Anda di halaman 1dari 24

 

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DENGAN GLAUKOMA 

Disusun Oleh:

Kelompok I

Ade Pratiwi (121812001)


Marisi Sitinjak (121812012)
Mawardi (121812013)
Santi (121812020)
Sri Novalinda (121812022)

Dosen pembimbing :

Robiah, S.Kep,Ns

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNG PINANG
2019

 
 

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan karunia- Nya
 Nya dengan disertai do’a dan restu, akhirnya penyusun dapat

menyelesaikan tugas Keperawatan Medical Bedah yang berjudul “ Asuhan


Keperawatan Pada Pasien glaukoma”
glaukoma”  
Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah penelitian ini
serta dari referensi buku-buku sumber dan media internet yang berkaitan dengan
 penelitian ini.
Harapan penyusun semoga makalah ini membantu menambah
 pengetahuan dan pengalaman bagi para mahasiswa-mahasiswi, dan lingkungan
sekitar kampus. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna ,

 baik dalam penyusunannya maupun dalam tata bahasa yang dipergunakann serta
ser ta
isinya, mengingat terbatasnya pengetahuan yang penyusun miliki. Dalam
 penelitian ini penyusun telah berusaha sebaik-baiknya, namun tidak luput dari
kekurangan-kekurangan. Penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.

Batam, 6 Juli 2019

Kelompok 1

ii
 

DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN SAMPUL ...........................................
.................................................................
........................................
.................. i

KATA PENGANTAR
PENGANTAR ............................................
..................................................................
........................................
.................. ii

DAFTAR
DAFTAR ISI ...........................................
.................................................................
............................................
.................................
........... iii

BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................
.................................................................................
............... 1 
B. Perum
Perumusa
usan
n Masalah
Masalah ..........................
............. ..........................
...........................
.......................
......... 1
C. Tujuan Penulisan .............................................
....................................................................
.............................
...... 1
BAB. II. KONSEP
KONSEP TEORI
A. Konsep Glaukom
laukomaa
1. Pengertian .................................................................
..........................................................................................
......................... 2
2. Klasifikasi ..........................................................................................
.......................................................................................... 2
3. Penyebab...................................................................
............................................................................................
......................... 4
4. Patofisiologi ..............................................................
.......................................................................................
......................... 5
5. Patways ..............................................................................................
.............................................................................................. 6
6. Manifestasi Klinis .............................................................................
............................................................................. 7
7. Komplikasi ...............................................................
........................................................................................
......................... 7
8. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................... 8
9. Penatalaksanaan ................................................................................
................................................................................ 10
B. Asuhan Keperawatan Glaukoma
1. Pengkajian ................................................................
.........................................................................................
......................... 11
2. Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 11
3. Perencanaan dan Implementasi ........................................................ 12
BAB. III. PENUTUP
A. Ke simpu lan
la n ................................
.................................
.................................
.................................
..................................
................................
.................................
......................
...... 20  
20
B. Saran-saran ...........................................
.................................................................
........................................
.................. 20
DAFTAR PUSTAKA

iii
 

BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang 

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia.


Terdapat sejumlah 0,40 % penderita glaucoma di Indonesia yang
mengakibatkan kebutaan pada 0,16 % penduduk. Prevalensi penyakit mata
utama di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72 %, pterigium 8,79
%, katarak 7,40 %, konjungtivitis
konjungtivitis 1,74 %, parut kornea 0,34 %, glaucoma
0,40 %, retinopati 0,17 %, strabismus 0,12 %. Prevalensi dan penyebab buta
kedua mata adalah lensa 1,02

%, glaucoma dan saraf kedua 0,16 %, kelainan refraksi 0,11 %,


retina 0,09 %, kornea 0,06 %, lain-lain
lain-lain 0,03 %, prevalensi total 1,47 %
(Sidharta Ilyas, 2004).
Diperkirakan di Amerika serikat ada 2 juta orang yang
menderita glaucoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami
gangguan penglihatan, dan hamper 70.000
70.000 benar-benar buta, bertambah
sebanyak 5500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis
memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan Glaukoma (Suzanne C.
Smeltzer, 2001).

