Anda di halaman 1dari 25

PENERAPAN ARSITEKTUR HIJAU PADA BANGUNAN

RUMAH TINGGAL

Mata Kuliah: Metode Penelitian


Dosen Pengampu: Frans Romi Pelleng

Oleh:

Nama : Muhammad Habib (217312040005)


Nama : Rifqi Nasrulloh (227312140001)

TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MPU TANTULAR
2023
ABSTRAK

para arsitek akademisi maupun praktisi cenderung mengadaptasi metode dan konsep arsitektur hijau
pada jenis hunian hasil desainnya. Hasil desain bangunan seorang arsitek harus memiliki refleksi
karakter pemilik, mencerminkan gaya hidup pemilik, Terlebih lagi hasil desain yang bertemakan
arsitektur hijau, harus tanggap iklim, sadar energi dan mampu memberikan solusi terhadap
permasalahan iklim di lingkungannya. Bangunan bertema arsitektur hijau dapat dilihat berdasarkan
enam sistem yaitu: sistem ruang luar (lanskap), sistem ruang dalam (interior), sistem spasial (organisasi
ruang), sistem model (tampilan bangunan), sistem struktur (konstruksi bangunan) dan sistem bentuk
(gubahan bangunan). Lima sistem yang disebutkan diawal sudah banyak dibahas. Namun kajian yang
membahas metode dan konsep arsitektur hijau pada bangunan hunian khususnya pada sistem bentuk
(gubahan bangunan) masih sangat terbatas. Rumusan masalah penelitian adalah menerapkan objek apa
saja yang membentuk arsitektur hijau pada sistem bentuk bangunan untuk lingkup hunian. Tujuan
penerapan ini adalah membuat diagram tentang objek amatan yang membentuk arsitektur hijau pada
sistem bentuk bangunan untuk lingkup hunian. penerapan ini berusaha mengisi celah penelitian (gab
research) dengan mendefinisikan arsitektur hijau pada sistem bentuk bangunan untuk lingkup hunian,
yang terdiri dari: orientasi bangunan, ketinggian bangunan dan fitur bangunan. Rancangan penelitian
bersifat kualitatif, sedangkan strategi penelitian berjenis content analysis. Metode pengumpulan data
bersifat eksploratif dan didapatkan dari studi literatur tentang arsitektur hijau. Metode analisis yang
dipakai adalah: (1) analisis isi, (2) analisis tematik dan (3) analisis induktif. Pengumpulan data dimulai
dari mencari objek amatan. Dilanjutkan dengan membentuk tema, kategori hingga menentukan metode
dan konsep. Pada penelitian ini ditemukan empat objek amatan mengenai kajian bentuk desain‖ hunian
bertema arsitektur hijau, yaitu: posisi bangunan, orientasi bangunan, ketinggian bangunan dan fitur
bangunan. Metode desain hunian yang digunakan pada arsitektur hijau adalah jenis rasional (glass
box). Konsep desain hunian bertema arsitektur hijau adalah: mampu beradaptasi terhadap iklim,
memiliki fitur yang maksimal dan sadar energi. Pada bagian kesimpulan ditemukan diagram mengenai
hirarki objek amatan mengenai metode dan konsep pada bangunan hunian yang bertemakan arsitektur
hijau.

Kata kunci: kajian bentuk, glass box, tanggap iklim, fitur maksimal, sadar
energy
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian ini menerapkan arsitektur hijau pada hunian pribadi arsitek (bukan hunian klien) secara
umum. Penelitian ini berusaha melengkapi penelitian yang sudah ada, yaitu dengan mendeskripsikan
enam elemen arsitektur hijau pada hunian arsitek akademisi.
Para arsitek, baik akademisi maupun praktisi cenderung mengadaptasi arsitektur hijau pada huniannya.
Hunian seorang arsitek umumnya didesain sebagai bangunan tempat berlindung yang memiliki refleksi
karakter, mencerminkan gaya hidup dan menunjukkan eksistensi profesi seorang arsitek. Sebagai
upaya memaknai arsitektur hijau, beberapa arsitek akademisi mengaplikasikannya setidaknya pada
empat elemen desain. Penerapan arsitektur hijau setidaknya tampak pada enam elemen yaitu: unit
ruang dalam (interior), unit ruang luar (lanskap), unit spasial, unit bentuk bangunan, unit fasad
bangunan dan unit struktur bangunan. Merancang hunian pribadi seorang arsitek tentunya berbeda
dengan mendesain hunian klien atau bangunan publik lain. Sangat menarik untuk mencari jejak telusur
penerapan desain bentuk bertema arsitektur hijau pada hunian arsitek akademisi.
Studi Terdahulu menyatakan Banyak penelitian yang sudah ada cara menerapkan desain dan konsep
arsitek praktisi, namun jarang sekali penerapan desain arsitektur hijau pada hunian arsitek akademisi.
Penelitian mengenai penerapan desain: (Rusadi,
Purwatiasning, & Satwikasari, 2019).
Penelitian mengenai arsitektur hijau: Nugroho (2018);

1.2 Maksud dan Tujuan


Penelitian ini berusaha menerapkan apa saja objek-objek amatan yang membentuk arsitektur hijau
pada rumah hunian arsitek. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan objek-objek
amatan arsitektur hijau yang membentuk metode dan konsep arsitektur hijau secara utuh, khususnya
pada enam elemen bangunan yang sudah ditentukan.

1.3 Rumusan Masalah


- Apakah penerapan arsitektur hijau dapat diterapkan dibangunan hunian?
- Bagaimana pengaruh dari penerapan arsitektur hijau terhadap lingkungan sekitar?
- Manakah yang lebih efektif antara penerapan material Arsitektur hijau dan material bangunan
konvensional
1.4 Batasan Masalah
Agar permasalahan yang di tinjau tidak terlalu luas dan supaya sesuai dengan maksud dan
tujuan yang ingin dicapai, maka perlu adanya pembatasan masalah yang menjadi ruang lingkup. Untuk
itu penulis membatasi permasalahan didalam penelitian ini sebagai berikut:
l. Dalam penerapan ini, masalah tidak dibatasi pada fungsi bangunan
2. Dalam penerapan ini, ada beberapa masalah yang mencakup orientasi bangunan, ketinggian
bangunan dan fitur bangunan yang berprinsip pada enam elemen penerapan bangunan Arsitektur
hijau.
1.5 Manfaat Penelitian :
A. Bagi Mahasiswa
Memberi pengetahuan tentang arsitektur minimalis dan arsitektu rmodern.
B. Bagi Fakultas Dan Jurus
Menambah refrensi tentang arsitektur dengan adanya penelitian ini.
C. Bagi Masyarakat
Memberi wawasan tentang arsitektur minimalis modem dan bisa menjadi inpirasi dalam ke depannya

BAB II
2. 2.1 LANDASAN TEORI

Green Architecture adalah pendekatan bangunan yang meminimalkan efek berbahaya pada
kesehatan manusia dan lingkungan. Lingkungan Hidup. Arsitek atau desainer "hijau" berupaya
menjaga udara, air, dan bumi dengan memilih bangunan yang ramah lingkungan bahan dan praktek
konstruksi (Roy 2019).

Green Architecture mendefinisikan pemahaman tentang arsitektur ramah lingkungan di bawah


semua klasifikasi, dan mengandung beberapa persetujuan universal (Burcu, 2020), Ini mungkin
memiliki banyak karakteristik berikut:

a. Sistem ventilasi yang dirancang untuk pemanasan dan pendinginan yang efisien
b. Pencahayaan dan peralatan hemat energi
c. Perlengkapan pipa hemat air
d. Bentang alam direncanakan untuk memaksimalkan energi matahari pasif
e. Kerusakan minimal terhadap habitat alami
f. Sumber tenaga alternatif seperti tenaga surya atau tenaga angin
g. Bahan non-sintetik, tidak beracun
h. Kayu dan batu yang diperoleh secara lokal
i. Kayu yang dipanen secara bertanggung jawab
j. Penggunaan kembali adaptif bangunan tua
k. Penggunaan sisa arsitektur daur ulang
l. Penggunaan ruang yang efisien

Meskipun sebagian besar green Architecture tidak memiliki semua fitur ini, tujuan tertinggi dari
green Architecture adalah agar dapat sepenuhnya berkelanjutan. Juga Dikenal Sebagai:
Pembangunan berkelanjutan, desain lingkungan, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur ramah
lingkungan, arsitektur alami
Konsep perancangan digunakan metode pemograman oleh Donna P. Duerk. Dengan kriteria aspek
yang di terapkan ke desain yaitu :
1. Care in the community, rancangan harus dapat mendorong dan mengakomodasi terjadinya
interaksi dan sosialisasi.
2. Design for domesticity, rancangan harus dapat menciptakan dan memberi suasana seperti
dirumah.
3. Social valorization, rancangan dapat menjaga privasi dan keamanan untuk pengguna.
4. Integrated with nature, rancangan harus dapat memanfaatkan dan memaksimalkan elemen
– elemen tapak dan disekitarnya.
2.2 PERTIMBANGAN UNTUK Green Architecture
Bangunan hijau melibatkan pertimbangan dalam empat bidang utama: pengembangan lokasi,
pemilihan dan minimalisasi material, efisiensi energi, dan kualitas udara dalam ruangan
A. Mempertimbangkanuntuk mengurangi dampak pembangunan terhadap lingkungan alam.
Misalnya, orientasi bangunan yang akan diambil keuntungan dari akses matahari, naungan
dan pola angin yang akan mengurangi beban pemanasan dan pendinginan.
B. Dengan hati-hati pilih bahan yang tahan lama, mengandung konten daur ulang, dan
diproduksi secara lokal untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Pasar yang
berkembang terdapat produk daur ulang berkualitas dengan harga terjangkau.
C. Memasukkan desain hemat energi ke dalam bangunan untuk menciptakan lingkungan yang
efisien dan nyaman
D. Desain kualitas udara dalam ruangan yang tinggi untuk meningkatkan kesehatan dan
produktivitas penghuni.
E. Minimalkan limbah dalam proses konstruksi dan pembongkaran dengan memulihkan
material dan menggunakan kembali atau mendaur ulangnya
2.3 PRINSIP UNTUK Green Architecture
Bukanlah tren pembangunan yang sederhana itu adalah pendekatan untuk membangun yang sesuai
dengan tuntutan masanya, yang elevansi dan kepentingan hanya akan terus meningkat.
1. Kenyamanan. Karena rumah atau bangunan bertenaga surya pasif yang dirancang dengan
baik sangat hemat energi, ini bebas dari angin. Sinar matahari ekstra dari jendela selatan
membuatnya lebih ceria dan menyenangkan di musim dingin dibanding rumah
konvensional (Kats, 2020)
2. Ekonomi. Jika ditangani pada tahap desain, konstruksi tenaga surya pasif tidak harus
mengeluarkan biaya lebih dari konvensional konstruksi, dan dapat menghemat uang untuk
tagihan bahan bakar (Kats, 2020)
3. Estetika. Bangunan surya pasif dapat memiliki tampilan konvensional di luar, dan fitur
surya pasif membuatnya mereka cerah dan menyenangkan di dalam.
4. Bertanggung jawab terhadap lingkungan. Rumah surya pasif dapat secara signifikan
mengurangi penggunaan bahan bakar pemanas dan listrik yang digunakan untuk
penerangan. Jika strategi pendinginan pasif digunakan dalam desain, biaya pendingin udara
musim panas juga dapat dikurangi (Woolley, 2019).

2.4 POLA SIRKULASI

Pola Sirkulasi dalam suatu ruang pusat terapi dan rehabilitasi memiliki pola yang berbeda
tergantung pada fungsi ruang dan kebutuhan pengguna sendiri.
2.1.1 Pencapaian
Sebelum masuk kedalam ruangan, pengguna akan melewati ruang luar dan
pintu masuk merupakan sebuah pencapaian yang harus ditempuh. Berikut merupakan
pola pencapaian(Ching, 2020) :
a. Frtontal
Pencapaian frontal secara langsung mengarah ke pintu masuk sebuah bangunan
melalui sebuah jalur lurus dan aksial. Ujung akhir visual yang menghilangkan
pencapaian ini jelas ia bisa berupa seluruh fasad depan bangunan atau hall
lingkungan taman dan kolam yang tujuan nya untuk penerimaan awal Tamu
b. Tidak Langsung
Sebuah pencapaian tidak langsung menekankan efek perspektif pada fasad depan
dan bentuk sebuah bangunan. Jalurnya dapat diarahkan kembali sekali atau
beberapa kali untuk menunda dan melamakan sekuen pencapaiannya. Jika sebuah
bangunan dicapai dari sebuah sudut yang ekstrim, pintu masuknya dapat dibuat
menjorok dari fasadnya agar lebih terlihat.
c. Sebuah jalur spiral melamakan sekuen pencapaian dan menekankan bentuk tiga
dimensional sebuah bangunan, sementara kita bergerak di sepanjang
sekelilinganya. Pintu masuk bangunan ini bisa terlihat berulang kali pada waktu
pencapaiannya untuk memperjelas posisinya, atau ia bisa disembunyikan hingga
tiba di titik kedatangannya.
2.1.2 Konfigurasi Jalur Pergerakan
Dalam sebuah ruang, alur pergerakan memiliki desain yang berbeda tergantung kepada
fungsi ruangnya. Alur pergerakan ruang dapat dipengaruhi juga terhadap organisasi pembentuk
ruangnya. Jenis alur pergerakan ruang dapat mempengaruhi kenyamanan pengguna terhadap
sebuah ruang. Berikut beberapa jenis konfigurasi jalur pergerakan (Ching, 2019):
a. Linier
Seluruh jalur adalah linier. Namun, jalur yang lurus, dapat menjadi elemen pengatur
yang utama bagi serangkaian ruang. Jalur ini dapat berbentuk kurvalinier atau
terpotong-potong, bersimpangan dengan jalur lain, bercabang, atau membentuk
sebuah putaran balik.
b. Radial
Sebuah konfigurasi radial memiliki jalur-jalur linier yang memanjang dari atau
berakhir di sebuah titik pusat bersama.
c. Sebuah konfigurasi spiral merupakan sebuah jalur tunggal yang menerus yang
berawal dari sebuah titik pusat bergerak melingkar dan semakin lama semakin jauh
darinya.
d. Grid
Sebuah konfigurasi grid terdiri dari dua buah jalur sejajar yang berpotongan pada
interval-interval reguler dan menciptakan area ruang berbentuk bujursangkar atau
persegi panjang.
e. Sebuah konfigurasi jaringan terdiri dari jalur-jalur yang menghubungkan titik-titik
yang terbentuk di dalam ruang.
2.5 Elmen Pembentuk Ruang

Ruang adalah suatu wadah untuk menampung aktivitas pengguna. Dalam Pusat terapi
dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
pendekatan green architecture, pembentukan ruang tidak hanya untuk menampung aktivitas
penggunanya, tetapi penataan ruang pusat terapi dan dengan orientasi pembentukan suasana ruang
luar maupun ruang dalam,dengan cara mengelaborasi penanganan secara medis dan juga sosial
sebagai konsep green architecture yang dapat berperan dalam proses penyembuhan. Dalam
merancang elemen tersebut dapat diuraikan lebih detail terkait unsur pembentuk didalamnya
seperti :
1. Garis Lurus / Straight
a. Vertikal
Mengekspresikan kekuatan dan pemaksaan, dapat menciptakan atmosfer yang
agung/bermartabat dan memberikan ilusi dari ketinggian ruang
b. Horisontal
Memberi kesan keluasan/kelapangan, relaksasi, dan menunjukkan tampak yang
lebar
c. Diagonal
Cenderung menunjuk ke suatu ruang dan menjaga mata untuk terus bergerak.
Terlalu banyak menggunakan garis diagonal akan melemahkan unity desain
2. Garis Lengkung / Curved
a. Lingkaran (Circles and Full Curves)
Menstimulasi keceriaan dengan warna yang cerah dan kontras. Terlalu banyak garis
lingkaran akan menghasilkan kegelisahan/keresahan
b. Lebih Tegas (Voliptuous, Full and Complex Curves)
Garis dan bentuk yang berliku-liku, memberikan kesan
keindahan,kemewahan/kekayaan dan sandiwara
A. Warna
Warna sangat berperan penting bagi kehidupan manusia. Warna dapat mempengaruhi
emosi seseorang dan turut serta dalam fase penyembuhan untuk pasien rehabilitasi
medis maupun sosial tergantung tingkat ketergantungan pasien dan Warnapun juga
dapat mempengaruhi pengguna disuatu ruang. Oleh karena itu wana dalam ruang harus
dipilih sesuai dengan tujuan aktivitas di dalamnya. Berikut merupakan arti warna yang
dapat membantu merancang ruang (Zharandont, 2019):
WARNA ARTI
Dalam psikologi warna merah merupakan simbol dari energi, gairah,
MERAH action, kekuatan dan kegembiraan. Negatifnya warna merah identik
dengan kekerasan dan kecemasan.
Warna ini merupakan simbol dari petualangan,optimisme, percaya
ORANYE
diri dan kemampuan dalambersosialisasi.
dapat merangsang aktivitas pikiran dan mental. Warna kuning sangat
KUNING
baik digunakan untuk membantu penalaran secara logis dan analitis.
Warna biru mampu memberi kesan profesional dan kepercayaan.
BIRU Diyakini bahwa warna biru dapat merangsang kemampuan
berkomunikasi, ekspresi artistic dan juga sebagai symbol kekuatan.
Cara pandang ilmu psikologi warna hijau sangat membantu seseorang
yang berada dalam situasi tertekan untuk menjadi lebih mampu dalam
HIJAU
menyeimbangkanemosi dan memudahkan keterbukaan dalam
berkomunikasi.
HITAM Warna yang akan memberi kesan suram, gelap dan menakutkan
namun juga elegan. Karena itu elemen apapun jika dikombinasikan
dengan warna hitam akan terlihat menarik.
Warna putih memberi kesan kebebasan dan keterbukaan. Kekurangan
PUTIH warna putih adalah dapat memberi rasa sakit kepala dan mata lelah
jika warna ini terlalu mendominasi
Dominasi warna ini akan memberi kesan hangat, nyaman dan aman.
COKLAT Kelebihan lainnya adalah warna coklat dapat menimbulkan kesan
modern, canggih dan mahal karena kedekatannya dengan warna emas.

B. Tekstur
Tekstur adalah kualitas spesifik suatu permulaan yang dihasilkan oleh struktur tri matranya.
Tekstur seringkali dipakai untuk menerangkan kehalusan atau kekasaran relatif suatu permukaan.
Ia juga dapat dipakai untuk menerangkan karakteristik kualitaskualitas permukaan bahan-bakan
yang sudah dikenal. seperti kekasaran batu serat kayu dan anyaman kain Dan tekstur dalam suatu
ruang juga dapat memberikan suasana dalam ruang, seperti batuan akan memberi suasana alami.
Tekstur ringan, tipis dan halus memberi kesan ruang yang lebih besar. Tekstur berat memberi kesan
ruang menjadi terlihat lebih sempit . (Chressetianto, 2018)
C. Material
Bahan material merupakan faktor utama sebagai pembentuk elemen ruang. Pemilihan bahan
material untuk lantai, dinding dan plafon yang baik dapat mempengaruhi desain dan kenyamanan
pengguna. Bahan bangunan Green Architecture umumnya terdiri dari sumber daya terbarukan dan
bukan sumber daya tidak terbarukan bertanggung jawab terhadap lingkungan karena dampaknya
dipertimbangkan selama masa pakai produk. Selain itu, Green Architecture bahan umumnya
menghasilkan pengurangan biaya perawatan dan penggantian selama umur bangunan, menghemat
energi, dan meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuni. Bahan bangunan hijau dapat
dipilih dengan mengevaluasi karakteristik seperti digunakan kembali dan konten daur ulang, emisi
gas buang nol atau rendah emisi udara berbahaya, toksisitas nol atau rendah, terbarukan secara
berkelanjutan dan cepat bahan yang dipanen, daur ulang tinggi, daya tahan, umur panjang, dan
produksi lokal (Cullen, 2019).

BAB III

3. 3.1 METODE PENELITIAN

Metode penelitian dilakukan melalui uraian-uraian kegiatan pengumpulan data dan analisa data.
Uraian-uraian kegiatan tersebur mencakup :
➢ Studi Literatur / Pustaka
Pada metode ini bahan pengumpulan data didapat dari buku jurnal laporan mahasiswa arsitektur
yang telah melaksanakan dan menyelesaikan laporan.
➢ Studi Observasi / Lapangan
Pada metode ini data didapat secara langsung dilapangan dengan mencatat yang akan dijadikan
sebagai objek pembahasan.
Penelitian ini menggunakan strategi yang bersifat deskriptif / naratif. Penelitian naratif
merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki kehidupan individu dan
meminta seorang atau sekolompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka. Informasi ini
kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi naratif. Di akhir tahap penelitian,
peneliti harus menggabungkan dengan gaya naratif pandangan-pandangannya tentang kehidupan
partisipan dengan pandanganpandangannya tentang kehidupan peneliti sendiri (Clandinin &
Connelly, 2019 dalam Creswell, 2018).

3.1.1 Metode Analisis Data


Metode analisis data terbagi menjadi tiga bagian, yaitu terdiri dari:
(1) Analisis isi
Analisis isi merupakan suatu metode untuk: (a) mempelajari dan menganalisis komunikasi secara
sistematik, objektif dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Berelson & Kerlinger dalam
Ahmad, 2018); (b) membuat inferensi yang valid dari teks (Weber dalam Ahmad, 2018); (c)
membuat inferensi yang dapat direplikasi (ditiru) dan shahih datanya dengan memerhatikan
konteksnya (Krippendorf dalam Ahmad, 2018); (d) menggambarkan isi komunikasi, menarik
kesimpulan dan memberikan konteks, baik produksi ataupun konsumsi dengan cara mereplikasi
dari simbol-simbol komunikasi, (Riffe, Lacy dan Fico Ahmad, 2018); (e) menganalisis suatu pesan
atau suatu alat untuk mengobservasi dan mengnalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari
komunikator yang terpilih (Ahmad, 2018).
(2) Analisis tematik
Analisis tematik merupakan salah satu cara untuk: (a) mengupas secara rinci data-data kualitatif
yang mereka miliki guna menemukan keterkaitan pola-pola dalam sebuah fenomena dan
menjelaskan sejauhmana sebuah fenomena terjadi melalui kacamata peneliti (Fereday & Muir-
Cochrane dalam Heriyanto, 2018);
(b) menganalisa data dengan tujuan untuk mengidentifikasi pola atau untuk menemukan tema
melalui data yang telah dikumpulkan oleh peneliti (Braun & Clarke dalam Heriyanto, 2018); (c)
dasar atau pondasi untuk kepentingan menganalisa dalam penelitian kualitatif (Heriyanto, 2018 ).
(3) Analisis induktif
Motode analisis bersifat induktif diilustrasikan sebagai: (a) usaha peneliti dalam mengolah secara
berulang-ulang; (b) membangun serangkaian konsep yang utuh; (c) mencari indikator dan objek
amatan; (d) membangun tema-tema dan kategori hingga; (e) membentuk konsep pada bagian akhir
(Creswell, 2018).

KERANGKA TEORI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau adalah karya arsitektur yang: memberikan solusi terhadap permasalahan iklim
di lingkungannya dan harus didekati oleh bidang sains bangunan (Karyono, 2000); menghemat energi,
mereduksi emisi, konservasi, meningkatkan produksi, meminimalisasi pengeluaran dan meningkatkan
nilai tambah bangunan berkelanjutan, ramah lingkungan, tanggap iklim, sadar energi dan cerdas
budaya (Nugroho, 2019).
Secara umum, pengelompokan wujud arsitektur jenis apapun, seharusnya didefinisikan
menjadi tiga hal, yaitu: sistem spasial (spatial system), sistem fisik (physical system), sistem model
atau tampilan (stylictic system) (Habraken, dalam Febrianto, 2018). mengkategorikan menjadi tiga hal
yaitu: strategi bangunan, material bangunan dan struktur bangunan mengkategorikan menjadi tiga hal
yaitu: strategi bangunan, material bangunan dan struktur bangunan

3.1.1. Posisi Bangunan pada Arsitektur Hijau


Posisi bangunan pada arsitektur hijau berkaitan dengan: (1) mampu beradaptasi terhadap
peredaran matahari dan arah angin (Nugroho, 2018); (2) memanjang dari timur ke barat, menghalangi
radiasi matahari pada dinding transparan, (3) mengurangi transmisi panas dari dinding-dinding masif
yang terkena radiasi matahari langsung (Karyono, 2019).
Posisi bangunan pada arsitektur hijau harus mampu beradaptasi terhadap peredaran matahari
dan arah angin (Nugroho, 2018). Hunian yang berada di garis lintang selatan cenderung menerima
radiasi matahari yang lebih besar pada dinding sebelah utara dibanding sebelah selatan. Hal ini
berpengaruh terhadap desain atap, bukaan jendela, peneduh atau pembayang bangunan terkait
perlindungan terhadap radiasi matahari langsung.
Posisi bangunan pada arsitektur hijau umumnya memanjang dari timur ke barat, dan cenderung
menghadap utara-selatan (Karyono, 2019). Suhu ruang rata-rata pada sisi dinding timur-barat lebih
tinggi dibanding suhu ruang pada sisi selatan. Perbedaan suhu ruang rata-rata timur-barat dengan ruang
sisi selatan mencapai 1C dengan dinding tipis (10 cm) dan lebih dari1C untuk dinding tebal (20 cm).
Posisi bangunan pada arsitektur hijau umumnya menentukan posisi dinding transparan
(Karyono, 2019). Ketika sinar matahari secara langsung menembus bidang kaca, radiasi yang
dipancarkan matahari akan
memanaskan benda yang ada d bangunan tersebut. Karena bahan kaca umumnya tidak dapat
meneruskan gelombang panjang, panas yang ditimbulkan oleh benda-benda tersebut akhirnya tidak
dapat keluar dar bangunan dan terperangkap di dalamnya.
Posisi bangunan pada arsitektur hijau umumnya mengurangi transmisi panas dari dinding-
dinding masif yang terkena radiasi matahari langsung (Karyono, 2019). Hindarkan penempatan ruang
dengan fungsi utama pada sisi barat. Dinding pada sisi barat akan mendapatkan radiasi matahari siang
dan sore yang sangat tinggi dan membuat ruang didalamnya panas. Sebaiknya sisi barat digunakan
untuk ruang servis.

2.1.3 Orientasi Bangunan pada Arsitektur Hijau


Orientasi bangunan pada arsitektur hijau berkaitan dengan: (1) bentuk pembungkus bangunan
(2) konfigurasi bentuk bangunan (3) fasad utama dan bukaan (4) menghadap utara-selatan (Karyono,
2019).
Orientasi bangunan pada arsitektur hijau umumnya berkaitan dinding dan atap yang merupakan
pembungkus bangunan (building envelope). Bidang terluas yang selalu terkena sinar matahari
sepanjang hari adalah suatu bidang dinding bangunannya. Dan dinding yang terkena radiasi matahari
tersebut akan menjadi panas dan meneruskan panasnya ini kedalam ruangan
Orientasi bangunan pada arsitektur hijau juga berkaitan dengan konfigurasi bentuk bangunan
Desainer mengorientasikan jendela dan dinding dan tenda tempat, beranda, dan pohon untuk jendela
naungan dan atap selama musim panas sambil memaksimalkan keuntungan surya di musim kemarau.
Selain itu, penempatan jendela yang efektif (pencahayaan) dapat memberikan lebih banyak cahaya
alami dan mengurangi kebutuhan untuk penerangan listrik pada siang hari.
Orientasi bangunan pada arsitektur hijau juga berkaitan dengan fasad utama dan bukaan bukaan
Orientasi bangunan pada arsitektur hijau berkaitan dengan peredaran matahari, umumnya menghadap
utara-selatan dan membujur dari barat ke timur (Karyono, 2019).

2.1.4 Ketinggian Bangunan pada Arsitektur Hijau


Ketinggian bangunan pada arsitektur hijau berkaitan erat dengan: (1) mengoptimalkan tata
cahaya dan tata udara (Nugroho, 2018); (2) meminimalkan radiasi panas dari plafon, (3) optimasi
ventilasi silang (Karyono, 2019); (4) gemoetri permukaan (Givoni dalam Dotulong, 2019); (5) efisiensi
selubung bangunan
Ketinggian bangunan pada arsitektur hijau berusaha mengoptimalkan tata cahaya dan tata
udara (Nugroho, 2018). Selubung bangunan baik berupa atap, dinding dan lantai harus didesin secara
optimal dan terpadu. Keterpaduan komponen bangunan saling meneduhi melalui variasi ketinggian
panggung, beberapa faktor lain: atap lebar, dinding miring. Semua elemen tersebut akan
mengoptimalkan tata cahaya dan tata udara.
Ketinggian bangunan pada arsitektur hijau berusaha meminimalkan radiasi panas dari plafon
Karyono, 2019). Pelepasan panas bangunan ke udara dan sekitarnya terjadi melalui proses radiasi,
konduksi dan konveksi.
Ketinggian bangunan pada arsitektur hijau berusaha mengoptimalkan ventilasi silang
(Karyono, 2019). Hal yang paling penting adalah membuat rancangan bangunan yang memungkinkan
perpindahan konveksi panas secara konveksi berlangsung optimal. Dengan cara membuat bukaan
yang memuungkinkan terjadinya ventiasi udara secara silang di dalam bangunan. Aliran udara sangat
berpengaruh menciptakan efek dingin pada tubuh manusia sehingga sangat membantu pencapaian
kenyamanan thermis manusia.
Ketinggian bangunan pada arsitektur hijau berusaha mempertimbangkan gemoetri permukaan
Pembayangan adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk meminimalkan
ketidaknyamanan termal akibat radiasi matahari langsung di ruang terbuka Jumlah radiasi matahari
langsung di ruang terbuka dipengaruhi oleh geometri permukaan karena geometri permukaan
menentukan pembayangan yang terbentuk di ruang terbuka. Geometri permukaan di antaranya
mencakup rasio tinggi bangunan/jarak antar bangunan orientasi dan konfigurasi massa bangunan dan
ruang terbuka.
Ketinggian bangunan pada arsitektur hijau berusaha mempertimbangkan efisiensi selubung
bangunan Untuk mengurangi operasi penggunaan energi, efisiensi tinggi jendela dan isolasi di dinding,
plafon, dan lantai meningkatkan efisiensi selubung bangunan, (penghalang antara ruang AC dan tanpa
syarat) (Nugroho, 2018)

2.1.5 Fitur Bangunan pada Arsitektur Hijau


Ketinggian bangunan pada arsitektur hijau berkaitan erat dengan: (1) dinding miring dengan
konsep self shaded (Nugroho, 2018); (2) gubahan massa ramping (Nugroho, 2018);
Ketinggian bangunan pada arsitektur hijau umumnya memiliki konsep self shaded (Nugroho,
2018). Bentuk bangunan dengan dinding miring dengan konsep self shading juga berpengaruh
terhadap aksi untuk mengoptimalkan tata cahaya dan tata udara.
Ketinggian bangunan pada arsitektur hijau umumnya bentuk bangunan disarankan ramping,
tidak lebih dari 12 meter, sehingga memungkinkan aliran udara silang dan pencahayaan alami yang
merata (Nugroho, 2018).
2.1.6 Bentuk Bangunan pada Arsitektur Hijau
Penelitian ini membahas mengenai objekobjek amatan yang membentuk metode dan konsep
bentuk bangunan bertema arsitektur hijau pada hunian arsitek. Ditemukan empat objek amatan (posisi,
orientasi, ketinggian dan fitur bangunan).

Posisi Bangunan Orientasi Bangunan Ketinggian Bangunan Fitur Bangunan


Adaptasi terhadap Bentuk Mengoptimal kan tata Self shaded (Nugroho,
garis edar matahari Fasad utama dan bukaan cahaya dan tata udara 2018).
(Nugroho, (Prianto, (Nugroho,
2018) 2018); 2018)

Adaptasi terhadap Menghadap utara- Meminimalk an radiasi Gubahan massa


angin selatan panas dari plafon ramping
(Nugroho, (Karyono, (Karyono, (Nugroho,
2018) 2019) 2019) 2018)

memanjang Adaptasi terhadap Optimasi ventilasi silang Bentuk building


dari timur ke barat garis edar (Karyono, envelope
(Karyono, matahari & angin 2019) (Lippsmeier dalam
2019) (Nugroho, Prianto,
2018) 2018)
Menghalangi radisasi Gemoetri permukaan Konfigurasi bentuk
matahari (Givoni dalam bangunan
Dotulong, (Prianto,
2018);
Mengurangi transmisi Efisiensi selubung
panas (Karyono, bangunan (Sudarwani,
2019). 2018).
2.1.7 Konsep Desain Arsitektur Hijau
Konsep desain yang dihasilkan dengan metode rasional ini ide dasarnya bersumber rasional
dan logika, analisisnya cenderung berbentuk sirkular-sistematis, dan hasil produknya sangat
mengandalkan rasional, logika, makna dan strategi Pada arsitektur hijau, objek-objek amatan berupa
posisi bangunan, orientasi bangunan, ketinggian bangunan dan fitur bangunan harus direncanakan di
awal sehingga dapat sesuai dengan konsep arsitektur hijau yaitu: mampu beradaptasi dengan iklim,
mempunyai fitur maksimal dan surplus energy.
karena menggunakan metode desain rasional. Dimana metode ini rasional dan logika,
analisisnya cenderung berbentuk sirkularsistematis, dan hasil produknya sangat mengandalkan
rasional, logika, makna dan strategi. Oleh sebab itu bentuk bangunan merupakan salah satu dari enam
elemen dari kategori arsitektur hijau, yaitu strategi.
2.1.9 Tabel Kajian Literatur
No Judul/Author/ Problem Method Result Persamaan Perbedaan Critical Review
Publisher Penelitian Penelitian ini
Terdahulu
1 KAJIAN 1. Didirikannya 1. Metode 1. Bangunan - - Menggunakan - Membentuk Penelitian
KONSEP bangunan yang dipakai dirancang dengan mengurangi Metode metode dan terdahulu
ARSITEKTU tanpa melihat pada memperhatikan kontribusi deskriptif konsep menggunakan
R HIJAU lingkungan penelitian ini iklim setempat bangunan kualitatif. arsitektur Metode
PADA sekitarnya merupakan 2. Aspek universal dalam Arsitektur hijau pada deskriptif
BANGUNAN 2. Banyaknya metode dan kenyamanan perusakan hijau sistem bentuk kualitatif.
MUSEUM pemakaian deskriptif bagi pengunjung lingkungan merupakan bangunan Dengan
GEOLOGI kaca yang kualitatif. adalah prinsip arsitektur yang lingkup menggunakan
STUDI berlebih serta 2. penting bagi mencakup hunian. ata primer,
KASUS : tidak Menggunakan penerapan suatu mengenai alam sekunder dan
MUSEUM memikirkan data primer bangunan serta observasi
GEOLOGI iklim serta kepedulian bangunan
BANDUNG sekunder dan mengenai sehingga kurang
obervasi pada pemeliharaan efektif oleh
bangunan. atau karena itu
perlindungan penulis
terhadap membentuk
lingkungan kajian lebih lagi
sekitar, dengan terhadap metode
memperhatika dan konsep
n terhadap arsitektur hijau
energy efficient pada sistem
(efisiensi bentuk
energi), bangunan
(sustainable lingkup hunian.
concept)
konsep
berkelanjutan,
serta holistic
application
(penerapan
holistik)
(Priatman,
2002).
2 Perpustakaan 1. apa saja 1. Metode 1. Meminimalisir - konsep - Melakukan - Membentuk Penelitian
Umum upayam untuk yang kerusakan desain pengumpulan metode dan terdahulu
dengan meminimalisir digunakan lingkungan yang bangunan data Studi konsep Melakukan
Pendekatan kerusakan dengan terjadi di yang ramah literatur, Studi arsitektur pengumpulan
Arsitektur lingkungan pengumpulan Kabupaten Buton lingkungan Preseden, hijau pada data Studi
Hijau di yang terjadi di data Studi salah satunya untuk Wawancara, sistem bentuk literatur, Studi
Kabupaten Kabupaten literatur, adalah dengan meminimalis dan bangunan Preseden,
Buton Buton Studi mendesain ir dalam Pengamatan lingkup Wawancara, dan
2. faktor apa Preseden, bangunan yang perusakan Lapangan. hunian. Pengamatan
saja yang baik Wawancara, ramah lingkungan lingkungan. Lapangan,
dan mampu dan dengan Konsep sehingga penulis
mengatasi isu Pengamatan Arsitektur Hijau. membentuk
pemanasan Lapangan. 2. desain kajian lebih lagi
global saat ini. perpustakaan terhadap metode
umum harus dan konsep
mampu arsitektur hijau
memenuhi pada sistem
gambaran bentuk
perpustakaan bangunan
yang baik dan lingkup hunian.
mampu mengatasi
isu pemanasan
global saat ini
3 KAJIAN 1. adakah 1. Metode 1. perkantoran None - Menggunakan - Membentuk Penelitian
PRINSIP pengaruh penelitian yang diteliti sudah kajian prinsip metode dan terdahulu
ARSITEKTU kajian kajian yang didesain dengan pada konsep Menggunakan
R HIJAU prinsip digunakan memanfaatkan bangunan arsitektur kajian prinsip
PADA arsitektur hijau adalah kondisi alam, perkantoran hijau pada pada bangunan
BANGUNAN pada bangunan deskriptif serta dengan sistem bentuk perkantoran
PERKANTO perkantoran kualitatif, menggunakan arsitektur bangunan dengan
RAN 2. apakah dengan material yang hijau yang lingkup arsitektur hijau
bangunan
(STUDI menganalisis ramah tidak selalu hunian. yang tidak selalu
perkantoran
KASUS bertingkat penerapan lingkungan. identik dengan identik dengan
tinggi dapat
UNITED prinsip- 2. dua bangunan “hijau” tetapi “hijau”. Oleh
mengidentifika
TRACTOR si dan prinsip ini menerapkan juga dapat karena itu
mendeskripsik
HEAD arsitektur konsep hemat diinterpretasik penulis
an bangunan
OFFICE DAN melalui hijau pada energi yang an sebagai Membentuk
penerapan
MENARA dua studi merespon positif bangunan yang metode dan
prinsip-prinsip
BCA) arsitektur kasus. terhadap sustainable konsep
hijau.
lingkungan (berkelanjutan arsitektur hijau
(tapak) dan ), earth pada sistem
pengguna friendly bentuk
(ramah bangunan
lingkungan) lingkup ramah
dan high lingkungan.
performance
building
(bangunan
dengan
performa
sangat baik)
4 KAJIAN 1. bagaimana 1. Metode 1. - Faktor - Menggunakan -- Membentuk kebutuhan akan
PRINSIP penerapan penelitian mengoptimalkan kebutuha metode metode dan tempat tinggal
ARSITEKTU prinsip-prinsip yang lahan yang n ruang penelitian konsep yang sangat
R HIJAU arsitektur hijau digunakan terbatas maka hunian deskriptif arsitektur penting bagi
PADA pada bangunan adalah pembangunan sebagai kualitatif, hijau pada setiap orang,
BANGUNAN Apartemen deskriptif secara vertikal tempat dengan sistem bentuk apalagi dengan
APARTEME 2. faktor kualitatif semakin gencar tinggal menganalisis bangunan semakin
N SAMARA apakah yang dilakukan, salah penerapan lingkup tingginya angka
SUITES DI mempengaruhi satunya dengan prinsip-prinsip hunian. urbanisasi
JAKARTA tingginya pembangunan arsitektur membuat
angka apartemen hijau pada dua kebutuhan
kebutuhan studi kasus. akan ruang
Ruang semakin
3. apa saja bertambah, serta
faktor yang memicu adanya
memicu adanya perbedaan
perbedaan pertumbuhan
pertumbuhan atau
atau ketidakmerataan
ketidakmerataa fasilitasfasilitas
n dari
fasilitasfasilitas perkembangan
dari pembangunan
perkembangan
pembangunan
5 KONSEP 1. Apakah 1. Metode 1. efektivitas - Faktor - Menggunakan -- Membentuk memanfaatkan
ARSITEKTU konsep penelitian penggunaan 3 kebutuhan metode metode dan kondisi dan
R HIJAU arsitektur hijau menggunakan prinsip arsitektur ruang eksplorasi teori konsep sumber energi
Pada Hotel pada hotel metode hijau, yaitu hemat hunian dan prinsip arsitektur alami,
Resor di resor dapat eksplorasi energi, sebagai arsitektur hijau pada dan menanggapi
Kabupaten mengurangi teori dan memanfaatkan tempat hijau sistem bentuk keadaan tapak
Sukabumi pemanasan prinsip kondisi dan tinggal bangunan bangunan dalam
Jawa Barat global arsitektur sumber energi lingkup perencanaan
hijau alami, hunian. pembangunan
dan menanggapi
keadaan tapak
bangunan dalam
perencanaan hotel
resor di
Sukabumi
2. Penerapan
prinsip
arsitektur hijau
pada hotel resor
terdapat pada
orientasi
bangunan,
memaksimalkan
pencahayaan dan
penghawaan
alami,
penggunaan
material pada
bangunan serta
pemanfaatan
kembali limbah
cair
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan:
Hasil penelitian ditemukan bahwa konsep arsitektur hijau adalah mampu beradaptasi dengan
iklim, mempunyai fitur maksimal dan surplus energi karena menggunakan methode dengan rasional,
dan hasil design sangat mengandalkan rasional,logika makna dan strategi suatu konsep desain yang
bertujuan untuk menciptakan lingkungan bermukim yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan
sejalan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan. Beberapa kesimpulan mengenai arsitektur hijau pada
pemukiman perumahan dapat melibatkan aspek-aspek : Efisiensi Energi, Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau, Manajemen Air yang Berkelanjutan, Material Ramah Lingkungan,Keselamatan dan Kesehatan
Transportasi Berkelanjutan,Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan
Dengan merangkum aspek-aspek tersebut, arsitektur hijau pada pemukiman perumahan dapat
menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan, nyaman, dan sehat bagi penduduknya serta
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar.

