Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN COPD

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu: Ns. Alfeus Manuntung, S.Kep., M.Kep

Kelompok III:

Candika (PO.62.20.1.15.)

Eristamiani (PO.62.20.1.15.)

Hariyantoe Maliana (PO.62.20.1.15.)

Indra Wahyudi (PO.62.20.1.15.)

Lila Hidayati (PO.62.20.1.15.130)

Yelia Yuliana (PO.62.20.1.15.)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIV KEPERAWATAN REGULER II

2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................
..................................................................
............................................
............................................
...........................
.....1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................
..................................................................
............................................
..................................
............2
B. Rumusan Masalah ..........................................
.................................................................
.............................................
..............................
........2
C. Tujuan ..........................................
................................................................
............................................
............................................
...........................
.....3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi PPOM..........................................................
.................................................................................
..........................................
...................4
B. Etiologi PPOM..............................................................
....................................................................................
......................................
................9
C. Patofisiologi PPOM ...........................................
.................................................................
............................................
...........................
..... 9
D. Manifestasi Klinis PPOM ..........................................
................................................................
.........................................
...................10
E. Penatalaksanaan PPOM pada Lansia .......................................
.............................................................
...........................
.....11
F. Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan PPOM..........................................
..............................................
....12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................
...................................................................
............................................
......................................
................20
B. Saran ............................................
..................................................................
............................................
............................................
...........................
.....20
DAFTAR PUSTAKA .............................................
...................................................................
............................................
..................................
............21
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Penyakit Paru Obstruktif
Menahun (PPOM)  adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis
kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002).

Penyakit paru-paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan suatu istilah yang


sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan sebutan PPOM adalah: Bronkhitis,
Emifisema paru-paru dan Asma bronkial. Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang
dimulai pada usia 20-30 tahun dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai
 pembentukan sedikit sputum mukoid.
Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada musim
dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai
usia 50-60an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas. Penderita dengan tipe
emfisematosa yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak dalam jangka
 panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul
dispnea yang membuat penderita menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkapnea,
hipoksemia dan kor pulmonale, maka prognosis adalah buruk dan kematian biasanya
terjadi beberapa tahun sesudah timbulnya penyakit. (Price & Wilson, 1994: 695)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan COPD?
2. Apa penyebab COPD?
3. Bagaimana patofisiologi COPD?
4. Bagaimana tanda dan gejala COPD?
5. Bagaimana penatalaksanaan COPD pada lansia?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan COPD?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada lansia dengan masalah pernafasan (PPOM).
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa memahami tentang definisi PPOM.
 b) Mahasiswa memahami penyebab PPOM.
c) Mahasiswa memahami patofisiologi PPOM
d) Mahasiswa memahami tanda dan gejala dari PPOM.
e) Mahasiswa memahami penatalaksanaan PPOM pada lansia.
f) Mahasiswa memahami asuhan keperawatan pada lansia dengan PPOM.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi PPOM
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa
memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran
nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi.
Dalam PPOM, aliran udara ekspirasi mengalami obstruksi yang kronis dan pasien
mengalami kesulitan dalam bernafas. PPOM sesungguhnya merupakan kategori penyakit
 paru-paru yang utama dan penyakit ini terdiri dari beberapa penyakit yang berbeda. Ada
dua contoh penyakit PPOM yang biasa terjadi yaitu penyakit emfisema dan bronchitis
kronis, asma, dan bronkiektasis, dimana penyakit-penyakit tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan pola pernafasan.
E mfi sema
Emfisema terjadi pembesaran ruang udara bronkhioli distal sampai terminalis. Hal
ini menyebabkan kerusakan pada dinding alveolar, sehingga mengakibatkan timbulnya
malfungsi pada pertukaran gas. Pasien dengan emfisema harus bertahan hidup dengan
keadaan penyakit yang irreversible dan mereka akan mengalami perbaikan setelah
mengikuti program rehabilitasi. Ciri khas dari penyakit ini adalah pasien akan mengalami
 periode stabil dan kemudian berangsur-angsur memburuk, yang seringkali terjadi sebagai
akibat dari infeksi pernafasan. Perlu mengawasi dan mengkaji tanda-tanda dan gejala
 penurunan pada pesien, termasuk tanda-tanda meningkatnya produksi sputum,
kekentalan sputum dengan warna berubah kuning menjadi hijau, meningkatnya
kecemasan dan menurunnya toleransi daya kekuatan tubuh terhadap aktivitas yang biasa
dilakukan, serta meningkatnya ronchi dan suara bising pada auskultasi paru-paru.
Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu: inflamasi dan
 pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan; kehilangan rekoil elastik jalan
napas; dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli yang berfungsi. Karena
dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang kontak langsung
dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan peningkatan ruang rugi
(area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat terjadi) dan mengakibatkan
kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen mengakibatkan hipoksemia. Pada
tahap akhir penyakit, eliminasi karbondioksida mengalami kerusakan, mengakibatkan
5. Penatalaksanaan PPOM pada lansia
Penatalaksanaan untuk penderita PPOM usia lanjut, sebagai berikut:
a. Meniadakan faktor etiologik atau presipitasi
 b. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
c. Memberantas infeksi dengan antimikrobia. Apabila tidak ada infeksi anti mikrobia
tidak perlu diberikan.
d. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator (Aminophillin dan
Adrenalin).
e. Pengobatan simtomatik (lihat tanda dan gejala yang muncul)
- Batuk produktif beri obat mukolitik/ekspektoran
- Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler), beri O2
- Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infus
f. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
g. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan, O2 harus diberikan dengan aliran
lambat: 1-2 liter/menit.
h. Mengatur posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah udara yang
terperangkap.
9. Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik relaksasi dan cara-cara untuk
menyimpan energi.
i. Tindakan “Rehabilitasi”:
- Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus.
- Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernafasan
yang paling efektif baginya.
- Latihan, dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmaninya.
- Vocational Suidance: Usaha yang dilakukan terhadap penderita agar sedapat-
dapat kembali mampu mengerjakan pekerjaan semula.
- Pengelolaan Psikososial: terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita
dengan penyakit yang dideritanya (Dharmajo dan Martono, 1999: 385).
6. Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan PPOM