Perumusan Masalah 
B. Perumusan
1. Apa y
yang
ang dimaksud
dimaksud penyakit Glaukoma ?
2. Bagaimana managemen penatalaksanaan penyakit Glaukoma
Glaukoma ?

Penulisan 
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami penyakit Glaukoma.
2 Memahami managemen penatalaksanaan
penata laksanaan penyakit Glaukoma

1
 

BAB II
KONSEP  TEORI
KONSEP

A. Konsep Glaukoma
aukoma  

1. Penger
ngertia
tian

Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak
normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan
kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas, 2004).
Galukoma adalah adanya kesamaan kenaika tekanan intra okuler yang
 berakhir dengan
dengan kebutaan (Fritz Hollwich, 1993).
Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),
 bahwa Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala
 peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan

 penggaungan atau pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi


atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam
 pengelihatan.
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos
glaukos””  yang berarti hijau
kebirauan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan
 bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang. Glaukoma
adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,
sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan

fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009).

2. Kla
Klasif ikas
kasii

Klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidarta


(S idarta Ilyas, 2003)
2003)  

a. Glaukoma primer

1) Glaukoma sudut terbuka

2
 

Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) ,


yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
 berkemban secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor
aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.

Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular,


saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik
 juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak
t idak ada, kelainan diagnose
dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul.

2) Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit)


sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara

anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke


 jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke
saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena
 peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang
 posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang
timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat
 berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat
hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera
ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

 b. Glakoma sekund


kundeer  
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh
darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup
tergantung pada penyebab :
1) Perubahan lensa
2) Kelainan uvea
3) Trauma
4) Bedah

3
 

c. Glaukoma kongeni
kongenital
tal
1) Primer atau infantil
2) Menyertai kelainan kongenital lainnya

d. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka)
dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea
terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi
atro fi dengan eksvasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering
mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris,
keadaan ini memberikan rasa sakit
sakit sekali akibat timbulnya
timbulnya glaukoma

hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar
 beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan
 pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.

3. Penyebab
Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)
a. Bertambahnya produksi cairan mata
mata oleh badan cilliary.

 b Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik


mata atau dicelah
dicelah pupil
pupil

Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009)


a. Umur  
Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan
 bertambahnya usia. Terdapat 2 % daripopulasi usia 40 tahun
yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan
 bertambahnya usia.

4
 

 b. Riwayat anggota


anggota keluarga yang terkena glaukoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita
glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena
glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak adik kemudian

hubungan orang tua dan anak-anak.


c. Tekanan bola mata
Tekanan bola mataTekanan bola mata diatas 21 mmHg
 beresiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian
individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat
merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat
dilakukan dirumah sakit mata atau pada dokter spesialis mata.
d. Ob
Obat
at-ob
-obata
atann 
Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat

tetes mata yang


yang mengandung steroid
steroid yang tidak dikontrol oleh
dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk
radang sendi, dan pemakai obat secara rutin lainnya.

4. Patofisiologi
Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel
epitel prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada
lensa. Aqueua humor
humor mengalir
me ngalir melalui jaring-jaring
jaring-jar ing trabekuler, pupil, bilik
mata depan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekana intra okuler

(TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmhg tergantung keseimbangan


antara produksi
pro duksi dan
dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.
Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan
retina sehingga dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan
mati. Selanjutnya menyebabkan kesrusakan
kesrusaka n jaringan yang dimula dari
dar i
 perifir menuju
me nuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang
 pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa terakhir pada
temporal (Sunaryo Joko Waluyo,
Waluyo, 2009).

5
 

5. p a t w a y s g l a u k o m a

Usia > 40 th
Diabetes Mellitus

Kortikosteroid jangka panjang


Miopia
Trauma mata 

Peningkatan tekanan
Obstruksi jaringan vitreus
Trabekuler

Hambatan pengaliran Pergerakan iris kedepan


Cairan humor agueous  

MK :Nyeri TIO  Glaukoma TIO

Gangguan saraf optik Tindakan MK : Kurang


Operasi pengetahuan

MK: Gangguan
Saraf Persepsi Perubahan
Sensori
Penglihatan perifer
Penglihatan MK: Ansietas

6
 

6 . Manif
Manifesta
estasi
si Klini
Kliniss
Umumnya dari riwayat keluarga ditemukan anggota keluarga
dalam garis vertical atau horizontal memiliki penyakit serupa, penyakit ini
 berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan bola mata

seperti normal dan sebagian besar tidak menampakan kelainan selama


stadium dini. Pada stadium lanjut keluhan klien yang mincul adalah sering
menabrak akibat pandangan yang menjadi jelek atau lebih kabur,
lapangan pandang menjdi lebih sempit hingga kebutaan secara
 permanen.
Gejala yang lain adalah : (Harnawartiaj, 2008)
a. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran.
 b. Kornea suram.
suram.
c. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.

d. Kemunduran penglihatan yang


yang berkurang cepat.
e. Nyeri di mata
mata dan sekitarnya.
f. Udema kornea.
g. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang.
hilang.
h. Lensa keruh.

Selain itu glaucoma akan memperlihatkan gejala sebagai berikut


(Sidharta Ilyas, 2004)
a.  Tekanan bola mata yang tidak normal
 
 b. Rusaknya selaput jala
c.  Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang
dapat berakhir dengan kebutaan.

7. Komplikasi
Komplikasi dari glaukoma menurut berbagai sumber yang salah
satunya  www.jec-online.com (2009) adalah kebutaan.
satunya

7
 

8. Pemeriksaan Diagnos
iagnosti
tik 
k  
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
(Harnawartiaj, 2008) :
a.  Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam
dalam yaitu
yaitu

retina, discus optikus macula dan pembuluh darah retina.


 b.  Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap
 patologi bila melebihi 25 mmhg.
Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) :
1) Tonometri Schiotz
Pemakaian Tonometri Schiotz untuk mengukur tekanan bola
mata dengan
dengan cara sebagai berikut
berikut :
a)  Penderita di minta telentang

 b)  Mata di teteskan tetrakain


c)  Ditunggu sampai penderita tidak merasa pedas
d)  Kelopak mata penderita di buka dengan telunjuk
dan ibu jari (jangan menekan bola mata penderita)
e)  Telapak tonometer akan menunjukkan angka pada skala
tonometer

Pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui bola


mata dalam milimeter air raksa.
 
a) Pada tekanan lebih tinggi 20 mmHg di curigai adanya
glaukoma.
 b)  Bila tekanan lebih dari pada 25 mmHg pasien
menderita glaukoma.
2) Tonometri Aplanasi
Dengan tonometer aplanasi diabaikan tekanan bola mata yang
dipengaruhi kekakuan sklera (selaput putih mata). Teknik
melakukan tonometri aplanasi adalah
a)  Diberi anestesi lokal tetrakain pada mata yang akan

diperiksa

8
 

 b)  Kertas fluorosein diletakkan pada selaput lender


c)  Di dekatkan alat tonometer pada selaput bening maka tekanan
dinaikkan sehingga lingkaran tersebut mendekat sehingga
 bagi
 bagian
an da
dala
lam
m terh
terhim
impi
pitt

d)  Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi


yang memberi gambaran setengah lingkaran berimpit.
Tekanan tersebut merupakan tekanan bola mata.
e)  Dengan tonometer aplanasi bila tekanan bola mata lebih
dari 20 mmHg dianggap sudah menderita
menderita glaukoma.
glauko ma.

c. Pemeriksaan lampu-slit.
Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu
memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga

memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa


khusus.

d. Perimetri
Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
 pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang
 pandangan dapat diperiksa dengan
dengan tes konfrontasi.

e. Pemeriksaan Ultrasonografi..

Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat digunakan untuk


mengukur dimensi dan struktur okuler. Ada dua tipe ultrasonografi
yaitu :
1) A-Scan-Ultrasan.

Berguna untuk membedakan tumor maligna dan benigna,


mengukur mata untuk pemasangan implant lensa okuler dan
memantau adanya
ada nya glaucoma congenital.
congenital.

9
 

2) B-Scan-Ultrasan.

Berguana unutk mendeteksi dan mencari bagian struktur


dalam mata yang kurang jelas akibat adanya katarak dan

abnormalitas lain.

9. Penatala
atalaks
ksaanaa
aann 
Glaukoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan,
glaukoma dapat dicegah untuk menghambat kerusakan lanjut dari lapang
 pandangan dan rusaknya saraf penglihat. Tujuan penatalaksanaan adalah
menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan mempertahankan
 penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi
 penyakit dan respons terhadap terapi

(Harnawartiaj, 2008) :
a.  Terapi obat.
1) Aseta Zolamit
Zolamit (diamox, glaupakx)
glaupakx) 500 mg
mg oral.
2) Pilokarpin Hcl 2-6
2-6 % 1 tts / jam.
jam.
 b.  Bedah lazer.
Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor
aqueus dan menurunkan TIO.
c.  Bedah konfensional.
d.  Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat

sebagian iris unutk memungkinkan aliran humor aqueus Dari


kornea posterior ke anterior. Trabekulektomi (prosedur filtrasi)
dilakukan untuk menciptakan saluran balu melal
melalui
ui sclera

10
 

B. Asuhan Keperawatan
1.  Pengkajian
a.  Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :

1)  Riwayat keluarga positif ( diyakini berhubungan dengan


glaucoma sudut terbuka primer )
2)  Tumor mata
3)  Hemoragi intraokuler
4)  Inflamasi intraokuler uveitis
5)  Kontusio mata dari trauma.

 b.  Pemeriksanan fisik berdasrkan pengkajian umum pada mata dapat


menunjukan :

1)  Untuk sudut terbuka primer


Melaporkan kehilangan penglihatan perifer lambat (
melihat terowongan )
2)  Untuk sudut tertutup primer :
a)  Kejadian tiba-tiba dari nyeri berat pada mata sering disertai
dengan sakit kepala , mual dan muntah.
 b)  Keluhan -keluhan sinar halo, penglihatan kabur, dan
enurunan persepsi sinar.
c)  Pupil terfiksasi secara sedang dengan sclera kemerahan

karena radang dan kornea tampak berawan.


c.  Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan respons emosional
terhadap kondisi dan rencana tindakan.

2.  Diagnosa Keperawatan


Keperawatan
a.  Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d gangguan penerimaan;
gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang
 progresif.

11
 

 b.   Nyeri b/d peningkatan


peningkatan TIO
c.  Ansietas b/d penurunan penglihatan aktual. d. Resti injuri b/d
 penurunan lapang
lapang pandang
d.  Gangguan citra
citra tubuh b/d hilangnya penglihatan

e.  Ketidakmampuan dalam perawatan diri b/d penurunan penglihatan


f.  Isolasi sosial b/d penurunan pandangan perifer, takut cedera atau
respons negatif lingkungan terhadap ketidakmampuan
ket idakmampuan visual
g.  Risiko gangguan pola nutrisi b/d mual, muntah sekunder
akibat peningkatan TIO
h.  Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di
rumah b/d kurang pengetahuan tentang perawatan diri pada saat
 pulang, kurang system pendukung adekuat
i.  Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini

 b/d kurang informasi


informasi tentang penyakit glaukom
glaukoma.
a.

3.  Perencana
Perencanaan
an dan Imp
Imple
lemmentas
ntasii
a.  Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d gangguan
 penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan
lapang pandang progresif.
Tujuan :
Penggunaan penglihatan yang optimal
Intervensi :

1) Pasti derajat atau


atau tipe penglihatan
R : mempengaruhi harapan
harapan masa depan
depa n pasien
2) Dorong pasien
pas ien mengekspresikan parasaan
parasaa n tentang
kehilangan penglihatan
R : pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami
 pengalaman kehilangan penglihatan sebagian
se bagian atau
at au total

12
 

3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung


menghitung
tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis
R : mengontrol
mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut

4) Lakukan untuk membantu pasien menangani keterbatasan


 penglihatan, contoh: atur perabot, kurangi kekacauan, perbaiki
sinar suram, dan masalah penglihatan malam
R : menurunkan
menurunkan bahaya
bahaya keamanan sehubungan dengan
 perubahan lapang pandang
5) Kolaborasi pemberian asetazolamid (diamox)
R : menurunkan
menurunkan laju produksi
pro duksi akueus humor
humor

 b. Nyeri b/d


b/d peningkatan TIO Tujuan
Tujuan :

 Nyeri hilang atau berkurang


Intervensi :
1)  Kaji tingkat nyeri
R : Mengetahui tingkat nyeri untuk memudahkan
intervensi selanjutnya
2)  Pantau derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase aku
R : untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang
yang diharapkan
3)  Siapkan pasien untuk pembedahan sesuai perana

R : setelah TIO terkontrol pada glukoma sudut terbuka,


 pembedahan harus dilakukan untuk secara permanent
menghilangkan
menghilangkan blok pupil
pup il
4)  Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi fowler
R : tekanan pada mata ditingkatkan bila tubuh datar
5)  Berikan lingkungan gelap dan terang
ter ang
R : stress dan sinar menimbulkan TIO yang mencetuskan nyeri
6)  Berikan analgesic narkotik yang di resepkan peran dan
evaluaskeefektifanya

13
 

R : untuk mengontrol nyeri, nyeri berat menentukan


menuver valasava, menimbulkan TIO

c. Ansietas b/d penurunan pengelihatan aktua


ktuall. 

Tujuan :
Cemas hilang atau berkurang
Intervensi :
1)  Kaji tingkat ansietas
R : factor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman
diri
2)  Beri informasi yang akurat dan jujur
R : menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan /
harapan yang akan dating

3)  Dorong pasien untuk mengakui masalah dan


mengekspresikan perasaan
R : memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi
nyata
4)  Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam
 perawatan pasien
R : membantu pasien
pasien dalam menurunkan kecemasan
5)  Identifikasi sumber atau orang yang menolong
R : memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri

d. Resti inju
injuri
ri b/d
b/d penurunan
penurunan lapang pandang
Tujuan :
Cedera tidak terjadi
Intervensi :
1)  Orientasikan lingkungan dan situasi lain
R : Menurunkan resiko jatuh (cedera), Untuk
meningkatkan
meningkatkan pengenalan tempat
t empat sekitar
2)  Anjurkan klien untuk mempelajari kembali ADL

14
 

R : Meningkatkan
Meningkatkan respon stimulus dan semua
ketergantungannya
3)  Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda
yang dapat menimbulkan kecelakaan

R : Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.


kemandirian.
4)  Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas
aktivitas
R : Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan
aman bagi pasien.
5)  Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sederhana
R : Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya
keamanan.

e. Gangguan citra tubuh b/d hilangnya penglihatan

Tujuan :
Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan
tentang penilaian diri
Intervensi :
1)  Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan
orang dekat, sehubungan dengan terlihatnya kehilangan,
kehilangan fungsi, dan emosi yang terpendam
R : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa
menyebabkan individu melakukan penolakan, syok,

marah, dan tertekan


2)  Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap
kekurangannya itu tidak dengan penolakan, syok, marah,dan
tertekan
R : Supaya pasien dapat menerima kekurangannya
dengan lebih ikhlas
3)  Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas
kekurangannya itu dan dorong membagi perasaan dengan
orang lain.

15
 

R : Bila reaksi keluarga bagus dapat meningkatkan rasa


 percaya diri individu dan dapat membagi perasaan
kepada orang lain.
4)  Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri

R : Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu


dengan kekurangan yang dimiliki

f. Ketidakmampuan
Ketidakmampuan dalam perawatan diri b/d penurunan penglihatan
Tujuan :
Meningkatkan aktivitas
aktivitas perawatan
per awatan diri
Intervensi :
1)  Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas perawatan
diri.

R : Dapat mengetahui kemampuan klien dan memudahkan


intervensi selanjutnya.
2)  Bantu klien dalam melakukan aktivitas perawatan
perawata n diri.
R : Pemenuhan kebutuhan
kebutuhan perawatan diri klien.
3)  Libatkan keluarga dalam aktivitas perawatan diri klien
kl ien
R : Keluarga merupakan orang terdekat dalam pemenuhan
kebutuhan perawatan diri klien.
4)  Rencanakan aktivitas dan latihan klien.
R : Istirahat klien tidak terganggu dengan adanya aktivitas

dan latihan yang terencana


5)  Berikan dorongan untuk melakukan perawatan diri kepada
klien dan atur aktivitasnya.
R : Dapat mencegah komplikasi imobilitas.
imobilitas.

g. Isolasi sosial b/d penurunan pandangan perifer, takut cedera atau


respons negatif lingkungan terhadap ketidakmampuan
ket idakmampuan vi
visual.
sual.
Tujuan :
Mendorong sosialisasi dan ketrampilan
ketr ampilan koping

Intervensi :

16
 

1)  Jalin hubungan baik dengan klien


R : agar klien tidak merasa asing
as ing
2)  Jelaskan kondisi/gangguan yang terjadi pada matanya
matan ya
R : klien akan menerima
mener ima keadaannya.

3)  Libatkan keluarga dalam berinteraksi dengan pasien


R:membantu pasien berinterksi dengan orang lain
4)  Libatkan dengan kegiatan lingkungan
R : teman dalam lingkungan.
5) Dorong pasien untuk menerima
menerima pengunjung
pengunjung dan bersosialisasi
R : klien
klien akan m
merasa
erasa punya agar pasien dapat
 bersosialisasi dengan masyarakat dan dapa menerima
kondisi penyakitnya
6) Mengetahui tingkat koping klien dan berguna dalam

intervensi selanjutnya.
R : Untuk mengetahui sejauh mana koping klien.

h. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d mual,


muntah sekunder akibat peningkatan TIO
Tujuan :
 Nutrisi dapat terpenuhi dengan baik
Intervensi :
1) Motivasi klien untuk menghabiskan makanannya

R : untuk memenuhi kebutuhan


kebutuhan nutrisi klien
2) Tanyakan atau diskusikan pada klien makanan yang disukai
dan tidak disukai
R : agar klien suka terhadap makanan yang dihidangkan
sehingga klien mau makan
3) Berikan makanan
makanan dengan porsi sedikit
sedikit tapi sering
sering
R : agar terpenuhi kebutuhan nutrisi
nutrisi klien
4) Berikan makanan
makanan cair yang mengandung
mengandung nutrien dan
elektrolit

17
 

R : kebutuhan nutrisi terpenuhi dan elektrolit yang


terbuang dapat tergantikan

i. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan

di rumah b/d
b/d kurang pengetahuan
pengetahuan tentang perawatan diri pada
saat pulang, kurang system pendukung adekuat
Tujuan :
intervensi
1) Berikan informasi
informasi tentang kondisi,
kondisi, tekankan bahwa
bahwa
glaucoma memerlukan pengobatan sepanjang hidup
R : untuk meningkatkan
meningkatkan kerja sama pasien
pasie n
2) Ajarkan dan biarkan pasien memperhatikan
memperhatikan pemberian
sendiri tetes mata bila pembedahan tidak di lakukan

R : penyuluhan
penyuluhan kesehatan esensial untuk keamanan dalam
 perawatan diri. Biasanya, pemberian tetes mata
mata anti
glaucoma setiap hari untuk mengontrol TIO, adalah tujuan
terapi jika tidak
t idak dilakukan pembedahan
3) Jamin semua intruksi dan informasi
informasi tentang obat yang di
resepkan tertulis
R : instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan

4) tinjau ulang
ulang praktik-prakt
praktik-praktik
ik umum untuk keamanan
keamanan mata

(contoh:
hindari penyemprotan insektisida,
insektisida, zat lain dan
zat kimia)
k imia) R : untuk melindungi
melindungi terhadap
cidera mata

 j. Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik


saat ini b/d kurang informasi tentang penyakit
penyakit glaukoma.
Tujuan :
Klien mengetahui tentang kondisi, prognosis
pro gnosis dan

 pengobatannya

18
 

. Intervensi :
1) Diskusikan perlunya menggunakan
menggunakan identifikasi
R : untuk memberikan informasi
informasi pada perawat dengan kasus
darurat

2) Tunjukan tehnik yang


yang benar
benar untuk pemberian tetes mata
R : meningkatkan
meningkatkan keefektifan penglihatan
3) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat
R : mempertahankan konsistensi
konsistensi program obat
4) Identifikasi efek samping atau reaksi merugikan dari
 pengobatan
R : efeksamping obat atau merugikan mempengaruhi rentan
dari tak nyaman sampai ancaman
ancaman kesehatan berat
5)  Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola

hidup
R : pola hidup tenang menurunkan respon
respon emosi terhadap
stress

19
 

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana di tandai dengan
 peningkatan tekanan intra okuler yang dapat merusak saraf mata
sehingga mengakibatkan
mengakibatkan kebutaan. Glaukoma
Glauko ma diklasifikasikan
d iklasifikasikan antara lain
glaukoma primer, glaukoma sekunder, glaukoma kongenital dan glaukoma
glaukoma
absolut. Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi
 pada umumnya disebabkan karena aliran aquos humor terhambat yang bisa
meningkatkan TIO. Tanda dan gejalanya kornea suram, sakit kepala, nyeri,
lapang pandang menurun, dll. Komplikasi dari glaukoma adalah kebutaan.

Penatalaksanaannya dapat dilakukan pembedahan dan obat-obatan.

B. Saran-saran 

Hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma


secara cepat melakukan pemeriksaan dini agar glaukoma dapat
ditangani.

20
 

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E Marlynn dkk. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan.


Keperawatan. Jakarta : EGC

Dwindra, Mayenru.20
Ma yenru.2009.
09. Glaukoma
Glaukoma.. Dalam
http://www.perdami.or.id/?page=news.detail&id=7.
http://www.perdami.or.id/?page=news.detail&id=7. Diperoleh tanggal
6 Juli 2019
Harnawatiaj.2008 Konjungtivitis
 Konjungtivitis.Dalam
.Dalam
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/konjugtivitis/. 
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/konjugtivitis/.  Diperoleh
tanggal 6 Juli 2019
Ilyas, Sidharta. 2003.  Ilmu Penyakit Mata.
Mata. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI Ilyas, Sidharta. 2004.  Ilmu Perawatan
Perawatan Mata.
Mata. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI

Internet. 62009. Glaukoma.. Dalam http://www.jec-online.com. 


Glaukoma
Juli 2019 http://www.jec-online.com.  Diperoleh tanggal

Latif, Bahtiar. 2009.  Askep Glaukoma.


Glaukoma. Dalam
http://ilmukeperawatan.net/index.php/a
http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/8-mata/7-askep-
rtikel/8-mata/7-askep-
glaukoma.html. Diperoleh tanggal 6 Juli
Juli 2019
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001.  Buku Ajar Keperawatan
 MedikalBedah : Brunner & Suddart Ed. 8 Vol
Vol 1.
1. Jakarta : EGC
Waluyo, Sunaryo joko. 2009.  Askep Glaukoma.
Glaukoma. Dalam
http://askep- akper.blogspot.com/2009/08/askep-glaukoma.html.
Diperoleh tanggal 6 Juli 2019

21

Anda mungkin juga menyukai