ARSITEKTUR KOTA
“ KONDISI EKSISTING KAWASAN AMPEL
SURABAYA MENURUT 3 TEORI PERANCANGAN
KOTA DAN RTBL“
Dosen :
Ir. Niniek Anggriani,MT
Disusun oleh :
Kelompok 1
Eka SuryaWulan F / 0851010001
Lili Indah Aryani / 0851010027
Yoerina Dwi O / 0851010045
Raflesia MAhendra /0851010051
Syahfitri / 0851010062
Lucky M / 0851010093
Angga Aditya / 0951010013
1
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... vii
.........................................................................................................................I
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................. 1
1.1.1 Lokasi pemilihan wilayah .............................................. 1
.......................................................................................
1.1.2 Kependudukan ................................................................ 1
1.1.3 Kondisi Eksisting Permukiman ...................................... 1
1.1.4 Pola Permukiman ............................................................ 2
1.1.5 Arsitektural ..................................................................... 2
1.2 TUJUAN ..................................................................................... 2
BAB II ISI....................................................................................................... 3
2.1 TINJAUAN UMUM................................................................... 3
2.1.1 TEORI HAMID SHIRVANI .......................................... 3
2.1.1.1 Tata Guna Lahan ............................................... 3
2.1.1.2 Bentuk dan Massa Bangunan ........................... 4
2.1.1.3 Sirkulasi dan perparkiran .................................. 5
2.1.1.4 Jalan Pendestrian .............................................. 7
2.1.1.5 Pendukung Kegiatan (Activity Support) .......... 9
2.1.1.6 Perpapanan atau Reklame ................................. 10
2.1.1.7 Preservasi .......................................................... 12
2.1.1.8 Ruang Terbuka Hijau (Open Space) ................. 13
2.1.2 TEORI KEVIN LYNCH ................................................ 14
2.1.2.1 Path (Jalur) ........................................................ 14
2.1.2.2 Node (Simpul) .............................................. 15
2
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
3
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
4
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1 Pabrik garmen tua di Utica New York, yang dialihfungsikan
menjadi shopping mall yang cukup berhasil...........................
4
Gambar 2 Sekolah tua Madison High School, Syracuse, New York, yang
dialihfungsikan menjadi kondomonium.....................................
4
Gambar 3 Suatu kawasan yang baik ditunjukkan oleh Pedoman
Perancangan Perumahan oleh Departemen Perencanaan Kota
San Francisco (1970) yang menekankan pada analisis fisik
kota (perbukitan) dan bangunan..................................................
5
Gambar 4 Kelangsungan kegiatan komersial pusat kota di San Deigo....
7
Gambar 5 Minneapolis yang membuat jembatan penyeberangan untuk
pejalan kaki..................................................................................
9
Gambar 6 Bonaventura Hotel di Los Angeles yang konsepnya disebut
“inward looking”.........................................................................
10
Gambar 7 Skema Charlotte Design Guideline.............................................
12
5
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
6
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
7
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
8
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
1.1.2 Kependudukan
Dahulu : Komposisi warga mayoritas etnis Jawa asli kampung Ampel.
Sekarang : Komposisi warga etnis Jawa, Madura, keturunan Arab-
Yaman (Hadramawt).
9
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
1.1.5 Arsitektural
Mengangkat langgam tradisional asimilatif antara Majapahit dan
Tiongkok.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari laporan tugas perancangan kota ini antara lain :
1. Mengenalkan kepada masyarakat umum tentang kondisi eksesting
wilayah Ampel Surabaya yang mengacu pada tiga teori, yaitu:
- Hamid Shirfani :
Tata guna lahan Actifity support
Bentuk
Bentuk dan
dan massa
massa Bangunan Perpapanan
Sirkulasi dan parkir Preservasi
Jalan pedestrian Open space
- Kevin link :
Path
Edge
District
Node
Landmark
- Roger Trancik :
Figure/ground
Linkage
Place
2. Untuk mengetahui kondisi eksisting wilayah Ampel berdasarkan teori-
teori diatas sehingga kedepannya dapat menjadi acuan dalam
merancang sebuah kota.
BAB II
ISI
10
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
11
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
12
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
13
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
14
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
sebagai titik tolak ke tempat lain sebagai tujuan dengan menggunakan moda jalan
kaki.
