KATA PENGANTAR
Dalam Pedoman ini diuraikan dengan detail tentang prinsip upaya peningkatan mutu
dan keselamatan pasien, dimulai dari pembuatan rangcangan mutu (perencanaan),
penentuan indikator, bagaimana pelaksanaannya, monitoring, sampai dengan tahap
evaluasi dan diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemilik dan pengelola seluruh
unit/bagian/bidang di Rumah Sakit Bunda Palembang.
Semoga Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien ini dapat menjadi
pegangan untuk semua unit kerja terkait di Rumah Sakit dan bermanfaat sesuai
dengan tujuannya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB VI PENGORGANISASIAN...........................................
.................................................................
..........................
.... 53
A. STRUKTUR ORGANISASI ..........................................
.........................................................
............... 55
B. HUBUNGAN KOORDINASI BIDANG MUTU .................................................. 66
BAB XI PENUTUP.........................................
...............................................................
...........................................
.....................................
................ 115
DAFTAR REFERENSI
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas dan memenuhi lima
dimensi mutu yang utama yaitu: tangibles, reliability, responsiveness, assurance,
assurance , and
empathy. Disadari ataupun tidak, penampilan (tangibles
( tangibles)) dari rumah sakit merupakan
point pertama yang dilihat ketika pasien pertama kali mengetahui keberadaannya.
Kesesuaian janji (reliability
(reliability),
), pelayanan yang tepat (responsiveness
(responsiveness),
), dan jaminan
pelayanan (assurance
(assurance)) merupakan masalah yang sangat peka dan sering menimbulkan
konflik. Dalam proses pelayanan ini faktor perhatian (empathy
(empathy)) terhadap pasien tidak
dapat dilalaikan oleh pihak rumah sakit.
Selain hal di atas pengukuran mutu juga perlu memperhatikan dimensi mutu dari
WHO yakni effective, efficient, accessible, accepted ( patient
patient care),
care), equity dan
dan safe
safe..
Ditinjau dari aspek praktis, pelayanan prima memiliki beberapa kriteria sebagai
berikut :
sakit. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa pasien yang datang ke
rumah sakit selain membawa beban kesakitan fisik maupun psikis, juga membawa
beban kesakitan sosial. Keamanan dan kenyamanan ini terkait dengan ba
bagaimana
gaimana
fasilitas yang terdapat di rumah sakit tersebut perlu diperhatikan. Peralatan yang
ada harus memenuhi standar, ruang tunggu yang nyaman, pelayanan yang yang
sesuai dengan standar, dan penampilan baik tenaga medis, paramedis, maupun non
paramedis yang simpatik.
4. Bagaimana rumah sakit itu memberikan keterbukaan informasi kepada pasien.
Baik informasi mengenai instrumen pelayanan yang ada di rumah sakit tersebut,
Tentunya hal ini penting mengingat semakin menjamurnya rumah sakit di Indonesia
serta semakin tingginya tuntutan masyarakat akan fasilitas kesehatan yang berkualitas
dan terjangkau, mau tidak mau membuat Rumah Sakit harus berupaya survive di
tengah persaingan yang semakin ketat sekaligus memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut.
sakit
MOTTO
“Kepuasan anda adalah kebanggaan kami”.
kami ”.
BAB II
LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan
masyarakat. Rumah sakit merupakan tempat yang sangat kompleks, terdapat ratusan
macam obat, ratusan test, ratusan prosedur, banyak terdapat alat dan teknologi.
Bermacam profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan pasien selama 24 jam
secara terus-menerus, dimana keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila
tidak dikelola dengan baik dapat terjadi Kejadian Tidak Diharapkan KTD/ Adverse
Adverse
evenst (Depkes, 2015)
di rumah sakit kemudian menjadi isu penting karena banyaknya kasus medical error
yang terjadi di berbagai negara. Setiap tahun di Amerika hampir 100.000 pasien yang
dirawat di rumah sakit meninggal akibat medical error , selain itu penelitian juga
membuktikan bahwa kematian akibat cidera medis 50% diantaranya sebenarnya dapat
dicegah. Institut of Mediciene (IOM) Amerika Serikat tahun (2000) menerbitkan
laporan “To
“To Err is Human”, Building to Safer Health System”.
System ”. Laporan ini
mengemukakan penelitian di Utah, Colorado serta New York. Di rumah sakit Utah
dan Colorado ditemukan Adverse Events (AEs) atau Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) sebesar 2,9% dimana 6,6% diantaranya meninggal. Sedangkan di New York
ditemukan 3,7% KTD dengan angka kematian 13,6%. Lebih lanjut, angka kematian
akibat KTD pada pasien rawat inap di Amerika Serikat berjumlah 33,6 juta per tahun
berkisar 44.000 jiwa sampai 98.000 jiwa per tahun. Angka kematian akibat AEs di
Amerika tersebut jauh melebihi angka kematian karena kecelakaan motor (43.458
orang), kanker payudara (42.297 orang) dan AIDS (16.516 orang). Selain itu publikasi
WHO tahun 2004 menyatakan KTD dengan rentang 3,2% - 16,6% pada rumah sakit di
berbagai Negara yaitu Amerika, Inggris, Denmark dan Australia.
Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World Alliance for
sakit tidak memiliki sistem pelaporan kecelakaan dan 87 persen belum memiliki
program keselamatan pasien. Dalam kurun 1999 - 2004, tercatat
te rcatat 126 gugatan karena
penderita/keluarga tidak puas dengan pelayanan kesehatan yang diterima, terutama
yang mengakibatkan komplikasi penyakit, kecacatan, dan kematian.
Untuk dapat menangkal semua hal yang tidak diinginkan, maka diperlukan suatu
sistem yang mengatur tentang keselamatan pasien di rumah sakit. Sistem keselamatan
Pasien Rumah Sakit di Indonesia salah satunya dimulai dengan dikeluarkan
Keputusan Menteri Nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di
Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima
di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien.
Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stake holder rumah sakit
untuk lebih memperhatikan keselamatan pasien di rumah sakit. Sehingga PERSI
mengambil inisiatif membentuk KKPRS Tahun 2005.
Namun hal ini tetap dirasa belum dapat menurunkan angka insiden keselamatan pasien
sesuai dengan yang diharapkan, hal ini dilihat dari Laporan Komite Keselamatan
KKP-RS telah menyusun Panduan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien bagi
staf RS untuk mengimplementasikan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Ketentuan
sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program
dengan mengacu pada Kebijakan Nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
Maka berdasarkan pemaparan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Patient Safety
(keselamatan pasien) belum sepenuhnya menjadi budaya yang harus diperhatikan oleh
rumah sakit di Indonesia, padahal di dalam Undang - Undang Kesehatan Nomor 36
tahun 2009 sudah dengan jelas dinyatakan bahwa rumah sakit saat ini harus
mengutamakan keselamatan pasien di atas kepentingan yang lain sehingga sudah
Sebagaimana yang dinyatakan dalam PNKP-RS Tahun 2015 bahwa tujuan dari
dibentuknya sistem keselamatan pasien yakni untuk :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
BAB III
TUJUAN
BAB IV
PENGERTIAN
A. KESELAMATAN PASIEN
1. Definisi Keselamatan
Keselamatan Pasien
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(Permenkes RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien).
Tujuan dari sistem keselamatan pasien rumah sakit, adalah :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya angka insiden keselamatan pasien di rumah sakit.
4. Terlaksananya program - program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
diharapkan.
2. Program Keselamatan
Keselamatan Pasien
Penyelenggaraan keselamatan pasien sebagaimana tertuang dalam
Permenkes RI Nomor 11 Tahun 2017 pasal 5 ayat (2) dilakukan melalui
pembentukan sistem pelayanan yang menerapkan
menerapkan :
a. Standar Keselamatan Pasien.
b. Sasaran Keselamatan Pasien.
c. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien.
pasien.
e. Standar V : Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”.
Sakit”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau
tepat-pasien operasi
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memastikan tepat-
lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi.
5) Sasaran Keselamatan Pasien 5: Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan pasien
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk mengurangi risiko
infeksi yang terkait pelayanan pasien.
6) Sasaran Keselamatan Pasien 6 : Pengurangan risiko pasien jatuh
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk mengurangi risiko
2. Jenis Insiden
Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi :
a) Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cedera, namun belum terjadi insiden.
i nsiden.
b) Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien.
Suatu Insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan), atau “peringanan” (suatu
obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu
diberikan antidotumnya)
Bunuh diri
2) Kehilangan permanen fungsi yang tidak terkait dengan penyakit
pasien atau kondisi pasien
3) Operasi salah tempat, salah prosedur, salah pasien
4) Terjangkitnya penyakit kronik atau penyakit fatal akibat transfusi
darah atau produk darah
5) Penculikan anak termasuk bayi atau anak termasuk bayi yang
3. Penanganan Insiden
Setiap fasilitas kesehatan harus melakukan penanganan insiden
keselamatan pasien yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dan keselamatan pasien. Penanganan insiden di fasilitas
kesehatan dilakukan melalui pembentukan Tim Keselamatan Pasien yang
ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan kesehatan sebagai
pelaksana kegiatan penanganan insiden
Dalam melakukan penanganan insiden dilakukan kegiatan berupa
pelaporan, verifikasi, investigasi, dan analisa penyebab insiden tanpa
Laporan insiden dibuat oleh siapa saja atau semua staf rumah sakit yang
pertama menemukan kejadian dan semua staf yang terlibat dalam
kejadian. Untuk dapat membuat laporan insiden,maka karyawan
diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari
maksud, tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara
mengisi formulir laporan insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-
c.
c. Metode
Metode Analisis Akar Masalah
Metode analisis akar masalah menyasar untuk mengidentifikasi akar
masalahnya (tidak hanya sekedar simptom) dan memperbaikinya, jadi
masalah akan dipersiapkan secara menyeluruh dan tidak akan terjadi
lagi.
