Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 2


BAB I ............................................
..................................................................
............................................
............................................
.............................................
...........................
.... 3
PENDAHULUAN ..........................................
.................................................................
.............................................
.............................................
..............................
....... 3
A. Latar Belakang .............................................
...................................................................
............................................
.............................................
.......................3
B. Rumusan Masalah ...........................................
..................................................................
.............................................
.........................................
...................3
BAB II.............................................................
...................................................................................
.............................................
..............................................
..............................
....... 4
PEMBAHASAN .............................................
....................................................................
.............................................
.............................................
..............................
....... 4
A. Pengertian Etika ...........................................
.................................................................
............................................
.............................................
.......................4
B. Pengertian Politik ............................................
...................................................................
.............................................
.........................................
...................4
C. Pengertian Etika Politik ..........................................
................................................................
............................................
..................................
............ 5
D. Pancasila Sebagai Sistem Etika
Etika ..............................
....................................................
.............................................
..................................
........... 7
E. Lima Prinsip Dasar Etika Politik Indonesia...........................................
..................................................................
.......................7
F. Nilai- Nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik............................................
.......................................................
........... 9

BAB III ......................


.............................................
.............................................
............................................
............................................
...........................................
..................... 11
PENUTUP.......................................................
PENUTUP................................. .............................................
.............................................
............................................
............................
...... 11
Kesimpulan.......................................
Kesimpulan.............................................................
.............................................
.............................................
.......................................
.................11
DAFTAR PUSTAKA .............................................
...................................................................
............................................
...........................................
.....................12

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan tak lupa
pula
pula ka
kami
mi pa
panj
njat
atka
kan
n pu
puja
ja da
dan
n puj
pujii sy
syuk
uku
ur ata
atass keh
kehad
adir
irat
at-N
-Ny
ya, yan
ang
g te
tela
lah
hmmel
elim
impa
pahk
hkan
an ra
rahm
hmat
at,, h
hid
iday
ayah
ah,,
serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pancasila yang membahas
tentang “Pancasila Sebagai Etika Politik”. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Farid Hidayat,
S.H, M.S.I. selaku dosen mata kuliah Pancasila di yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Adapun makalah Pancasila Sebagai Etika Politik ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku dan referensi internet, sehingga dapat memperlancar
pemb
pembua
uata
tan
n makal
makalah
ah ini.
ini. Unt
Untuk
uk itu
itu kam
kamii tidak
tidak lup
lupaa meny
menyam
ampa
paik
ikan
an bay
bayak teri
terima
ma kas
kasih
ih kep
kepad
adaa selur
seluruh
uh
referensi-referensi yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pen
pengetah
etahua
uan
n kit
kitaa meng
mengen
enai
ai Pera
Perana
nan
n Panc
Pancas
asil
ilaa Seba
Sebag
gai Et
Etik
ikaa Po
Poli
liti
tik
k di Indo
done
nesi
sia,
a, kh
khus
usus
usny
nyaa bag
bagii pe
penu
nuli
lis.
s.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Yogyakarta, 12 November 2017

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolok ukur kehidupan berbangsa dan
bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan berpolitik, etika politik

Indonesia tertanam dalam jiwa Pancasila. Kesadaran etik yang merupakan kesadaran relational

akan tumbuh subur bagi warga


warga masyarakat Indonesia ketika nilai-nilai
nilai-nilai pancasila itu diyakini

kebenarannya, kesadaran etik juga akan lebih berkembang ketika nilai dan moral pancasila itu

dapat di implementasikan kedalam norma-norma yang di berlakukan di Indonesia .

Nilai-nilai pancasila dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga merupakan

suatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah

laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Kemudian yang kedua adalah

norma hukum yaitu suatu sistem perundang-undangan


perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Maka pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala hukum di Indonesia,

pancasila merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang terwujud dalam kehidupan sehari-

hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara dan berasal dari bangsa indonesia sendiri

sebagai asal mula (kausa materialis). Pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang

merupakan sumber hukum baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada

giliranya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum

dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari etika?
2. Apakah pengertian dari politik?
3. Apakah yang dimaksud dengan etika politik?
4. Bagaimana pancasila sebagai sistem etika?
5. Apa sajakah lima prinsip dasar etika politik Indonesia?
6. Bagaimana nilai-nilai pancasila sebagai sumber etika politik?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
Secara etimologi “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti
watak, adat ataupun kesusilaan. Dalam konteks filsafat, etika membahas
membahas tentang tingkah
laku manusia dipandang dari segi baik dan buruk. Yang dapat dinilai baik atau
ata u buruk adalah
sikap manusia yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, kata-kata dan
sebagainya. Sedangkan motif, watak, suara hati sulit untuk dinilai. Perbuatan atau tingkah
laku yang dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan yang
dikerjakan dengan tak sadar tidak dapat dinilai baik atau buruk.

Menurut Sunoto (1982: 5), etika dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan etika
normatif. Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa adanya,
tidak memberikan penilaian, tidak mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat.
ber buat. Contohnya
sejarah etika. Sedangkan etika normatif sudah memberikan penilaian yang baik dan yang
buruk, yang
yang harus dikerjakan dan yang tidak.

Etika normatif dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum
membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti pengertian dan pemahaman tentang nilai,
motivasi suatu perbuatan, suara hati, dan sebagainya. Etika khusus adalah pelaksanaan
prinsip-prinsip umum di atas, seperti etika pergaulan, etika dalam pekerjaan, dan
sebagainya.
Pembagian etika yang lain adalah etika individual dan etika sosial. Etika individual

membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia sebagai individu. Misalnya tujuan
hidup manusia. Etika sosial membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam
hubungannya dengan orang lain. Misalnya; baik/buruk dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, negara. (Sunoto, 1982: 5-6).1

B. Pengertian Politik
Pengertian politik berasal dari kata politics yang memiliki makna bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses tujuan penentuan-
penentuan tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu.

1
Surajiyo, Jurnal Ultima Humaniora, ”Pancasila Sebagai Etika Politik di Indonesia ”, Vol.2 Nomor 1, Maret 2014,
hal 111-123, ISSN 2302-5719.

4
Pengambilan keputusan atau decisions making mengenai apakah yang menjadi tujuan dari
sistem politik itu yang menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala
prioritas dari tujuan-tujuan yang dipilih.

Untuk pelaksanaan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan


umum atau public policies,
policies, yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau distributions
dari sumber-sumber yang ada. Untuk melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu
diperlukan suatu kekuasaan (power), dan kewenangan ((authority
authority)) yang akan dipakai baik
untuk membina kerjasama maupun menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam
proses ini. Cara-cara yang dipakai dapat bersifat persuasi, dan jika perlu dilakukan suatu
pemaksaan (coercion
coercion).
). Tanpa adanya suatu paksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan
perumusan keinginan belaka (statement of intents)
intents) yang tidak akan pernah terwujud.
t erwujud.

Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), dan
bukan tujuan pribadi seseorang (privat goals). Selain itu politik menyangkut
menyangkut kegiatan
masyarakat maupun perseorangan.2
berbagai kelompok termasuk partai politik, lembaga masyarakat

C. Pengertian Etika Politik


Dalam hubungan dengan etika politik, pengertian politik harus dipahami dalam
pengertian yang lebih luas yaitu menyangkut
menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu
persekutuan hidup yang disebut masyarakat negara. Hukum dan kekuasaan negara
merupakan aspek yang berkaitan langsung dengan etika politik. Hukum sebagai penataan
masyarakat secara normatif, serta kekuasaan negara sebagai lembaga penata masyarakat
yang efektif pada hakikatnya sesuai dengan struktur sifat kodrat manusia sebagai individu
dan makhluk sosial.

