Isu tentang kelestarian lingkungan dan kesehatan serta kesejahteraan pengguna turut
menjadi perhatian seluruh komponen/penggiat perpustakaan di berbagai belahan dunia.
Perubahan paradigm perancangan perpustakaan yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi
dan keiinginan untuk berdampingan secara harmonis dengan lingkungan, menimbulkan
berbagai pertanyaan tentang kualitas rancangan perpustakaan di masa datang. Makalah ini
akan membuat kajian awal tentang profil perpustakan di masa datang dan kinerjanya yang
berhubungan dengan penerapan konsep arsitektur hijau dan adaptasi pengguna. Secara
umum profil perpustakan masa datang lebih kompak dan mengutamakan pelayanan serta
berintegrasi dengan berbagai aktifitas lainnya, dan dalam hal penerapan konsep arsitektur
hijau tidak dijumpai perbedaan yang mendasar.
Kata kunci:, arsitektur hijau, masa datang, rancangan perpustakaan
Pada masa lalu dan juga di masa sekarang, perpustakaan banyak hadir dalam
konfigurasi tertutup dimana selubung bangan memiliki sistem perjendelaan yang minimal.
Material perpustakaan yang rentan dan keterbatasan teknologi yang terkait di dalamnya
menyebabkan arsitektur perpustakaan hadir dalam konsep yang demikian. Dari sudut
pandang konsep arsitektur berorientasi ke lingkungan (arsitektur hijau), rancangan
demikian akan banyak menggunakan sumberdaya dan energi. Keberadaan sumber
pengetahuan dalam wujud buku juga bersinggungan dengan konsep konservasi
lingkungan.
Konsep arsitektur hijau sesungguhnya bukanlah konsep baru bagi arsitektur Indonesia.
Bangunan tradisional Indonesia sudah sejak dahulu memperhatikan prinsip tersebut di
atas (Karyono, 2010). Makalah ini akan membahas sejauhmana rancangan perpustakaan
telah mengakomodasi konsep arsitektur hijau dan sejauhmana transformasi rancangan
perpustakan juga merepresentasikan konsep ini.
Prinsip konservasi energy dapat diterapkan dengan jalan menggunakan energy secara
efisien diantaranya pemilihan bahan rendah energy (low embodied energy), energi untuk
transportasi dan pembangunan yang rendah (low grey dan induced energy), konsumsi
energi yang rendah ketika beroperasi (low operating energy), serta pengunaan energy
yang rendah untuk pemeliharaan. Penggunaan energi alternatif sangat direkomendasi
untuk tujuan ini. Bangunan hijau juga dirancang mengunakan sumberdaya baru pada
tingkat minimum. Upaya pengurangan penggunaan bahan (reduce), penggunaan kembali
(reuse), dan daur ulang bahan (recycle) merupakan strategi yang dapat diaplikasikan
untuk memenuhi prinsip yang kedua. Sumberdaya yang menjadi perhatian diantaranya
bahan bangunan dan air. Kemampuan bangunan untuk beradaptasi dengan kondisi iklim
setempat dapat mengurangi penggunaan energi operasional bangunan, misalnya untuk
penyediaan pencahayaan dan pendinginan bangunan.
Kesesuaian bangunan dengan iklim juga dapat memperpanjang usia bangunan dan
mengurangi biaya untuk pemeliharaan. Kesehatan dan kesejahteraan manusia mendapat
perhatian penting dalam perancangan bangunan hijau. Hal ini didapat dengan
memperhatikan tuntutan, perilaku serta kebiasaan pengguna, dan mengintegrasikannya
dalam rancangan. Tapak dalam perancangan arsitektur dapat dipandang sebagai sebuah
ekosistem dimana bangunan merupakan salah satu komponennya. Keharmonisan
interaksi arsitektur dan alam akan alam dalam mempertahan daya dukung
lingkungannya, sehingga proses-proses alamiah dapat berjalan sebagaiman mestinya.
Bagian terakhir dari prinsip arsitektur hijau adalah prinsip menyeluruh. Prinsip ini
menuntut perancang untuk mengitegrasikan seluruh prinsip yang ada. Pada bagian inilah
segala pertentangan tuntutan dapat ditengahi. Penetapan prioritas diperlukan untuk
mendapatkan hasil rancangan yang optimum. Sebagai sebuah karya arsitektur,
bangunan hijau dituntut juga untuk memberikan usulan-usalan rancangan yang
memenuhi kaidah estetika.
Secure - - - - -
Kedua kajian di atas menunjukkan bahwa rancangan perpustakaan pada prinsipnya telah
mengakomodasi konsep rancangan arsitektur hijau. Ini berarti jika criteria perancanganya
dapat diterapkan secara optimal tidak akan ada persoalan yang berkaitan dengan
transformasi rancangan perpustakaan sebagaimana yang terjadi sekarang. Persoalannya
adalah tidak terletak pada bangaimana perubahan fisik yang terjadi, tetapi lebih kepada
seberapa besar kriteria perancangannya diterapkan dengan baik. Hal lain yang juga patut
mendapat perhatian adalah perilaku pengguna. Beberapa studi sebelumnya
mengindikasikan bahwa pengguna memegang peranan besar dalam memodifikasi kinerja
lingkungan sebuah bangunan (baker dan Steemers (2000).
Bagamana profil perpustakaan di masa datang?. Beberapa spekulasi yang dapat dibuat
terkait dengan perubahan fungsi dan fisik perpustakan dapat dilihat pada tabel berikut.
Dari profil perpustakaan masa datang dapat diperkirakan tidak ada perubahan yang
pokok dari kriteria perancanganya, sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan
perustakaan di masa datang pun merupakan bangunan hijau. Perbedaannya terletak
pada pemanfaatan teknologi untuk meningkat efektifitas fungsi dan efesiensi sumberdaya
yang digunakan.
Rancangan Perpustakaan
Ekspresi
Form follow function atau simbolik Regional dan/atau Kinerja tinggi