Pedestrian juga berarti “person walking in the street“, yang berarti
orang yang berjalan di jalan. Namun jalur pedestrian dalam konteks perkotaan
biasanya dimaksudkan sebagai ruang khusus untuk pejalan kaki yang berfungsi
sebagai sarana pencapaian yang dapat melindungi pejalan kaki dari bahaya yang
datang dari kendaraan bermotor.
15
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
16
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Gambar 6 : Bonaventura Hotel di Los Angeles yang konsepnya disebut “inward looking”
17
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
18
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
2.1.1.7 Preservasi
Pelestarian tidak hanya berkenaan dengan kepentingan bangunan dan
tempat bersejarah, tetapi juga semua tempat dan bangunan yang ada; sepanjang
mereka secara ekonomi adalah vital dan secara budaya mempunyai arti
penting. Di dalam rancangan kota pelestarian harus ditujukan untuk melindungi
atau mempertahankan lingkungan; dan juga diarahkan pada pelestarian suatu
kegiatan.
Pelestarian memberikan keuntungan bagi lingkungan baik kultural,
ekonomi, maupun sosial (California; 1976).
a. Keuntungan kultural:
Menawarkan pengkayaan terhadap pendidikan dan estetika yang
dikaitkan dengan imaginasi akan tempat dan bangunan yang
penggunaan asalnya telah ditinggalkan.
b. Keuntungan ekonomis:
Meningkatkan nilai properti;
Meningkatkan penjualan eceran dan persewaan;
Menghindari biaya penggantian (alasan untuk pencadangan
konservasi);
Meningkatkan pemasukan pajak (di negara maju).
19
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Ruang terbuka adalah unsur penting dalam urban desain. Pada masa lalu
ruang terbuka dirancang sesudah desain arsitektur dibuat sehingga Perencanaan
ruang terbuka juga merupakan salah satu instrumen pengendali pelestarian fisik
lingkungan dan kerusakan lingkungan sebagaimana dilakukan di Dallas.
Pada Natural Open Space Plan Dallas, menitikberatkan perencanaan
ruang terbuka yang terintegrasi antara ekologi dan masalah pembangunan, dengan
cara:
1. Melestarikan kawasan alamiah potensial dan kawasan rawan bencana,
kawasan semacam ini sama sekali tidak boleh dikembangkan. Antara lain
perairan, tebing, lembah, ngarai.
2. Memberikan insentif kepada para pihak yang melaksanakan pelestarian
dan menghindarkan lingkungan dari bahaya kerusakan.
20
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
kereta api, jalur sungai. Secara umum path dilengkapi dengan elemen pengarah,
peneduh, pembatas, dan elemen pembentuk estetika lingkungan.
21
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
2.1.2.4 DISTRICT
Adalah daerah di dalam kota yang timbul dalam imajinasi masyarakat
setempat yang ditentukan oleh kesamaan karakteristik wilayah bersangkutan.
22
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
2.1.2.5 LANDMARK
Adalah struktur fisik yang ditekankan pada fungsinya sebagai titik
orientasi (terutama secara visual) bagi masyarakat sekitarnya. Pada umumnya
landmark berupa struktur fisik yang mendominasi lingkungan sekitarnya.
“Pembentuk kota yang dapat berupa bangunan fisik atau gubahan massa atau
ruang atau detail arsitektur yang sangat spesifik dan terkadang sangat
kontekstual terhadap kawasan.”
23
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
24
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Gambar 14 : Tiga pendekatan pokok teori-teori perancangan yang menganggap kota sebagai
produk.
Sumber : Trancik dalam Zahnd, 1999
25
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
26
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Gambar 15 : figure/ground
Figure juga dimaknai sebagai solid (blok massa) dan ground dimaknai
sebagai void (ruang). Figure/ground dapat digambarkan dalam skala makro dan
mikro.
27
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
28
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
29
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Teori ini dapat dipahami dari segi dinamika rupa perkotaan yang dianggap
baik sebagai generator penggerak kegiatan kota dan antar bagian kota.
Penjelasan mengenai teori figure/ground belum memberikan gambaran
mengenai hubungan pergerakan kegiatan di antara keduanya, karena itu perlu
dipertegas dengan hubungan-hubungan dan gerakan-gerakan pada sebuah tata
ruang kota, yang disebut dengan istilah linkage (penghubung).
A. LINKAGE VISUAL
Linkage visual menghasilkan hubungan visual : garis, koridor, sisi,
sumbu dan irama.
