RUMAH TINGGAL
Oleh:
TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MPU TANTULAR
2023
ABSTRAK
para arsitek akademisi maupun praktisi cenderung mengadaptasi metode dan konsep arsitektur hijau
pada jenis hunian hasil desainnya. Hasil desain bangunan seorang arsitek harus memiliki refleksi
karakter pemilik, mencerminkan gaya hidup pemilik, Terlebih lagi hasil desain yang bertemakan
arsitektur hijau, harus tanggap iklim, sadar energi dan mampu memberikan solusi terhadap
permasalahan iklim di lingkungannya. Bangunan bertema arsitektur hijau dapat dilihat berdasarkan
enam sistem yaitu: sistem ruang luar (lanskap), sistem ruang dalam (interior), sistem spasial (organisasi
ruang), sistem model (tampilan bangunan), sistem struktur (konstruksi bangunan) dan sistem bentuk
(gubahan bangunan). Lima sistem yang disebutkan diawal sudah banyak dibahas. Namun kajian yang
membahas metode dan konsep arsitektur hijau pada bangunan hunian khususnya pada sistem bentuk
(gubahan bangunan) masih sangat terbatas. Rumusan masalah penelitian adalah menerapkan objek apa
saja yang membentuk arsitektur hijau pada sistem bentuk bangunan untuk lingkup hunian. Tujuan
penerapan ini adalah membuat diagram tentang objek amatan yang membentuk arsitektur hijau pada
sistem bentuk bangunan untuk lingkup hunian. penerapan ini berusaha mengisi celah penelitian (gab
research) dengan mendefinisikan arsitektur hijau pada sistem bentuk bangunan untuk lingkup hunian,
yang terdiri dari: orientasi bangunan, ketinggian bangunan dan fitur bangunan. Rancangan penelitian
bersifat kualitatif, sedangkan strategi penelitian berjenis content analysis. Metode pengumpulan data
bersifat eksploratif dan didapatkan dari studi literatur tentang arsitektur hijau. Metode analisis yang
dipakai adalah: (1) analisis isi, (2) analisis tematik dan (3) analisis induktif. Pengumpulan data dimulai
dari mencari objek amatan. Dilanjutkan dengan membentuk tema, kategori hingga menentukan metode
dan konsep. Pada penelitian ini ditemukan empat objek amatan mengenai kajian bentuk desain‖ hunian
bertema arsitektur hijau, yaitu: posisi bangunan, orientasi bangunan, ketinggian bangunan dan fitur
bangunan. Metode desain hunian yang digunakan pada arsitektur hijau adalah jenis rasional (glass
box). Konsep desain hunian bertema arsitektur hijau adalah: mampu beradaptasi terhadap iklim,
memiliki fitur yang maksimal dan sadar energi. Pada bagian kesimpulan ditemukan diagram mengenai
hirarki objek amatan mengenai metode dan konsep pada bangunan hunian yang bertemakan arsitektur
hijau.
Kata kunci: kajian bentuk, glass box, tanggap iklim, fitur maksimal, sadar
energy
BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian ini menerapkan arsitektur hijau pada hunian pribadi arsitek (bukan hunian klien) secara
umum. Penelitian ini berusaha melengkapi penelitian yang sudah ada, yaitu dengan mendeskripsikan
enam elemen arsitektur hijau pada hunian arsitek akademisi.
Para arsitek, baik akademisi maupun praktisi cenderung mengadaptasi arsitektur hijau pada huniannya.
Hunian seorang arsitek umumnya didesain sebagai bangunan tempat berlindung yang memiliki refleksi
karakter, mencerminkan gaya hidup dan menunjukkan eksistensi profesi seorang arsitek. Sebagai
upaya memaknai arsitektur hijau, beberapa arsitek akademisi mengaplikasikannya setidaknya pada
empat elemen desain. Penerapan arsitektur hijau setidaknya tampak pada enam elemen yaitu: unit
ruang dalam (interior), unit ruang luar (lanskap), unit spasial, unit bentuk bangunan, unit fasad
bangunan dan unit struktur bangunan. Merancang hunian pribadi seorang arsitek tentunya berbeda
dengan mendesain hunian klien atau bangunan publik lain. Sangat menarik untuk mencari jejak telusur
penerapan desain bentuk bertema arsitektur hijau pada hunian arsitek akademisi.
Studi Terdahulu menyatakan Banyak penelitian yang sudah ada cara menerapkan desain dan konsep
arsitek praktisi, namun jarang sekali penerapan desain arsitektur hijau pada hunian arsitek akademisi.
Penelitian mengenai penerapan desain: (Rusadi,
Purwatiasning, & Satwikasari, 2019).
Penelitian mengenai arsitektur hijau: Nugroho (2018);
BAB II
2. 2.1 LANDASAN TEORI
Green Architecture adalah pendekatan bangunan yang meminimalkan efek berbahaya pada
kesehatan manusia dan lingkungan. Lingkungan Hidup. Arsitek atau desainer "hijau" berupaya
menjaga udara, air, dan bumi dengan memilih bangunan yang ramah lingkungan bahan dan praktek
konstruksi (Roy 2019).
a. Sistem ventilasi yang dirancang untuk pemanasan dan pendinginan yang efisien
b. Pencahayaan dan peralatan hemat energi
c. Perlengkapan pipa hemat air
d. Bentang alam direncanakan untuk memaksimalkan energi matahari pasif
e. Kerusakan minimal terhadap habitat alami
f. Sumber tenaga alternatif seperti tenaga surya atau tenaga angin
g. Bahan non-sintetik, tidak beracun
h. Kayu dan batu yang diperoleh secara lokal
i. Kayu yang dipanen secara bertanggung jawab
j. Penggunaan kembali adaptif bangunan tua
k. Penggunaan sisa arsitektur daur ulang
l. Penggunaan ruang yang efisien
Meskipun sebagian besar green Architecture tidak memiliki semua fitur ini, tujuan tertinggi dari
green Architecture adalah agar dapat sepenuhnya berkelanjutan. Juga Dikenal Sebagai:
Pembangunan berkelanjutan, desain lingkungan, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur ramah
lingkungan, arsitektur alami
Konsep perancangan digunakan metode pemograman oleh Donna P. Duerk. Dengan kriteria aspek
yang di terapkan ke desain yaitu :
1. Care in the community, rancangan harus dapat mendorong dan mengakomodasi terjadinya
interaksi dan sosialisasi.
2. Design for domesticity, rancangan harus dapat menciptakan dan memberi suasana seperti
dirumah.
3. Social valorization, rancangan dapat menjaga privasi dan keamanan untuk pengguna.
4. Integrated with nature, rancangan harus dapat memanfaatkan dan memaksimalkan elemen
– elemen tapak dan disekitarnya.
2.2 PERTIMBANGAN UNTUK Green Architecture
Bangunan hijau melibatkan pertimbangan dalam empat bidang utama: pengembangan lokasi,
pemilihan dan minimalisasi material, efisiensi energi, dan kualitas udara dalam ruangan
A. Mempertimbangkanuntuk mengurangi dampak pembangunan terhadap lingkungan alam.
Misalnya, orientasi bangunan yang akan diambil keuntungan dari akses matahari, naungan
dan pola angin yang akan mengurangi beban pemanasan dan pendinginan.
B. Dengan hati-hati pilih bahan yang tahan lama, mengandung konten daur ulang, dan
diproduksi secara lokal untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Pasar yang
berkembang terdapat produk daur ulang berkualitas dengan harga terjangkau.
C. Memasukkan desain hemat energi ke dalam bangunan untuk menciptakan lingkungan yang
efisien dan nyaman
D. Desain kualitas udara dalam ruangan yang tinggi untuk meningkatkan kesehatan dan
produktivitas penghuni.
E. Minimalkan limbah dalam proses konstruksi dan pembongkaran dengan memulihkan
material dan menggunakan kembali atau mendaur ulangnya
2.3 PRINSIP UNTUK Green Architecture
Bukanlah tren pembangunan yang sederhana itu adalah pendekatan untuk membangun yang sesuai
dengan tuntutan masanya, yang elevansi dan kepentingan hanya akan terus meningkat.
1. Kenyamanan. Karena rumah atau bangunan bertenaga surya pasif yang dirancang dengan
baik sangat hemat energi, ini bebas dari angin. Sinar matahari ekstra dari jendela selatan
membuatnya lebih ceria dan menyenangkan di musim dingin dibanding rumah
konvensional (Kats, 2020)
2. Ekonomi. Jika ditangani pada tahap desain, konstruksi tenaga surya pasif tidak harus
mengeluarkan biaya lebih dari konvensional konstruksi, dan dapat menghemat uang untuk
tagihan bahan bakar (Kats, 2020)
3. Estetika. Bangunan surya pasif dapat memiliki tampilan konvensional di luar, dan fitur
surya pasif membuatnya mereka cerah dan menyenangkan di dalam.
4. Bertanggung jawab terhadap lingkungan. Rumah surya pasif dapat secara signifikan
mengurangi penggunaan bahan bakar pemanas dan listrik yang digunakan untuk
penerangan. Jika strategi pendinginan pasif digunakan dalam desain, biaya pendingin udara
musim panas juga dapat dikurangi (Woolley, 2019).
Pola Sirkulasi dalam suatu ruang pusat terapi dan rehabilitasi memiliki pola yang berbeda
tergantung pada fungsi ruang dan kebutuhan pengguna sendiri.
2.1.1 Pencapaian
Sebelum masuk kedalam ruangan, pengguna akan melewati ruang luar dan
pintu masuk merupakan sebuah pencapaian yang harus ditempuh. Berikut merupakan
pola pencapaian(Ching, 2020) :
a. Frtontal
Pencapaian frontal secara langsung mengarah ke pintu masuk sebuah bangunan
melalui sebuah jalur lurus dan aksial. Ujung akhir visual yang menghilangkan
pencapaian ini jelas ia bisa berupa seluruh fasad depan bangunan atau hall
lingkungan taman dan kolam yang tujuan nya untuk penerimaan awal Tamu
b. Tidak Langsung
Sebuah pencapaian tidak langsung menekankan efek perspektif pada fasad depan
dan bentuk sebuah bangunan. Jalurnya dapat diarahkan kembali sekali atau
beberapa kali untuk menunda dan melamakan sekuen pencapaiannya. Jika sebuah
bangunan dicapai dari sebuah sudut yang ekstrim, pintu masuknya dapat dibuat
menjorok dari fasadnya agar lebih terlihat.
c. Sebuah jalur spiral melamakan sekuen pencapaian dan menekankan bentuk tiga
dimensional sebuah bangunan, sementara kita bergerak di sepanjang
sekelilinganya. Pintu masuk bangunan ini bisa terlihat berulang kali pada waktu
pencapaiannya untuk memperjelas posisinya, atau ia bisa disembunyikan hingga
tiba di titik kedatangannya.
2.1.2 Konfigurasi Jalur Pergerakan
Dalam sebuah ruang, alur pergerakan memiliki desain yang berbeda tergantung kepada
fungsi ruangnya. Alur pergerakan ruang dapat dipengaruhi juga terhadap organisasi pembentuk
ruangnya. Jenis alur pergerakan ruang dapat mempengaruhi kenyamanan pengguna terhadap
sebuah ruang. Berikut beberapa jenis konfigurasi jalur pergerakan (Ching, 2019):
a. Linier
Seluruh jalur adalah linier. Namun, jalur yang lurus, dapat menjadi elemen pengatur
yang utama bagi serangkaian ruang. Jalur ini dapat berbentuk kurvalinier atau
terpotong-potong, bersimpangan dengan jalur lain, bercabang, atau membentuk
sebuah putaran balik.
b. Radial
Sebuah konfigurasi radial memiliki jalur-jalur linier yang memanjang dari atau
berakhir di sebuah titik pusat bersama.
c. Sebuah konfigurasi spiral merupakan sebuah jalur tunggal yang menerus yang
berawal dari sebuah titik pusat bergerak melingkar dan semakin lama semakin jauh
darinya.
d. Grid
Sebuah konfigurasi grid terdiri dari dua buah jalur sejajar yang berpotongan pada
interval-interval reguler dan menciptakan area ruang berbentuk bujursangkar atau
persegi panjang.
e. Sebuah konfigurasi jaringan terdiri dari jalur-jalur yang menghubungkan titik-titik
yang terbentuk di dalam ruang.
2.5 Elmen Pembentuk Ruang
Ruang adalah suatu wadah untuk menampung aktivitas pengguna. Dalam Pusat terapi
dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
pendekatan green architecture, pembentukan ruang tidak hanya untuk menampung aktivitas
penggunanya, tetapi penataan ruang pusat terapi dan dengan orientasi pembentukan suasana ruang
luar maupun ruang dalam,dengan cara mengelaborasi penanganan secara medis dan juga sosial
sebagai konsep green architecture yang dapat berperan dalam proses penyembuhan. Dalam
merancang elemen tersebut dapat diuraikan lebih detail terkait unsur pembentuk didalamnya
seperti :
1. Garis Lurus / Straight
a. Vertikal
Mengekspresikan kekuatan dan pemaksaan, dapat menciptakan atmosfer yang
agung/bermartabat dan memberikan ilusi dari ketinggian ruang
b. Horisontal
Memberi kesan keluasan/kelapangan, relaksasi, dan menunjukkan tampak yang
lebar
c. Diagonal
Cenderung menunjuk ke suatu ruang dan menjaga mata untuk terus bergerak.
Terlalu banyak menggunakan garis diagonal akan melemahkan unity desain
2. Garis Lengkung / Curved
a. Lingkaran (Circles and Full Curves)
Menstimulasi keceriaan dengan warna yang cerah dan kontras. Terlalu banyak garis
lingkaran akan menghasilkan kegelisahan/keresahan
b. Lebih Tegas (Voliptuous, Full and Complex Curves)
Garis dan bentuk yang berliku-liku, memberikan kesan
keindahan,kemewahan/kekayaan dan sandiwara
A. Warna
Warna sangat berperan penting bagi kehidupan manusia. Warna dapat mempengaruhi
emosi seseorang dan turut serta dalam fase penyembuhan untuk pasien rehabilitasi
medis maupun sosial tergantung tingkat ketergantungan pasien dan Warnapun juga
dapat mempengaruhi pengguna disuatu ruang. Oleh karena itu wana dalam ruang harus
dipilih sesuai dengan tujuan aktivitas di dalamnya. Berikut merupakan arti warna yang
dapat membantu merancang ruang (Zharandont, 2019):
WARNA ARTI
Dalam psikologi warna merah merupakan simbol dari energi, gairah,
MERAH action, kekuatan dan kegembiraan. Negatifnya warna merah identik
dengan kekerasan dan kecemasan.
Warna ini merupakan simbol dari petualangan,optimisme, percaya
ORANYE
diri dan kemampuan dalambersosialisasi.
dapat merangsang aktivitas pikiran dan mental. Warna kuning sangat
KUNING
baik digunakan untuk membantu penalaran secara logis dan analitis.
Warna biru mampu memberi kesan profesional dan kepercayaan.
BIRU Diyakini bahwa warna biru dapat merangsang kemampuan
berkomunikasi, ekspresi artistic dan juga sebagai symbol kekuatan.
Cara pandang ilmu psikologi warna hijau sangat membantu seseorang
yang berada dalam situasi tertekan untuk menjadi lebih mampu dalam
HIJAU
menyeimbangkanemosi dan memudahkan keterbukaan dalam
berkomunikasi.
HITAM Warna yang akan memberi kesan suram, gelap dan menakutkan
namun juga elegan. Karena itu elemen apapun jika dikombinasikan
dengan warna hitam akan terlihat menarik.
Warna putih memberi kesan kebebasan dan keterbukaan. Kekurangan
PUTIH warna putih adalah dapat memberi rasa sakit kepala dan mata lelah
jika warna ini terlalu mendominasi
Dominasi warna ini akan memberi kesan hangat, nyaman dan aman.
COKLAT Kelebihan lainnya adalah warna coklat dapat menimbulkan kesan
modern, canggih dan mahal karena kedekatannya dengan warna emas.
B. Tekstur
Tekstur adalah kualitas spesifik suatu permulaan yang dihasilkan oleh struktur tri matranya.
Tekstur seringkali dipakai untuk menerangkan kehalusan atau kekasaran relatif suatu permukaan.
Ia juga dapat dipakai untuk menerangkan karakteristik kualitaskualitas permukaan bahan-bakan
yang sudah dikenal. seperti kekasaran batu serat kayu dan anyaman kain Dan tekstur dalam suatu
ruang juga dapat memberikan suasana dalam ruang, seperti batuan akan memberi suasana alami.
Tekstur ringan, tipis dan halus memberi kesan ruang yang lebih besar. Tekstur berat memberi kesan
ruang menjadi terlihat lebih sempit . (Chressetianto, 2018)
C. Material
Bahan material merupakan faktor utama sebagai pembentuk elemen ruang. Pemilihan bahan
material untuk lantai, dinding dan plafon yang baik dapat mempengaruhi desain dan kenyamanan
pengguna. Bahan bangunan Green Architecture umumnya terdiri dari sumber daya terbarukan dan
bukan sumber daya tidak terbarukan bertanggung jawab terhadap lingkungan karena dampaknya
dipertimbangkan selama masa pakai produk. Selain itu, Green Architecture bahan umumnya
menghasilkan pengurangan biaya perawatan dan penggantian selama umur bangunan, menghemat
energi, dan meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuni. Bahan bangunan hijau dapat
dipilih dengan mengevaluasi karakteristik seperti digunakan kembali dan konten daur ulang, emisi
gas buang nol atau rendah emisi udara berbahaya, toksisitas nol atau rendah, terbarukan secara
berkelanjutan dan cepat bahan yang dipanen, daur ulang tinggi, daya tahan, umur panjang, dan
produksi lokal (Cullen, 2019).
BAB III
Metode penelitian dilakukan melalui uraian-uraian kegiatan pengumpulan data dan analisa data.
Uraian-uraian kegiatan tersebur mencakup :
➢ Studi Literatur / Pustaka
Pada metode ini bahan pengumpulan data didapat dari buku jurnal laporan mahasiswa arsitektur
yang telah melaksanakan dan menyelesaikan laporan.
➢ Studi Observasi / Lapangan
Pada metode ini data didapat secara langsung dilapangan dengan mencatat yang akan dijadikan
sebagai objek pembahasan.
Penelitian ini menggunakan strategi yang bersifat deskriptif / naratif. Penelitian naratif
merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki kehidupan individu dan
meminta seorang atau sekolompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka. Informasi ini
kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi naratif. Di akhir tahap penelitian,
peneliti harus menggabungkan dengan gaya naratif pandangan-pandangannya tentang kehidupan
partisipan dengan pandanganpandangannya tentang kehidupan peneliti sendiri (Clandinin &
Connelly, 2019 dalam Creswell, 2018).
KERANGKA TEORI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau adalah karya arsitektur yang: memberikan solusi terhadap permasalahan iklim
di lingkungannya dan harus didekati oleh bidang sains bangunan (Karyono, 2000); menghemat energi,
mereduksi emisi, konservasi, meningkatkan produksi, meminimalisasi pengeluaran dan meningkatkan
nilai tambah bangunan berkelanjutan, ramah lingkungan, tanggap iklim, sadar energi dan cerdas
budaya (Nugroho, 2019).
Secara umum, pengelompokan wujud arsitektur jenis apapun, seharusnya didefinisikan
menjadi tiga hal, yaitu: sistem spasial (spatial system), sistem fisik (physical system), sistem model
atau tampilan (stylictic system) (Habraken, dalam Febrianto, 2018). mengkategorikan menjadi tiga hal
yaitu: strategi bangunan, material bangunan dan struktur bangunan mengkategorikan menjadi tiga hal
yaitu: strategi bangunan, material bangunan dan struktur bangunan
Kesimpulan:
Hasil penelitian ditemukan bahwa konsep arsitektur hijau adalah mampu beradaptasi dengan
iklim, mempunyai fitur maksimal dan surplus energi karena menggunakan methode dengan rasional,
dan hasil design sangat mengandalkan rasional,logika makna dan strategi suatu konsep desain yang
bertujuan untuk menciptakan lingkungan bermukim yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan
sejalan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan. Beberapa kesimpulan mengenai arsitektur hijau pada
pemukiman perumahan dapat melibatkan aspek-aspek : Efisiensi Energi, Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau, Manajemen Air yang Berkelanjutan, Material Ramah Lingkungan,Keselamatan dan Kesehatan
Transportasi Berkelanjutan,Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan
Dengan merangkum aspek-aspek tersebut, arsitektur hijau pada pemukiman perumahan dapat
menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan, nyaman, dan sehat bagi penduduknya serta
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar.
Febi Rachmawati., Irma Rahayu., et al. 2021. ’’Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur
Hijau di Kabupaten Buton’’. Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar. Jurnal
TIMPALAJA Architechture Student Journals Volume 3, Nomor 1, hlm 11-29 e-ISSN:
2745-8490.
Achmad Fikri Mauludi. 2020. ’’KAJIAN PRINSIP ARSITEKTUR HIJAU PADA BANGUNAN
PERKANTORAN (STUDI KASUS UNITED TRACTOR HEAD OFFICE DAN
MENARA BCA)’’. Universitas Muhammadiyah Jakarta. SINEKTIKA Jurnal Arsitektur
Vol. 17 No. 2.
Muhammad Ridha Faishal1,. Anggana Fitri Satwikasari1. 2021. ’’KAJIAN PRINSIP ARSITEKTUR
HIJAU PADA BANGUNAN APARTEMEN SAMARA SUITES DI JAKARTA’’.
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jurnal Arsitektur PURWARUPA Volume 05 No 1.
Sisilia Rosalina Kirana., Maya Andria Nirawati., et al. 2020. ’’KONSEP ARSITEKTUR HIJAU
Pada Hotel Resor di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat’’. Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur Vol 3 No 2.
DAFTAR PUSTAKA
Dotulong, A. L. (2019). Pengaruh Pembayangan Massa Bangunan Terhadap Radiasi Panas Matahari
Di Ruang Terbuka Kawasan Tropis Yang Terletak Pada Garis Lintang 7°LS. Jurnal Arsitektur dan
Perencanaan. Vol.3, No.1, 1-11.
Heriyanto. (2018). Thematic Analysis sebagai Metode Menganalisa Data untuk Penelitian Kualitatif.
Jurnal
ANUVA Vol. 2 (No. 3), 317-324.
Prianto, E. (2019). Aplikasi Green Wall Pada Gedung Pemerintah Dalam Menciptakan Kenyamanan
Di Kota Semarang : Sebuah Studi Awal. Riptek Vol. 7, No. 1, 1-14.
Buku
Ahmad, J. (2018). Desain Penelitian Analisis Isi (Content Analysis). Ciputat: Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah.
Agung Murti Nugroho. (2018). Arsitektur Tropis Nusantara: Rumah Tropis Nusantara. Malang: Tim
UB Press.
Creswell, J. W. (2016). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif Kuantitatif Dan Campuran,
Edisi 4. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Karyono, T.K. (2019). Green Architecture: Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia.
Jakarta: Rajawali
Problem Seeking: An Architectural Programming Primer. New York: John Willey and Son, Inc.
Sudarwani, M. M. (2018). Penerapan Green Architecture Dan Green Building. 1-19. Dosen Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pandanaran.
Szokolay, S. V. (2018). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design (Vol.
2nd). Oxford: Architectural Press (imprint of Elsevier).
Buku Visual
Hindarto, P. (2017). 25 Karya Arsitek IAI Malang. Malang: IAI Malang dan Penerbit Kota Tua.