Anda di halaman 1dari 72

KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI


DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Kajian Teori Berkaitan Dengan Tema


2.1.1. Definisi Arsitektur Hijau
2.1.1.1. Arsitektur(4)
Pengertian arsitektur menurut beberapa ahli :
a) AMOS RAPOPORT
Arsitektur adalah segala macam pembangunan yang secara sengaja dilakukan
untuk mengubah lingkungan fisik dan menyesuaikannya dengan skema-skema
tata cara tertentu lebih menekankan pada unsur sosial budaya.
b) CORNELIS VAN DE VEN
Arsitektur berarti menciptakan ruang dengan cara yang benar-benar direncanakan
dan dipikirkan. Pembaharuan arsitektur yang berlangsung terus menerus
sebenarnya berakar dari pembaharuan konsep-konsep ruang.
c) BENJAMIN HANDLER
Arsitek adalah seniman struktur yang menggunakan struktur secara estetis
berdasarkan prinsip-prinsip struktur itu sendiri.
d) DJAUHARI SUMINTARDJA
Arsitektur merupakan sesuatu yang dibangun manusia untuk kepentingan
badannya (melindungi diri dari gangguan) dan kepentingan jiwanya (kenyamanan,
ketenangan, dll).
e) VITRUVIUS
Ada tiga aspek yang harus disintesiskan dalam arsitektur yaitu firmitas(kekuatan
atau konstruksi), utilitas (kegunaan atau fungsi) dan venustas (keindahan atau
estetika).
f) BRINCKMANN
Arsitektur merupakan kesatuan antara ruang dan bentuk. Arsitektur adalah
penciptaan ruang dan bentuk.
g) BUOWKUNDIGE ENCYCLOPEDI
Arsitektur adalah mendirikan bangunan dari segi keindahan (sedangkan
mendirikan bangunan dari segi konstruksi disebut ilmu bangunan).

(4)Mulia, Bunga. 2011. Definisi Arsitektur Menurut Para Ahli. Bali : Badung.

MUCHAMMAD THOHIR 11
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

2.1.1.2. Green Architecture(5)


a) Adalah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap
lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih
baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi
dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.
b) Hal ini telah dilakukan dengan pemanfaatan kondisi lingkungan dengan bukaan
yang optimal. Saat ini jarang ditemukan contoh bangunan yang menggunakan
pendekatan green architecture. Untuk itu mungkin perlu melihat balikkepada
arsitektur vernakular yang banyak mendukung pendekatan green
architecture. Namun perlu disadari bahwa mendesain bangunan dengan
pendekatan green architecture bukan berarti kembali kepada tradisi tersebut.
Hanya sikap terhadap pemilihan material dan sumbernya saja daripendekatan
arsitektur vernakular yang perlu diakomodasi dimasa depan.
c) Konsep arsitektur ini lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan, memiliki
tingkat keselarasan yang tinggi antara strukturnya dengan lingkungan, dan
penggunaan sistem utilitas yang sangat baik.
d) Green architecture dipercaya sebagai desain yang baik dan bertanggung jawab,
dan diharapkan digunakan di masa kinidan masa yang akan datang. Dalam jangka
panjang, biaya lingkungan sama dengan biaya sosial, manfaat lingkungan sama
juga dengan manfaat sosial. Persoalan energi dan lingkungan merupakan
kepentingan profesional bagi arsitek yang sasarannya adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup.
e) Dalam arsitektur ada banyak jalan sehingga bangunan dapat dikatakan “green”
dan merespon terhadap masalah pertumbuhan lingkungan. Penyediaan energi
yang tidak memadai di negara tropis (salah satunya penghentian arus listrik secara
periodik) dan meningkatnya harga tinggi di seluruh dunia merupakan tuntutan akan
bangunan yang sesuai dengan iklim, tanpa penyejuk udara mekanis.
2.1.1.3. Green building(6)
Green building ( Bangunan Hijau ) adalah bangunan yang didesain khusus dengan
tema yang ramah lingkungan, hemat energi, layout sederhana tapi tidak membosankan,
kualitasnya bermutu dan material yang ramah lingkungan. Pelaksanaan green building ini
salah satu upaya mencegah pemanasan global yang menyebabkan bumi semakin panas.
Green building lebih dimaksudkan pada bentuk fisik bangunan yang berwawasan
lingkungan. Upaya untuk menghasilkan bangunan dengan menggunakan proses-proses
yang ramah lingkungan,penggunaan sumber daya secara efisien selama daur hidup
(5)Hima DPc Lavigne, Allwii. 2014. Pengertian Green.
(6)Mawaring Tyas, Dian. 2014. Green Buliding.