Elemen garis menghubungkan secara langsung dua tempat dengan
satu deretan massa, baik berupa bangunan maupun deretan pepohonan
yang memiliki massivitas.
30
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
31
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Gambar 22 : Elemen koridor kota. Dalam contoh ini lansekap dan bangunan dipakai untuk
mendefinisikan hubungan antara berbagai kawasan perkotaan (Zahnd; 1999).
32
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Gambar 23 : Elemen sumbu kota. Selain menghubungkan suatu kawasan dengan kawasan lainnya,
sumbu juga mengatur tatanan lingkungan sekitarnya secara hirarkis (Zahnd; 1999).
B. LINKAGE STRUKTURAL
33
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
34
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
35
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
36
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Gambar 27 : Elemen tembusan. Studi untuk Kota Roma dan Firenze, Italia
(Peterson dalam Zahnd; 1999).
C. LINKAGE KOLEKTIF
37
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
38
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
39
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
40
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
41
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Gambar 34 : Elemen groupform dalam lingkungan modern; dua proyek baru di Tokyo yang
menggunakan elemen grupform (Japan architects Dalam Zahnd; 1999).
42
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
43
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
WUJUD IDENTITAS
44
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
TINJAUAN KHUSUS
45
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
46
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
47
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
B. Sirkulasi (Circulation)
Sirkulasi kendaraan jalan utamanya (Jl. Nyamplungan) berupa jalan
satu arah sehingga mampu menghindari arus silang/kemacetan.
Sirkulasi pejalan kaki yang ingin ke Masjid Ampel dapat ditempuh dengan
melewati salah satu dari lima gapura yang konon 5 gapura itu merunut pada
Rukun Islam.
48
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
49
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
2.2.1.7 Preservasi
Salah satu upaya memelihara dan melestarikan monumen, bangunan atau lingkungan
pada kondisinya dan mencegah terjadinya proses kerusakan. Contohnya, yang berada di
kawasan ampel adalah masjid Ampel Merupakan masjid kedua di Surabaya, yang
didirikan Sunan Ampel sekitar tahun 1421, setelah Masjid Rahmat di Kembang Kuning,
Surabaya. Masjid ini telah dipugar empat kali dan diperluas, namun keaslian
bangunannya masih tetap terjaga.
50
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Perlu disadari bahwa struktur ruang terbuka antara kota yang satu dengan lainnya
berbeda dan memiliki keunikan secara struktural maupun sekuensial; karena itu ruang
terbuka perlu dirancang terlebih dahulu. Tankel (1963) menegaskan: kehandalan ruang
terbuka bukan terletak pada kuantitasnya, tetapi bagaimana ia dirancang terintegrasi
dengan pembangunan (kota).
Open space atau ruang terbuka pada kawasan Ampel dapat ditemukan/berada di jalur
hijau sepanjang sungai yang memisahkan Jl. Nyamplungan dan Jl. Pegirian. Selain itu, ada
juga di ujung tikungan/putar balik dekat dengan gerbang pintu masuk sebelah selatan.
Luas lahan kawasan Ampel yang digunakan sebagai open space ± 5% dari keseluruhan
Ampel.
Jalan Nyamplungan merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk
melakukan pergerakan secara umum. Jadi Path Kawasan Ampel terletak pada Jl.
Nyamplungan.
51
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Pada kawasan Ampel memiliki beberapa tepian yang merupakan pengakhiran dari
sebuah distrik/batasan sebuah distrik yang lainnya.
2.2.2.4 District
Kaw. Permukiman
Kec. Semampir (Jl.
Gambar 48 : Kondisi district pada kawasan Ampel Surabaya Nyamplungan, Jl. Ampel Melati,
Jl. Ampel Maghfur, Jl. Ampel
Gading, Jl. Ampel Gubah Kidul,
Jl. Ampel Cempaka, Jl. Ampel
Kawasan Ampel merupakan kawasan yang memiliki kegiatan tertentu
Gubahatau
Lor).kawasan kota
dalam skala 2 dimensi. Adapun district pada kawasan ini adalah perdagangan dan jasa.
Kaw. Perdaganganan
dan jasa
52 Kec. Semampir (Jl. K.H. Mas
TEKNIK ARSITEKTUR
Mansyur – sekitar Hotel
Kemadjoean dan Hotel Mesir).
ARSITEKTUR KOTA
2.2.2.5 Landmark
ROGER TRANCIK
Teori figure/ground merupakan hubungan antara bentuk yang terbangun dengan ruang
terbuka. Menurut pengklasifikasian pola-pola kawasan secara tekstural rupa kehidupan
dan kegiatan perkotaan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
Kawasan Homogen
Kawasan Heterogen
Kawasan Menyebar.
Apabila di sesuaikan dengan kondisi eksisting kawasan Ampel Surabaya maka pola
kawasan ini bersifat Heterogen karena kawasan ini memiliki dua atau lebih pola yang
berbenturan. Bisa diliha pada gambar dibawah ini
Arsitektur dalam lingkungan kota ialah arsitektur yang makro artinya secara kongkrit
dalam ligkungan makro tersebut di butuhkan perhatian secara makro terhadap figure
dan ground kawasannya. Dalam tingkat kota figure/ground dapat dilihat dengan skala
makro besar dan skala makro kecil. Apabila di sesuaikan dengan kondisi eksisting
kawasan Ampel Surabaya maka skala kawasan ini merupakan skala makro kecil. Dimana
biasanya yang diperhatikan ialah figure/ground kota dengan focus pada satu kawasan
saja dan berfokus pada ciri khas tekstur juga masalah tekstur kawasan Ampel Surabaya di
Surabaya Utara.
a. Blok tunggal
53
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
c. Blok medan
Apabila disesuaikan dengan kondisi eksisting kawasan Ampel Surabaya maka sifat
elemen kwasan ini termasuk blok medan yang memiliki bermacam-macam massa dan
bentuk, namun masing-masing tidak dilihat sebagai individu-individu melainkan dilihat
secara keseluruhan massanya bersama-sama. Dalam tekstur ini, kecenderungan elemen
perancangan eksisting kawasan ini lebih memperhatikan elemen konkret yang massif
saja. Elemen konkret yang massif disini ialah bangunan permukiman, perdagangan,
fasilitas umum, maupun jasa sekitar kawasan Ampel Surabaya. Hal ini dapat dilihat pada
gambar dibawah ini
Sedangkan elemen void sebagai ruang spasial sama pentingnya, walaupun elemen dasar
void tidak dapat terlihat dengan kasat mata (abstrak atau kosong). Namun keempat
elemen ini mempunyai fungsi yang cenderung sebagai system pemilik hubungan erat
dengan massa, sebagai penyatu sehingga tidak hanaya sebagai elemen penunjang
semata dalam perancangan sebuah kota. Elemen void tersebut ialah system tertutup
yang linear, system tertutup yang memusat, system terbuka yang sentral, dan system
terbuka yang linear.
Apabila disesuaikan dengan kondisi eksisting kawasan Ampel Surabaya, maka elemen
void yang sesuai dengan kondisi kawasan ini ialah system tertutup yang memusat. Sistem
ini memiliki pola ruang yang seolah-olah mngesankan terfokus dan tertutup (hard
space). Ruang kota tersebut dapat diamati pada skala besar seperti di pusat kota
maupun di beberapa kawasan (misalnya kampung). Hal ini dapat terlihat pada daerah
permukiman maupun perdagangan Ampel, yang tidak linear tidak terbuka namun
memusat. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini
54
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Apabila disesuaikan dengan kondisi eksisting kawasan Ampel Surabaya, maka pola
kawasan kota secara tekstural di Ampel ialah radial konsentris. Dimana pola radial yang
terarah dan terbagi dengan cukup rapi pada koridor jalan pedestrian (pasar Ampel)
menuju kawasan Masjid dan Makam Sunan Ampel ini. Pola tekstur kota secara
diagramatis tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Teori Linkage merupakan elemen penghubung sebuah tempat dengan yang lain sebagai
penegas hubungan dan dinamika sebuah tata ruang perkotaan dimana merupakan garis
semu (berupa pedestrian maupun jalur jalan). Ada 3 pendekatan yang disebutkan dalam
linkage perkotaan, yaitu
berbagai skala.
Berdasarkan 5 elemen linkage visual yang menghasilkan hubungan secara visual terdiri
dari garis, koridor, sisi, sumbu, dan irama. Perancangan lansekap melibatkan elemen
yang berciri khas, memiliki bahan, dan bentuk dalam system penghubungnya yang
dianggap sebagai dekorasi perkotaan secara visual.
