Fisher dan Powell menerapkan pendekatan tipologi dengan cara yang berbeda dengan
mengatur pemilihan kasus sesuai dengan penggunaan kontemporer yang mereka gunakan.
Dengan demikian terdapat penekanan pada arsitektur kontemporer. Tabel 2 menunjukan
sumber mana yang telah berurusan dengan program yang berbeda.
PROGRAM
Tempat tinggal
Budaya
Museum dan
eksibisi
Perpustakaan
Teater
Pendidikan
Retail
Kantor
Rekreasi
Kepedulian
Industri
Agama
Militer
Pengembangan
mixed-use
PERBAIKAN
KENYAMANAN,
STRUKTUR PEMIKUL KULIT/SELUBUNG
KEAMANAN DAN
BEBAN BANGUNAN
EFISIENSI ENERGI
Tahan api
Rangka
Kinerja termal
Lantai Permukaan
Kinerja akustik
Dinding Fasad
Pencegahan kelembaban
Atap Aksesibilitas dan sirkulasi
Kualitas udara
Pondasi
Pendekatan strategis berfokus pada proses dan strategi diterapkan untuk mengubah bangunan
yang signifikan. Machado dalam esaynya berjudul Architecure as Palimsest (Arsitektur
sebagai Palimses/ naskah perkamen), menyajikan apa yang ia sebut beberapa pra-teori materi
sugestif yang dapat dikembangkan sebagai konsep untuk dipertimbangkan apa yang spesifik
terhadap renovasi. Dia beranggapan serangkaian perubahan bentuk untuk menyarankan
berbagai cara yang mungkin dipikirkan tentang renovasi. Robert, meskipun ia tidak secara
eksplisit merujuk pada artikelnya Machado, ia juga menggunakan perubahan bentuk dari
palimses untuk menjelaskan konsep konversi. Dia menyajikan tujuh konsep konversi yang dia
ampilkan dalam contoh yang luar biasa dari konversi arsitektur dengdalam cakupan sejarah
yang luas. Dia memberi contoh dari zaman kuno hingga modern seperti :
1. Bangunan didalam,
2. Bangunan lebih,
3. Bangunan disekeliling,
4. Bangunan disamping,
5. Daur ulang material dan sisa
6. Beradaptasi dengan fungsi yang baru
7. Bangunan bergaya.
Masing-masing konsep mengacu pada intervensi fisik tertentu.
Dan juga Brooker dan Stone mendefinisikan strategi desain yang berbeda untuk bangunan
reuse dengan melihat contoh kasus konversi kontemporer. Yang dibagi menjadi 3 strategi yaitu :
1. Intervensi
2. Insersi/penyisipan
3. Instalasi
Pendekatan strategis Broker dan Stone juga dimulai dari intervensi fisik tapi fokusnya adalah
pada aspek afektif dari masing-msing adaptasi. Untuk itu, yang paling penting dan faktor utama
dalam penggunaan kembali adaptif adalah keaslian bangunan. Jager menyajikan pendekatan
yang sangat mirip dengan menyajikan sebuah studi kasus yang diklasifikasikan sesuai pada
startegi yang diterapkan, seperti :
1. Penambahan
2. Transformasi/perubahan
3. Konversi
Contoh kasus dipilih berdasarkan kualitas dan keaslian arsitekturnya. Cramer dan Breitling
membuat perbedaan antara destrategi desain dan ekspresi asritektonik, dimana mereka
menjelaskan strategi desain sebagai intervensi fisik pada kualitas estetika dari intervensi.
Perbedaan ini bagaimanapun juga tidak kuat dan contoh ilustrasi dapat diartikan beragam.
Strategi ditentukan oleh penulis yang berbeda beda dalam mengartikan contoh kasus: contoh 1
menyeajikan pemahaman penulis dari analogi antara perbedaan strategi.
TABEL
Ekspresi
Strategi Desain
Arsitektonis
Broker &
Robert 1989 Jiger 2010 Cramer & Breitling 2007
Stone 2004
Dalam Penyisipan Perubahan
Modernisasi Korespondensi
bangunan (insersi) (transformasi)
Keseluruhan
bangunan Penambahan
Sekeliling (addition)
bangunan
Intervensi Adaptasi Penyatuan
Samping
Konversi
bangunan
Adaptasi fungsi
Instalasi
baru
Persimpangan
Gaya bangunan Penggantian dan
penggambaran
Daur ulang
Pemeliharaan
material dan
dan perbaikan
sisa
KESIMPULAN
1. Pendekatan tipologi
2. Pendekatan teknis
3. Pendekatan strategi
Dengan demikian, literatur pada jurnal ini menunjukan :
Pertama,Variasi pekerjaan pada penggunaan kembali adaptif menunjukan perbedaan teori dan
kesenjangan dalam pengetahuan saat ini. Mengenai pendekatan tipologi, tabel 1 menunjukan
jenis bangunan mana yang mendapat perhatian utama (misalnya bangunan industri, bangunan
tempat tinggal dan gereja) yang mana telah diteliti dalam batasan (seperti bangunan agama
selain gereja, bangunan militer dan bangunan komersil). Sama halnya pada tabel 2 menunjukan
program yang telah diteliti (seperti budaya dan pendidikan), dan yang masih ada ruang untuk
studi lebih lanjut (perawatan). Pada pendekatan teknis menunjukan publikasi mana yang
berhubungan dengna masalah teknis, seperti pada tabel 3. Bagaimanapun, sebagaimana
pernyataan Giebeler bahwa standar yang tersedia bekerja pada konstruksi masih sangatt
selevan dalam kaotannya dengan adaptasi bangunan yang ada. Mengenai pendekatan strategis,
meskipun masing-masing penulis telah menyajikanp penjelasan masing-masingnya dari
strategi arsitektur menuju penggunaan kembali, terlihat adanya tumpang tindih antara
penyajian berbeda yang ditulis oleh ahli.
Terakhir, kami memperhatikan banyak penulis yang tidak atau sebatas berurusan dengan
makna dari bangunan untuk digunakan kembali, lokus jenius, ketika menjelaskan proses
adaptis reuse. Meskipun studi mengklasifikasikan dibwah pendekatan strategi pada umumnya
menangani lenih banyak secara mendalam dengan lokus jenius daripada studiyang mengikuti
pendekatan teknikal dan tipologi. Contoh yang luar biasa dari Brooker yang belajar secara
khusus perubahan bangunan dengan sejarah dan narasi yang dikontaminasi oleh penggunaan
sebelumnyayang tidak menyenangkan dan tidak pantas. Dia menyarankan beberapa
pendekatan untuk menggukana kontaminasi ini sebagai titik awal dari perubahan. Tapi
konservasi modern bersumber pada nilai sehingga penilaiian dari nilai tersebut akan menjadi
dasara untukk masing-masing proyek rehabilitasi dari bangunan signifikan atau situs. Pemilik
dan pengembang, bagaimananpun juga sering tertarik pada nilai sosial ekonomi pada bangunan,
tertutama bangunan yang tidak dilindungi seperti monumen yang mungkin menjadi ancaman
terhadap pelestarian nilai-nilai yang mencaklup sejarah, sosial, psikologi, seni dan budaya
moral serta agama.