MUCHAMMAD THOHIR 12
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

bangunan sejak perencanaan, pembangunan, operasional, pemeliharaan, renovasi


bahkan hingga pembongkaran. Negara-negara yang telah menerapkan Green building
ada 6 kriteria yang diukur, yakni :
a) Pengolahan lahan sekitar,
b) Penggunaan air,
c) Penggunaan energi, material dan dari mana sumber material itu,
d) Kualitas di dalam ruangan, dan inovasi.
Masing-masing kriteria ini dibagi-bagi lagi menjadi beberapa poin. Tiap poinnya diberi
nilai yang berbeda. Jika satu gedung mampu mengumpulkan nilai sejumlah tertentu,
barulah ia bisa diberikan sertifikat green building.
green building dapat disebut juga green construction atau sustainable building.
mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan dan sumber daya yang efisien sepanjang siklus hidup bangunan: dari tapak
untukdesain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan pembongkaran. Di bidang
arsitektur dan teknik sipil, konstruksi (construction) adalah suatu proses yang terdiri dari
membangun atau perakitan infrastruktur.
Green building dapat dicirikan sebagai bangunan yang :
a) Menggunakan energi yang seminimal mungkin.
b) Memanfaatkan ruang alam
c) Menggunakan energi yang dapat diperbaharui
d) Menggunakan bahan yang bersifat ramah lingkungan
e) Menggunakan bahan atau material yang bersifat reuse, reduce, dan recycle.
Sistem gedung yang menghasilkan limbah yang dalam batas toleransi berdasarkan
aspek lingkungan hidup.
Bangunan hijau didesain untuk mereduksi dampak lingkungan terbangun
pada kesehatan manusia dan alam, melalui :
a) Efesiensi dalam penggunaan energi, air dan sumber daya lain
b) Perlindungan kesehatan penghuni dan meningkatkan produktifitas pekerja
c) Mereduksi limbah / buangan padat, cair dan gas
d) Mengurangi polusi / pencemaran padat, cair dan gas serta mereduksi kerusakan
lingkungan
Manfaat yang diperoleh dari green building :
A. Manfaat lingkungan
a) Meningkatkan dan melindungi keragaman ekosistem
b) Memperbaiki kualitas udara
c) Memperbaiki kualitas air
d) Mereduksi limbah

MUCHAMMAD THOHIR 13
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

e) Konservasi sumber daya alam


B. Manfaat Ekonomi
a) Mereduksi biaya operasional
b) Menciptakan dan memperluas pasar bagi produk dan jasa hijau
c) Meningkatkan produktivitas penghuni·
d) Mengoptimalkan kinerja daur hidup ekonomi
C. Manfaat Sosial
a) Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni
b) Meningkatkan kualitas estetika
c) Mereduksi masalah dengan infrastruktur lokal
d) Meningkatkan kualitas hidup keseluruhan
2.1.1.4. Material yang Digunakan Green building(6)
Penggunaan material bangunan yang sesuai dengan penerapan bangunan hijau
(green building) memiliki peranan untuk menekan pemanasan global.
Infrastruktur bangunan dengan kesesuaian bahan material menjadi elemen penting dalam
membentuk konsep green building.
Setiap rancangan infrastruktur dengan bahan materialnya memiliki pengaruh
terhadapkoefisien lingkungan.Penggunaan bahan material yang sesuai akan
menciptakan bangunan yangefisien dalam memanfaatkan sumber
energi,seperti air,cahaya,dan listrik. Perkembangan desainstruktur rumah dan gedung
yang cepat juga turut memengaruhi perkembangan penggunaanbahan material.
Lima kriteria yang mesti dicermati di sebuah green building, berlaku untuk semua
jenisbangunan :
1. Sustainable site.
Di sini, pengadaan lahan untuk sebuah kompleks hunian tak boleh menciderai
lingkungan. Lokasi tersebut tak boleh meraibkan sebuah sawah ataupun ladang
yang menjadi tempat parkir air. Bagaimana pun, lokasi tersebut sebaiknya sudah
punya jalan akses dan sarana transportasi memadai. Itu agar ekologi tak terciderai
proses pembuatan jalan. Lantas, proses pembukaan lahan tersebut perlu
diperhatikan. Kalau dengan cara membabat habis lahan lantas menanampohon
baru, berarti kriteria pertama ini kurang diperhatikan. Efisiensi lahan juga
perludiperhatikan. Rumah berpenghuni empat orang sudah tentu tak perlu seluas
1.000 m2.