KUMPULAN CONTOH JURNAL


Muhammad Ghiyas Ghurotul Muhajjalin., Anggana Fitri Satwikasari. 2020. ’’KAJIAN KONSEP
ARSITEKTUR HIJAU PADA BANGUNAN MUSEUM GEOLOGI STUDI KASUS :
MUSEUM GEOLOGI BANDUNG’’. Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jurnal
Arsitektur ZONASI Volume 3 - Nomor 2.

Febi Rachmawati., Irma Rahayu., et al. 2021. ’’Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur
Hijau di Kabupaten Buton’’. Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar. Jurnal
TIMPALAJA Architechture Student Journals Volume 3, Nomor 1, hlm 11-29 e-ISSN:
2745-8490.

Achmad Fikri Mauludi. 2020. ’’KAJIAN PRINSIP ARSITEKTUR HIJAU PADA BANGUNAN
PERKANTORAN (STUDI KASUS UNITED TRACTOR HEAD OFFICE DAN
MENARA BCA)’’. Universitas Muhammadiyah Jakarta. SINEKTIKA Jurnal Arsitektur
Vol. 17 No. 2.

Muhammad Ridha Faishal1,. Anggana Fitri Satwikasari1. 2021. ’’KAJIAN PRINSIP ARSITEKTUR
HIJAU PADA BANGUNAN APARTEMEN SAMARA SUITES DI JAKARTA’’.
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jurnal Arsitektur PURWARUPA Volume 05 No 1.

Sisilia Rosalina Kirana., Maya Andria Nirawati., et al. 2020. ’’KONSEP ARSITEKTUR HIJAU
Pada Hotel Resor di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat’’. Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur Vol 3 No 2.
DAFTAR PUSTAKA

Dotulong, A. L. (2019). Pengaruh Pembayangan Massa Bangunan Terhadap Radiasi Panas Matahari
Di Ruang Terbuka Kawasan Tropis Yang Terletak Pada Garis Lintang 7°LS. Jurnal Arsitektur dan
Perencanaan. Vol.3, No.1, 1-11.

Febrianto, R. S; Wulandari, L. D; Santosa, H. 2017. Domain Ruang Perempuan Pada Hunian


Masyarakat Peladang Desa Juruan Laok Madura Timur. Jurnal Tesa Arsitektur Volume 15, Nomor 1.

Heriyanto. (2018). Thematic Analysis sebagai Metode Menganalisa Data untuk Penelitian Kualitatif.
Jurnal
ANUVA Vol. 2 (No. 3), 317-324.

Prianto, E. (2019). Aplikasi Green Wall Pada Gedung Pemerintah Dalam Menciptakan Kenyamanan
Di Kota Semarang : Sebuah Studi Awal. Riptek Vol. 7, No. 1, 1-14.

Buku

Ahmad, J. (2018). Desain Penelitian Analisis Isi (Content Analysis). Ciputat: Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah.

Agung Murti Nugroho. (2018). Arsitektur Tropis Nusantara: Rumah Tropis Nusantara. Malang: Tim
UB Press.
Creswell, J. W. (2016). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif Kuantitatif Dan Campuran,
Edisi 4. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Karyono, T.K. (2019). Green Architecture: Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia.
Jakarta: Rajawali

Problem Seeking: An Architectural Programming Primer. New York: John Willey and Son, Inc.
Sudarwani, M. M. (2018). Penerapan Green Architecture Dan Green Building. 1-19. Dosen Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pandanaran.

Szokolay, S. V. (2018). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design (Vol.
2nd). Oxford: Architectural Press (imprint of Elsevier).

Buku Visual

Anonim. (2019). Green Architecture. Hong Kong:


Design Media Publising Limited.

HDII. (2018). Karya Desainer Interior Indonesia. Jakarta: Pustaka Asri.

Hindarto, P. (2017). 25 Karya Arsitek IAI Malang. Malang: IAI Malang dan Penerbit Kota Tua.

Anda mungkin juga menyukai