Ada Beberapa Metode Analisis Akar Masalah, antara lain :
1) Analisis 5-Whys
5-Whys atau Why-why
Dengan bertanya 'kenapa? ' berulang kali, maka dapat mengupas
lapisan di atas lapisan masalah untuk mencapai garis bawah (dan
temukan akar penyebabnya). Dengan mengidentifikasi penyebab
masalah secepat mungkin, kita dapat menangani penyebab
sebenarnya dari masalah, bukan hanya sekedar simptom.
Teknik 5 Whys ini sangat baik untuk digunakan menyelesaikan
digunakan
Tempat&Lingkungan Kerja : tidak memerhatikan kebersihan,
lingkungan kerja tidak kondusif, kurangnya lampu penerangan,
ventilasi yang buruk, bising, dan lain sebagainya
Motivasi : sikap kerja yang benar dan professional, misal sulit
bekerja sama
3) RCA
a. Definisi RCA
c. Penggunaan RCA
C. BUDAYA
C. BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
1. Pengertian
Budaya keselamatan pasien terfokus pada nilai, kepercadan asumsi staf
terhadap iklim organisasi (pelayanan kesehatan) dalam peningkatan
program keselamatan pasien (The
(The Health Foundation,
Foundation, 2013).
positif dapat dilihat dari komunikasi saling percaya (mutual trust ) antar
komponen, dengan persepsi yang sama tentang pentingnya keselamatan,
dan dengan keyakinan akan besarnya manfaat tindakan pencegahan
( Agency
Agency for Healthcare Research and Quality
Quality,, 2004)
yaitu:
1. Informed
1. Informed culture
Pada tahun 2004 Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) suatu
7. Staffing
Rumah sakit menyediakan staf yang sesuai (kualitas dan kuantitas) dengan
kebutuhan rumah sakit. Dimensi ini menunjukan sejauhmana ketersediaan
SDM yang kompeten dan pengelolaannya dilakukan secara efektif.
8. Dukungan menejemen terhadap keselamatan pasien
Manajemen membuat suasana kerja yang mendukung keselamatan pasien
dan menunjukan bahwa keselamatan pasien adalah prioritas utama.
3) Mesin
4) Kebersihan
5) Teknik
6) Standar Prosedur Operasional
C. RISK MANAJEMEN
1. Pengertian Risiko
Risiko adalah peristiwa atau keadaan yang mungkin terjadi yang dapat
berpengaruh negatif terhadap perusahaan. Pengaruhnya dapat berdampak
terhadap kondisi sumber daya (human
(human and capital ),
), produk dan jasa, atau
Pelanggan, dan dapat juga berdampak eksternal terhadap masyarakat, pasar
atau lingkungan.
Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak
pada pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004).
4360:2004).
- Jika reputasi rumah sakit rusak, maka kerugian dalam waktu cepat
dapat dirasakan, seperti pasien yang mulai ragu menggunakan jasa
pelayanan
pela yanan rumah
rum ah sakit.
sak it.
- Disamping itu ada efek lainnya juga, yakni Pekerja akan menurun
moralnya bahkan memutuskan untuk pergi. Kesulitan mencari
pengganti yang bagus juga dapat terjadi, dimana calon kandidat
sudah mendengar reputasi jelek anda dan tidak ingin bergabung
dengan usaha anda.
- Pemasok/rekanan mungkin mulai menawarkan management rumah
Dan Proses – Proses berisiko yang dapat terjadi pada pasien, antara
lain meliputi :
Manajemen pengobatan
Risiko jatuh
Pengendalian infeksi
Gizi
Risiko peralatan
d. Fasilitas
Risiko –
Risiko – Risiko
Risiko yang terkait dengan fasilitas, antara lain :
1) Keselamatan dan Keamanan
a. Keselamatan - suatu tingkatan keadaan tertentu di mana
5) Peralatan
Peralatan medis
Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan sedemikian rupa
untuk mengurangi risiko.
6) Sistem
Sistem utilitas
Listrik, air dan sistem pendukung
pendukung lainnya dipelihara untuk
meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian.
lain :
1) Masalah infeksi nosokomial yg terkait dengan kesehatan
lingkungan rumah sakit dan keselamatan petugas, pasien,
pengunjung, & masyarakat sekitar
2) Faktor-faktor pendukung terjadinya infeksi nosokomial yang
meliputi konstruksi bangunan dan ruangan, tata laksana
penyediaan air, pengelolaan makanan dan minuman,
pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu lain,
pengelolaan limbah, pengamanan radiasi, dan laundry
Risiko Reputasi
Tabel 11
Faktor - Faktor yang Berpengaruh Dalam Terjadinya Risiko
Di Rumah Sakit
FAKTOR KOMPONEN YANG BERPERAN
Organisasi dan
• Sumber dan keterbatasan keuangan
Manajemen
• Struktur organisasi
• Standar dan tujuan kebijakan
• Safety culture
Lingkungan pekerjaan
• Kualifikasi staf dan tingkat keahlian
• Beban kerja dan pola shift
• Desain, ketersediaan dan pemeliharaan
• Dukungan administrasi dan manajerial
Individu dan staf
• Komunikasi verbal
•
Komunikasi tulisan
• Supervisi dan pemanduan
• Struktur tim
Penugasan
• Desain penugasan dan kejelasan struktur
Penugasan
• Ketersediaan dan pemanfaatan
• Ketersediaan dan akurasi hasil
Karakteristik pasien
• Kondisi (keparahan dan kegawat daruratan)
• Bahasa dan komunikasi
• Faktor sosial dan personal
patient safety,
safety , kesehatan dan keselamatan kerja, keluhan, tuntutan
(litigasi) klinik, litigasi karyawan, serta risiko keuangan dan
lingkungan.
Jika dipertimbangkan untuk melakukan perbaikan, modernisasi dan
clinical governance,
governance, manajemen risiko menjadi komponen kunci
untuk setiap desain proyek tersebut.
Menyatukan semua sumber informasi yang berkaitan dengan risiko
dan keselamatan, contoh: “data reaktif' seperti insiden patient
safety,, tuntutan litigasi klinis, keluhan, dan insiden kesehatan dan
safety
Bagan 1
Proses Manajemen Risiko
TEGAKKAN KONTEKS
I
S
A
T
L
U O W
S
N
IK EI
V
O SI E
R
K R ANALISARISIKO N
N
A N A
ID E D
R
S
A M O
IK S IT
N E N
O
U S EVALUASI RISIKO M
M
O
A
K
KELOLARISIKO
RISK REGISTER
4. HVA ( Haza
Hazard
rd Vulne
V ulnerabi
rabilit
lityy Ana
Analys
lysis
is))
Suatu identifikasi bahaya dan efek langsung dan tidak langsung
bahaya tersebut terhadap rumah sakit. Bahaya sebenarnya
dianalisis dalam konteks populasi be untuk menentukan
Tabel 12
Tingkat risiko beserta tanggapan risiko dan tindakan yang dilakukan
1) Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat
risiko terhadap pasien dapat dinilai dengan tepat.
2) Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area
risiko yang lain.
3) Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan
investigasi untuk semua risiko.
4) Membantu RS dalam memenuhi standar-standar terkait, serta
kebutuhan clinical governance.
5) Membantu perencanaan rumah sakit menghadapi ketidakpastian,
D.
D. MUTU PELAYANAN KESEHATAN
1. Definisi Mutu
Mutu bersifat persepsi dan dipahami berbeda oleh orang yang berbeda
namun berimplikasi pada superioritas sesuatu hal.
penyediaan pelayanan
pela yanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien
pasie n dan pihak -
pihak yang berkepentingan lainnya.
lainnya.
Peningkatan mutu & keselamatan pasien adalah upaya
peningkatkan mutu secara keseluruhan, dengan terus menerus
mengurangi risiko terhadap pasien dan staf baik dalam proses
klinis maupun lingkungan fisik
E. CLINICAL PATHWAY
Clinical Pathway (CP) merupakan suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu
Pimpinan medis bersama-sama dengan Komite Medis dan Kelompok Staf Medis
memilih dan menetapkan 5 (lima) panduan praktik klinis, alur klinis (clinical
(clinical
pathway),
pathway), dan/atau protocol klinis, dan/atau prosedur, dan/atau standing order
yang dipergunakan untuk pengukuran mutu prioritas rumah sakit dengan
mengacu pada panduan praktik klinis dan alur klinis yang sudah diterapkan oleh
Panduan praktik klinis-alur klinis dan/atau protocol klinis dan atau prosedur
dan/atau standing
dan/atau standing order sebagai panduan standarisasi proses asuhan klinis yang
dimonitor oleh Komite Medik dengan tujuan sebagai berikut:
1) Melakukan standarisasi proses asuhan klinis.