(6)Mawaring Tyas, Dian. 2014. Green Buliding.

MUCHAMMAD THOHIR 14
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

2. Water efficient.
Lebih baik sebuah rumah didesain hemat energi sedari awal. Contoh:
menggunakan air hujanataupun air hujan yang diolah kembali, serta menggunakan
kloset irit air.
3. Indoor environmental quality
Sebuah hunian lebih baik tak menggunakan bahan-bahan bangunan yang
menimbulkan polusi,antara lain cat yang menimbulkan polusi udara atau karpet
yang proses pembuatannyamenggunakan gas beracun.
4. Energy and atmosphere.
Di sini, sebuah hunian mesti dirancang hemat energi, antara lain dirancang agar
tak banyak menggunakan pendingin udara. Terkait itu, di iklim subtropis seperti
Indonesia, ventilasi yanglebar-banyak bisa dimanfaatkan untuk menurunkan suhu
ruangan
5. Material resource.
Satu ciri green building adalah menggunakan material bangunan ramah
lingkungan. Itu antara lain sedapat mungkin mengurangi bahan impor.
Sebab, bahan impor otomatis melahap banyak energi dalam pengiriman. Satu
hunian lebih baik tak menggunakan material yang perlu waktu lama untuk dibarui
seperti kayu jati; sedapat mungkin, material daur ulang digunakan.Konsep reduce-
reuse-recycle adalah cara efektif dalam mengaplikasikan gaya hidup ramah
lingkungan. Dengan menerapkan ketiganya secara konsisten di seluruh elemen
bangunan,terciptalah produk arsitektur hijau yang diidamkan.
a) Reduce
Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-bahan yang memiliki dampak
terhadap lingkungan. Salah satunya kayu, yang semakin menipis
persediaannya akibat penebangan liar. Untuk itu desain rumah ini dibuat
dengjan material yang mudah didapat dan diperbarui.
Reduce juga berarti hemat energi. Desain rumah ini memiliki banyak bukaan
untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami agar tidak perlu
menggunakan lampu danpendingin udara pada siang hari.
b) Reuse
Arsitek memanfaatkan kembali material kontainer sebagai dinding.
Penggunaan kontainer dianggap lebih efisien, efektif secara ruang, dan lebih
ringan. Ruangan-ruangannya dapatdidesain fleksibel. Pengguna ruang juga
dapat menggeser dinding kontainer untuk mendapatkanatau menambah fungsi
ruang baru tanpa mengurangi sirkulasi udara dan pencahayaan langsung ke
ruangan.

