Anda di halaman 1dari 22

 

TUGAS
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

Topik :
Pengelolaan B3 

Disusun Oleh :

Anggota Kelompok: 1. Astika Putri Roshinta DBD 114 004


2. Ribca Martha Laoli DBD 114 015
3. Yosua Andhika T. DBD 114 016
4. Fajria Maulida DBD 114 019
5. Agrista Septiani DBD 114 027
6. Desi Aulia DBD 114 032
7. Yolanda DBD 114 034
8. Veggi Vrimata DBD 114 037
9. Wena Anastasia DBD 114 038

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN / PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
2016
 

KATA PENGANTAR  

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan anugrah dan rahmat-Nya tugas ini dapat diselesaikan tepat pada waktu
yang diharapkan.

Penulisan tugas makalah ”Pengelolaan Limbah B3” ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas dari dosen pengajar Mata Kuliah Analasis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) untuk menambah pengetahuan mengenai mata kuliah
tersebut. Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada :

1.  Ibu Neny Sukmawatie,


Sukmawatie, S.Hut, MP selaku dosen pengajar
pengajar mata kuliah
kuliah
Analasis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atas segala ilmu

 pengetahuan yang telah diajarkan. Terima kasih ibu.


2.  Teman-teman angkatan 2014, rekan-rekan sekampus yang selalu
memberikan support, bimbingan, dan petunjuk penyelesaian dalam setiap
 permasalahan yang datang selama pengerjaan tugas ini.
3.  Teman-teman satu kelompok yang tetap berjuang dengan penuh semangat
untuk menyelesaikan tugas ini.

Dalam penulisan tugas ini, penulis menyadari bahwa masih


masi h banyak kekurangannya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
 penulisan tugas ini kedepannya. Penulis berharap semoga tugas ini dapat
 bermanfaat, dipahami dan dimengerti oleh pembaca.
pembaca.

Palangkaraya, September 2016

i
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................


...................................................................
...........................................
..................... i
DAFTAR ISI .............................................
...................................................................
............................................
....................................
.............. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................
...................................................................
...........................................
..................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................
.................................................................
........................................
.................. 1
1.3 Tujuan............................................
..................................................................
............................................
....................................
.............. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Limbah B3 .............................................
....................................................................
................................
......... 2
2.1.1 Karakteristik Limbah B3 ..........................................
...............................................................
..................... 2
2.2 Proses Pengelolaan Limbah B3 ..........................................
...............................................................
..................... 5

2.3 Proses Pengolahan Limbah B3 ...........................................


................................................................
..................... 6
2.3.1 Pemberian Simbol dan Label ...........................................
.........................................................
.............. 6
2.3.2 Pengemasan
Pengemasan ............................................
..................................................................
........................................
.................. 11
2.3.3 Penyimpanan ..........................................
................................................................
........................................
.................. 12
2.3.4 Pengangkutan .........................................
...............................................................
........................................
.................. 16

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...........................................
.................................................................
............................................
.............................
....... 17
3.2 Saran ..........................................
................................................................
............................................
........................................
.................. 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
 

BAB I
PENDAHULUAN 

1.1  Latar Belakang

Untuk berhasil mengelola Limbah B3, tidak cukup hanya memenuhi baku
mutunya saja, tapi juga cara mengelola Limbah B3 seperti identifikasi, pencatatan,
pencatat an,
 penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan baik yang dilakukan
sendiri oleh perusahaan maupun yang dilakukan oleh pihak 3 harus juga memenuhi
m emenuhi
 peraturan yang berlaku.
Dalam tuntutan hukum, Limbah B3 tergolong dalam tuntutan yang bersifat
formal. Artinya, seseorang atau perusahaan dapat dikenakan tuntutan perdata dan
 pidana lingkungan karena cara mengelola Limbah B3 yang tidak sesuai dengan
 peraturan, tanpa perlu dibuktikan bahwa perbuatannya tersebut telah mencemari

lingkungan. Sehingga, mengetahui cara pengelolaan Limbah B3 yang memenuhi


 persyaratan wajib diketahui
diketahui oleh pihak-pihak yang terkait dengan
dengan Limbah B3 dalam
 perusahaan dan pihak ke 3 yang
yang bekerjasama dengan perusahaan.
Pengelolaan Limbah B3 tidak selalu berkutat pada pendekatan end of pipe,
tetapi kini Limbah B3 bisa dipandang sebagai barang yang memiliki nilai ekonomis
melalui tahapan pemanfaatan kembali (recycle) sebagai bagian dari pendekatan up
the pipe. Dengan demikian pengelolaan Limbah B3 bukan saja harus memenuhi
 peraturan yang berlaku, tetapi juga bisa mendapatkan nilai
nilai manfaat ekonomi.

1.2  Rumusan Masalah


1.  Apa Definisi Limbah B3.
2.  Bagaimana Proses Pengelolaan Limbah B3.
3.  Bagaimana Proses Pengolahan Limbah B3

1.3  Tujuan
1.  Untuk Mengetahui Definisi Limbah B3.
2.  Untuk Mengetahui Proses Pengelolaan B3.
3.  Untik Mengetahui Proses Pengolahan B3.

1
 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Limbah B3 

Limbah adalah bahan sisa dari suatu kegiatan atau prosuksi, baik dalam skala
kecil (rumah tangga) maupun skala besar (pabrik). Dalam PP 18/1999 Jo. PP
85/1999, Pasal 1 (ayat 2) dijelaskan pengertian Limbah B3. Limbah bahan
 berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun karena sifat
konsentrasi atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkanatau merusak lingkungan hidup, dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.

Contoh limbah B3 adalah logam berat, spt Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pd, Mn, Hg, dan
Zn serta zat kimia, seperti pestisida, sianida, sulfide dan fenol. Cd dihasilkan
dari lumpur dan limbah industry kimia tertentu. Hg dihasilkan dari industry
klor-alkali, industry cat, kegiatan pertambangan, industry kertas, dan
 pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam
hit am dan
accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam
konsentrasi rendah. Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber, uji
karakteristik, dan uji toksikologi.
2.1.1  Karakteris
Karakteristik
tik Limbah B3

Sebelum membahas karakteristik limbah B3, kita perlu mengetahui


mengapa limbah tersebut sangat berbahaya. Diantara alasannya adalah
  Dapat menyebabkan pengaruh buruk terhadap terjadinya atau
meningkatnya kematian dan sakit yang serius
  Berpotensi menimbulkan bahaya bterhadap kesehatan manusia dan
lingkungan apabila disimpan, diangkut, dimanfaatkan, diolah,
ditimbun dan dibung dengan tidak benar atau tidak dikelola

2
 

Adapun karakteristik limbah B3 ada enam, yaitu mudah meledak, mudah


terbakar, bersifat reaktif, bersifat beracun, menyebabkan infeksi, dan
 bersifat korosif.

1.  Mudah terbakar


Limbah yang mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai
salah satu sifat-sifat sebagai berikut :
a.  Limbah yang berupa cairan
Limbah yang berupa cairan akan mudah terbakar apabila
  Mengandung alcohol kurang dari 24% volume dan mempunyai
titik nyala kurang dari 60oC
  Terjadi kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala lain
 pada tekanan udara 760mmHg
 b.  Limbah berupa padatan
Limbah pada termperatur dan terkanan standar (25oC, 760mmHg)
mudah menyebabkan kebakaran, seperti melalui gesekan,
 penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara spontan. Limbah
 padat apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus
menerus dalam waktu lama. Apabila nilai titik nyala limbah <
40oC, berarti karakteristik mudah terbakar
c.  Limbah yang bertekanan mudah terbakar
d.  Limbah pengoksidasi
Apabila waktu pembakaran limbah sama atau lebih pendek dari waktu
 pembakaran senyawa standar, berarti karakteristik mudah terbakar.
Contohnya ; pelumas bekas, filter oli bekas, toner bekas, limbah
kimia, limbah mekanis, limbah laboratorium, abu insinerator.

2.  Bersifat reaktif


Limbah rektif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena
melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organic peroksida

3
 

yang tidak stabil dalam suhu tinggi. Limbah ini mempunyai sifat-sifat
 berikut:
  Pada keadaan normal, tidak stabil dan dapat menyebabkan
 perubahan tanpa peledakan
  Dapat bereaksi hebat dengan air
  Apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,
menghasilakn gas, uap, atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan
li ngkungan
  Merupakan limbah sianida, sulfide, atau amoniak yang pada
kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap, atau
asap beracun dalam jumlah yang membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan
  Mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar

(25oC, 760mmHg)
  Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen
atau limbah organic peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Contohnya ; barang terkontaminasi hidrokarbon, limbah hidrogen
 peroksida.