2) Mengurangi risiko dalam proses asuhan terutama yang berkaitan asuhan
kritis.
3) Memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan efisien dalam memberikan
asuhan klinis tepat waktu dan efektif.
F . INDIKATOR
Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan kerja suatu kegiatan
dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan variabel yang digunakan
untuk memulai suatu perubahan.
1. Indikator yang ideal
e. Equity
f. Safe
dengan cara menginventarisasi data apa saja yang tersedia di rumah sakit yang
dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi indikator mutu. Indikator untuk
mengukur kinerja rumah sakit juga mengadop indikator mutu pelayanan rumah
sakit. Kemudian disusun definisi operasional dari setiap indikator, setiap
indikator dibicarakan dengan bidang/bagian/unit kerja.
Nationall Health
Nationa Hea lth Service
Se rvice (NHS) mengusulk
m engusulkan
an 4 aarea
rea yang perlu
perl u disepakat
dise pakatii
untuk dijadikan indikator kinerja rumah sakit yaitu :
a. Clinical effectiveness and outcomes;
b. Efficiency;
c. Patient/carer experience; and
d. Capacity & capability.
tidak mungkin RS dapat mengumpulkan data untuk menilai semua hal yang
diinginkan, maka dipilih proses dan hasil (outcome) praktek klinik dan
manajemen yang harus dinilai (diukur) dengan mengacu pada misi rumah
sakit, kebutuhan pasien dan jenis pelayanan.
1) Indikator mutu area klinis (IAK) yaitu indikator mutu yang bersumber
dari area pelayanan.
2) Indikator mutu area manajemen (IAM) yaitu indikator mutu yang
bersumber dari area manajemen.
3) Indikator mutu Sasaran Keselamatan Pasien yaitu indikator mutu yang
mengukur kepatuhan staf dalam penerapan sasaran keselamatan pasien
dan budaya keselamatan.
tersebut, meliputi :
1) Judul indikator
2) Definisi operasional
3) Tujuan dan dimensi mutu
4) Dasar pemikiran/alasan pemilihan indikator
5) Numerator, denominator, dan formula pengukuran
pengukuran
6) Metodologi pengumpulan data
7) Cakupan data
8) Frekuensi pengumpulan data
12) Penanggu
Penanggung
ng jawab pengumpul data
13) Publikasi data
Indikator mutu yang sudah dipilih bila sudah tercapai terus menerus selama
setahun dan sudah tidak ada yang perlu diperbaiki lagi diganti dengan
indikator mutu baru.
.
5. Kriteria Yang Digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai
indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik
dan mutu tidak baik.
infeksi.
Pimpinan di unit kerja terlibat langsung dalam pemilihan dan penetapan yang
ingin di ukur di unit kerja. Indikator mutu unit kerja dapat menggunakan
indikator yang tercantum dalam standar pelayanan minimal. Indikator mutu di
unit pelayanan dapat meliputi indikator area klinis, indikator mutu area
manajemen, indikator mutu penerapan sasaran keselamatan pasien, dan
indikator mutu unit kerja (non-pelayanan), minimal indikator area
manajemen. Dalam pemilihan dan pengawasan penilaian secara spesifik
Tabel 13.
Indikator Mutu Standar Pelayanan Minimal RS
No Bagian/Bidang Indikator Mutu
1. Gawat Darurat Persentase Kepatuhan Cuci Tangan Perawat / Bidan
Persentase Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien
Persentase Pengisian Formulir Assesemen Gadar oleh Perawat
Persentase Kecepatan Transfer Pasien dari IGD ke Ruang RWI
Persentase kecepatan merujuk pasien keluar RS
Persentase waktu tanggap penanganan pasien gawat darurat
(Respon time)
Persentase kematian pasien di IGD ≤24 jam
jam
Persentase pemberi pelayanan kegawatdaruratan yang bersertifikat
Jumlah pasien IGD rata - rata per hari
Persentase RWI dari IGD
presentase Ketepatan pelaporan
pelaporan pasien safety,
Jumlah needle stick injuri / jumlah petugas yang tertusuk jarum
2. Poliklinik Persentase Kepatuhan Cuci Tangan Perawat / Bidan
Persentase Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien
Persentase pengisian formulir asesmen awal RWJ yang lengkap
Persentase Ketepatan waktu praktik dokter di RWJ
Persentase assesmen jatuh rawat jalan
Pasien RWJ TB yang ditangani dengan strategi DOTS
Persentase rujukan pasien ke luar RS (RWJ)
Presentase Ketepatan pelaporan pasien safety
Pencapaian pasien poliklinik umum per hari
Pencapaian pasien poliklinik gigi per hari
Persentase kepatuhan penggunaan obat Fornas oleh DPJP utnuk
3. Kamar Bersalin Persentase Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien
Persentase Komunikasi Efektif Perawat dengan CaBaK
Persentase Kepatuhan Cuci Tangan Perawat
Persentase Penerapan Manajemen Risiko Jatuh
Presentase kelengkapan dan kesesuaian pengisian formulir
asesment awal kebidanan
Persentase ibu hamil dengan Pre Eklampsi menjadi Eklampsi
Pencapaian lahiran rata - rata per hari
presentase Ketepatan pelaporan pasien safety
Persentase
Persentase Pelaksanaan Ketepatan
Komunikasi Efektif Identifikasi
Perawat denganPasien
CaBaK
Persentase Kepatuhan Cuci Tangan Perawat
Persentase Penerapan Manajemen Risiko Jatuh
Persentase Pelaksanaan Evaluasi Clinical Pathway
Angka Kejadian Pasien Jatuh
Persentase kepatuhan penggunaan obat Fornas oleh DPJP
DPJ P utnuk
pasien JKN
presentase Ketepatan pelaporan pasien safety
Kepatuhan penggunaan antibiotik sesuai pola kuman
Persentase keberhasilan bayi hidup dengan klasifikasi BB 1500 -
Pencapaian Pasien Intensif (NICU, HCU, ICU, PICU)
Pencapaian jumlah bayi per hari (bed:10) (Perina)
7. Perawatan Anak
Persentase kelengkapan asesmen awal medis pada pasien dengan
diagnosa CKD di ruang RWI
Persentase Pengisian formulir CPPT yang lengkap dan sesuai
Persentase Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien
Persentase Komunikasi Efektif Perawat dengan CaBaK
Persentase Kepatuhan Cuci Tangan Perawat
Persentase Penerapan Manajemen Risiko Jatuh
Persentase ketidaktepatan waktu visite pasien RWI
Persentase Pelaksanaan Evaluasi Clinical Pathway
Angka Kejadian Pasien Jatuh
Persentase kepatuhan penggunaan obat Fornas oleh DPJP utnuk
Pencapaian BOR kamar perawatan / hari (sesuai jumlah bed
presentase Ketepatan pelaporan pasien safety
Persentase penerapan manajemen nyeri pada pasien RWI
8. Perawatan Obsgyn Persentase kelengkapan asesmen awal medis pada pasien
Persentase Pengisian formulir CPPT yang lengkap dan sesuai
Persentase Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien
Persentase Komunikasi Efektif Perawat dengan CaBaK
Persentase Kepatuhan Cuci Tangan Perawat
Persentase Penerapan Manajemen Risiko Jatuh
Persentase ketidaktepatan waktu visite pasien RWI
Persentase Pelaksanaan
Angka Kejadian Evaluasi Clinical Pathway
Pasien Jatuh
Persentase kepatuhan penggunaan obat Fornas oleh DPJP
utnuk pasien JKN
Pencapaian BOR kamar perawatan / hari (sesuai jumlah bed
presentase Ketepatan pelaporan pasien
pasien safety
Pers
Persen
enta
tase
se ener
enera
a an mana
mana emen
emen n er
erii ad
ada
a as
asie
ien
n
10. Laboratorium Angka kejadian salah input hasil lab
Kepatuhan identifikasi
Kepatuhan cuci tangan 5 moment dan 6 langkah cuci tangan
Respontime pelaporan nilai kritis
Angka kejadian kesalahan dalam proses pelayanan darah
Persentase pengisian indikasi medis pada formulir pemeriksaan
ketepatan waktu pelaporan insiden pasien safety
Angka kejadian ketidaktersediaan darah untuk tranfusi ...... (60
11. Radiologi Presentase kepatuhan 6 langkah cuci tangan dan 5 momen
Presentase kepatuhan identifikasi
Presentase kecepatan pembacaan dan experetise hasil
pemeriksaan FOTO RO
presentase kepatuhan pengisian indikasi
indikasi medis pada formulir
pemeriksaan penunjang
Utilisasi CT Scan
12. Farmasi Persentase jumlah resep RWJ yang dapat dikaji oleh Apoteker
Persentase jumlah resep RWI yang dapat dikaji oleh Apoteker
Persentase jumlah pasien baru yang divisite Apoteker
Persentase obat formularium RS yang dibeli di luar
Persentase kepatuhan
Angka kesalahan identifikasi
informasi
Angka kesalahan input pada pendaftaran/admission
Persentase komplain pasien yang tidak dapat diatasi oleh CS
Presentase ketepatan pelaporan pasien safety
Respon time terhadap komplain
Kelengkapan dan kesesuaian pengisian formulir general
16. Marketing Persentase kepatuhan cuci tangan petugas (6 langkah cuci
tangan dan 5 momen)
HD dokter
17. Gizi Kepatuhan cuci tangan
Ke atuhan
atuhan id
ident
entifi
ifikas
kasii
Persentase keTIDAKpatuhan petugas menggunakan APD
Persentase kepatuhan pengisian suhu kulkas
Persentase kepatuhan pengisian kelembapan ruangan
Pelaporan kejadian pasien safety
18 Kasir Pe
Pers
rsen
enta
tase
se ke atuh
atuhan
an cuci
cuci tan
tan an etu
etu as (6 lan
lan kah
kah cuci
cuci
Angka kesalahan input pada transaksi rawat jalan
Angka keterlambatan pelayanan kasir pada transaksi
Persentase kepatuhan cuci tangan petugas (6 langkah cuci
Angka Komplain pelanggan terhadap pelayanan bagian
19 Laundry Kepatuhan cuci tangan
Persentase keTIDAKpatuhan petugas menggunakan APD
Presentase kejadian linen yang dikembalikan oleh user
20 CSSU Persentase kepatuhan cuci tangan petugas
Kelengkapan catatan dekontaminasi
Persentase indikator internal (sterigade) yang reject
21 Medical Record Kepatuhan Cuci Tangan
Persentase kejadian keterlambatan pengiriman BRM
Persentase Pengisian Formulir Resume Medis
pelaporan pasien safety
22 IPSRS Persentase kepatuhan cuci tangan petugas (6 langkah cuci
Angka keterlambatan
keterlambatan perbaikan alat umum
Persentase pemeliharaan alat umum / AC (servis rutin per
Persentase alarm kebakaran yang tidak berfungsi
Angka komplain terhadap ketersediaan air bersih
BAB V
KEBIJAKAN
BAB VI
PENGORGANISASIAN
A. STRUKTUR ORGANISASI
Memperhatikan bahwa mutu dan keselamatan pasien merupakan hal yang sangat
penting, maka diperlukan adanya suatu bagian yang dapat mengkoordinir dan
mengelola secara intens terkait program mutu dan keselamatan pasien di Rumah
Sakit Hermina Palembang.
Bagan 3
Struktur Organisasi Rumah Sakit Hermina Palembang
Bidang Mutu dan Akreditasi adalah jajaran stuktural di bawah Direktur serta
bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit Hermina Palembang, yang
bertugas agar
a gar tujuan
tujua n pengawasan mutu di rumah
r umah sakit berjalan
be rjalan de
dengan
ngan baik.
Direktur dalam hal ini dibantu oleh seorang manajer, yakni manager mutu dan
akreditasi yang membantu tugasnya dalam pengelolaan seluruh mutu pelayanan
dan akreditasi yang dilaksanakan di rumah sakit yang juga mencakup akreditasi
rumah sakit dan mutu rumah sakit. Bidang Mutu dan Akreditasi terdiri dari Manajer
Mutu dan Akreditasi, Urusan Mutu & Risiko dan Urusan Akreditasi, yang akan
bekerja sama dengan semua unit kerja di rumah sakit. Dalam pelaksanaan kegiatan
mutu unit kerja/bidang/bagian, Bidang Mutu mendapatkan laporan dari PJ. Mutu
Unit. PJ. Mutu Unir / Para Champion bertugas mengumpulkan data di unit kerjanya
masing – masing.
masing.
RS HERMINA PALEMBANG
DIREKTUR
RS HERMINA PALEMBANG
BIDANG
MUTU & AKREDITASI
(MANAGER)
RUMAH SAKIT
BUNDA PALEMBANG
Jl. Demang
Lebar Daun No. 70
Palembang
Telp. (0711)
311866-312866
perumahsa
perumahsakitan
misi, mottokitan sesuai
dan tujuan dengan visi,
RS Hermina
Tangkubanprahu.
2. Menjabarkan dan
2. Terlaksana
manajemen
manajem koordinasi
en risiko kegiatan program
(klinis dan
manajemen)
3. Terlaksananya komunikasi yang efektif
terkait masalah – masalah mutu secara
rutin kepada semua di Rumah Sakit
4. Terlaksananya pengumpulan data dan
pengelolaan data dan menjaga
keabsahan data
5. Menjamin kelengkapan sarana untuk
pengumpulan data
6 URAIAN TUGAS : 1. Membantu unit dalam
penyusunan
program PMKP
PMKP di unit kerja.
2. Melakukan monitoring/survey
terkait penerapan program PMKP di
Unit Kerja dan Program Manajemen
Risiko di Unit Kerja.
3. Melakukan
Melakuka n koordinasi dengan pimpinan
perbaikan, pengukuran
pengukuran mutu/indik
mutu/indikator
ator
mutu, dan turut memberikan saran
tindaklanjuti atas hasil capaian
indikator.
4. Melakuka
Melakukan n koordinasi dengan pipimpinan
mpinan
unit pelayanan dalam melakukan
pemilihan risiko unit
unit yang ada di unit
unit
kerja.
5. Membantu manager Mutu dan
Akreditasi dalam koordinasi pemilihan
prioritas program di tingkat unit kerja
6. Membantu dalam menyusun profil
indikator mutu unit, metode analisis,
dan validasi data dari data indicator
mutu yang dikumpulkan dari seluruh
unit kerja di rumah sakit.
7. Membantu menyusun formulir untuk
mengumpulkan data
8. Menjalin komunikasi yang baik dengan
semua pihak terkait serta menyampaikan
masalah terkait pelaksanaan program
mutu dan keselamatan pasien.
9. Melakukan koordinasi kegiatan
pendidikan dan pelatihan PM PMKP
KP yang
telah disusun oleh Manager Mutu &
Akreditasi dengan Urusan Diklat RS
10. Mengkomunikasikan masalah –
masalah – masalah
masalah
mutu secara rutin kepada semua
pimpinan di unit kerja
kerja dan PJ. Mu
Mutu tu
Unit Kerja.
11. Melaksanakan pengelolaan
pengendalian risiko meliputi
identifikasi, analisa, penanganan resiko,
implementasi
implemen tasi dan monitoring.
12. Menyelenggarakan dan melaksanakan
kegiatan administrasi urusan mutu.
13. Melakukan
Melakukan telusur/ supervisi sistem
manajemen data mutu di Unit kerja
14. Melakukan pengolahan data hasil
survey.
15. Melakuka
Melakukan n verifikasi data indikator
mutu RS sesuai dengan yang ditetapkan
dalam kebijakan pengelolaan PMKP.
16. Melakukan validasi data indikator mutu
area klinis sesuai dengan yang
ditetapkan dalam kebijakan pengelolaan
PMKP.
7. WEWENANG : Melaksanakan kegiatan program pengendalian
mutu klinis dan mutu manajemen termasuk
pengelolaan
pengelo laan ris
risiko
iko di RS
8. PERSYARATAN
JABATAN : D3 Perumahsakitan
Perumahsakit an
a. Pendidikan Formal : 1. Diklat PMKP
b. Pendidikan Non Formal 2. Diklat Manajemen Risiko
3. Diklat Manajemen
Manajemen Data dan Statistik
c. Masa Kerja 4. Diklat Komunikasi Efektif
d. Pengalaman Jabatan : 2 Tahun di RS Hermina
e. Persyaratan Lain : Per
Pernah
nah menjabat staf/pela
staf/pelaksana
ksana Mutu
: 1. Memenuhi kompetensi sebagai
Penanggung Jawab Urusan
2. Mampu Mengaplikasikan Ms. Excel
RS.
6. Menjadwalkan dan memfasilitasi kegiatan
telaah & sosialisasi SPO yang dilakukan
oleh Bidang/Bagian
Bidang/Bagian/Unit
/Unit Kerja.
7. Membuat update data base SPO yang ada di
RS.
8. Menyelenggar
Menyelenggarakanakan dan melaksanakan
kegiatan administrasi urusan mutu.
9. Memfasilitasi kegiatan self assessment yang
dilakukan oleh koordinator dan pokja serta
unit terkait.
10. Membuat laporan kegiatan self
kegiatan self assessment
assessment
7. WEWENANG : 1. Terlaksan
Terlaksananya
anya program akreditasi untuk
BAB medis, Keperawatan dan Manajemen
serta pengelolaan kegiatan akreditasi sampai
selesai survei.
2. Pemberdayaan sumber daya manusia,
fasilitas, material dan sistem prosedur di
Urusan Akreditasi
8. PERSYARATAN
JABATAN
a. Pendidikan
b. Pendidikan Formal
Non :: D3
1. Perumahsakitan
Perumahsakit
Diklat PMKPan
Formal 2. Diklat Manajemen Risiko
3. Diklat Manajemen Data dan Statistik
4. Diklat Komunikasi Efektif
c. Masa Kerja : 1 Tahun di RS Hermina
d. Pengalaman Jabatan : Pernah menjabat staf/pelaks
staf/pelaksana
ana Mutu
e. Persyaratan Lain : 1. Memenuhi kompetensi sebagai Penanggung
Jawab Urusan
2. Mampu Mengaplikasikan Ms. Excel
6. viaMelakukan
via google
google sheetpenginputan
dengandata menggunakan
secara harian
password masing – masing instalasi/unit
kerja.
7. Memastikan penginputan data pada setiap
sheet telah terisi lengkap dan benar.
8. Melakukan
Melakukan printout
printout Laporan Eksekutif SMP
Unit/Indikator Mutu Unit beserta analisa dari
indikator yang tidak tercapai yang telah
dibuat oleh Pimpinan di Unit Kerja.
9. Memberika
Memberikan n laporan indikator mutu kepada
Urusan Mutu dan Risiko yang telah
diverifikasi oleh Atasan Langsung, Manager
Bidang/Bagian dan Wakil Direktur setiap
tanggal 5 di bulan berjalan.
7. WEWENANG : 1. Mengkoordinasikan kegiatan pengumpulan
Mengkoordinasikan
dan pelaporan data.
2. Memberikan masukan/usulan kepada atasan
langsung terkait kegiatan peningkatan mutu
dan keselamatan pasien.
8. PERSYARATAN
JABATAN
a. Pendidikan Formal : D3 Kesehatan
b. Pendidikan Non : 1. Diklat PMKP
Formal 2. Diklat Manajemen Data dan Statistik
3. Diklat PPI
c. Masa Kerja : 1 Tahun di RS Hermina
d. Pengalam
Pengalamanan Jabatan : 1. Pernah menjadi PJ. di Unit Kerja
e. Persyaratan Lain : 2. Menjalani Sumpah untuk menjaga rahasia
medis
b. Eksternal : -
4. TUGAS POKOK : Melaksanakan program dan mengawasi kegiatan
Akreditasi RS meliputi kesiapan dokumen dan
implementasi,
implemen tasi, bimbingan serta survei akreditasi
5. TANGGUNG JAWAB : 1. Terlaksananya program PMKP di Unit
Kerja
2. Terlaksananya pengumpulan,
pengdokumentasian
pengdokume ntasian data M
Mutu
utu Unit Kerja
7. kerja.
Memastikan penginputan data pada setiap
sheet telah terisi lengkap dan benar.
8. Melakukan
Melakukan printou
printoutt Laporan Eksekutif SMP
Unit/Indikator Mutu Unit beserta analisa dari
indikator yang tidak tercapai yang telah
dibuat oleh Pimpinan di Unit Kerja.
9. Memberikan laporan indikator mutu kepada
Urusan Mutu dan Risiko yang telah
Keterangan
Komite Medik
Bidang Mutu dan Akreditasi menyiapkan data penilaian kinerja DPJP/Staf
Medis yang terkait aspek penilaiannya berkaitan dengan indikator mutu RS,
antara lain :
- Data ketidaklengkapan Pengisian BRM
- Data keterlambatan DPJP dalam melakukan visite di RWI
- Data keterlambatan DPJP dalam memenuhi jadwal praktek di RWJ
- Data kejadian Insiden keselamatan pasien yang terkait dengan DPJP
- Data Pelaporan dugaan pelanggaran/dilema etik
a. Bidang Mutu dan Akreditasi berkoordinasi dengan Komite Medik
membuat rencana pelatihan/diklat :
- Manajemen Data, Analisa Data, Diklat PMKP untuk Tim Komite Medik
dan KSM
- Diklat Tata Cara pengisian clinical pathway, pembuatan RCA, serta
Management Risiko Medis dan handling complain jika terjadi kasus
gugatan hukum yang terkait dengan aspek medis bagi staf medis.
2. KOMITE KEPERAWATAN
a. Bidang Mutu berkoordinasi dengan Staf Mutu Komite Keperawatan
memantau :
- Kepatuhan kelengkapan pengisian BRM terkait pengisian asuhan
keperawatan dan formulir lainnya yang harus diisi oleh tenaga
keperawatan.
- Kepatuhan pelaksanaan ISKP di lapangan.
- Tindaklanjut terkait pelanggaran disiplin SPO khususnya ISKP.
b. Bidang Mutu dan Akreditasi menyiapkan data penilaian kinerja Staf
Keperawatan yang terkait aspek penilaiannya berkaitan dengan indikator
mutu RS, antara lain :
- Data ketidaklengkapan Pengisian BRM
- Data kejadian Insiden keselamatan pasien yang terkait dengan
Keperawatan
3. SEKRETARIS RS
Bidang Mutu berkoordinasi dengan sekretaris rumah sakit dalam hal
penjadwalan rapat, khususnya jika ada jadwal rapat di luar jadwal rutin
yang dipimpin langsung oleh Direktur / Direksi RS.
Bidang mutu berkoordinasi dengan sekretaris rumah sakit dalam
melakukan penjadwalan kegiatan SA Dokumen Akreditasi setiap 6 bulan
yang dipimpin oleh Direktur RS, Koordinator Pokja, dengan Fasilitator
bidang mutu.
Bidang Mutu berkoordinasi dengan sekretaris rumah sakit dalam hal
pengelolaan dokumen penting di RS (PKS, Perijinan, dan Regulasi
lainnya). Update data base dokumen penting di RS (PKS, Perijinan dan
4. IT RS
Bidang mutu berkoordinasi dengan IT RS dalam hal pengajuan
claim BPJS dan tatalaksana pasien BPJS yang tidak sesuai dengan regulasi
yang berlaku, khususnya yang terkait dengan penerapan kepatuhan clinical
pathway.
6. TIM PKRS
Bidang Mutu berkoordinasi dengan dengan Tim PKRS dalam
mempublikasikan hasil pencapaian indicator mutu di lingkungan rumah
sakit.
7. TIM REGULASI
Manager mutu merupakan anggota dari Tim Regulasi RS.
Tim Regulasi melakukan koreksi pada setiap Kebijakan dan SPO baru
yang diajukan dari unit sebelum diajukan ke Direktur untuk kemudian
disosialisasikan oleh unit terkait.
Tim Regulasi melakukan telaah setiap SPO baru yang diajukan dari unit
sebelum diajukan ke Direktur untuk kemudian disosialisasikan oleh unit
terkait.
Tim Regulasi RS berkoordinasi dengan SPI secara berkala melakukan
dalam hal update data base regulasi yang ada di Unit Kerja.
Tim Regulasi melakukan riview dan evaluasi regulasi yang ada secara
berkala, untuk kemudian diajukan penetapan ulang atau revisi oleh
Direktur RS berdasarkan hasil telaah Tim Regulasi.
Tim Regulasi melakukan riview dan evaluasi visi dan misi RS, untuk
kemudian diajukan penetapan ulang atau revisi oleh Direktur RS
berdasarkan hasil telaah tim Regulasi.
Kebijakan yang telah ditetapkan, berkas asli disimpan di Sekretaris rumah
sakit, sedangkan SPO berkas asli disimpan di Bidang Mutu RS. Kebijakan
8. TIM PPI
Bidang Mutu dan Ketua Tim PPI adalah orang yang berbeda.
RS.
Bidang Mutu bekerja sama dengan Tim PPI menyusun risiko HAIS
eksternal/ SISMADAK.
BAB VII
KEGIATAN
Desain Sistem Mutu dan Keselamatan Pasien adalah kegiatan yang harus dilakukan
berkaitan dengan peningkatan mutu
mutu dan keselamatan pasien.
sumber daya termasuk sumber daya tenaga yang cukup agar berjalan efektif
10. Direktur rumah sakit menetapkan suatu struktur dan proses untuk memantau
dan melakukan koordinasi menyeluruh terhadap program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien. Koordinasi ini mendukung pendekatan sistem untuk
pemantauan kualitas dan aktivitas perbaikan sehingga mengurangi duplikasi
upaya peningkatan mutu
11. Direktur rumah sakit bertanggung jawab memberikan laporan pelaksanaan
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien kepada pemilik atau
representasi pemilik sesuai dengan regulasi rumah sakit sebagai berikut :
a) Setiap tugas bulan yang meliputi capaian dan analisis indikator mutu area
klinis, area manajemen, sasaran keselamatan pasien, capaian
implementasi panduan praktek klinis dan alur klinis serta penerapan
sasaran keselamatan pasien
b) Setiap 6 (enam) bulan direktur rumah sakit melaporkan penerapan
keselamatan pasien kepada representasi pemilik, antara lain mencakup :
1. Jumlah dan jenis kejadian tidak diharapkan/ insiden keselamatan pasien
serta analisis akar masalahnya;
2. Apakah pasien dan keluarga telah mendapatkan informasi tentang
kejadian tersebut;
3. Tindakan yang telah diambil untuk meningkatkan keselamatan pasien
sebagai respon terhadap kejadian tersebut;
4. Apakah tindakan perbaikan tersebut dipertahankan
Khusus untuk kejadian sentinel, Direktur rumah sakit wajib melaporkan
kejadian kepada pemilik dan representasi pemilik paling lambat 2 x 24
jam setelah kejadian dan melaporkan ulang hasil analisis akar masalah
setelah 45 hari
12. Representasi pemilik mengkaji dan merespon laporan program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien, khususnya terkait dengan capaian indikator
yang masih rendah
13. Direktur rumah sakit menetapkan komunikasi dan informasi terkait program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara berkala kepada staf
merupakan hal yang penting. Alur komunikasi mutu dilakukan melalui jalur
yang efektif, seperti bulletin, poster, pertemuan staf dan proses sumber daya
manusia. Informasi yang diberikan antara lain berupa program yang baru
kerjanya.
e) Melakukan pengumpulan data indikator mutu di Unit Kerja yang masuk
ke dalam laporan indikator mutu unit kerja.
f) Melakukan penginputan data secara harian via google sheet dengan
menggunakan password
menggunakan password masing
masing –
– masing
masing instalasi/unit kerja.
g) Memastikan penginputan data pada setiap sheet telah terisi lengkap dan
benar.
h) Melakukan printout Laporan Eksekutif SMP Unit beserta analisa dari
indikator yang tidak tercapai yang telah dibuat oleh Pimpinan di Unit
Kerja.
i) Memberikan laporan indikator mutu kepada Staf Bidang Mutu dan
Akreditasi yang telah diverifikasi oleh Atasan Langsung, Manager
Bidang/Bagian dan Wakil Direktur setiap tanggal 5 di bulan berjalan.
3. Personil di Bidang Mutu dan Akreditasi dan PJ. Mutu Unit yang mengelola
mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit diberikan pelatihan yang terkait
dengan uraian tugasnya.
4. Direktur rumah sakit memastikan bahwa Bidang Mutu dan Akreditasi sebagai
pengelola kegiatan Mutu di RS telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan
uraian tugasnya.
5. Direktur rumah sakit menetapkam pedoman PMKP yang sesuai dengan
referensi terkini yang dipergunakan untuk meningkatkan mutu asuhan klinis
dan proses kegiatan manajemen lebih baik.
Penyusunan Pedoman PMKP dibuat dengan memperhatikan :
- Literatur ilmiah dan informasi lainnya yang dapat dipergunakan untuk
mendukung asuhan praktek terkini, misalnya PNPK dan internasional
clinical guidelines
- Literatur ilmiah dan informasi lainnya yang dapat dipergunakan untuk
mendukung terselenggaranya manajemen yang baik
- Informasi lainnya sesuai dengan kebutuhan rumah sakit, misalnya data
indikator mutu di tingkat nasional dan internasional.
- Peraturan perundangan – undangan terkait dengan mutu dan keselamatan
pasien di rumah sakit termasuk pedoman – pedoman yang dikeluarkan
pemerintah.
6. Direktur rumah sakit menetapkan regulasi sistem manajemen data program
PMKP dan menyediakan teknologi serta dukungan lainnya untuk
mendukung sistem manajemen data pengukuran mutu terintergrasi sesuai
dengan perkembangan teknologi informasi.
Direktur rumah sakit menyediakan bantuan teknologi berupa fasilitas
Komputer, laptop, jaringan internet dan aplikasi/sistem manajemen mutu
untuk mendukung sistem manajemen data pengukuran mutu terintergrasi
sesuai dengan perkembangan teknologi informasi
7. Direktur rumah sakit bersama-sama dengan Wakil DIirektur dan para
manager di rumah sakit merumuskan program pelatihan PMKP untuk
pimpinan rumah sakit serta seluruh staf yang terlibat dalam pengumpulan,
analisis dan validasi data yang diberikan oleh narasumber yang kompeten.
a. Direktur rumah sakit menunjuk dan mengangkat narasumber program
diklat PMKP yang kompeten, ditetapkan dengan SK Dir tentang Tim
Pengajar PMKP
b. Seluruh personil yang terlibat dalam pengelolaan data mutu dan
keselamatan pasien dijadwalkan dan dipastikan mengikuti program
diklat yang telah dibuat.
manager dan pimpinan unit kerja memilih dan menetapkan indikator mutu
yang dipergunakan untuk mengukur mutu unit kerja.
2. Bidang Mutu dan Akreditasi rumah sakit melakukan koordinasi dan
mengorganisasi
mengorganisasi pemilihan indikator
i ndikator mutu unit kerja, sehingga indikator yang
dipilih tersebut valid, reliable, sensitive, dan spesifik, serta memperhatikan
dimensi mutu (effective, efficient, accessible, accepted, equity & safe).
3. Pimpinan di unit kerja harus terlibat langsung dalam pemilihan dan
penetapan yang ingin di ukur di unit kerja. Indikator mutu unit kerja dapat
menggunakan indikator yang tercantum dalam standar pelayanan minimal.
Indikator mutu di unit pelayanan dapat meliputi indikator area klinis,
indikator mutu area manajemen, indikator mutu penerapan sasaran
keselamatan pasien, dan indikator mutu unit kerja (non-pelayanan), minimal
indikator area manajemen.
4. Dalam pemilihan dan pengawasan penilaian secara spesifik terhadap unit
pelayanan, Kepala Unit/Kepala Instalasi/Kepala Pelayanan harus
memperhatikan hal berikut :
a) Penilaian rumah sakit secara menyeluruh dan perbaikan proses yang
ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit yang terkait secara spesifik
dengan unit kerja/unit pelayanan mereka (prioritas pengukuran mutu
pelayanan klinis di rumah sakit, indikator mutu yang dipergunakan untuk
untuk
mengukur mutu di prioritas pengukuran mutu rumah sakit, sumber data
pasti dari unit, dan menjadi indikator mutu unit)
unit)
b) Penilaian yang terkait dengan prioritas di unit kerja/unit pelayanan
secara spesifik untuk mengurangi variasi, meningkatkan keselamatan
dan untuk tindakan/tata laksana berisiko tinggi, meningkatkan
kepuasan pasien, dan meningkatkan efesiensi (fokus mengukur hal – ha
ha
yang ingin diperbaiki)
c) Penilaian spesifik di unit pelayanan ini juga diharapkan dapat
dipergunakan untuk melakukan evaluasi praktik professional
berkelanjutan dari para professional pemberi asuha/PPA (melakukan
koordinasi dengan komite medis bila evaluasi penerapan panduan praktek
klinis dan evaluasi kinerja dokter menggunakan indikator mutu).
e. Analisis Data
Analisis data dilakukan agar dapat menyediakan informasi yang berguna
untuk mengindentifikasi kebutuhan pasien
Kegiatan Pokok :
1. Data digabungkan, dianalisis, dan diubah menjadi informasi yang
berguna untuk mencapai
mencapai simpulan dan membuat keputusan.
2. Data dianalisis oleh Manager mutu dengan melibatkan Para Pimpinan
Klinis dan Pimpinan Manajemen, Komite Medis dan Komite
Keperawatan.
3. Dalam menganalisis data, personil Bidang Mutu dan Akreditasi harus
memahami manajemen informasi, mempunyai keterampilan dalam
pengumpulan data, dan mengetahui cara menggunakan alat statistik
sederhana dilibatkan. Begitupula dengan pimpinan lainnya yang terlibat
dalam proses analisis data.
4. Hasil dari analisis data dilaporkan kepada Direktur dan diberikan
kembali feedbcaknya kepada pimpinan yang bertanggung jawab akan
proses atau hasil yang diukur dan mampu menindaklanjuti untuk
memperbaiki / meningkatkan proses klinis serta manajerial.
5. Data dibandingkan sesuai dengan tujuan analisis data. Perbandingan
tersebut membantu rumah sakit dalam memahami perubahan dan
p
pee n ye b a b p e r u b a h a n ya n g t i d a k d i i n g i n k a n s e r t a m e m b a n t u
memfokuskan upaya perbaikan.
Data dibandingkan dalam empat hal :
1) Dengan rumah sakit tersebut sendiri dari waktu ke waktu,
misalnya dari bulan ke bulan atau dari tahun ke tahun.
2) Dengan rumah sakit sejenis seperti melalui database referensi.
3) Dengan standar-standar seperti yang ditentukan oleh badan
akreditasi atau organisasi professional ataupun standar-standar
yang ditentukan oleh Undang-Undang atau peraturan.
4) Dengan praktik-Praktik Yang Diinginkan Yang Dalam Literature
Digolongkan sebagai best practice (praktik terbaik) atau better
practice (praktik yang lebih baik) atau practice guidelines
(panduan praktik klinis).
6. Manager Mutu & Akreditasi menyusun regulasi analisis data, meliputi
penggunaan statistic dalam melakukan analisis data dan mengajukan
kepada Direktur Rumah Sakit.
7. Analisis data dilakukan bulan, dan setiap triwulan dengan menggunakan
metode PDSA (jika tidak tercapai sekurang - kurangnya 3x pengukuran)
disertakan grafik untuk menggambarkan pencapainnya.
8. Data yang dianalisis adalah semua data yang terkai dengan pencapaian
program PMKP yang menjadi prioritas untuk diukur dan berdampak
terhadap peningkatan mutu serta efisiensi biaya pertahun
9. Bidang Mutu dan Akreditasi dengan manager pelayanan medis
melakukan koordinasi dengan Komite Medik terkait dengan audit medis,
bagian keuangan rumah sakit, dan teknologi informasi rumah sakit
khususnya untuk billing system sehingga dapat diketahui telah terjadi
kendali biaya.
10. Direktur rumah sakit mengukur keberhasilan program PMKP prioritas
melalui :
a) Pengukuran capaian-capaian indikator area klinis dan area
manajemen
b) P
Pengukuran
engukuran kepatuhan penerapan sasaran keselamatan pasien
c) Pengukuran kepatuhan pelaksanaan PPK-CP sehingga
se hingga mengurangi
variasi dalam pemberian pelayanan
f. Validasi Data
1. Direktur Rumah sakit menetapkan regulasi validasi data indikator area
klinis yang baru atau mengalami perubahan dan data yang akan
dipublikasikan dan melakukan perbaikan berdasarkan hasil validasi data
2. Validasi dilakukan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan baik
dan valid. Validasi data dilakukan setiap triwulan, dengan penanggung
jawab adalah Manager Mutu & Akreditasi.
3. Regulasi validasi data yang ditetapkan rumah sakit meliputi :
a) Merupakan pengukuran area klinis baru
b) Bila ada perubahan sistem pencatatan pasien dari manual ke elektronik
sehingga sumber data berubah
c) Bila data dipublikasi ke masyarakat baik melalui website rumah sakit
atau media lain
d) Bila ada perubahan pengukuran
e) Bila ada perubahan data pengukuran tanpa diketahui sebabnya
f) Bila ada perubahan subjek data seperti perubahan umur rata-rata
pasien, protocol riset diubah, panduan praktik kli
klinis
nis baru diberlakukan,
serta terdapat teknologi dan metodologi pengobatan baru
g) Proses validasi data mencakup berikut, namun tidak terbatas sebagai
berikut:
h) Mengumpulkan ulang data oleh orang kedua yang tidak terlibat dalam
proses pengumpulan data sebelumnya
sebelumnya (data asli)
i) Menggunakan sampel tercatat, kasus, dan data lainnya yang sahih
secara statistic. Sampel 100% hanya dibutuhkan jika jumlah
pencatatan, kasus, atau data lainnya sangat kecil jumlahnya
j) Membandingkan data asli dengan data yang dikunpulkan ulang
6. MANAJEMEN RISIKO
1. Direktur rumah sakit bersama – sama dengan Manager Mutu dan Para
Manager lainnya menyusun program penatalaksanaan manajemen risiko,
membuat strategi untuk mengurangi risiko dan melakukan FMEA setahun
sekali pada proses yang berisiko tinggi dan diprioritaskan
2. Tata laksana manajemen risiko yang dilakukan di Rumah Sakit Hermina
Palembang dengan mengatur :
1) Identifikasi Risiko
- Identifikasi risiko adalah proses menemukan, mengenal dan
mendeskripsikan risiko. Proses identifikasi di rumah sakit melalui
pendekatan proaktif dan reaktif.
Keterangan :
Root Cause Analysis / RCA
Adalah sebuah alat kerja yang sangat berguna untuk mencari akar masalah dari
suatu insiden yang telah terjadi.
Pendekatan RCA yang diterapkan di Rumah Sakit Hermina PALEMBANG
menggunakan RCA systems-based, yakni pendekatan gabungan yang
merangkul pendekatan-pendekatan RCA yang lain (satefy-based, production-
based, process-based,
process -based, failure-based),
failure -based), dengan konsep-konsep
konsep- konsep yang diadaptas
diadaptasii
dari berbagai sudut pandang, seperti change management, risk management
dan systems analysis.
Prinsipnya, yaitu menelaah sedalam-dalamnya hingga ditemukan akar dari suatu
masalah yang terjadi. RCA dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai tools,
seperti analisa 5 Whys, Fishbone (Ishikawa) diagram, diagram sebab-akibat,
Pareto Chart, dan sebagainya.
FMEA
Failure Mode and Effect Analysis adalah salah satu tool lean yang merupakan
metode sistematik untuk mengidentifikasi
mengidentifikasi dan mencegah terjadiny
terjadinyaa masalah
dalam aktifitas (produksi atau pelayanan).
Aktifitas utama dalam melakukan FMEA di rumah sakit antara lain:
RUMAH SAKIT
BUNDA PALEMBANG
Jl. Demang
Lebar Daun No. 70
Palembang
Telp. (0711)
311866-312866
Tahapan FMEA:
1. Identifikasi mode-mode kegagalan potensial selama proses / failure
mode.
2. Identifikasi akibat kegagalan yang dialami pelanggan / failure mode.
3. Tentukan nilai “severity”
“severity”
Severity adalah langkah pertama untuk menganalisa risiko yaitu
menghitung seberapa besar dampak/intensitas kejadian mempengaruhi
output proses.
4. Identifikasi penyebab-penyebab dari kegagalan / causes.
5. Tentukan nilai “occurance”.
“occurance”.
Occurrence adalah kemungkinan bahwa penyebab tersebut akan terjadi
dan menghasilkan bentuk kegagalan selama masa penggunaan produk.
Occurrence menunjukkan nilai keseringan suatu masalah yang terjadi
karena potential cause.
6. Identifikasi pengendalian proses “detection” dan “prevention” / current
process control.
7. Tentukan nilai “detection”
“detection”
Detection merupakan alat control yang digunakan untuk mendeteksi
potential cause. Identifikasi metode-metode yang diterapkan untuk
mencegah atau mendeteksi penyebab dari mode kegagalan.
8. Hitung nilai RPN untuk menentukan prioritas tindakan yang harus
diambil.
HVA
(Hazard Vulnerability Analysis) adalah suatu identifikasi bahaya dan
efek langsung dan tidak langsung bahaya tersebut terhadap rumah sakit.
Bahaya sebenarnya dianalisis dalam konteks populasi berisiko untuk
menentukan kerentanan terhadap setiap bahaya tertentu.
Monev dilakukan oleh Tim K3RS yang berkoordinasi dengan Bidang
Mutu RS.
ICRA
(Infection Control Risk Asesment) adalah proses pengurangan risiko
dari infeksi melalui tahapan perencanaan fasilitas, desain, renovasi,
dan pemeliharaan fasilitas melaui pengetahuan tentang infeksi, agen
infeksi, dan lingkungan untuk mengantisipasi dampak potensial.
Monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan oleh Tim PPI yang
berkoo
ber koordin
rdin asi dengan
den gan Bidang
Bid ang Mutu
Mut u RS.
RS .
7. MANAJEMEN KONTRAK
1. Guna memastikan bahwa pelayanan dapat memenuhi kebutuhan pasien, maka
direktur rumah sakit menetapkan manajemen kontrak/perjanjian kerjasama
dengan pihak rekanan/vendor
7. Bidang Mutu melakukan analisisi data, feed back data dan laporan
rekomendasi kepada Direktur berdasarkan hasil evaluasi yang diberikan dari
Para Pimpinan PJ. Kontrak Medis/Manajemen.
8. Direktur rumah sakit menetapkan pelayanan yang diberikan oleh dokter
praktek mandiri dari luar rumah sakit saat ini hanya untuk Pelayanan
Hemodialisa.
9. Mutu pelayanan yang diberikan oleh dokter praktek mandiri dipantau
sebagai bagian dari program peningkatan mutu rumah sakit, dengan
penanggung jawab utama adalah manager
manager pelayanan medis.
10. Segala pengadaan dan penggunaan sumber daya harus mempertimbangkan
mutu dan keselamatan.
c. Tingkat Khusus Bidang Mutu & Akreditasi dan PJ. Mutu Unit
Materi yang diberikan berupa materi diklat lanjutan PMKP
dengan ditambahkan Tata Cara Survey, Pengumpulan data dan
Program Excel/SPSS (Statistik lanjutan)
Penyelenggaraan diklat dilakukan di RS (Internal) dan luar RS
(Eksternal), fasilitator dan pengelolaan tetap dilakukan oleh
Urusan Diklat. Untuk diklat yang diselenggarakan secara
internal tetap diberikan oleh Tim Pengajar PMKP yang
ditetapkan oleh SK. Direktur RS Hermina PALEMBANG.
Untuk diklat eksternal, minimal dikirim 1 orang setiap
gelombang, dilakukan secara bertahap.
Kriteria peserta diklat, yakni Manager Mutu, Staf Mutu, dan
PJ. Mutu Unit.
d. Tingkat Pimpinan/Direksi
Materi yang diberikan berupa materi diklat lanjutan tentang
PMKP yakni ditambahkan dengan Workshop PMKP,
Management Strategic Mutu, Balance Score Card.
Penyelenggaraan diklat dilakukan di RS (Internal) dan luar RS
(Eksternal) yang diadakan dari KARS, fasilitator dan
pengelolaan tetap dilakukan oleh Urusan Diklat.
Diklat.
Untuk diklat eksternal, minimal dikirim 1 orang setiap
gelombang, dilakukan secara bertahap.
Kriteria peserta diklat, yakni Direksi (Direktur, Wakil Direktur
Medis dan Wakil Direktur Umum)
7. Staffing
b. Tingkat rumah sakit,
saki t, terdiri
terdir i atas dimensi:
1. Dukungan manajemen terhadap upaya keselamatan pasien,
2. Kerja sama antar unit di rumah sakit,
3. Handsoff /perpindahan
/perpindahan dan transisi pasien.
c. Keluaran, terdiri atas dimensi:
1. Persepsi keseluruhan staf di rumah sakit terkait keselamatan
pasien
2. Frekuensi pelaporan kejadian
13. PERTEMUAN/RAPAT
1. Rapat dilakukan secara terjadwal, baik bulanan, triwulan maupun
pertahun.
2. Jadwal rapat yang telah dibuat diberikan kepada sekretaris untuk
dimasukan ke dalam jadwal rapat dalam 1 tahun.
3. Rapat mutu dipimpin oleh direktur RS.
4. Jenis rapat : Rapat Mutu RS, Rapat Koordinasi dengan Tim KPRS, Tim
PPI, Tim K3RS, Tim Clinical Pathway, Komite Medis, Komite
Keperawatan dan Rapat Koordinasi dengan Bidang/Bagian di Rumah
Sakit, Rapat Bidang Mutu & Akreditasi, Rapat PJ. Mutu.
BAB VIII
METODE
dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh
setiap orang dari setiap bagian di Rumah Sakit Hermina Palembang.
Pale mbang.
Pengertian pengendalian kualitas pelayanan di atas mengacu pada siklus
pengendalian (control cycle) dengan memutar siklus “Plan
“Plan-Do-Check-
-Do-Check-Action”
Action” (P-D-
(P-D-
C-A). Pola P-D-C-A
P-D-C-A ini dikenal sebagai “Siklus Shewart”, karena pertama kali
dikemukakan oleh Walter Shewhart, yang perkembangannya, metodologi analisis P-
D-C-A
D-C- A lebih sering disebut “Siklus Deming”. Konsep ini melakukan perbaikan
secara terus menerus (continous improvement) tanpa berhenti.
Konsep P-D-C-A tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer untuk proses
perbaikan kualitas (quality improvement) secara rerus menerus tanpa berhenti tetapi
meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi.
Ada 6 langkah dalam PDCA.
Peningkatan
Pemecahan masalah
dan peningkatan
Standar
Pemecahan masalah
C dan peningkatan
D
Standar
subyektivitas dan pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang
bersifat emosional. Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan
Follow-up
Corrective
Action
Improvement
Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-C-A hanya dapat berfungsi jika sistem
informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat dijabarkan dalam enam
langkah seperti diperlihatkan dalam Gambar 7;
6.
Mengambil 1. MenentukanTujuan dan
tindakan sasaran
yang tepat 2. Menetapkan Metode
untuk Mencapai tujuan
PLAN
3. Menyelenggara kan
5.Memeriksa Pendidikan dan
latihan
akibat pelaksanaan
4. Melaksanakan
pekerjaan
Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 7di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
pemeriksaan
pemerik saan dapat diabaikan.
diabai kan. Hal yang harus disampaikan
disampa ikan kepada
karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat
dibedakan manakah penyimpangan dan manakah yang bukan
penyimpangan,
penyimpa ngan, maka kebijakan
kebij akan dasar,
dasar , tujuan, metode (standar
(stand ar kerja)
kerja ) dan
pendidikan
pendidik an harus dipahami
dipaha mi dengan jelas baik oleh karyawan
karya wan maupun oleh
manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang
timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari
penyebabnya.
penyebabn ya.
dalam setiap tahapan dari proses. Dimana dalam setiap tahapan proses dapat
dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara kelompok
karyawan dengan manajemen, sebagai tanggung jawab bersama untuk
menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari
suatu proses.
BAB IX
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. PENCATATAN
1. Laporan Indikator Mutu Rumah Sakit dan Indikator Mutu Unit
- Pencatatan data indikator mutu dilakukan pada e- worksheet menggunakan
sistem manajemen data dengan menggunakan google
menggunakan google sheet.
- Penginputan data dilakukan secara harian oleh para PJ. Mutu Unit.
insiden.
B. PELAPORAN
1. LAPORAN BULANAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT
a. Data dari Instalasi / Unit dikumpulkan setiap bulan oleh
Penanggung Jawab /PJ. Mutu di Unit Kerja.
b. Data diverifikasi oleh Kepala Instalasi /Kepala Urusan kemudian
diberikan kepada Manager dan Wakil Direktur terkait untuk
diverifikasi dan disetujui.
c. Data yang telah dilakukan verifikasi dan divalidasi disusun dalam
bentuk laporan bulanan Indikator
Indikator Mutu oleh staf mutu.
d. Laporan bulanan indikator mutu diberikan kepada manager mutu
untuk dilakukan verifikasi ulang untuk kemudian diberikan kepada
direktur rumah sakit untuk disetujui.
PATHWAY
a. Laporan yang telah direkap oleh case manager/MPP dan Manager
Yanmed, kemudian diberikan kepada Komite Medis.
b. Komite Medis membuat dibuat analisa dan rekomendasi
tindaklanjutnya.
c. Laporan yang sudah disertakan analisa dan rekomendasi
tindaklanjut diberikan kepada Direktur untuk disetujui.
d. Feed back dari Direktur Rumah sakit disosialisasikan kembali oleh
manager yanmed dan Ketua Komite Medik di forum pertemuan
lunch meeting , pertemuan KSM dan Komite Medik.
BAB X
EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
A. EVALUASI
Hasil evaluasi dilakukan dan dilaporkan secara :
1 Evaluasi harian, yaitu melalui sensus harian, briefing dan kegiatan morning
meeting dilaporkan oleh Kaur/kaints/Kaperu/Manager.
2 Evaluasi bulanan, yaitu melalui laporan bulanan, dan pembahasan dalam rapat,
dimana resume rapat selalu ditanda tangani oleh Direktur selaku pimpinan
Rapat dan Penanggung Jawab utama Program PMKP RS.
3 Evaluasi triwulan, yaitu melalui laporan bulanan, dan pembahasan dalam rapat,
dimana resume rapat selalu ditanda tangani oleh Direktur selaku pimpinan
Rapat dan Penanggung Jawab utama Program PMKP di RS dan dilaporkan ke
Direktur PT. Medikaloka PALEMBANG. Untuk kemudian ditindaklanjuti
kembali berdasarkan feed back yang didapat dari Direktur PT. Medikaloka
Palembang
4 Evaluasi tahunan, yaitu laporan evaluasi secara global yang dipakai untuk
merumuskan strategi apa yang akan ditempuh untuk tahun berikutnya.
Dirumuskan secara bersama - sama oleh Direksi RS, Para Manager
Bidang/Bagian di RS dalam pembahasan rapat kerja akhir tahun. Kemudian
disusun oleh Manager Mutu & Direktur RS menjadi program PMKP RS.
Program PMKP yang telah disusun diajukan ke Direktur PT. Medikaloka
Palembang untuk disetujui terlebih dahulu sebelum diberlakukan untuk
dijalankan di RS Hermina Palembang.
B. TINDAK LANJUT
1 Tindaklanjut dilakukan sesuai dengan rekomendasi tindaklanjut yang telah
disetujui baik oleh Direktur RS Hermina Palembang dan Direktur PT.
Mediloka Palembang.
2 Setiap akhir tahun Direktur bersama Wakil Direktur dan Manager
Bidang/Bagian di Rumah Sakit mengevaluasi apakah program dimasing-
masing masih harus dilakukan pemantauan, peningkatan mutu atau dijadikan
kegiatan rutin Bagian/Bidang, sehingga mutu pelayanan di Rumah Sakit
Hermina Palembang dapat terus berkembang sesuai dengan pengembangan
pelayanan di rumah sakit.
saki t.
BAB XI
PENUTUPAN
masing bagian /bidang/unit kerja dan seluruh Tim terkait di Rumah Sakit Hermina
Palembang
Ditetapkan di Palembang
Pada tanggal 16 November 2017
DIREKTUR
DAFTAR REFERENSI
1 Undang –
Undang – Undang
Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2 Undang – undang
Undang – undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3 Undang – Undang
Undang – Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4 Undang- Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
5 Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan
6 Peraturan Presiden RI NO 77 thn 2015 Tentang Pedoman Organisasi RS
7 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam
Medis
8 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
9 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 82 thn 2013 tentang Sistem
Informasi Manajemen RS
10 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit
11 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 79 thn 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit
12 Peraturan Menteri KKesehatan
esehatan R
RII No
Nomor
mor 91 thn 2
2015
015 tentang Standar
Transfusi Pelayanan Darah
13 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 24 Thn 2016 tentang Persyaratan
Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit
14 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja
15 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 66 tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
16 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
17 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien
18 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi
Rumah Sakit
19 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survey Kepuasan
Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik
20 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772 Tahun 2002 tentang Pedoman
Peraturan Internal Rumah Sakit ( Hospital Bylaws)
Bylaws)
21 Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
22 Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21 Tahun 2014 Tentang
Registrasi Dokter Dan Dokter Gigi Peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis Dan Dokter Gigi Spesialis
23 Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI Nomor HK.02.03/I/2630/2016 tentang Pedoman Teknis Penilaian
Indikator Kinerja Individu (IKI) Direktur Utama Rumah Sakit/Khusus
dan Kepala Balai di Lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2016
24 Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( Patient Safety ,
Kemenkes RI Edisi 2015
25 Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) ( Patient Safety
Incident Report ),
), KKPRS 2015