Etika politik adalah filsafat moral tentang dimensi politik kehidupan manusia.
Karena itu, etika politik mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai
manusia dan sebagai warga negara terhadap negara, hukum dan sebagainya (lihat suseno,
1986). Selanjutnya dijelaskan bahwa “Dimensi Politis Manusia” adalah dimensi masyarakat
mas yarakat
sebagai keseluruhan. Jadi yang menjadi ciri khas suatu pendekatan yang disebut “Politis”
adalah pendekatan itu terjadi dalam kerangka acuan yang berorientasi pada masyarakat
secara keseluruhan.

2
Prof. DR. Kaelan, M.S., Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2014) hlm. 88.

5
Dimensi politis itu sendiri memiliki dua segi fundamental yang saling melengkapi,
sesuai kemampuan fundamental manusia yaitu pengertian dan kehendak untuk bertindak.
Struktur ganda ini, “tahu” dan “mau” dapat diamati dalam semua bidang kehidupan
manusia. Sesuai kemampuan ganda manusia, maka ada dua cara menata masyarakat yaitu
penataan masyarakat yang normatif dan efektif. Lembaga penataan normatif masyarakat

adalah hukum. Hukumlah yang memberitahukan kepada semua anggota masyarakat


bagaimana mereka harus bertindak. Hukum terdiri dari norma-norma bagi perilaku yang
benar dan salah dalam masyarakat. Tetapi hukum hanya
hanya bersifat normatif dan tidak efektif.
Artinya, hukum sendiri tidak bisa menjamin agar anggota masyarakat patuh kepada norma-
normanya. Sedangkan penataan yang efektif dalam menentukan perilaku masyarakat
hanyalah lembaga yang mempunyai
mempunyai kekuasaan untuk memaksakan kehendakny
kehendaknya.
a. Lembaga
itu adalah Negara. Karena itu hukum dan kekuasaan Negara menjadi bahasan utama etika
politik. Tetapi perlu di pahami bahwa baik “hukum” maupun “Negara” memerlukan
legitimasi. Sebagai salah satu cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam

lingkungan filsafat. Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah etika.

Etika mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Ada bebagai


bidang etika khusus, seperti
sep erti etika individu, etika
eti ka sosial, etika keluarga, etika profesi, dan
etika pendidikan, dalam hal ini termasuk etika politik yang berkenaan dengan dimensi
politis kehidupan manusia. Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma untuk
mengukur betul salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, etika politik
politi k
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya
sebagai warga negara terhadap Negara, hukum yang berlaku dan lain sebagainya.

Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis
untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab. Jadi,
tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori, melainkan secara rasional objektif dan
argumentative. Etika politik tidak langsung mencampuri politik praktis. Tugas etika politik
membantu agar pembahasan masalah-masalah idiologis dapat dijalankan secara obyektif.
Hukum dan kekuasaan Negara merupakan pembahasan utama etika politik. Hukum sebagai
lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan Negara sebagai lembaga penata
masyarakat yang efektif sesuai dengan struktur ganda kemampuan manusia (makhluk
individu dan sosial). Jadi etika politik membahas hukum dan kekuasaan. Prinsip-prinsip
etika politik yang menjadi titik acuan orientasi moral bagi suatu Negara adalah adanya cita-
cita -
cita The Rule Of Law, partisipasi demokratis masyarakat, jaminan ham menurut kekhasan

6
paham kemanusiaan dan sturktur kebudayaan masyarakat masing-masing dan keadaan
sosial.3

D. Pancasila Sebagai Sistem Etika


Pada dasarnya, tidak seorangpun bangsa Indonesia dapat melepaskan diri dari kelima
sila pancasila tanpa menyalahi kemanusiaan. Kedudukan pancasila merupakan sistem etika,
yang artinya, warga negara Indonesia harus dapat membedakan antara yang boleh dan tidak
boleh, walaupun dapat dilakukan.
dilakukan.
Pancasila merupakan sebuah sistem etika yang dapat diartikan pancasila menjadi
pedoman moral langsung objektif dalam kehidupan yang menunjukkan kearah mana gerak
perjalanan, bagaimana manusia Indonesia harus hidup, dan mengatur perbuatan dalam
kehidupan. Sebagai suatu sistem etika, pancasila memberi pandangan dan prinsip tentang
harkat kemanusiaan serta kultur yang dapat dijamin berhadapan dengan pemerintahan
modern.
Pancasila dikaitkan dengan sistem etika maka akan memberi jawaban mengenai
kehidupan yang dicita-citakan, sebab di dalamnya terkandung prinsip terdalam dan gagasan
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Selain itu, Pancasila memberi jawaban
bagaimana seharusnya warga negara Indonesia bertanggungjawab dan berkewajiban
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, mahluk pribadi, dan makhluk sosial dalam
kehidupan bernegara, selain etika kelompok bagaimana dengan sesama warga negara.
Dalam hidup berkelompok, selain etika kelompok bagaimana warga negara Indonesia
bergaul dalam hidupnya,
hidupnya, akan muncul etika yang
yang berkaitan dengan kerja atau profesi, seperti
etika guru/ dosen Indonesia, etika jurnalistik atau wartawan
wartaw an Indonesia, dan sebagainya.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa Pancasila pun memiliki sistem etika seperti
yang telah diuraikan, yaitu memiliki etika yang bersifat umum dan khusus; mengatur etika
individual dan sosial, serta mengembangkan
mengembangkan etika yang berkaitan dengan
dengan lingkungan dan
dan
kerja atau profesi.4

E. Lima Prinsip Dasar Etika Politik Indonesia


1. Pluralisme

3
Jurnal Ultima Humaniora, Maret 2014,”Pancasila Sebagai Etika Politik di Indonesia ”, Vol.2 Nomor 1, hal 111-

123, ISSN 2302-5719.


4
Hasan, M. Iqb
Iqbal,
al, M.M, 2002, Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila, penerbit PT Raja Grafindo Pe
Persada,
rsada, Jakarta.

7
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas,artinya untuk hidup
dengan positif, damai, toleran, dan biasa atau normal bersama masyarakat
mas yarakat yang berbeda
pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme mengimplikasikan penyatuan
terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir,dan toleransi.

2. Hak Asasi Manusia

Jamninan hak-hak Asasi Manusia adalah bukti kemanusiaan yang adil dan
beradap. Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaiamana manusia wajib
diberlakukan dan wajib tidak diberlakukan. Jadi manusia diberlakjukan selakyaknya
sebagai manusia. Karena itu, hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun
kontektiual dalam pengertian
pengertian sebagai berikut :

 Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat,


melainkan karena pemberian Sang Pencipta
 Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dank arena itu mulai disadari, diimbang

modernitas dimana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan sebaiknya
diancam oleh Negara modern.

3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan
juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senaip sepenanggungan.
sepenanggungan. Manusia hanya
hanya hidup
menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang
sesuatu pada hikdup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia betrkembang secara
melingkar yaitu keluarga,kampong,kelompok etnis, kelompok agama,
kebangsaan,solidaritas sebagai manusia.Mka ini termasuk rasa kebangsaan.
4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa taka da manusia atau sebuah elit
atau kelompok ideology
ideology berhak untuk menentukan dan mamaksakan orang lain harus
atau boleh hidup. Jadi demokrasi berhak menentukan sebuah system penerjemah
kehendak masyarkat ke dalam tindakan politik.

Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar yaitu :


 Pengakuan dan jaminan terhadap HAM, perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip
mayoritas tidak menjadi keiktoran mayoritas.

8
 Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan
ketaat an terhadap hokum.

5. Keadilan Sosial
Keadilan adalah norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat.
Myoritas masyarakat mulai dengan
dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Keadilan social

adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyatanya


kenyatanya keadilan social diusahakan dengan
membongkar ketidakadilan
ketidakadilan yang ada dalam masyarakat.
masyarakat. Untuk itu tantangan etika
politik paling serius di Indonesia
Indonesia sekarang adalah :
 Kemiskinan, ketidakadilan dan kekerasan social.
 Ekstremisme ideologis yang anti pluralism
 Korupsi5

F. Nilai- Nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik


Sebagai dasar filsafat negara, Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi
peraturan perundang-undangan,
perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama
dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan hukum serta berbagai kebijakan dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan
penyelenggaraan negara. Sila I serta
s erta sila
s ila II merupakan sumber nilai-nilai
moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
Berdasarkan sila I, Indonesia bukanlah negara Teokrasi yang mendasarkan
kekuasaan negara dan penyelenggaraannya dalam legitimasi religious. Kekuasaan
pemimpin negara tidak mutlak berdasarkan legitimasi religious melainkan berdasarkan
legitimasi hukum dan legitimasi demokrasi. Oleh karena itu, sila “Ketuhanan Yang Maha
Esa” lebih berkaitan dengan legitimasi moral. Secara moral kehidupan
kehidup an negara harus sesuai
dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan. Terutama hukum serta moral kehidupan negara.
Sila II juga merupakan sumber nilai-nilai moralitas dalam kehidupan masyarakat. Negara
pada prinsipnya merupakan persekutuan hidup manusia sebagai makhluk yang memiliki
Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia sebagian dari umat manusia di dunia hidup secara
bersama dalam suatu wilayah dengan suatu cita-cita serta prinsip-prinsip hidup demi
kesejahteraan bersama (sila III). Manusia merupakan asas fundamental dalam kehidupan
bernegara dan merupakan dasar kehidupan serta pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.
Maka dari itu, asas-asas kemanusiaan bersifat mutlak dalam kehidupan negara dan hukum.

5
http://ayurinii.wordpress.com/2013/03/01/2/

9
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan bernegara, etika politik menuntut agar
kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan: (1) asas legalitas (2) disahkan dan
dijalankan secara demokratis (3) dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral. Selain itu
dalam pelaksanaan dan penyelengaraan negara harus berdasarkan legitimasi hukum yaitu
prinsip legalitas. Negara Indonesia adalah negara hukum. Oleh karena itu keadilan dalam

hidup bersama (keadilan sosial) sebagaimana terkandung pada sila V, merupakan tujuan
dalam kehidupan negara.
Negara berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan
senantiasa untuk rakyat rakyat (sila IV). Rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala kebijaksanaan,
kekuasaan serta kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat sebagai pendukung pokok
kenegaraan.6
Etika politik ini juga harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat
secara konkrit dalam pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat eksekutif, anggota

legislatif maupun yudikatif, para pejabat negara, anggota DPR maupun MPR, aparat
pelaksana dan penegak hukum, harus menyadari bahwa selain legitimasi hukum dan
legitimasi demokratis juga harus berdasar pada legitimasi moral.

6
Kaelan, Op. Cit, hlm. 93.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Etika adalah sebuah ilmu yaitu sebagai salah satu cabang Ilmu Filsafat. Politik berasal
dari kata politics yang memiliki makna bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik
atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem
s istem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Jadi, etika politik adalah suatu tata kelakuan atau hal yang
sewajarnya dilakukan dalam bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara
yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan-tujuan kenegaraan. Sedangkan etika politik berdasarkan Pancasila adalah
etika berpolitik sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

11
DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo, Jurnal Ultima Humaniora, ”Pancasila Sebagai Etika Politik di Indonesia


Indonesia”,
”, Vol.2
Nomor 1, Maret 2014, ISSN
ISSN 2302-5719.
Kaelan, Prof. DR. M.S., Pendidikan Pancasila,
Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma.
http://ayurinii.wordpress.com/2013/03/01/2/
Hasan, M. Iqbal, M.M, 2002, Pok
Pokok
ok-p
-pok
okok
ok Ma
Mate
teri
ri Pend
Pendid
idik
ikan
an Panc
Pancas
asil
ila
a, penerbit PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai