, halogenasi sangat penting terutama
dalam proses pulping dan bleaching seperti dalam proses soda menghasilkjan
lignin terlarut, dimana terjadi pelepasan gugus metoksil pada saat lignin berdifusi
dengan larutan alkali.

* Ekstraktif
Ekstraktif dapat dikatakan sebagai substransi kecil yang terdapat pada kayu.
Ekstraksi meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsure lain.
Komponen ini sangat beracun bagi kehidupan perairan dan mencapai jumlah
toksik akut dalam efluen industry kertas. Dalam pembuatan pulp pada prinsipnya
adalah mengambil sebanyak-banyaknya serat selulosa (fiber yang ada dalam kayu
dan menghilangkan lignin dan eksraktif.

A. Kualitas Bahan baku


Pada proses pembuatan pulp digunakan bahan baku chip yang berasal dari kayu.
Kualitas chip yang digunakan dalam proses pembuatan pulp merupakan factor
yang sangat penting baik dalam proses pengoperasian di pabrik maupun kualitas
chip yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu diketahui factor-faktor yang
mempengaruhi kualitas chip pada produksi pulp. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembuatan pulp dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
* Chip Quality
Kualitas chip yang digunakan dalam pulping adalah factor yang sangat penting
dalam kualitas akhir pulp. Faktor-faktor kualitas chip yang perlu diperhatikan
adalah:
Wood Related Variable
Meliputi sifat-sifat kayu seperti spesies, densitas dan decay (kerusakan)
- Wood spesies
Chip-chip softwood menghasilkan pulp yang lebih kuat dari pada hardwood
karena fiber-fibernya lebih panjang dan lebih fleksibel daripada hardwood.
Softwood umumnya menghasilkan yield yang lebih rendah daripada hardwood
bila dimasak dibawah kondisi biasanya.
- Wood Density
Density kayu adalah factor ekonomi yang penting dalam pulping. Dengan suatu
kayu yang padat (denser wood) akan membuat lebih banyak dalm volume digester
dam ini akan meningkatkan produksi pulp.
Kualitas pulp maupun kertas juga dipengaruhi oleh densitas kayu yang digunakan.
Serat yang didapat dari kayu dengan densitas rendahakian menghasilkan serat
yang fleksibel serta kertas yang berkekuatan baik.
- Wood Decay
Pembusukan kayu disebabkan oleh mikroorganisme seperti fungi, bakteri, ragi
dan lin-lain. Pembnusukan terjdi pada saat tanaman masih ditanam maupun
dstronge chip (tempat penyimpanan chip)
Process Related Variable
- Chip Size
Ketebalan chip sangat penting dalam proses pulping, ketika cairan pemasak akan
menembus chip pada semua sisi. Jika chip tebal, cairan pemasak tidak akan
menembus secara sempurna kepusat chip sehingga pusat chip tidak masak.
- Chip Bulk Density
Merupakan parameter yang penting pada saat pengisian digester. Hal ini
menentukan jumlah pulp yang dapat masuk dan dinyatakan dalam kg/m3. Chip
Bulk Density dipengaruhi oleh wood density dan chip size.
- Chip moisture
Mempunyai pengaruh terhadap pulp yield, kappa number, dan kualitas pulp. Jika
moisture terlalu rendah, maka akan mempersulit dalam menghasilkan chip.
Dengan mengetahui moisture content chip dapat dihitung wood input yang masuk
kedalam digester, supaya terjaga konsentrasi liquor dan alakali secara konstan.
Mouisrue level sebaiknya dalam range 40%-50%.
- Bark (kulitkayu) dan kontaminasi lainnya
Bark merupakan komponen yang tidak diinginkan dalam produksi pulp karena
bark berisi 20-30% selulosa dan 20-30% ekstrkktif dan selebihnya lignin. Bark
sendiri akan menaikkan konsumsi alkalidan mengurangi kekuatan pulp.
Kandungan ekstraktif yang tinggi menyebabkan masalah di evaporator dan pitch
pada pulp machine.

* White Liqour Properties


White Liqour merupakan bahaan kimia pemasak dengan metode sulfat (kraft
cycle) dalam bentuk aqueous solution, dimana kandungannya terdiri dari NaOH,
Na2S, Na2SO4, Na2CO3). White Liquor digunakan untuk mengurangi kandungan
lignin dalam digester dan juga untuk ekstraksi selulosa. Digester yang digunakan
adalah digester continue.

* Cooking Control Variable


Variabel-variabel yang digunakan untuk mengontrol cooking adalah:
- Waktu dan Temperatur
Reaksi delignifikasi bergantung paada temperature. Kenaikan temperature yang
kecil mempunyai pengaruh besar terhadap reaksi delignifikasi seperti kenaikan
10C dari 160C - 170C akan menyebabkan dua kali delignifikasi.

- Alkali Charge
Efektivitas normal alakali charge memiliki nilai antara 10%-18% Na2O dalam
drywood tergantung dari jenis kayu, kondisi pemasakan, dan derajat delignifikasi
yang dibuttuhkan. Kelebihan alkali dapat menyebabkan kenaikan angka
delignifikasi, dan mengurangi yield as the mount of dissolved hemicellulosa
increase.
- Liqour to Wood Ratio
Rasio liquor :wood (rasio normal3:1 atau 5:1), kelebihan black liquor yang berasal
dari digester ke chip untuk menaikkan rasio liquorwood.

Produk
* Pulp
Pulp mempunyai arti bubur, dalam hal ini adalah bubur kayu. Pulp merupakan
bahan baku setengah jadi untuk membuat kertas yang berasal dari seerat(selulosa
dan hemiselulosa).
2.2 Proses Produksi
Proses pembuatan pulp di dilakukan secara kimia dengan menggunakan metode
kraft. Metode ini menggunakan cairan pemasak White liquor (lindi putih) yan
menggunakan NaOH dan Na2S. Adapun pembuatan pulp ini dimulai dari
pembuatan bahan baku untuk mengubah kayu gelondongan menjadi Chip,
pemasakan Chip di gester menjadi pulp, pencucian dan pemutihan pulp,
pengeringan dan pembentukan lembaran pulp, serta penyimpanan.
Untuk proses pembuatan pulp diperlukan bahan-bahan kimia yang diproduksi
oleh di Chemical plant. Chemical plant terdiri dari lima unit yaitu Chlorine
diokside plant, sulfur diokside plant yang di produksi Chlorine Diokside dari
NaCl, Oksigen plant yang memproduksi oksigen dari udara, Brine Treatment plant
dan Chlor Alkali plant yang memproduksi Chlorine dan Caustie dari NaCl.
A. Proses pembuatan pulp
Proses pembuatan pulp dimulai dari pemisahan bahan baku di unit wood
prepation (W/P) dimana bahan baku dari kayu yang di potong-potong menjadi
kayu gelondongan yang ditampung di suatu lapangan luas, selanjutnya dilakukan
pengelupasan kulit kayu (debarking) oleh alat yang dinamakan Drum Barker yaitu
suatu bejana selider berukuran panjang 28,5 m. Dan berdiameter 5,5 m yang
berputar dengan kecepatan rata-rata 5,8 rpm.
Kayu yang telah dikelupas kemudian di cacah menjadi Chip dengan ukuran
standar (Chip Standard) menggunakan Chipper. Selanjutnya Chip tersebut
memasuki vibrating screen yang bertujuan untuk memisahkan Chip-chip yang
berukuran standar dengan yang tidak memenuhi ukuran standar berdasarkan
klafisikasi chip tersebut. Klafisikasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Chip Standard (accept chip)
- Panjang : 10-25mm
- Lebar : 10-25mm
- Tebal : 5-8mm
Lebih besar dari standard (over size)
Lebih kecil dari standard (fine size)
Debu (dust)
B. Pengolahan bahan baku
v Pemasakan (Cooking)
Pemasakan dilakukan pada digester jenis Cooking CompactTM. Digester ini
terdiri dari top separator dan screen section yang berkerja dengan metoda
cocurrent (searah) dan terdapat juga zona washing yang dilakukan secara counter
current, metoda pemasakkanya cendrung pada suhu yang lebih rendah tetapi
dengan pamasakan yang cendrung lebih lama.
Chips yang berasal dari chip yard diumpankan kedalam chip buffer yang terdapat
pada ujung belt conveyor. Kemudian chip masuk melalui bagian atas IMPBIN dan
diukur laju alir chipnya menggunakan chipmeter. IMPBIN merupakan vessel yang
memiliki tekanan sama dengan tekanan atmosfer serta mamiliki fungsi
presteaming sekaligus fungsi impregnasi.
Campuran white liquor dan black yang diekstrak dari tranfer circulation dan atau
dari bagian screen digester dimasukan kebagian atas IMPBIN melalui centralpipe.
Sebelum chip bercampur dengan liquor, temperature chip terlebih dahulu dinaikan
smpai mencpai suhu 100oC dan dengan penambahan liquor yang akan
meningkatan proses deaerasi chip.
v Pencucian dan penyaringan (washing and screening)
1. Deknoting
Setelah tahap pemasakan, sebagian besar pulp masih mengandung knot (mata
kayu) yang tidak masak. Kandungan tersebut harus dipisahkan, dari pulp pada
tahap awal dari proses.
Pemishan knot tilakukan dalam tiga tahap untuk pemisahan yang efisien. Dengan
tujuan untuk mengurangi kandungan serat sekecil mungkin terbawa pada
pemishan tahap ketiga (reject dari coarse screen)
2. Screening
Screening dilakukan dalam tiga tahap yaitu:
a. Primary screening
b. Secondary screening
c. Teriary screening
Pada primary screening sebagian besar shive adalah reject, tetapi dalam
pemisahan masih banyak serat yang terikut. Agar tidak banyak fiberatau serat
yang terbuang, maka reject dari tahap pertama (primary sereening) disaring lagi
pada tahap kedua (secondary sereening).
Reject dari tahap kedua ini akan disaring lagi pada tahap ketiga (tertiary
screening) sebelum dikeluarkan dari sistem melalui reject press ini adalah untuk
mengurangi bahan kimia (chemical loss) dan mempermudah penanganan reject.
Accept dari tahap kedua dan tahap ketiga ini akan di kembalikan lagi ke inlet dari
tahap sbelumnya (cascade). Bersama-sama shive pasir juga terbawa oleh aliran
reject screen dan dibawa ke reject press, karena dalam pengoprasian sebagian
besar pasir terbawa aliran accept bersama filtrate. Untuk mencegah penumpukan
pasir didalam system yang menyebabkan kerusakan pada alat, maka pasir
dipisahkan dari filtrate pada sand separator.
3. Brown stock washing
Plup yang dihembus (blown) dari digester, masih bercampur dengan sebagian
cairan pemasak yang mengandung sisa bahan kimia pemasak dan juga lignin yang
terlarut dalam kayu. Kotoran-kotoran yang terlarut dalam pulp tersebut dicuci di
brown stock yang dilakukan secara berlawanan arah (counter current), dimana air
panas hanya digunakan sebagai pncuci pada tahap akhir dri rantai pencucin.
Selepas dari blow tank dan screening room, pencucian brown stock telah
mengalami dua tahapan, tahapan pertama di hi-heat washing zone dan digester
continous dan kemudian didalam presure diffuser. Tahap ketiga atau tahap terakhir
dari pencucian brown stock adalah dewatering press sebelum O2 reaktor.
Pada dewatering press, pulp di press untuk mencapai konsentrasi sekitar 10%
setelah itu pulp diencerkan dengan filtrat dari first oxigen press pada screw
dilution sehingga konsentrasinya menjadi 12%. Alkali yang digunakan untuk
delignifikasi ditambahkan bersama dengan cairan pengencer.
Filtrat yang meninggalkan dewatering press masih mengandung sebagian besar
fiber yang harus dipisahkan. Pemisahan tersebut dilakukan dalam liquor screen,
dari sana filtrat yang bersih di salurkan ke pressure diffuser, dan serat. Yang lebih
dipisahkan akan dikembalikan ke accumulator tank bersama-sama dengan filtrat
lainya.