Apabila disesuaikan dengan kondisi eksisting kawasan Ampel Surabaya, maka kawasan
ini termasuk pada elemen garis dan koridor. Elemen garis disini memiliki definisi
menghubungkan secara langsung 2 tempat dengan 1 deret massa. Massa disini dapat
didefinisikan sebagai bangunan maupu pohon yang bersifat massif. Elemen garis
tersebut, ada di sepanjang koridor Jl. Nyamplungan yang ditumbuhi oleh pepohonan di
sepanjang jalan ini. Sedangkan elemen koridor disini dibentuk oleh 2 deretan massa
(bangunan atau pohon) yang membentuk sebuah ruang. Elemen koridor tersebut, ada di
kawasan permukiman Ampel menuju kawasan Masjid Ampel dan Makam Sunan Ampel.
55
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Dimana, di sisi kanan-kiri jalan maupun pedestrian menuju central kawasan religi ini
terdapat permukiman penduduk yang cukup rapi namun padat.
Dalam linkage structural yang baik, pola perkotaan dan massa bangunannya berfungsi
sebagai stabilisator dan coordinator dalam lingkungannya. Karena setiap penghubung
perlu diberikan penyeimbang tertentu dan koordinat tertentu dalam strukturnya.
Apabila disesuaikan dengan kondisi eksisting kawasan Ampel, maka fungsi linkage
strukturalnya ialah Masjid dan Makam Sunan Ampel merupakan stabilisator dan
koordinator kawasan Ampel ini.
Berdasarkan elemen system bentuk kolektif, menurut Fumihiko Maki ada 3 tipe bentuk
kolektif, antara lain compositional form, megaform, dan groupform. Apabila disesuaikan
dengan kawasan Ampel Surabaya, maka kawasan ini memakai elemen groupform
traditional. Dimana, groupfrom muncul dari penambahan akumulasi bentuk dan struktur
yang biasanya berdiri di samping ruang publik. Tipe ini dikembangkan secara organis,
baik untuk kawasan kota lama maupun kota baru. Namun, di kawasan Ampel tipe ini
dikembangkan untuk kota lama (tradisional).
Teori Place merupakan sebuah space yang memiliki suatu ciri khas tersendiri. Apabila
disesuaikan dengan kondisi Ampel yang merupakan kawasan religi, maka karena
keberadaannya ta lepas dari Masjid dan makam sunan Ampel. Ada elemen perkotaan
yang kontekstual, antara lain
Tipologi bentuk sebuah tempat tidak selalu sudah jelas, karena bisa jadi ada campuran
antara sifat yang statis dan dinamis sehingga batas tidak selalu jelas. Selanjutnya, tipologi
ini dada 2 jenis, yaitu tipologi statis dan dinamis. Adapun tipologi statis ialah tidak bisa
56
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
diklasifikasikan dari sudut pandang bidang sosial saja melainkan juga memiliki arti
melalui bentuknya. Contoh, pada kasus kondisi eksisting kawasan Ampel Surabaya ialah
Masjid dan Makam Sunan Ampel. Sedangkan tipologi dinamis memiliki kaitan tersendiri
antara bentuk dan fungsinya, sehingga bisa disebut ‘jalan’ sekaligus (elemen dan isntitusi
perkotaan). Contoh, pada kasus kondisi eksisting kawaan Ampel Surabaya ialah pada
kawasan Ampel keseluruhannya.
57
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Skala disini mempengaruhi kesan teradap konteks tepat tersebut, karena merupakan
hubungan antara lebar/panjang dan tinggi ruang dari sebuah tempat yang bersifat agak
umum pada orang yang bergerak di dalamnya. Apabila dilihat pada kondisi kawasan
Ampel Surabaya, maka skala pada kawasan ini agak sempit. Karena perbandingannya
lebih tinggi massanya daripada lebar jalan. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Morfologi merupakan konteks tempat ke dalam lingkungan yang lebih besar, dimana
penting bagi suasana didalam konteks tempat tertentu dengan tempat yang lain. Apabila
dihubungkan dengan konidsi eksisting kawasan Ampel Surabaya, maka morfologi
kawasan ini ialah berulang-ulang. Gambar hubungan massa dan ruang secara
morfologisnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Identitas merupakan ciri khas suatu tempat, roh dari tempat tersebut, bahan atau
material tempat tersebut, dan pola gambaran dari tempat tersebut. Identitas suatu kota
yang tidak hanya kebetulan terjadi melainkan melalui pencapaian hierarji-hierarki
tertentu yang beraturan dan berulang dalam banyak aspek pendukungnya. Dengan
demikian jelas begitu penting memperhatikan elemen-elemen dalam skala mikro missal
rupa bangunan atau lemen pembentuk wajah lain dalam tampilan bangunan. Apabila
disesuaikan dengan kondisi eksisting kawasan Ampel, maka kawasan ini merupakan
kawasan tradisional (kuno) religi yang diperkuat oleh keberadaan Masjid dan Makan
Sunan Ampel. Seperti telah dijelasan sebelumnya bahwa bangunan-bangunan dikawasan
ini merupakan asimilatif dari kebudayaan Majapahit dan Tiongkok.