MUCHAMMAD THOHIR 15
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

c) Recycle
Rumah ini menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang, seperti
semen, batu bata,aluminium, kaca, dan keramik. Hal ini dilakukan sebagai
bentuk optimalisasi terhadap penggunaan bahan baku alternatif dan
mengurangi pemakaian sumber daya alam yang sulitdiperbarui.
d) Renewable sources
Dimana segalanya diperoleh dari alam, yang telah dikelola dan dipanen secara
berkelanjutanatau diperoleh secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi,
serta diselamatkan dari bahanreklamasi di lokasi terdekat.
2.1.1.5. Sustainable Architecture(7)
Arsitektur terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat dan budaya.
Sudah banyak inovasi-inovasi bangunan yang dilakukan. Baik dalam hal material,cara
membangun, maupun bentuk dari bangunan itu sendiri. Namun sayangnya banyak dari
bangunan tersebut yang dibuat dengan tanpa memperhatikan aspek lingkungan untuk
jangka panjang. Sehingga menjadi timbul masalah baru yangmembawa dampak negatif
kepada lingkungan itu sendiri.
Hal tersebut diperparah dengan kondisi iklim yang semakin memburuk
dandampaknya sudah sebagian dapat kita rasakan saat ini. Isu ini sudah berkembang
menjadi isu global yang biasa kita dengar yaitu global warming.
Bila hal ini tidak dipikirkan bagaimana penyelesaiannya, entah apa yang akan
terjadipada bumi kita akibat perkembangan dalam bidang arsitektur khususnya. Oleh
karena itu saat ini kita harus mulai bertindak! Arsitektur berkelanjutan atau yang biasa
dikenal dengan Sustainable architecture lahir sebagai salah satu aksi yangharus
kita lakukan untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan.
Arsitektur berkelanjutan memiliki banyak pengertian dari berbagai pihak.
Beberapadiantaranya adalah pengertian yang dikutip dari buku James Steele,
Suistainable Architecture adalah, ”Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa
membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka
sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu
kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait. ”
Secara umum, pengertian dari arsitektur berkelanjutan adalah sebuah konsepterapan
dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitukonsep
mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yangdikaitkan dengan
umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologismanusia, seperti sistem
iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentusaja arsitektur. Kerusakan
alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapaitaraf pengrusakan secara
(7)Sanga, D’Nawa. 2012. Arsitektur Berkelanjutan.

MUCHAMMAD THOHIR 16
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk
mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
Pembangunan yang berkelanjutan sangat penting untuk diaplikasikan di era modern
ini. Maksud dari pembangunan yang berkelanjutan adalah:
1. Environmental Sustainability:
a. Ecosystem integrity
b. Carrying capacity
c. Biodiversity
Yaitu pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam agar bertahan
lebih lama karena memungkinkan terjadinya keterpaduan antar ekosistem,yang
dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis
manusia, seperti iklim planet, keberagaman hayati, dan perindustrian. Kerusakan
alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan
secara global, sehingga lambat tetapi pasti,bumi akan semakin kehilangan
potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi
terhadap alam tersebut.
2. Social Sustainability:
a. Cultural identity
b. Empowerment
c. Accessibility
d. Stability
e. Equity
Yaitu pembangunan yang minimal mampu mempertahankan karakter darikeadaan
sosial setempat. Namun, akan lebih baik lagi apabila pembangunan tersebut justru
meningkatkan kualitas sosial yang telah ada. Setiap orang yang terlibat dalam
pembangunan tersebut, baik sebagai subjek maupun objek, haruslah
mendapatkan perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agar tercipta suatu stabilitas
sosial sehingga terbentuk budaya yang kondusif.
3. Economical Sustainability:
a. Growth
b. Development
c. Productivity
d. Trickle-down
Yaitu pembangunan yang relative rendah biaya inisiasi dan operasinya.Selain itu,
dari segi ekonmomi bisa mendatangkan profit juga, selain menghadirkan benefit
seperti yang telah disebutkan pada aspek-aspek yang telah disebutkan
sebelumnya. Pembangunan ini memiliki ciri produktif secara kuantitas dan