v O2 Delignification
Proses oksigen dilignifikasi merupakan proses pre-blcaching yang berguna untuk
mengurangi kandungan lignin dari pulp coklat (yang belum mengalami proses
pemutihan). Setelah mengalami proses oksigen dilignifikasi maka bilangan kappa
berkurang 14. Adapun fungsi oksigen delignifikasi adalah untuk menghemat
bahan-bahan kimia yang mahal di tahap pemutihan dan dlam waktu yang
bersmaan dapat menurunkan dampak terhadap lingkungan.
Proses oksigen dilignifikasi berlangsung pada medium konsentrasi dengan
tempertur dan tekanan tinggi, sedangkan bahan kimia yang dipakai adalah oksigen
dan Alkali, dipakai salah satu NaOH atau while liquar oksidasi. Sebelum masuk
ke reactor, pulp dipanaskan terlebih dahulu dengan menambahkan steam sampai
100oC.
Delignifikasi berlangsung didalam aliran ke atas reactor, dimana waktu yang
dibutuhkan (retention time) menurut waktu yang dirancang adalah satu jam.
Untuk mencegah waktu singkat didalam reactor yang disebabkan chanelling, yang
menyebabkan pendeknya retention time, maka aliran yang merata dan stabil di
dalam reactor sangat diperlukan, yang dapat dicapai dengan menjaga konsentrasi
pulp sekitar 10%

v Bleaching
Proses pemutihan di PT Lontar papyrus terdiri dari 2 line, dimana line 1 yang
terdiri dari tahap CD-EOP-DI-D2 masih menggunakan proses konvensional atau
proses non EFC (Elementary chlorine free) yaitu proses pemutihan dengan
menggunakan senyawa chlor (Cl2), sedangkan untuk line 2 tahapan yang
digunakan adalah D0-EOP-DI yang merupakan proses EFC yang menggunakan
khlorin dalam bentuk senyawa lain yaitu khlordioksida sehingga dapat
menurunkan tingkat pencemaran.
Proses pemutihan pada line 1 memiliki urutan-urutan yang terdiri dari tahapan
berikut:
1. Tahap pemutihan (C+D), yaitu menggunakan Cl2 dan ClO2 yang berfungsi
untuk mengikat kandungan lingnin dan pulp.
2. Tahap ekstraksi (EOP), yaitu menggunakan NaOH, O2, H2O2 yang berfungsi
untuk mengikat zat-zat orgnik dan kandungan lignin dalam pulp serta
mempertahankan ikatan sellulosa.
3. Tahap pemutihan kembali (D1 dan D2), yaitu menggunakan ClO2 yang
berfungsi untuk mengikat kandungan lignin dalam pulp.

Sedangkan pada line 2 memiliki tahapan sebagai berikut:


1. Tahap pemutihan D0, yaitu menggunakan ClO2 yang berfungsi untuk
mengikat kandungan lignin dan pulp.
2. Tahap extraksi (EOP), yaitu menggunakan NaOH, O2, HO2 yang berfungsi
untuk mengikat zat-zat organik dan kandungan lignin dalam pulp serta
mempertahankan ikatan sellulosa.
3. Tahap pemutihan kembali (D1), yaitu menggunakan ClO2 yang berfungsi
untuk mengikat kandungan lignin dalam pulp.
C. Pembentukan lembaran pulp
Pulp yang telah diputihkan selanjutnya dikirim ke unit pulp machine (M/C) yang
mengenai masalah penyediaan pulp sheet (lembaran) dengan proses kerja sebagai
berikut:
1. Screening , merupakan tahap penyaringan dan membentuk serat yang lebih
homogen tanpa ada pengontor yang halus maupun kasar.
2. Dewatering, merupakan tahap pengurangan kadar air yang terdiri dari dua
tahap yaitu DWP dan HDP.
3. Drying, merupakan tahap pengeringan lembaran pulp dengan menggunakan
steam atau uap panas.
4. Pulp cutting dan Bale Handling merupakan tahap akhir proses pulp machine
disini dilakukan pemotongan dan pengemasan.

Tahap penyaringan (Sereening)


Screeing plant merupakan proses bleaching dan Dwatering machine yang
berfungsi sebagai penyaring kotoran-kotoran yang ada pada bubur serat (fiber).
Stock yang dihasilkan di screening plant disuplay ke Dwatering machine untuk di
proses menjadi lembaran pulp yang merupakan produk utama dari PT. LPPPI.
Bahan yang melalui proses pemutihan di bleaching di pompakan ke HDT dengan
konsistensi 10%. Selanjutnya bahan tersebut diencerkan dengan air pengencer dari
filtrate chest pada bagian dasar HDT menjadi 5%. Stock yang ada di HDT
dipompakan ke stock chest, setelah diencerkan menjadi 4% kemudian dilakukan
penyaringan yang terdiri dari protection screen atau combitrap. Pressure screen
atau fine screen, penyaringan pada centry cleaner, penyaringan pada satomi dan
proses screening ini diakhiri dengan pengentakan pulp yang bertujuan untuk
meningkatkan konsistensi.

Tahap pengurangan kadar Air (Dewatering)


Dewatering plant adalah proses pengurangan kadar air dari bubur serat serta
proses pembuatan lembaran pulp . pulp cair diencerkan hingga konsentrasinya
mencapai 1,2-1,8% kemudian disemprotkan menggunakan headbox. Dari headbox
disalurkan dengan tekanan ke foarming board DWP untuk pembentukan
foemesi lembaran pulp. Pada DWP (Double Wire Press) terjadi proses
pengurangan kadar air dengan menggunakan dua lembaran kawat mesh (bottom
dan top wire) dengan lebar 7,4 meter yang saling menekan dan berputar
berlawanan arah.
Kadar air yang berkurang pada proses pengeringan ini mencapai 30-35%. Proses
selanjutnya berlangsung di Heavy Duty Press (HDP 1 dan 2), dimana
pengurangan air dilakukan dengan cara penekanan dengan Main Press Roll dan
artinya diserap oleh felt pada bagian atas dan bawah HDP 1 sehingga akan terjadi
lagi pengurangan kadar air sampai dengan 20% pada akhir proses HDP 2, dan
formasi lembaran pun semakin sempurna.
Tahap pengeringan akhir (Drying)
Proses pengeringan pulp dengan menggunakan udara panas yang di hembuskan ke
permukaan bagian atas dan bawah pulp, dimana Drying cabinet disini terdiri dari
menara kipas (fan section) dan tiap bagian mempunyai kipas sirkulasi (circulation
fan), pipa yang berisi uap pemanas (steam heated coil) dan blowbox, sehingga
akan terjadi lagi pengurangan kadar air sampai dengan 35-40%.
Tahap pemotongan (pulp cutting dan bale Handling)
Pulp yang keluar dari dryer kemudian masuk ke bagian cutter lay boy untuk
dipotong sesuai dengan ukuan standar yaitu 616 mm x 840 mm, kemudian
ditampung didalam lay boy untuk disusun menjadi Bale (pengepakan) di unit bale
handling.
Ada babrapa urutan proses bale handling antara lain:
1. Scale, yaitu alat untuk menimbang pulp dalam 1 bale (250 AD Kg)
2. Balling press, yaitu alat untuk mengpres pulp dalam 1bale dari tinggi semula
80 cm menjadi 45-50 cm
3. Wrapper, yaitu alat untuk memberikan pembungkus
4. Tying, yaitu pengikat setelah bale pulp dibungkus. Tali pengikatnya adalah
kawat diameter 2 mm
5. Stenciller, yaitu alat untuk membuat merk
6. Folder, yaitu alat untuk membungkus pulp
7. Stacker, yaitu alat untuk menumpuk bale pulp menjadi 4 bale
8. Unityer, yaitu alat untuk mengikat 8 bale pulp dengan kawat diameter 3 mm

Penyimpanan (Warehouse) dan Distribusi


Setelah pulp dijadikan dalam satu unit (8 bale), kemudian diangkat dengan
menggunakan forkilift untuk disimpan di gedung produksi (warehouse), untuk
siap dipanaskan.
Untuk menangani penyimpanan produk baik untuk pulp, tissue maupun produk
Chemical memiliki beberapa gudang baik gudang terbuka maupun gudang
tertutup yang dikelola dengan rapi dan penanganan yang cepat.
2.3 Pengolahan Limbah
A. Limbah Cair
Pengolahan limbah cair dalam usaha mengatasi pencemaran terhadap lingkungan
berdasarkan kep 51/MENLH/10/1995 tentang buku Mutu limbah cair bagi
Limbah Industri dan keputusan Gubernur Jambi No: Kep.83 tahun 1996 tentang
buku mutu lingkungan daerah untuk Wilayah Propinsi Jambi.
Pengolahan dampak yang sudah berjalan, yaitu system IPAL dengan:
1. Primary treatment : bar screen,equalization tank, primary clarifier A & B,
buffer and distribution tank,colling tower.
2. Secondary treatment : aerated lagoon, secondary clarifier A & B
3. Sludge treatment and removal : thickner clafirier,sudge stiragetannk, belt
filter prees
4. Pembuatan kolam ikan dan kebun percontohan sebagai control biologi.
Program pengelolahan Limbah cair yang telah dikembangkan :
1. Penambahan system IPAL dari kapasitas 50.000 m3/hari menjadi 75.000
m3/hari dengan system biological treatment.
2. Perbaikan penampungan limbah untuk mengantisipasi keadaan darurat
(emergency pond) berkapasitas 12.000 m3 dengan lantai yang dikonkrit.
3. Pengontrolan rembesan air lindi kulit kayu ke lingkungan masyarakat dengan
jalan pemasangan pompa yang mengalirkan leachate tersebut ke pusat
pengelolahan limbah cair.
4. Western natural lagoon berfungsi untuk pengolahan alami air limbah terolah
tersebut sebelum di alirkan kesungai
5. Eastern natural lagoon berfunsi untuk penampungan dan memonitor kualitas
air hujan yang berasal dari parit-parit hujan dalam pabrik.Aktivitas lain yang
dikerjakan. Pengawasan rutin terhadap limbah cair terolah dilaksanakan setiap
hari dan dipantau lagi oleh pemerintah propinsi jambi setiap tiga bilan sekali
terhadap total buangan limbah cair terolah termasuk juga di hulu dan hilir sungai.
B. Limbah Padat
Penanganan limbah padat di lingkungan internal PT. LPPPI telah dilaksanakan
secara sistematis dan terarah sesuai dengan komitmen yang telah dinyatakan oleh
pimpinan tertinggi perusahan.
Pengelolahan limbah padat yang telah dikembangkan dan sekaligus memberikan
nijai ekonomis tinggi adalah :
1. Penanganan dengan system penggunaan kembali (reused)
Potongan kayu dan kulit kayu digunakan sebagai bahan bakar di multifuel boiler,
sedangkan limbah padat dari hasil penyaringan akhir pembuatan pulp dijadikan
lembaran pulp kelas rendah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
tisuue.Sementara llimbah padat berupa pasir bekas dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan batako yang dipakai dalam lingkungan internal pabrik.demikian juga
slude cake dari unitpengelolahan limbah cair telah di jadikan uji coba sebagai
pupuk kompos di HTI dan saat ini di laksanakan percobaan secara insentif dari
manfaat kompos tersebut.
2. Penanganan sistem landfill
Perlakuan limbahpadat lain yang berasal darisisa produksi seperti dregs, sceer
reject,ash,dan lumpur garam dilakukan dengan system penimbunandan system
khusus untuk menghindari terjadinya pencemaran terhadap lingkungan.
3. TPA (tempat pembuangan akhir) untuk limbah domestic
Limbah yang berasal darikantor dan rumah tangga dilakukan penimbunan pada
lokasi tertentuyang berlokasi jauh dari air masyarakat dengan ketinggian terlalu
pula. Setelah dua mingggulimbah tersebut di timbun dengan tanah setempat
dengan ketebalan 15-20 cm.
4. Penanganan dengan system pembakaran
Limbah padat domestic seperti kayu palet bekas pembersihan oli bekas,bamboo,
kain lapdan serbuk gergaji bekas pembersihan oli dan grease dilakukan
pembakaran secara terus menerus sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Sisa abu pembakaran di timbun di landfill.
5. Limbah padat yang dapat dijual
Limbah padat lainnya melalui proses penyrlrksi seperti drum bekas,besi, pipa-
pipa, batrei bekas, ban bekas dan lain-lain dapat di jual kembali dengan di
tanganni oleh seksi material.
C. Limbah Gas
Dalam usaha penanganan terjadi pencemaran udara oleh limbah gas yang di
hasilkan dari kegiatan yang berlangsung,PT.LPPPI telah melakukan pengontrolan
dan pemantauan secara berkelanjutan dan terus-menerus dengan melakukan
perbaikan-perbaikan, modifikasi dan penambahan alat-alat untuk mencapai baku
mutu emisi buang yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Usaha yang dilaksanakan adalah :
1. Optimatis efisiensi penangkapan debu oleh EP (elektostatic
precipitator)dengan perawatan secara cermat
2. Melakukan penambahan system scrubber di smelt dissolving tank.
3. Penambahan sistem scrubber pada stack cemical making
4. Melakukan perawatan EP scrubber sesuai dengan intruksi kerja
5. Membakar NCG di lime kiln

Aktifitas lin yang dikerjakan :


Pemantauan secara rutin terhadap gas emisi dalam lingkungan pabrik serta
pemantauan udara ambiet pada area dalam dan luar lingkungan pabrik.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
Izin resmi dari bapedal melalui keputusan kepala bipedal nomor :
012/BAPEDAL/02/1999 tentang pemberian ijin penyimpanan limbah bahan
berbahaya dan beracun (Limbah B3) kepada PT.LPPPI dan gudang penyimpanan
tersebut di rancang sesuai dengan kep.No.01/BAPEDAL/09/1995 dengan tata cara
dan persyaratan teknis penyimpannan dan pengumpulan limbah B3. Symbol dan
label limbah B3 di atur dalam Kep.No.05/BAPEDAL/09/1995.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
* Bahan baku pembuatan pulp terdiri dari bahan baku primer dan sekunder.
Bahan baku primer, yaitu berupa kayu dan bukankayu. Sedangkan bahan baku
sekunder yaitu berupa komposisi kimia dari kayu, misalnya selulosa,
hemiselulosa, lignin dan zat ekstrsktif.
* Kualitas chip yang digunakan dalam proses pembuatan pulp merupakan
faktor yang sangat penting dalam pengoperasian di pabrik maupun kualitas chip
yng dihasilkan.
* Adapun proses pembuatan pulp yaitu, pemasakan, pencucian dan
penyaringan, O2 delignifikasi, bleaching.
* Dalam proses pembuatan pulp terdapat zat yang berpotensi mencemari
lingkungan, diantaranya adalah limbah cair, limbah gas dan limbah padat.

3.2 Saran
Dalam proses pembuatan pulp harus diperhatikan mengenai bahan baku, proses
pembuatan serta dampak dari proses tersebut. Dalam proses pembuatan pulp ini
manghasilkan limbah berupa limbah cair, limbah gas dan limbah padat. Diantar
limbah tersebut terdapat limbah yang dapat dimanfaatkan dan juga terdapat
limbah yang merugikan.
DAFTAR PUSTAKA
Test Method 1 OFF 3. Visskositas Pullp dengan Metode CED.QP/TM/1-
10.PT.LPPI
SCAN-C 15:99.Revised 2000.SCANDINAVIAN Pulp and Paper and Board
Testing Commite.
Tappi T230 Om-94
Tappi T254 Cm-85

Anda mungkin juga menyukai