LAPORAN KASUS
Oleh Kelompok 4
KELAS L 1 KEPERAWATAN
KENDARI
2021
KONSEP MEDIS
TRAUMA THORAKS (TUMPUL)
A. Defenisi
Dinding toraks merupakan rongga yang berbentuk kerucut, dimana pada bagian
bawah lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari
pada bagian depan. Pada rongga toraks terdapat paru - paru dan mediastinum.
Mediastinum adalah ruang didalam rongga dada diantara kedua paru - paru. Di dalam
rongga toraks terdapat beberapa sistem diantaranya yaitu: sistem pernapasan dan
peredaran darah. Organ yang terletak dalam rongga dada yaitu; esophagus, paru, hati,
jantung, pembuluh darah dan saluran limfe (Patriani, 2012).
Kerangka toraks meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari
sternum, dua belas pasang kosta, sepuluh pasang kosta yang berakhir di anterior dalam
segmen tulang rawan dan dua pasang kosta yang melayang. Tulang kosta berfungsi
melindungi organ vital rongga toraks seperti jantung, dan paru-paru (Patriani, 2012).
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Nugroho, 2015) Trauma thoraks adalah luka atau cedera
yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax
ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan
dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.Trauma thoraks diklasifikasikan dengan
tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga
thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan
kerusakannya karena gejalagejala umum dan rancu (Sudoyo, 2010)
Dari berberapa definisi diatas dapat didefinisikan trauma thoraks adalah trauma
yang mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma tumpul maupun oleh
sebab trauma tajam.
B. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65% dan
trauma tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering adalah
kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al., 2010). Dalam trauma akibat
kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping,
belakang, berputar, dan terguling (Sudoyo, 2010).
Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap
karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab trauma toraks oleh
karena trauma tajam dibedakan menjadi 3 berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi
rendah seperti trauma tusuk, berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi
tinggi seperti pada tembakan senjata militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah
adanya tekanan yang berlebihan pada paru-paru yang bisa menyebabkan Pneumotoraks
seperti pada aktivitas menyelam (Hudak, 2011)
C. Patofisiologi
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah ventilasi
pernapasan yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar oleh otot-otot
pernapasan diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan tekanan negative dari
intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara pasif ke paru – paru selama
inspirasi. Trauma toraks mempengaruhi strukur - struktur yang berbedadari dinding
toraks dan rongga toraks. Toraks dibagi kedalam 4 komponen, yaitu dinding dada, rongga
pleura, parenkim paru, dan mediastinum.Dalam dindingdada termasuk tulang - tulang
dada dan otot - otot yang terkait (Sudoyo, 2009).
Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi oleh
darah ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru termasuk paru –
parudan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat mengalami kontusio, laserasi,
hematoma dan pneumokel. Mediastinum termasuk jantung, aorta/pembuluh darah besar
dari toraks, cabang trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks bertanggung jawab
untuk fungsi vital fisiologi kardiopulmoner dalam menghantarkan oksigenasi darah untuk
metabolisme jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara dan darah, salah satunya
maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari cedera toraks (Sudoyo, 2009).
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa faktor,
antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari edera, cedera lain yang terkait,
dan penyakit-penyakit komorbid yang mendasari. Pasien–pasien trauma toraks cenderung
akan memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsi respirasinya dan secara sekunder
akan berhubungan dengan disfungsi jantung (Sudoyo, 2009).
Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung maupun tidak
langsung. Fraktur kosta terjadi sekitar 35-40% pada trauma thoraks. Karakteristik dari
trauma kosta tergantung dari jenis benturan terhadap dinding dada. Gejala yang spesifik
pada fraktur kosta adalah nyeri, yang meningkat pada saat batuk, bernafas dalam atau
pada saat bergerak. Pasien akan berusaha mencegah daerah yang terkena untuk bergerak
sehingga terjadi hipoventilasi. Hal ini meningkatkan risiko atelektasis dan pneumonia
(Milisavljevic, et al., 2012)
D. Manifestasi klinis
Berat-ringannya trauma dinding dada, berdasarkan Thoraxic Abbreviated Injury
Scale
(AIS). Yaitu :
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak, (2009) yaitu :
1. Temponade jantung
Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung
Gelisah
Pucat, keringan dingin
Peninggian TVJ (Tekanan Vena Jugularis)
Pekak jantung melebar
Bunyi jantung melemah
Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
ECG terdapat low Voltage seluruh lead
Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
2. Hematothorax
Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
3. Pneumothoraks
Nyeri dada mendadak dan sesak napas
Gagal pernapasan dengan sianosis
Kolaps sirkulasi
Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
E. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada trauma toraks ialah seperti pneumonia
20%, pneumotoraks 5%, hematotoraks 2%, empyema 2%, dan kontusio pulmonum 20%.
Dimana 50-60% pasien dengan kontusio pulmonum yang berat aka nmenjadi ARDS.
Walaupun angka kematian ARDS menurun dalam decadeterakhir, ARDS masih
merupakan salah satu komplikasi trauma toraks yang sangat serius dengan angka
kematian 20-43% (Nugroho, 2015).
Kontusio dan hematoma dinding toraks adalah bentuk trauma toraks yangpaling
sering terjadi.Sebagai akibat dari trauma tumpul dinding toraks,perdarahan masif
dapat terjadi karena robekan pada pembuluh darah pada kulit,subkutan, otot dan
pembuluh darah interkosta.
Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung maupun tidak
langsung. Gejala yang spesifik pada fraktur kosta adalah nyeri, yang meningkat
pada saat batuk, bernafas dalam atau pada saat bergerak.
Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta - kosta yang berdekatan patah
baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah kostokondral.
Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering kalidisertai
dengan fraktur kosta multipel.
Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul toraks yang paling
umum terjadi.
Pneumotoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumotoraks pada
trauma tumpul toraksterjadi karena pada saat terjadinya kompresi dda tiba - tiba
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraalveolar yang dapat
menyebabkan rupture alveolus..Gejala yang paling umum pada .Pneumotoraks
adalah nyeri yang diikuti oleh dispneu.
F. Penatalaksaan
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien trauma
lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with care ofcervical spine, B:
Breathing adequacy, C: Circulatory support, D: Disabilityassessment, dan E: Exposure
without causing hypothermia (Nugroho, 2015). Pemeriksaan primary survey dan
pemeriksaan dada secara keseluruhan harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi dan menangani kondisi yang mengancam nyawa dengan segera, seperti
obstruksi jalan napas, tension Pneumotoraks, pneuomotoraks terbuka yang masif,
hemotoraks masif, tamponade perikardial, dan flail chest yang besar (Nugroho, 2015).
Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat merupakan indikasi utama untuk intubasi
endotrakeal darurat.Resusitasi cairan intravena merupakan terapiutama dalam menangani
syok hemorhagik.Manajemen nyeri yang efektif merupakan salah satu hal yang sangat
penting pada pasien trauma toraks. 16 Ventilator harus digunakan pada pasien dengan
hipoksemia, hiperkarbia, dan takipnea berat atau ancaman gagal napas (Hudak, 2011).
Pasien dengan tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera menjalani dekompresi
dengan torakosentesis jarum dilanjutkan dengan torakostomi tube. Foto toraks harus
dihindari pada pasien - pasien ini karena diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan
pemeriksaan x - ray hanya akan menunda pelaksanaan tindakan medis yang harus segera
dilakukan (Hudak, 2011).
KONSEP KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa :
Ruangan : UGD
KASUS :
Tn. M 35 tahun dibawa keluarganya ke RSUD Abunawas Kota Kendari pada tanggal 01
Desember2021 karena mengalami kecelakaan saat mengendarai mobil. Keluarganya mengatakan
dada korban membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian
pasien tidak sadar. Klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal, terdengar
suara napas ronchi dan pasien ngorok. Terdapat bengkak dan sedikit memar pada dada bagian
kiri. Hasil pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD : 120/80
mmHg, nadi : 90x/menit, RR : 35x/menit, suhu : 38,5 o C, akral teraba dingin, tampak sianosis,
penggunaan otot bantu pernapasan dan napas cuping hidung.
A. Pengkajian.
1. Identitas pasien Identitas penanggung jawab :
Nama : Tn. M Nama : tn. B
Umur : 35 tahun Umur : 40 thun
Jenis Kelamin: Laki-laki Jenis Kelamin : laki-laki
Suku : buton Suku : buton
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
No. Rekam Medik: Alamat : btn kendari permai
Alamat : Btn kendari permai
2. Riwayat keperawatan.
a. Riwayat kesehatan sekarang :
kecelakaan saat mengendarai mobil. Keluarganya mengatakan dada korban
membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian
pasien tidak sada. Klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan
dangkal, terdengar suara napas ronchi dan pasien ngorok. Terdapat bengkak dan
sedikit memar pada dada bagian kiri
b. Riwayat kesehatan sebelumya :
Tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Tidak ada
3. Pemeriksaan fisik.
GCS = E2 V2 M4
Kesadaran sopar
TTV = (TD =120/80 mm/Hg nadi =90x/menit RR=35x/menit. Suhu = 38 c
Akral terasa dingi
Tampak sianosis
Penggunaan otot bantu nafas dan cuping hidung
Ekstremitas
- Atas Tidak ada kelainan Peradangan
Patah tulang Perlukaan
Lokasi bagian dada
- Bawah Tidak ada kelainan Peradangan
Patah tulang Perlukaan
Lokasi…………………….
- Tulang belakang Tidak ada kelainan Peradangan
Patah tulang Perlukaan
Lokasi…………………….
Lain –lain …………………………….
……………………………
gastointest Abdomen
inal - Kontur Abdomen Normal distensi
- Jejas Tidak ya,……cm, lokasi……..
- Bising usus Tidak ada, ……..x/mt
- Meteorismus Tidak ya
- Nyeri tekan Tidak ya, lokasi………
- Pembesaran Hepar Tidak ya, ……..cm bawah arcus
- costae
- Pembesaran Limpa Tidak ya
- Teraba Massa Tidak ya,
- lokasi………………………..
- Ascites Tidak ya
- BAB frekwensi/ …………………………………………
konsistensi Tidak ya
- Mual/ muntah Ya keluarga mengatakan psien muntah darah
- Lain – lain
Nutrisi
Pola makan
- Jenis Diet/ kalori …………………………………………..
- Mendapat makanan Tidak Ya,……………………..
tambahan
- Klien makan Habis………….porsi
Makanan yang Tidak ya
disajikan ……………………………………………
- Kesulitan menelan Tidak ya………………………
- TB/BB ……………………………………………
- Terpasang Alat
Bantu
- Lain – lain
………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………
………………………………..
…………………………………..
5. TERAPI
KELOMPOK 4
ANALISIS DATA
B. Diagnosa
No Diagnosa keperawatan
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret/cairan berupa
darah yang menutupi saluran pernafasan.
2 Nyeri berhubungan dengan terbenturnya dada pasien pada stir mobil sehingga
menimbulkan memer dan mengkak pada dada kiri pasien.
3 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadi sumbatan dan suplai
oksigen turun dalam jaringan
C. Intervensi (tindakan keperawatan)
Nama pasien : Tn.M
Umur : 35 tahun.
Tujuanya :
Menajemen nyeri
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
2 Nyeri akut berhubungan
1x4 menit nyeri pada psien dapat teratasi. Identifikasi reaksi non-verbal pasien
dengan terbenturnya dada
Monitor penggunaan efek samping
pasien pada stir mobil Noc :
analgetik
sehingga menimbulkan memer
Pain control Indentifikasi faktor yang memperberat
dan mengkak pada dada kiri
Comfort level atau memperingan nyeri
pasien
Pertimbangankan jenis dan sumber nyeri
Kriteria hasil :
dalam pemilihan strategi meredahkan
Mampu mengontrol nyeri (tahu nyeri.
penyebab nyeri, mampu Mampu mengidentifikasi penyebab
mengguanakan tehnik nonfarmakologi nyeri.
untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
Tujuanya :
1 1.
desember memonitor pola nafas
2021/09.0 mempertahan kepatenan jalan nafas dengan head-
0 tilt dan chin-lift
mebikan Posisikan semi-fouwler
melakukan pengisapan secret/cairan kurang dari
15 detik
melakukan hiperoksigenasi sebelum pengisapan
endotrakeal
meberikan oksigen jika dianjurkan
menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika
tidak kontraindikasi
mengkolaborasikan pemberian
bronkodilatator.ekspektoran.mukolotik jika perlu.
1
3.
desember membantu untuk mendapatkan alat bantuan
2021/09.1 aktivitas seperti kusi roda, krek
0 membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
membantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas.
E. Evaluasi
Nama pasien : Tn. M
Umur : 35 tahun.
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 desember 2 S : keluarga mengatakan pasien sudah bisa menenangkan nyeri
2021/jam yang dialaminya
12.30
O : Bengkak pada pasien sudah mengecil dan memar pada dada
pasien sudah kurang.
A : Masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
1 desember 3 S : Klien tidak mengeluhkan pusing dan sakit kepala dan Klien
2021/12.40 mengatakan sudah merasa tenang.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi selesai
REFERENSI
Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Interna
Publishing Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis:
Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat darurat.
Padang : Medical book
Nuraif, huda.A & kusuma, hardhi.aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
nanda NIC-NOC.mediaction.jogja
Pendekatan Asuhan Holistik Edisi -VIII Jakarta: EGC
PPNI (2016) Stander Diagnosis Keperawatan Indonesia : Defenisi Dan Indikator Diagnostik,
edisi 1 jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018) Stander intervensi Keperawatan Indonesia : Defenisi Dan Indikator Diagnostik,
edisi 1 jakarta : DPP PPNI