MUCHAMMAD THOHIR 17
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

kualitasnya, serta memberikan peluang kerja dan keuntungan lainnya untuk


individu kelas menengah dan bawah.
Arsitektur berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen Internasional tentang
pembangunan berkelanjutan karena arsitektur berkaitan erat dan fokus perhatiannya
kepada faktor manusia dengan menitik beratkan pada pilar utama konsep pembangunan
berkelanjutan yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya, di
samping pilar pembangunan ekonomi dan sosial.
Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara
lain dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi
penggunaan material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah.
Perlunya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan adalah sebuah
keharusan, mengingat kondisi bumi yang semakin menurun dengan adanya degradasi
kualitas atmosfer bumi yang memberi dampak pada pemanasan global.Semakin banyak
arsitek dan konsultan arsitektur yang menggunakan prinsip desain.
2.1.2. Teori dan Prinsip Arsitektur Hijau
2.1.2.1. Teori Arsitektur Hijau(8)
Arsitektur hijau atau yang dikenal secara global dengan sebutan green architecture
merupakan salah satu aliran arsitektur yang berfokus pada arsitektur yang ramah
lingkungan. Beberapa poin pentingnya seperti meminimalisasi konsumsi sumber daya
alam, efisiensi energi, penggunaan air yang bijak dan berkelanjutan, dan material non
polusi serta daur ulang.
Arsitektur hijau juga merupakan suatu pendekatan perencanaan pembangunan yang
bertujuan untuk meminimalisasi kerusakan alam dan lingkungan di tempat bangunan itu
berdiri. Dalam istilah arsitektur hijau kemudian berkembang berbagai istilah penting
seperti pembangunan yang berkelanjutan atau yang dikenal dengan sustainable
development. Istilah ini dipopulerkan pada tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan orang-orang masa kini tanpa harus mengorbankan sumber daya
alam yang harus diwariskan kepada generasi mendatang. Hal ini diucapkan oleh Perdana
Menteri Norwegia Bruntland.
2.1.2.2. Prinsip Arsitektur Hijau(8)
Pada tahun 1994 the one arsitektur hijau Amerika atau U.S. Green building Council
mengeluarkan sebuah standar yang bernama Leadership in Energy andEnvironmental
Design (LEED) standards. Adapun Dasar kualifikasinya adalah sebagai berikut :

(8)Alfian, Rahmansyah. 2017. Green Architecture.

MUCHAMMAD THOHIR 18
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

1. Pembangunan yang berkelanjutan


Diusahakan menggunakan kembali bangunan yang ada dan dengan pelestarian
lingkungan sekitar. Tersedianya tempat penampungan tanah, Taman diatas atap,
penanaman pohon sekitar bangunan juga dianjurkan
2. Pelestarian air
Dilakukan dengan berbagai cara termasuk diantaranya pembersihan dan daur
ulang air bekas serta pemasangan bangunan penampung air hujan. Selain itu
penggunaan dan persediaan air harus juga di pantai secara berkelanjutan
3. Peningkatan efisiensi energi
Dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya membuat layout dengan orientasi
bangunanyang mampu beradaptasi dengan perubahan musim terutama posisi
matahari.
4. Bahan bangunan terbarukan
Material terbaik untuk arsitektur hijau adalah usahakan menggunakan bahan daur
ulang atau bisa juga dengan menggunakan bahan terbarukan sehingga
membutuhkan sedikit energi untuk diproduksi. Bahan bangunan ini idealnya
adalah bahan bangunan lokal dan bebas dari bahan kimia berbahaya. Sifat bahan
bangunan yang baik dalam arsitektur hijau adalah bahan mentah tanpa polusi
yang dapat bertahan lama dan juga bisa didaur ulang kembali.
5. Kualitas lingkungan dan ruangan
Dalam ruangan diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi bagaimana pengguna
merasa dalam sebuah ruangan itu. Hal ini seperti penilaian terhadap kenyamanan
dalam sebuah ruang yang meliputi ventilasi, pengendalian suhu, dan penggunaan
bahan yang tidak mengeluarkan gas beracun.
Sementara Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design for Sustainable
Future mengungkapkan bahwa Arsitektur Hijau memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Conserving Energy (Hemat Energi)
Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan
dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau
membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali.Solusi yang
dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim
dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah
ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber
energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
a) Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan
dan menghemat energi listrik.

MUCHAMMAD THOHIR 19
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

b) Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal


sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan
di atas atap.Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding
timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan
sinar matahari yang maksimal.
c) Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain
itu juga menggunakan alat kontrol pengurangan intensitas lampu otomatis
sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan
sampai tingkat terang tertentu.
d) Menggunakan sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat
mengaturintensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam
ruangan.
e) Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan,
yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
f) Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan
oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
g) Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dansumber energi alami)
Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan
lingkungannya. Hal inidilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan
lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya
dengan cara:
a) Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
b) Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan
udarayang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
c) Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan
membuat kolam air di sekitar bangunan.
d) Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk
mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini
dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan
pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
a) Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti
bentuk tapak yang ada.
b) Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain
bangunan secara vertikal.

MUCHAMMAD THOHIR 20
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

c) Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.


4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat.
Kebutuhan akangreen architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang
didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada
dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur
bangunan dapat digunakan kembali untuk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas
menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada
dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama
lain.Tentu secara parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut.
Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture
yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yangada di dalam site.
2.1.2.3. Sumber Energi Alternatif(8)
Bayar bangunan yang menggunakan sumber energi regional seperti jaringan listrik
PLN. Namun Alangkah baiknya apabila sebuah bangunan dapat memenuhi kebutuhan
energinya sendiri tanpa harus bergantung kepada sumber energi regional tersebut. Salah
satu caranya adalah dengan menggunakan sumber energi alternatif seperti misalnya
angin dan tenaga surya. Kedua energi ini adalah sumberenergi yang sejatinya sangat
melimpah di alam dan cukup mudah dikonversi menjadi energi.
2.1.3. Penerapan
2.1.3.1. Penerapan Green Architecture(9)
1) Memiliki Konsep High Perfomance Building & Earth Friendly. a. Dapat dilihat dari
dinding bangunan, terdapat kaca di beberapa bagiannya. Fungsinya adalah untuk
menghemat penggunaan elektrisiti untuk bangunan terutama dari segi
pencahayaan dari lampu. b. Menggunakan energi alam seperti angin, sebagai
penyejuk lingkungan. c. Bahan-bahan bangunan yang digunakan cenderung
ramah pada lingkungan seperti keramik dengan motif kasar pada lantai untuk
mengurangi pantulan panas yang dihasilkan dari dinding yang berkaca. d. Kolam
air disekitar Bangunan berfungsi selain dapat memantulkan sinar lampu, juga
dapat mereduksi panas matahari sehingga udara tampak sejuk dan lembab.

(8)Alfian,
Rahmansyah. 2017. Green Architecture.
(9)Sudarwani,
M. Maria. 2012 .Penerapan Green Architecture dan Green Building Sebagai Upaya
Pencapaian Sustainable Architecture. Semarang : Banyumanik.

MUCHAMMAD THOHIR 21
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

2) Memiliki Konsep Sustainable Pembangunannya sangat di konsepkan, menelaah


lahan lingkungan wilayah yang sangat terbatas, dengan konsep alamiah dan
natural, dipadukan dengan konsep teknologi tinggi, bangunan ini memungkinkan
terus bertahan dalam jangka panjang karena tidak merusak lingkungan sekitar
yang ada.
3) Memiliki Konsep Future Healthly.
a. Dapat dilihat dari beberapa tanaman rindang yang mengelilingi bangunan,
membuat iklim udara yang sejuk dan sehat bagi kehidupan sekitar, lingkungan
tampak tenang, karena beberapa vegetasi dapat digunakan sebagai penahan
kebisingan.
b. Dinding bangunan curtain wall dilapisi alumunium dapat berguna untuk UV
protector untuk bangunan itu sendiri. Tentunya ini semua dapat memberi efek
positif untuk kehidupan.
c. Pada bagian atap gedung, terdapat tangga untuk para pengguna yang akan
menuju lantai atas. Ini dapat meminimalisasi penggunaan listrik untuk lift atau
eskalator.
d. Tentu lebih menyehatkan, selain sejuk pada atap bangunan terdapat rumput
yang digunakan sebagai green roof, pengguna juga mendapatkan sinar
matahari.
4) Memiliki Konsep Climate Supportly. Dengan konsep penghijauan, sangat cocok
untuk iklim yang masih tergolong tropis (khatulistiwa). Pada saat penghujan, dapat
sebagai resapan air, dan pada saat kemarau, dapat sebagai penyejuk udara.
5) Memiliki Konsep Esthetic Usefully. Penggunaan green roof pada kampus ini, selain
untuk keindahan dan agar terlihat menyatu dengan alam, juga dapat digunakan
sebagai water catcher sebagi proses pendingin ruangan alami karena sinar
matahari tidak diserap beton secara langsung. Ini juga menurunkan suhu panas di
siang hari dan sejuk di malam hari untuk lingkungan sekitarnya. Desainnya yang
melengkung digunakan agar penyerapan matahari oleh kulit bangunan dapat di
minimalisasikan.
2.1.3.2. Penerapan Green building(9)
1) Efisiensi Energi Bangunan hijau sering termasuk langkah-langkah untuk
mengurangi konsumsi energi - energi yang terkandung baik diperlukan untuk
mengekstrak, proses, transportasi dan menginstal bahan bangunan dan energi
operasi untuk menyediakan layanan seperti pemanasan dan listrik untuk
peralatan.
(9)Sudarwani,
M. Maria. 2012 .Penerapan Green Architecture dan Green Building Sebagai Upaya
Pencapaian Sustainable Architecture. Semarang : Banyumanik.

MUCHAMMAD THOHIR 22
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Seperti kinerja tinggi bangunan menggunakan energi operasi yang kurang,


energi yang terkandung telah diasumsikan penting jauh lebih besar - dan mungkin
membuat sebanyak 30% dari konsumsi energi secara keseluruhan siklus hidup.
Studi gedung menunjukan bahwa bangunan yang dibangun terutama
dengan kayu akan memiliki energi yang terkandung lebih rendah daripada mereka
dibangun terutama dengan bata, beton atau baja Untuk mengurangi operasi
penggunaan energi, efisiensi tinggi jendela dan isolasi di dinding, plafon, dan lantai
meningkatkan efisiensi selubung bangunan, (penghalang antara ruang AC dan
tanpa syarat).
Strategi lain, desain bangunan pasif surya, sering diimplementasikan dalam
energi rendah rumah. Desainer mengorientasikan jendela dan dinding dan tenda
tempat, beranda, dan pohon untuk jendela naungan dan atap selama musim
panas sambil memaksimalkan keuntungan surya di musim kemarau.
Selain itu, penempatan jendela yang efektif (pencahayaan) dapat
memberikan lebih banyak cahaya alami dan mengurangi kebutuhan untuk
penerangan listrik pada siang hari. Pemanas air tenaga surya lebih lanjut
mengurangi biaya energi.
Ruang generasi energi terbarukan melalui tenaga surya, tenaga angin,
tenaga air, atau biomassa secara signifikan dapat mengurangi dampak lingkungan
dari bangunan. Pembangkit listrik umumnya fitur yang paling mahal untuk
ditambahkan ke sebuah bangunan.
2) Efisiensi Air Mengurangi konsumsi air dan melindungi kualitas air merupakan
tujuan utama dalam bangunan yang berkelanjutan. Salah satu isu penting dari
konsumsi air adalah bahwa di banyak daerah, tuntutan terhadap penyediaan
akuifer melampaui kemampuannya untuk mengisi dirinya sendiri.
Semaksimal mungkin, fasilitas harus meningkatkan ketergantungan mereka
pada air yang dikumpulkan, digunakan, dimurnikan, dan digunakan kembali di
tempat. Perlindungan dan konservasi air sepanjang kehidupan bangunan dapat
dicapai dengan merancang untuk pipa ganda yang mendaur ulang air di toilet
disiram.
Limbah-air dapat diminimalkan dengan memanfaatkan perlengkapan
konservasi air seperti ultra-rendah toilet flush dan aliran rendah kepala pancuran.
Bidets membantu menghilangkan penggunaan kertas toilet, mengurangi lalu lintas
selokan dan kemungkinan meningkatnya kembali menggunakan air di tempat. Titik
perawatan menggunakan air dan pemanas meningkatkan baik kualitas air dan
efisiensi energi sementara mengurangi jumlah air dalam sirkulasi. Penggunaan