Terciptanya daya dukung kawasan yang memadai untuk tumbuhnya kegiatan penduduk
58
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Strategi mengoptimalkan daya dukung Kawasan Ampel. Strategi ini dapat diupayakan
melalui :
Penyediaan Prasarana dan sarana yang memadai, terkait dengan sektor Utilitas
Penjaringan usulan dari masyarakat sekitar untuk identifikasi kebutuhan dan tuntutan
yang dapat diakomodasi.
Strategi memberdayakan Urban Heritage. Strategi ini dapat diupayakan dengan cara :
Pemeliharaan dan restorasi bangunan yang merupakan urban heritage, terkait sektor
Pemanfaatan Ruang
Penentuan fungsi urban heritage menjadi multi fungsi, terkait sektor Pemanfaatan
Ruang.
Strategi meningkatkan dan spesifikasi perdagangan. Strategi ini dapat diupayakan melalui
:
59
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Restrukturisasi sistem pemerintahan Kawasan Ampel agar dapat menyerap potensi lokal
secara optimal, terkait sektor Sosial Ekonomi
Secara struktural pola peruntukan lahan pada kawasan Ampel berjenis multiple nuclei,
yaitu suatu pola peruntukan lahan yang terdiri atas pusat-pusat pelayanan yang
jumlahnya lebih dari satu. Dengan demikian tiap pusat pelayanan mempunyai jangkauan
pelayanannya sendiri. Namun demikian pusat-pusat pelayanan tersebut tidaklah
memiliki hirarki yang sama. Pusat pelayanan yang termasuk kategori pusat kawasan
biasanya memiliki hirarki yang lebih tinggi, sedangkan pusat pelayanan yang lainnya
memiliki hirarki yang lebih rendah. Pusat-pusat pelayanan yang lebih rendah
ditempatkan pada lokasi-lokasi pengembangan kawasan yang ditujukan untuk memacu
perkembangan kawasan kearah yang dikehendaki. Pola ini tampaknya sesuai dengan
perkembangan kawasan Ampel.
60
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Koridor Kembang Jepun merupakan titik pusat view urban heritage yang berbasis
perdagangan. Koridor ini didukung oleh kawasan sekitarnya yang juga merupakan
kawasan urban heritage.
Salah satu icon dari kawasan perencanaan Ampel adalah Kawasan Religi Ampel, tempat
wisata religi yang banyak dikunjungi wisatawan domestik. Kawasan Religi Ampel
berpotensi untuk dijadikan pusat pengembangan kawasan wisata dan perdagangan.
Melalui wisata religi ampel ini direncanakan kegiatan perdagangan terutama
perlengkapan muslim dan jajanan khas ampel bisa menjadi ciri khas Ampel sekaligus
mendorong pertumbuhan kegiatan perekonomian penduduk Ampel.
Koefisien dasar bangunan merupakan angka perbandingan antara luas dasar bangunan
dengan luas lahan dimana bangunan yang bersangkutan dibangun. Besarnya koefisien
dasar bangunan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kepadatan penduduk,
ketersediaan lahan, peruntukan lahan, jenis penggunaan bangunan dan beberapa faktor
lainnya. Berdasarkan faktor-faktor diatas, koefisien dasar bangunan pada Kawasan Ampel
diatur sebagai berikut:
Kawasan Perdagangan dan Jasa ditetapkan 60%. Seiring dengan kebutuhan lahan pada
saat ini banyak sekali bangunan-bangunan yang melanggar ketentuan tersebut, sehingga
perlu diambil suatu kebijakan yakni dengan meningkatkan biaya perijinan. (lihat pada
gambar 62 : Peta Rencana Pembatasan KDB)
61
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Koefisien lantai bangunan merupakan angka perbandingan antara luas seluruh lantai
bangunan dengan luas lahan atau luas kapling dimana bangunan tersebut berada.
