PEMERIKSAAN AKUNTANSI II
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat rahmat, taufik, dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam atas junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa kami dari zaman gelap gulita
menuju ke zaman yang terang benerang. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi II yang membahas
tentang Audit Perkiraan Piutang.
Dimana dalam makalah ini diharapkan lebih membuka wawasan
berpikir dibidang terkait.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna.Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan
atau jasa secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi
diluar kegiatan usaha normal perusahaan. Perkiraan piutang pemegang saham dan
piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan dengan
perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda. Piutang dinyatakan sejumlah tagihan
dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang
harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang tidak
dapat ditagih. Disamping itu piutang juga mempunyai tujuan dan prosedur
pemeriksaan yang dilakukan secara tersendiri.
Piutang“. Semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan terutama bagi
penulis.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan hal-hal yang ada
dalam rumusan masalah di atas.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Piutang dihasilkan melalui berbagai macam transaksi, dua hal yang paling
umum yaitu penjualan barang dagang atau jasa dengan kredit dan meminjamkan uang.
Pada tingkat pribadi kita mengenal kredit, karena kredit adalah siap tersedia dimana
kita tidak harus membayar secara tunai.
“Piutang juga aset keuangan yang merupakan instrumen keuangan. Piutang (sering
disebut sebagai pinjaman dan piutang) adalah klaim terhadap pelanggan, dan lain-lain
untuk uang, barang, atau jasa.
“Aset lancar mencakup aset (seperti piutang) yang dijual, dikonsumsi atau
direalisasikan sebagai bagian siklus operasi normal meskipun aset tersebut tidak
diharapkan untuk direalisasikan dalam jangka waktu 12 buan setelah periode
pelaporan.”
Menurut Pernyataan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 43
menyebutkan bahwa :
2
Menurut Smith (2005:286), piutang dapat difenisikan dalam arti luas sebagai
hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan jasa. Namun, untuk tujuan
akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan sebagai klaim yang diharapkan dapat
diselesaikan melalui penerimaan kas. Dengan adanya hak klaim ini, perusahaan dapat
menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain
“Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau
penyerahan jasa dalam rangkakegiatan usaha normal perusahaan.”
KlasifikasiPiutang
Piutang terdiri dari piutang yang bersifat lancar atau jangka pendek, dan
piutang tidak lancar atau jangka panjang.
3
3. Piutang lain-lain (otherreceivables
otherreceivables))
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang
dan penerimaan.
3. Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain
menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau
bisa subsequent collections-nya.
5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales
invoice.
a) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat
konfirmasi.
4
e) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi
7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan
kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai
subsequent collectionshanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode
yang sedang diperiksa.
8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
10.Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain,
lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah
barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim
per tanggal neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur
penjualan dari tahun yang diperiksa,
diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
12. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK
SAS 67, The confirmation process (AU 330) mensyaratkan bahwa auditor harus
konfirmasi dinilai tidak efektif 3) perencanaan auditor berkaitan dengan resiko bawaan
dan resiko pengendalian rendah dan bukti yang diharapkan dengan prosedur analitis
atau pengujian substantif detail cukup untuk mencapai resiko audit yang diterima.
5
Dalam melaksanakan prosedur konfirmasi, auditor perlu mengambil keputusan
mengenai jenis konfirmasi yang digunakan, penentuan kapan dilakukan konfirmasi dan
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 330 (PSA No. 07)
suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan
informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. SA
Seksi 326 mendefinisikan asersi sebagai pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang
secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk
laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan dalam laporan keuangan oleh
manajemen sesuai dengan prinsip akuntansi
a kuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
asersi laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Pada dasarnya, bukti audit yang
berasal dari pihak ketiga dianggap lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti
yang berasal dari dalam perusahaan yang sedang diaudit. SA Seksi 326 (PSA No.07)
tentang Bukti Audit menyatakan bahwa, pada umumnya, dianggap bahwa “Bukti audit
yang diperoleh dari sumber independen di luar entitas memberikan keyakinan yang
lebih besar atas keandalan untuk tujuan audit independen dibandingkan dengan bukti
tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang ditetapkan, semakin besar
keyakinan yang diperlukan auditor dari pengujian substantif yang bersangkutan dengan
risiko bawaan dan risiko pengendalian, auditor mendesain pengujian substantif untuk
6
memperoleh lebih banyak bukti atau bukti yang berbeda mengenai asersi laporan
konfirmasi, bukan pengujian terhadap dokumen dari dalam entitas tersebut, atau
Jadi, dalam pelaksanaan audit, jika gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko
Dalam paragraf 19, SA Seksi 330 dijelaskan bahwa karena terdapat risiko
bahwa penerima bentuk permintaan konfirmasi positif yang berisi informasi yang
dikonfirmasi di dalamnya kemungkinan hanya menandatangani dan mengembalikan
yang berisi ruangan yang kosong yang harus diisi oleh responden (penerima
jawaban konfirmasi yang diterima oleh auditor karena diperlukan usaha tambahan dari
Menurut PSAK 55 (2015) Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset
keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentutakan dan tidak
pada pihak lain. Hampir semua entitas memiliki piutang kepada pihak lain baik yang
7
dari transaksi lainnya. Kategori piutang dipengaruhi jenis usaha entitas, untuk
perusahaan dagang dan manufaktur jenis piutang yang muncul adalah piutang dagang
piutangusaha.
1. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji materiall, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian
yang saling berkaitan.
2. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas.
3. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas
prosedur audit dan penerapannya
penerapannya oleh auditor.
Pada pengujian substantif atas piutang usaha, pengujian detail saldo kategori
konfirmasi piutang merupakan prosedur yang penting. Prosedur ini sangat perlu
dilakukan karena merupakan prosedur auditing yang diterima umum, kecuali apabila
piutang tidak material, tidak efektif, resiko bawaan, maupun resiko pengendaliannya
rendah, yang dimana jika risiko pengendalian ditaksir terlalu rendah, risiko deteksi
dapat terlalu tinggi ditetapkan dan auditor dapat melaksanakan pengujian substantif
yang tidak memadai sehingga auditnya tidak efektif. Bila auditor tidak melakukan
konfirmasi, ia harus mencantumkam dalam kertas
kertas kerja mengenai alasannya dan
bagaimana akuntan mengatasinya atau tindakan alternatif yang dilakukan.
dilakukan.
SAS 67, The confirmation process (AU 330) mensyaratkan bahwa auditor harus
melakukan prosedur konfirmasi dalam proses pengauditan kecuali: 1) piutang dagang
berjumlah tidak material untuk laporan keuangan secara keseluruhan 2) penggunaan
konfirmasi dinilai tidak efektif 3) perencanaan auditor berkaitan dengan resiko bawaan
dan resiko pengendalian rendah dan bukti yang diharapkan dengan prosedur analitis
8
atau pengujian substantif detail cukup untuk mencapai resiko audit yang diterima.
Dalam melaksanakan prosedur konfirmasi, auditor perlu mengambil keputusan
mengenai jenis konfirmasi yang digunakan, penentuan kapan dilakukan konfirmasi dan
besarnya sampel yang dipilih.
Dimana:
AR = Audit Risk
IR = Inherent Risk
CR = Control Risk
DR = Detection Risk
Model Risiko Audit ini bisa diterapkan dengan 3 langkah berikut ini:
Pertama, Kantor Akuntan Publik (KAP) biasanya sudah mematok besaran angka
persentase Audit Risk (AR) yang bisa diterima (biasanya tak boleh lebih dari
dari 10%).
K edua, menentukan IR dan CR. Inherent risk (IR) diukur dengan mempertimbangkan
factor eksternal dan internal seperti yang sudah saya jelaskan di atas.Sedangkan CR
diukur dengan menilai desain dan implementasi sistim pengendalian internal yang
dimiliki oleh audite seperti yang sudah saya jelaskan di atas.
Ketiga, menentukan DR dengan menggunakan persamaan di atas, menjadi:
DR = AR/(IR x CR)
Besaran DR inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam merancang prosedur audit, substantive test dan rencana audit secara
keseluruhan.
Jika akuntan publik (auditor) dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control
atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif
naka luasnya pemeriksaan dan melakukan substantive test bisa dipersempit.
Beberapa ciri internal control yang baik atas atas piutang dan transaksi
penjualan, piutang dan penerimaan kas adalah:
9
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan penjualan,
mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan
kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan.
c. Digunakannya price list (daftar harga jual) dan setiap penyimpangan dari price list
atau setiap discount yang diberikan kepada pelanggan harus disetujui oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.
d. Diadakannya sub buju besar piutang atau kartu piutang (accounts receivable
subledger card) untuk masing-masing pelanggan yang selalu diupdate
(dimutakhirkan).
e. Setiap akhkr bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur piutang)
i. Mutasi kredit diperkirakan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal
dari retur penjualan dan penghapusan piutang harus diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.
j. Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan
perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang,
didukung bukti bukti yang lengkap dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau
tidak.
10
Validity maksudnya apakah piutang itu sah, masih berlaku, dalam arti
diakui oleh yang mempunyai utang.
sebelum tanggal jatuh temponya, maka pada tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) harus diungkapkan adanya contingent liability yang berasal dari
pendiskontoan wesel tagih tersebut.
6. Untuk mengetahui apakah piutang yang tercantum dalam mata uang asing
sudah dikonversi ke dalam rupiah dengan menggunakan
menggunakan kurs rupiah BI
B I pada
tanggal neraca.
A. Penjualan
11
Apakah dalam pemberian kredit telah diotorisasi
2. oleh pejabat yang berwenang ?
akuntansi ?
Apakah terdapat pemisahan fungsi yang jelas
7. antara fungsi pemberian kredit dengan fungsi
penagihan piutang
pi utang ?
penjualan ?
12
Apakah untuk setiap penjualan diminta surat
16. pesanan (sales order) dari pembeli?
( NP ) ?
Pengendalian atas penggunaan aktiva (pengamanan harta perusahaan)
B. Piutang
Y= T= TR = Tidak
No. KLIEN Relevan
Ya Tidak
Otorisasi atas transaksi dan kegiatan
13
Apakah bagian penagihan melakukan
pengecekan kembali atas faktur penjualan, surat
3.
jalan, PO, terhadap Invoice Total Report yang
diberikan oleh bagian invoice?
14
Apakah cek / giro yang belum jatuh tempo
14. disimpan dalam folder giro yang belum jatuh
tempo ?
akhir bulan ?
Apakah berkala ?
23.
15
Lampiran III :
Data A
Agi
gi ng Sche
Sched
dule
PT. XYZ Periode
Januari s/d Februari
Tahun 2018
Hari setelah Lewat jatuh tempo
No Nama Sald Belum 0-30 hari 31-60 hari 61-90 hari 91-180 181- >365 Jumlah
o Jatuh hari 365
Tempo hari
1 PT. A 117.299.429 117.299.429 117.299.429
16
17
18
19
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
(internal control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas . Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke
otentikan) dari pada piutang. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan
tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts
(penyisihan piutang tak tertagih). Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat
(contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes
receivable). Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum
umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.
Keuangan.
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1 Januari
2015. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta
Jakart a
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik, Per 1
Maret 2011. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Sumber Referensi: Mulyadi. 2014. Auditing Edisi 6, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat
22