3.  Bersifat beracun


Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemaran dan
 bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan. Limbah B3 dapat

menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam


tubuh, baik melalui pernafasan, kulit, maupun mulut. Contohnya ;
Sludge cat, lumpur beroli, baterai bekas (Aki), Serat asbes, Silica
glass, Cartridge tinta.

4.  Menyebabka
Menyebabkan
n infeksi
Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang
terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit,

4
 

seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh


manusia yang terkena infeksi. Contohnya ; limbah medis.
5.  Bersifat korosif
Limbah korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat
 berikut:
  Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
  Menyebabkan proses pengaratan pada lempeng baja (SAE 1020)
dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan
temperature pengujian 55oC
  Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat
asam atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa
Contohnya ; Drum bekas, wadah B3, Kaleng cat.

   
2.2 Proses Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
 penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan dan
 penimbunan limbah B3.Berikut
B3.Berikut ini adalah pengertian masing-masing kegiatan
dalam pengelolaan limbah B3 :
1.  Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk
mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3,
sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan. Penyimpanan adalah kegiatan
 penyimpanan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil dan/atau
 pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun
limbah B3 dengan maksud menyimpan sematara.
2.  Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari
 penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun
limbah B3.
3.  Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3
dari penghasil dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau

5
 

dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah


dan/atau ke penimbun limbah B3.
4.  Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali
(recovery) dan/atau penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang
(recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk
yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi
ba gi lingkungan dan kesehatan
manusia.
5.  Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan
komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat
 bahaya dan/atau sifat racun.
Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan
 pengelolaan limbah B3 harus dilaporkan ke KLH.Untuk aktivitas pengelolaan
limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan pengelolaan selain
sel ain dilaporkan ke KLH
 juga ditembuskan ke Bapedalda setempat.

2.3  Proses Pengolahan Limbah


Kunci keberhasilan pengelolaan Limbah B3 disetiap tahap pengelolaannya
adalah Identifikasi Limbah B3 di perusahaan. Limbah B3 harus ditangani
dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko yang mungkin
ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan.
Hal tersebut termasuk :
2.3.1  Pemberian Simbol dan Label
Simbol bahaya digunakan untuk menandai sifat bahan-bahan limbah
 berbahaya dan beracun dalam suatu pengemasan, penyimpanan dan
 pengumpulan atau pengangkutan.
pengangkutan.
1.  Simbol
a.  Simbol klasifikasi limbah B3 mudah terbakar (flammable).
Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely
flammable (amat sangat mudah terbakar) dan Highly flammable
(sangat mudah terbakar). Untuk Bahan-bahan dan formulasi yang

6
 

ditandai dengan notasi bahaya “extremely flammable “merupakan


liquid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0oC) dan
titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah 35oC). Bahan
amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat
membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak
mel edak di bawah kondisi
normal.Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah
R12.Sedangkan untuk Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi
 bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk self -heating
-heating dan
 penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka
mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21oC).Beberapa bahan
sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah
terbakar di bawah pengaruh kelembaban.Bahan-bahan yang dapat
menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan
 pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai
‘highly flammable’.Frase-R
flammable’.Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar yaitu
R11.Jenis limbah yang menggunakan simbol cairan mudah terbakar
adalah pelumas bekas, filter oli bekas, hose oli bekas, toner bekas,
limbah medis cair, limbah kimia cair, limbah laboratorium cair.

b.  Simbol klasifikasi limbah B3 reaktif


Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
“oxidizing“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan
 bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka

7
 

dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan.Dalam


 berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like)
(s alt-like)
dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik.
Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.

Jenis limbah yang menggunakan simbol ini adalah Hidrogen


Peroksida dan Barang Terkontaminasi hidrokarbon.

c.  Simbol klasifikasi limbah B3 beracun


Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan
kematian pada konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui
inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Suatu
 bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria
kriteria berikut:  

  LD50 oral (tikus) 25


25 – 
 –  200
 200 mg/kg berat badan
  LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50
50 – 
 –  400
 400 mg/kg berat badan
  LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 
0,25 –  1
 1 mg/L
  LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 
0,50 –  2
 2 mg/L
Frase-R untuk bahan beracun yaitu R23, R24 dan R25

8
 

Jenis limbah yang menggunakan simbol ini adalah sludge cat, lumpur
 beroli, limbah medis padat, battery bekas (aki), catridge tinta,
household baterai, limbah laboratorium padat, limbah kimia padat,
serat asbes, dan silica glass.

d.  Simbol klasifikasi limbah B3 menimbulkan bahaya dan infeksi


Ada sedikit perbedaan pada simbol ini yaitu dibedakan dengan kode
Xn dan Xi.Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn
memiliki resiko merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh
melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan
kulit.Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20, R21 dan
R22.Sedangkan
R2 2.Sedangkan bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ atau kode
Xi adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika
kontak dengan kulit atau selaput lendir.Frase-R untuk bahan irritant
yaitu R36, R37, R38 dan R41. Suatu bahan dikategorikan berbahaya
 jika memenuhi kriteria berikut :
  LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan
  LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan
  LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 –  5
 5 mg/L
  LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 –  20
 20 mg/L

9
 

Jenis limbah yang menggunakan simbol ini adalah limbah medis


sebelum dimasukkan ke insenerator.

e.  Simbol klasifikasi limbah B3 korosif


Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak
 jaringan hidup. Jika
Ji ka suatu bahan merusak kesehatan
kesehat an dan kulit hewan
uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji,
seperti asam (pH <2)>11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R
untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.

Jenis limbah yang menggunakan simbol ini adalah drum bekas, kaleng
cat, wadah (container)B3, dan pestisida.

10
 

2.  Label
Label memiliki fungsi untuk memberikan informasi mengenai limbah
B3 yang dihasilkan. Dalam pengelolaan limbah B3, ukuran label yang
digunakan 15 cm x 20 cm.
cm. Dasar warna label yang akan digunakan
adalah warna kuning dengan tulisan dan garis tepi berwarna hitam.
Selain itu tulisan PERINGATAN akan diberi warna merah. Setiap
wadah yang digunakan dalam proses pengemasan akan dipasang label
 pada sesuai dengan karakteristik limbanya. Berikut ini
i ni adalah desain
label identitas limbah B3 yang akan digunakan :

Untuk label limbah lainnya, cara penulisan label sama seperti yang di
atas namun disesuaikan dengan karakteristik limbah, jenis
je nis limbah dll.

2.3.2  Pengemasan
Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah
yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa
kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat
dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan
limbah yang disimpan di dalamnya. Tujuan pengemasan adalah agar
setiap jenis limbah sebelum disimpan telah ditandai dengan sistem label
yang sesuai dengan jenis karakteristik limbah, serta telah ditempatkan

11
 

dalam kontainer yang sesuai pula. Dengan pendekatan ini, memperkecil


kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kesalahan dalam penanganan
limbah B3.Pengemasan yang baik akan mempermudah pengawasan oleh
 petugas yang diserahi tanggung jawab. Berdasarkan UU No. 1 tahun
2005 yang mengatur tata cara pengemasan limbah bahan berbahaya dan
 beracun.
1.  Drum Logam Banghole Volume 200 liter
Kemasan ini digunakan untuk limbah yang tidak memiliki
karakteristik korosif dan bersifat cair. Limbah yang dapat
menggunakan kemasan ini adalah : Pelumas Bekas, Filter oli bekas,
hose oli bekas, toner bekas.
2.  Drum Logam Open Top Volume 200 liter
Kemasan ini digunakan untuk limbah yang tidak memiliki
karakteristik korosif dan bersifat padat. Limbah yang menggunakan
kemasan ini adalah : Abu batubara, barang terkontaminasi
hidrokarbon, lumpur beroli.
3.  Drum Plastik Open Top 200 liter
li ter
Kemasan ini digunakan untuk limbah yang memiliki karakteristik
korosif dan bersifat padat. Limbah yang menggunakan kemasan ini
adalah : Kaleng cat
4.  Drum Plastik Banghole 200 liter
Kemasan ini digunakan untuk limbah yang memiliki karakteristik
korosif dan bersifatcair. Limbah yang menggunakan kemasan ini
adalah: Limbah Kimia, Pestisida, Limbah labolatorium.
5.  Kontainer 20 m3
Kemasan ini digunakan untuk limbah yang memiliki bentuk padat
namun tidak terkompaksi
terkompaksi dengan jumlah limbah per hari-nya cukup
 besar. Limbah yang menggunakan kemasan ini adalah : Drum bekas,
Wadah B3.

12
 

2.3.3  Penyimpanan
Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan apabila tidak dapat dilakukan
 pengolahan B3 dengan segera.Tujuan dari kegiatan
kegiatan penyimpanan adalah
untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi
 bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Masing-
masing jenis limbah berikut dihitung jumlah kemasan yang dibutuhkan
dengan mengetahui jumlah limbah dan volume kemasan yang digunakan.
Untuk densitas massa limbah diasumsikan sendiri berdasarkan literatur
yang mendukung.
1.  Jumlah Kemasan
Limbah Kimia Padat
Jumlah Limbah = 2 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,2
Maka :
    
Jumlah kemasan =  
   

2 /  90 
=  
0,2 ⁄  200

180 
=  
0,2 ⁄  200

= 4,5 buah drum


= 5 buah drum

2.  Pola Penyimpanan Kemasan Limbah B3


Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok
terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan agar dapat dilakukan
 pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan sehingga jika
terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani. Lebar gang
antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang

13
 

untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu
lintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan
 pengoperasiannya.
Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan
kestabilan tumpukan kemasan. Untuk kemasan drum logam isi 200
liter, tumpukan sebanyak 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet
(setiap palet mengalasi 4 drum). Untuk kemasan yang drum plastik
menggunakan rak.
Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar
terhadap atap (lampu penerangan) dan dinding bangunan
 penyimpanan adalah 1 (satu) meter.
  Jumlah blok per jenis limbah
    
 
 
   ⁄4 
   
  


  Jumlah blok per jenis karakteristik


 ℎ 
  ℎ ( +  + )
 
3

14
 

3.  Tata Ruang Gudang Penyimpanan Limbah B3


Dalam penyimpanan limbah dalam kemasan harus memperhatikan
tata cara dan prinsip penyimpanan limbah B3 sesuai dengan
 peraturan UU No.1 tahun 1995 yang telah disebutkan di bab 3
sebelumnya. Karena tempat penyimpanan yang direncanakan untuk
menyimpan lebih dari 1 (satu) karakteristik limbah B3, maka ruang
 penyimpanan:
a.  Harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan,
dengan ketentuan bahwa setiap bagian penyimpanan hanya
diperuntukkan menyimpan satu karakteristik limbah B3, atau
limbah-limbah B3 yang saling cocok. Meskipun terdapat lebih
dari satu karakteristik pada tiap-tiap limbah, tapi yang digunakan
sebagai acuan adalah tingkat dominan dari karakteristik limbah
itu sendiri. Berikut ini adalah limbah B3 yangsudah dikategorikan
sesuai dengan karakteristik yang sama.
 b.  Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus diberi
 jarak. Dan khusus
khusus untuk yang karakteristik mudah terbakar harus
diberi tembok pemisah atau tembok tahan apiuntuk
menghindarkan terjadinya bahaya api ketika terjadi kebakaran.
c.  Limbah dengan karakteristik beracun harus dijauhkan dengan
limbah dengan karakteristik mudah terbakar. Hal ini dikarenakan
apabila limbah beracun ikut terbakar pada saat peristiwa
kebakaran, maka api yang dihasilkan lebih sulit dikendalikan
daripada api dari limbah karakteristik mudah terbakar.
d.  Limbah dengan karakteristik reaktif dan korosif memiliki banyak
kesamaan, oleh karena itu boleh diletakkan secara berdekatan.
Limbah jenis ini juga boleh diletakkan dekat dengan limbah
mudah terbakar.
e.  Setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai
 bak penampung tumpahan limbah dengan kapasitas yang
memadai.

15
 

f.  Sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding
dengan kapasitas maksimum limbah B3 yang tersimpan sehingga
cairan yang masuk ke dalamnya dapat mengalir dengan lancar ke
tempat penampungan yang telah disediakan.
g.  Khusus untuk jenis drum bekas dan wadah B3 tidak disimpan
 pada ruang penyimpanan. Karena pengangkutannya
menggunakan kontainer.

2.3.4  Pengangkutan
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup
reduksi, pewadahan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan,
 pengangkutan, pengolahan dan penimbunan. Pengangkutan B3 adalah
kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke tempat lain menggunakan
sarana angkutan. Persyaratan pengangkutan limbah B3 adalah sebagai
 berikut :
a.  Memiliki rekomendasi dan izin Pengangkutan
 b.  Jenis dan karateristik limbah yang diangkut sesuai dengan izin.
c.  Dilengkapi Dokumen Limbah B3 / Manifest
d.  Persyaratan alat angkut :
  Alat angkut dan kemasan sesuai dengan karateristik limbah
  Alat angkut dalam kondisi baik
  Simbol dan label (Kepka No. Kep-02/Bapedal/09/1995)
 
e. Operator yang terlatih
f.  Memiliki Emergency Response System
g.  Memiliki SOP berupa bongkar muat, route/tujuan pengangkutan, dan
 jadwal.
h.  Melakukan Pelaporan pengangkutan limbah B3
a.  Seperti contohnya limbah medis dari klinik perusahaan/industry dapat
diolah dengan teknologi insenerasi, namun di balik itu alat tersebut
 juga mengeluarkan abu dari hasil pembakarannya, sehingga abu y
yang
ang
dihasilkan dari proses insenerasi ini yang akan dikirim ke PPLI.

16
 

BAB III
PENUTUP 

3.1  Kesimpulan

  Proses Pengeolahan Limbah B3 yang baik dimulai dari Identifikasi Limbah


B3, Pemberian Simbol dan Label, Pengemasan, Penyimpanan dan


Pengangkutan.
  Kunci keberhasilan pengelolaan Limbah B3 disetiap tahap pengelolaannya
adalah Identifikasi Limbah B3 di perusahaan.
  Pengemasan limbah B3
B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik
karakteristik limbah yang
terdiri dari dari :
1.  Drum logam banghole volume 200 liter : limbah bersifat korosif dan cair
2.  Drum logam open top volume 200 liter : limbah
l imbah bersifat korosif dan padat

3.  Drum plastik open top 200 liter : limbah bersifat korosif dan padat
4.  Drum plastik banghole 200 liter : limbah bersifat korosif dan cair
5.  Kontainer 20 m3 : limbah berbentuk padat namun tidak terkompaksi
  Penyimpanan limbah dilakukan selama 90 hari dan pola penyimpanan
kemasan limbah dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 x 2
kemasan. Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar
gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut disesuaikan dengan kelayakan
 pengoperasiannya.
  Pengolahan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
 pencemaran serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan
dia kibatkan oleh limbah B3.
Pengolahan limbah PT. Indominco Mandiri berbeda – 
berbeda –  beda
 beda tergantung dari
 jenis limbahnya.

17
 

3.2  Saran
Proses pengelolaan Limbah B3 harus benar-benar diperhatikan dengan baik,
terkadang masih ada beberapa perusahaan yang membuang Limbah B3 begitu saja
ke perairan atau lahan terbuka. Ada juga yang ditimbun/ditampung dalam kontainer
yang mudah rusak menyebabkan limbah tersebut masuk ke tanah
t anah atau terbawa oleh
aliran hujan ke sistem air permukaan dan air bawah tanah. Sementara limbah yang
dibakar secara tidak terkendali, menimbulkan uap/gas beracun di udara. Oleh
karena itu diperlukan penanganan yang tepat dampak limbah yng dihasilkan
terhadap lingkungan dapat di minimalisir. 

18
 

DAFTAR PUSTAKA

https://candraning.wordpress.com/2013/09/28/makalah-limbah-b3/
Diakses pada tanggal 24 September 2016

https://www.academia.edu/5071765/MAKALAH_B3_BUAT_PAK_WELY?auto
=download
Diakses pada tanggal 25 September 2016

https://prezi.com/_i4x4y8xizfp/pengelolaan-limbah-b3-dengan-studi-kasus/
Diakses pada tanggal 25 September 2016

19

Anda mungkin juga menyukai