Konsep koefisien lantai bangunan memiliki kaitan dengan koefisien dasar bangunan dan
ketinggian bangunan, yang terkait pula dengan:
Pertimbangan terhadap pencahayaan dan ventilasi alami sebagai salah satu upaya
menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman.
Pembentukan ruang dan jarak yang mempunyai skala harmonis antara bangunan dengan
ruang luarnya, agar tercipta komposisi ruang yang masih berskala manusia.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka, koefisien lantai bangunan pada Kawasan Ampel
diatur sebagai berikut:
Untuk bangunan komersil, arahan koefisien lantai bangunan antara 2 – 4 lantai sesuai
tingkat kebutuhan dan peruntukan bangunan.
Untuk bangunan lainnya, koefisien lantai bangunan disesuaikan dengan kebutuhan dan
fungsi kegiatan di dalamnya. Bangunan lain yang dimaksud adalah bangunan hunian dan
fasilitas penunjangnya. Arahan koefisien untuk bangunan ini antara 1 – 2 lantai.
Berdasarkan faktor-faktor diatas, maka koefisien lantai bangunan pada wilayah Kawasan
Ampel adalah sebagai berikut:
Permukiman dengan kepadatan rendah dan sedang yang mempunyai nilai koefisien
dasar bangunan 60 – 80 % dengan jumlah lantai bangunan antara 1 – 2 lantai maka nilai
koefisien lantai bangunannya sebesar 60 – 160 %.
62
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
bangunannya sebesar 120 – 360 %. (Lihat pada gambar 63 : Peta Rencana Pembatasan
KLB)
63
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
64
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Garis sempadan bangunan adalah jarak antara batas luar daerah milik jalan (Damija)
dengan dinding luar bangunan persil. Penetapan garis sempadan bangunan di wilayah
perencanaan, juga mempertimbangkan fungsi jaringan jalan, fungsi kegiatan dan arahan
dari Pelayanan Umum Dinas Tata Kota Surabaya. Pengaturan garis sempadan bangunan
pada kawasan Ampel diarahkan sebagai berikut:
Untuk daerah terbangun yang sudah teratur dan berkondisi permanen namun tidak
memenuhi syarat GSB, maka penerapan garis sempadan tersebut dilakukan pada saat
bangunan-bangunan tersebut melakukan perombakan, rehabilitasi atau renovasi atau
pada keadaan-keadaan khusus saat dilakukan proyek pelebaran jalan.
65
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Untuk daerah terbangun yang kurang atau tidak teratur dan berkondisi bangunan sedang
atau buruk, maka penerapan GSB dilaksanakan pada saat diselenggarakan program
peremajaan atau rehabilitasi lingkungannya.
Untuk daerah yang masih kosong, penerapan GSB ditetapkan sedini mungkin dengan
menggunakan persyaratan mendirikan bangunan atau mencantumkan di dalam IMB.
Untuk lokasi blok atau super blok, penerapan GSB harus disesuaikan dengan ketinggian
gedung yang akan dibangun dan dengan jarak jalan di depan lokasi, sehingga apabila
gedung tersebut lebih dari 15 lantai, maka garis sempadannya harus mundur dari garis
sempadan yang telah ditentukan. Komposisi ini digunakan untuk menghindari jarak
pandang yang kurang menguntungkan.
Perkembangan suatu wilayah atau kawasan tidak hanya ditentukan oleh faktor internal
tetapi juga kondisi eksternal. Kawasan Ampel secara ekonomi memilki potensi yang
besar dengan didukung letak geografisnya yang strategis, juga dipengaruhi oleh kondisi
Surabaya dan kondisi global. Secara umum, rencana tata kota ini mempunyai beberapa
asumsi sebagai berikut :
66
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Dampak positif dari adanya rencana tersebut adalah dapat mendukung konsep
pengembangan Kawasan Ampel. Sedangkan dampak negatif dari adanya rencana
tersebut adalah apabila rencana tersebut tidak terintegrasi dengan konsep
pengembangan Kawasan Ampel yang malah dapat merusak konsep tata kota yang sudah
ada.
67
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Asumsi ini merupakan faktor eksternal dari konsep pengembangan Kawasan Ampel.
Letak geografis yang strategis dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak menguntungkan
dari segi perdagangan dan pergudangan serta industri. Selain itu, kondisi ini juga
menguntungkan dari segi aksesibilitas menuju Kawasan Ampel.
Keuntungan ini dapat menjadi salah satu daya dukung kawasan dalam pelaksanaan
konsep pengembangan Kawasan Ampel. Namun, perlu dikaji lebih lanjut apakah daya
dukung ini telah memadai atau belum. Apabila belum memadai perlu ada tindakan
untuk mengoptimalkannya.
Pemerintah Kota Surabaya memiliki rencana terhadap kawasan Masjid Ampel yang
bernama rencana Revitalisasi Kawasan Religi Masjid Ampel. Rencana tersebut
mendukung konsep pengembangan kawasan Ampel. Masjid Ampel merupakan salah
satu daya tarik kawasan sebagai kawasan wisata budaya. Dengan demikian diharapkan
mampu menarik investor untuk menanamkan investasi pada kawasan ini serta mampu
menarik pergerakan menuju ke kawasan ini.
Keuntungan tersebut masih harus diintegrasikan dengan kegiatan lain di dalam kawasan
perencanaan, yaitu kegiatan perdagangan. Diharapkan wisata budaya yang memiliki nilai
religi dan perdagangan di kawasan perencanaan mampu memberi hubungan timbal balik
yang menguntungkan antara keduanya.
Rencana tata guna lahan merupakan rencana pemanfaatan lahan yang diperoleh dari
analisa penggunaan lahan (land use) serta potensi dan permasalahan dari penggunaan
lahan di kawasan Ampel (Lihat pada gambar 64 : Land Use)
68
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
kawasan konservasi dengan peruntukan sebagai mix use area adalah koridor Kembang
Jepun dan Kawasan Wisata religi Masjid Ampel.
Pada kawasan perencanaan perlu adanya penertiban pedagang di pasar tradisional. Hal
ini dilakukan agar aktivitas bongkar muat dan jual beli pada pasar-pasar tersebut tidak
menghambat sirkulasi.
Sebagai salah satu upaya revitalisasi Kali Mas perlu adanya penambahan RTH di
sepanjang bantaran Kali Mas, selain itu di Kali Pegirian juga dapat diadaptasikan aktivita
yang sama dengan pengoptimalan taman-taman. Selain itu, penambahan RTH dapat
berupa taman kecil dengan memanfaatkan pulau jalan pertemuan Jl. KH. Mas Mansyur
dengan Jl. Nyamplungan serta bundaran di Jl. Hang Tuah. Selain konsep di atas, untuk
menambah RTH dengan memanfaatkan ruang vertikal pada kawasan perencanaan akan
diterapkan konsep roof garden pada semua bangunan dengan KLB dua atau lebih
Penetapan ruang khusus dengan peruntukkan sebagai lahan parkir dimasukkan dalam
produk tata ruang terkait. Spot yang ditetapkan sebagai ruang khusus dengan
peruntukkan sebagai lahan parkir dengan sistem parkir terpadu adalah pada ruas jalan
Nyamplungan, Jalan Kembang Jepun Timur dan Barat serta Jalan Kalimati (Lihat pada
gambar 65 : Lokasi Parkir Terpadu Ampel).
69
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
70
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ampel tetap bertahan dan bereksistensi walaupun telah mengalami pasang surut
budaya.
Kampung Ampel memiliki karakter yang unik dalam menciptakan kawasan permukiman
yang baik, bersih, dan sehat.
Mampu menciptakan lapangan kerja bagi warganya, sehingga cukup mandiri dalam
menata kehidupan kawasan ini.
Kegiatan perdagangan yang padat membuat kawasan ini terlihat berjejal-jejal dengan
pengaturan parkir yang kurang teratur.
Masih kurangnya RTH di kawasan ini, hanya terlihat dititik gerbang Selatan kawasan
Ampel.
Berdasarkan teori Roger Trancik, ada 3 teori yang mendasari perancangan suatu kawasan
kota agar tercipta kawasan yang berkualitas dan baik untuk ditinggali, yaitu
figure/ground, linkage, dan place. Apabila disesuaikan dengan kondisi eksisting kawasan
Ampel Surabaya, maka kawasan ini tergolong pada elemen-elemen dasar sebagai berikut
71
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
Figure/place : Solid
Void
Linkage : Visual
Kolektif
Place : Konteks
72
TEKNIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOTA
DAFTAR PUSTAKA
ᄉ www.googlemaps.com ᄃ
73
TEKNIK ARSITEKTUR