Pengkajian

Pengkajian mencakup pengumpulan informasi tentang gejala-gejala terakhir juga


manifestasi penyakit sebelumnya. Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang bisa
digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan riwayat kesehatan yang jelas dari proses
 penyakit:

1) Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan pernapasan?

2) Apakah aktivitas meningkatkan dispnea? Jenis aktivitas apa?

3) Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas?

4) Kapan selama siang hari pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?

5) Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?

6) Apa yang pasien ketahui tentang penyakit dan kondisinya?

Data tambahan dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan; pertanyaan yang patut
dipertimbangkan untuk mendapatkan data lebih lanjut termasuk:

7) Berapa frekuensi nadi dan pernapasan pasien?

8) Apakah pernapasan sama dan tanpa upaya?

9) Apakah pasien mengkonstriksi otot-otot abdomen selama inspirasi?

10) Apakah pasien menggunakan otot-otot aksesori pernapasan selama pernapasan?

11) Apakah tampak sianosis?

12) Apakah vena leher pasien tampak membesar?

13) Apakah pasien mengalami edema perifer?

14) Apakah pasien batuk?

15) Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien?

16) Bagaimana status sensorium pasien?

17) Apakah terdapat peningkatan stupor? Kegelisahan?

Diagnosa Keperawatan PPOM

a) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkokonstriksi,


 peningkatan pembentukan mukus, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.
 b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi-perfusi
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
 produksi sputum, efek samping obat, kelemahan, dispnea
d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas, malnutrisi
e) Kurang pengetahuan tentang kondisi/tindakan berhubungan dengan kurang
informasi.

Intervensi Keperawatan PPOM

a) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkokonstriksi,


 peningkatan pembentukan mukus, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.
Intervensi/Perencanaan
Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan
tertahannya sekresi.
Tujuan: Mengefektifkan jalan nafas
Hasil yang diharapkan:
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
Misal: Batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi:

1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misal: mengi, krekels, ronki.
Rasional: Beberapa derajat bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan
tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misal: krekels basah
(bronkhitis),bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema).
2) Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi mengi (emfisema)
Rasional: takipnea ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
 penerimaan/selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat
melambat dan ferkuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
3) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal: peninggian kepala tempat tidur,
duduk dan sandaran tempat tidur.
Rasional: Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi, namun pasien dengan slifres berat akan mencari
 posisi yang paling mudah untuk bernafas.
4) Pertahankan polusi lingkungan minimum debu, asap dll
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru
 berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan
saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa
waktu. PPOM terdiri dari kumpulan tiga penyakit utama yaitu Bronkitis kronik,
Emfisema paru dan Asma.
Faktor resiko dari PPOM adalah merokok yang berlangsung lama, polusi
udara, infeksi paru berulang, umur, jenis kelamin, ras, defisiensi alfa-1 antitripsin,
serta defisiensi anti oksidan. Penatalaksanaan pada penderita PPOM meniadakan
faktor etiologi dan presipitasi, membersihkan sekresi sputum, memberantas infeksi,
mengatasi bronkospasme, pengobatan simtomatik, penanganan terhadap komplikasi
yang timbul, pengobatan oksigen, serta t indakan ”Rehabilitasi”.

B. SARAN
Pada pasien lansia dengan COPD/PPOM/PPOK pastikan kepatenan jalan
napas dan berikan posisi senyaman mungkin agar pasien dapat memudahkan pasien
 bernapas. Pengobatan haruslah teratur dan sesuai dengan resep agar gejala dapat
 berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Dianec Buughman. 1997. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.


Selamet, Suyono. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai