MATA KULIAH
SISTEM PERSYARAFAN
Ns. Wasijati S.Kep., M.Kep.,
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
MATI BATANG OTAK
Kelompok 1
Disusun Oleh:
1. Ayunda Lungayu Prameswari 11151009
2. Aryani Anggraeni 11151008
3. Cici Yustikasari 111510
4. Defitri Sariningtyas 111510
5. Dewi Anggraeni 111510
6. Hana Hairunnisa 111510
7. Indah Sari Tobing 111510
8. Mona Agustina 111510
9. Osbert Wiranata 111510
Kelas: S1 Reguler 8A
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Pada penulisan makalah ini
penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan
kek urangan yang terdapat
terd apat dalam makalah ini. Meskipun
banyak hambatan yang dialami dalam proses pembuatan makalah ini, tapi penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dalam hal ini penulis tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Wasjati selaku pembimbing matakuliah Sistem Persyarafan yang telah membimbing
kami dengan penuh kesabaran
2. Kedua orang tua yang telah memberikan support
3. Teman-teman yang telah membantu demi terselesaikannya makalah ini.
Berkat dorongan dari merekalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan atau kekurangan yang kurang
jelas dalam makalah ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk
fungsi batang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak
adalah koma dalam, hilangnya seluruh refleks batang otak, dan apnea.
Pada panduan Australian and New Zealand Intensive Care Society (ANZICS)
Society (ANZICS) yang
dipublikasikan pada tahun 1993, kematian otak didefinisikan sebagai berikut: Istilah
kematian otak harus digunakan untuk merujuk pada berhentinya semua fungsi otak secara
ireversibel. Kematian otak saat terjadi hilangnya kesadaran yang ireversibel, dan hilangnya
respon refleks batang otak dan fungsi pernapasan pusat secara ireversibel, atau berhentinya
aliran darah intrakranial secara ireversibel”. (Hing-yu,
(Hing-yu, 1994).
Menurut kriteria Komite Ad Hoc Harvard tahun 1968, kematian otak didefinisikan
oleh beberapa hal. Yang pertama, adanya otak yang tidak berfungsi lagi secara permanen,
yang ditentukan dengan tidak adanya resepsi dan respon terhadap rangsang, tidak adanya
pergerakan napas, dan tidak adanya refleks-refleks, yakni respon pupil terhadap cahaya
terang, pergerakan okuler pada uji penggelengan kepala dan uji kalori, refleks berkedip,
aktivitas postural (misalnya deserebrasi), refleks menelan, menguap, dan bersuara, refleks
kornea, refleks faring, refleks tendon dalam, dan respon terhadap rangsang plantar. Yang
kedua adalah data konfirmasi yakni eeg yang iselektris.kedua tes tersebut dilakukan ulang
24 jam setelah tes pertama, tanpa adanya hipotermia (suhu kurang dari 32,2o c) atau
depresan sistem saraf pusat seperti barbiturat.penentuan tersebut harus dilakukan oleh
seorang dokter. (Mernoff, 2009).
Menurut Uniform Determination of Death Act , yang dikembangkan oleh National
Conference of Commissionerson Uniform State Laws,
Laws, President’s
President’s Commission For The
Study of Ethical Problems In Medicineand Biomedicaland Behavioral Research,
Research , seseorang
dinyatakan mati otak apabila mengalami (1) terhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara
ireversibel, dan (2), terhentinya semua fungsi otak secara keseluruhan, termasuk batang
otak, secara ireversibel. (Mernoff, 2009).
3
Terhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi dinilai dari tidak adanya denyut jantung
dan usaha napas, serta pemeriksaan ekg dan uji apnea.terhentinya fungsi otak dinilai dari
adanya keadaan koma serta hilangnya fungsi batang otak berupa absennya refleks-refleks.
Menurut panduan yang digunakan di amerika, kematian otak didefinisikan sebagai
hilangnya semua fungsi otak secara ireversibel, termasuk batang otak.tiga temuan penting
dalam kematian otak adalah koma, hilangnya refleks batang otak, dan apnea ( New
( New York
State Department of Health,
Health, 2005)
B. Etiologi
Kematian otak ditandai dengan koma, apneu dan hilangnya semua refleks batang otak.
Penyebab umum kematian otak termasuk trauma, perdarahan intrakranial, hipoksia, infeksi,
ensefalopati metabolic, ensefalopati metabolic, hipoksemua, iskemia, overdosis obat,
tenggelam, tumor otak primer, meningitis, pembunuhan dan bunuh diri. Dalam kepustakaan
lain, hipoglikemia jangka panjang disebut sebagai penyebab kematian otak.
Penentuan kematian otak sangat tergantung dari gejala klinis dan hasil laboratorium.
Secara klinis, seseorang dinyatakan mati otak jika semua keadaan berikut ditemukan:
1. Tidak ada respirasi spontan (tidak dapat menghirup napas sendiri).
2. Pupil dilatasi dan terfiksir (mata midriasis, tidak ada reaksi terhadap cahaya).
4
3. Tidak ada respon terhadap stimulus noksius (rangsang nyeri tidak disertai kedipan
mata, tanpa mimik meringis, tanpa gerakan anggota tubuh manapun).
4. Semua anggota tungkai flaksid (tidak ada pergerakan, tanpa tonus otot dan hilangnya
aktivitas refleks pada tangan ataupun kaki).
5. Tidak ada tanda-tanda aktivitas batang otak:
a. Bola mata terfiksasi dalam orbita.
b. Tidak ada refleks kornea.
c. Tidak ada respon terhadap tes-tes kalori.
d. Tidak ada refleks muntah atau batuk.
C. Patofisiologi
5
6
KOMA
Kelumpuhan saraf otak
1. Hilangnya kesadaran
Ireversibel
Sistem Pernafasan Sistem Pencernaan 2. Hilangnya refleks
batang otak
3. Hilangnya fungsi
Penurunan fungsi Penurunan fungsi pernafasan pusat secara
Terjadi akumulasi
otot-otot pernafasan
pernafasan pencernaan
pencernaan Ireversibel
sekret pada saluran
pernafasan 4. Berhentinya aliran darah
intracranial scr
Ekspansi paru tidak Kebutuhan nutrisi Ireversibel
optimal MK: Kebersihan tidak adekuat
Jalan Nafas Tidak
Efektif
Kegagalan fungsi
MK: Pola Nafas
Tidak Efektif organ vital
MK: Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang darikebutuhan tubuh
MK:
7
Ketidakmampuan
MK: Defisit Pengetahuan
koping keluarga
Keluarga
1. Prakondisi
a. Keadaan klinis saat ini tidak disebabkan oleh obat-obat depresan sistem saraf pusat.
b. Pasien dengan ventilator atas indikasi respirasi spontan yang tidak adekuat: efek
obat-obat penghambat neuromuskular harus disingkirkan.
c. Hipotermia dan gangguan metabolik berat bukanlah merupakan penyebab utama
kondisi pasien saat ini.
2. Tes
a. Tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
b. Tidak ada refleks kornea.
c. Tidak ada refleks vestibulo-okular.
d. Tidak ada reflek muntah atau respons terhadap pengisapan trakea.
e. Tidak ada respons motorik pada daerah nervus kranial terhadap rangsang nyeri,
misalnya tekanan supraorbita.
f. Tidak ada gerakan pernafasan ketika ventilator dilepaskan.
Tes harus dilaksanakan oleh dua orang dokter, yang keduanya memiliki keahlian
yang tepat dan satu atau keduanya adalah dokter konsultan. Tes harus dilakukan dengan
interval, kematian dipastikan pada waktu tes kedua dilakukan, dengan asumsi tidak
adanya bukti fungsi batak otak yang terdeteksi.
Penetapan waktu kematian pasien adalah pada saat dinyatakan mati batang otak,
bukan saat ventilator dilepas dari mayat atau jantung berhenti berdenyut.
Terapi bantuan hidup yang dapat dihentikan atau ditunda hanya tindakan yang
bersifat terapeutik dan/atau perawatan yang bersifat luar biasa (extra-ordinary),
meliputi:
1) Rawat di intensive care unit
2) Resusitasi jantung paru
3) Pengendalian disritmia
4) Intubasi trakeal
5) Ventilasi mekanis
6) Obat vasoaktif
8
9
F. Penatalaksanaan
Tidak ada lagi yang dapat dilakukan pada pasien dengan mati otak (Jacobalis, 1997).
Pasien dengan mati otak adalah manusia yang sudah mati, Brain
mati, Brain death is death
d eath.. Mati adalah
kematian batang otak, sekalipun elektrokardiografi masih menunjukkan ritme normal
(Indries, 1997).
Jika semua kriteria mati otak sudah terpenuhi, maka ventilator dan alat pendukung
hidup lainnya dapat dilepas. Dengan begitu, dokter dan rumah sakit tidak dituntut
melakukan pembunuhan. Untuk negara dengan tindakan transpalntasi yang telah
berkembang pesat, diagnosis mati otak diusahakan secepat mungkin agar organ yang ada
pada pasien tersebut dapat digunakan untuk keperluan transplantasi calon resepien
(Jacobalis, 1997).
G. Prognosis
Dengan memperhatikan penyebab koma, dan kecepatan onset nya, pengujian untuk
tujuan mendiagnosa kematian pada batang otak alasan kematian mungkin tertunda
melampaui tahap di mana refleks batang otak mungkin tidak ada hanya sementara - karena
aliran darah otak tidak memadai untuk mendukung fungsi sinaptik meskipun masih ada
aliran darah yang cukup untuk menjaga sel-sel otak hidup dan mampu pemulihan. Ada baru-
baru ini diperbarui minat kemungkinan perlindungan neuronal selama fase ini dengan
menggunakan hipotermia moderat dan oleh koreksi kelainan neuroendokrin sering terlihat di
tahap awal ini.
Penelitian yang diterbitkan pasien yang memenuhi kriteria untuk kematian batang otak
atau kematian seluruh otak (standar Amerika yang meliputi kematian batang otak
10
didiagnosis dengan cara yang sama) catatan bahwa bahkan jika ventilasi dilanjutkan setelah
diagnosis, jantung berhenti berdenyut
berdenyut hanya dalam beberapa jam atau hari. Namun,
Namun, ada
beberapa yang selamat dalam jangka panjan
panjangg dan perlu dicatat bahwa manajemen
man ajemen ahli dapat
menjaga fungsi tubuh otak wanita mati hamil cukup lama untuk membawa mereka ke suatu
waktu.
Pengelolaan pasien dinyatakan meninggal pada pemenuhan kriteria kematian batang
otak tergantung pada alasan untuk mendiagnosis kematian atas dasar itu. Jika tujuannya
adalah untuk mengambil organ dari tubuh untuk transplantasi, ventilator dihubungkan
kembali dan langkah-langkah pendukung kehidupan yang terus, mungkin intensif, dengan
penambahan prosedur yang dirancang untuk melindungi organ-organ yang diinginkan
sampai mereka dapat dihapus. Jika tidak, ventilator
ventilator yang tersisa
tersisa terputus pada konfirmasi
kurangnya respon pusat pernapasan.
11