MUCHAMMAD THOHIR 23
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

non-limbah dan greywater untuk situs digunakan seperti situs-irigasi akan


meminimalkan tuntutan pada akuifer setempat.
3) Efisiensi Bahan / Material Bahan bangunan biasanya dianggap sebagai 'hijau'
termasuk kayu dari hutan yang telah disertifikasi dengan standar hutan pihak
ketiga, bahan tanaman cepat terbarukan seperti bambu dan jerami, batu dimensi,
batu daur ulang, logam daur ulang, dan produk lainnya yang non- beracun, dapat
digunakan kembali, terbarukan, dan / atau didaur ulang (misalnya, Trass,
Linoleum, wol domba, panel terbuat dari kertas serpih, tanah liat, vermikulit, linen
rami, sisal, padang lamun, gabus , kelapa, kayu piring serat, kalsium pasir batu,
beton) juga menyarankan menggunakan barang-barang industri daur ulang,
seperti produk pembakaran batubara, pasir pengecoran, dan puing-puing
pembongkaran dalam proyek konstruksi.
Bahan bangunan harus diekstrak dan diproduksi secara lokal ke situs
bangunan untuk meminimalkan energi tertanam dalam transportasi mereka. Bila
memungkinkan, elemen bangunan harus diproduksi off-situs dan dikirimkan ke
situs, untuk memaksimalkan manfaat dari off-situs manufaktur termasuk
meminimalkan limbah, daur ulang memaksimalkan (karena manufaktur adalah di
satu lokasi), kebisingan unsur kualitas tinggi, lebih baik manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
4) Peningkatan Mutu Lingkungan Kualitas Lingkungan diwujudkan dalam kategori
untuk memberikan kenyamanan, kesejahteraan, dan produktivitas penghuninya,
kualitas udara dalam ruangan, kualitas termal, dan pencahayaan kualitas.
Indoor Air Quality berusaha untuk mengurangi senyawa organik yang mudah
menguap, atau kotoran udara lainnya seperti kontaminan mikroba. Bangunan
bergantung pada sistem ventilasi yang dirancang dengan baik (passively/naturally
- atau mekanis bertenaga) untuk menyediakan ventilasi yang memadai udara
bersih dari luar rumah atau diresirkulasi, udara disaring serta operasi terisolasi
(dapur, pembersih kering, dll) dari hunian lain.
Selama proses desain dan konstruksi memilih bahan bangunan dan produk
selesai interior dengan emisi nol atau rendah akan meningkatkan kualitas udara.
Sebagian besar bahan bangunan dan pembersihan / pemeliharaan produk
memancarkan gas, beberapa dari mereka beracun, termasuk formaldehida. Gas-
gas ini dapat memiliki dampak merugikan pada kesehatan penghuni, kenyamanan,
dan produktivitas.
Juga penting untuk kualitas udara dalam ruangan adalah kontrol akumulasi
kelembaban (kelembaban) yang mengarah ke pertumbuhan jamur dan adanya
bakteri dan virus serta tungau debu dan organisme lain dan kekhawatiran

MUCHAMMAD THOHIR 24
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

mikrobiologi. Intrusi air melalui amplop bangunan atau kondensasi air pada
permukaan dingin pada interior bangunan dapat meningkatkan dan
mempertahankan pertu baik berisolasi dan tertutup rapat akan mengurangi
masalah kelembaban, tetapi ventilasi yang memadai juga diperlukan untuk
menghilangkan uap air dari dalam ruangan sumber termasuk proses metabolisme
manusia, memasak, mandi, membersihkan, dan kegiatan lainnya.
Kontrol suhu aliran udara atas sistem AC ditambah dengan selubung
bangunan yang dirancang dengan baik juga akan membantu dalam meningkatkan
kualitas termal bangunan. Menciptakan lingkungan bercahaya kinerja tinggi
melalui integrasi hati-hati dan sumber cahaya siang hari listrik akan memperbaiki
kualitas pencahayaan dan kinerja energi dari struktur.
Produk-produk kayu solid, khususnya lantai, seringkali ditentukan dalam
lingkungan di mana penghuni diketahui memiliki alergi terhadap debu atau partikel
lainnya. Kayu itu sendiri dianggap hypo-allergenic dan permukaan halus
mencegah penumpukan partikel lembut seperti karpet. Untuk itu
direkomendasikan kayu, vinil, ubin lantai linoleum atau batu tulis bukan karpet.
Penggunaan produk kayu juga dapat meningkatkan kualitas udara dengan
menyerap atau melepaskan uap air di udara untuk kelembaban moderat. Interaksi
antara semua komponen indoor dan penghuni bersama-sama membentuk proses-
proses yang menentukan kualitas udara dalam ruangan.
5) Operasi Dan Optimasi Pemeliharaan Keberkelanjutan bangunan dapat
dioperasikan secara bertanggung jawab dan dipelihara dengan baik. Jika tahap
operasi dan pemeliharaan merupakan bagian dari perencanaan proyek dan proses
pembangunan akan membantu mempertahankan kriteria hijau yang dirancang
pada awal proyek.
Setiap aspek dari bangunan hijau adalah diintegrasikan ke dalam fase
Operating dan Maintenance. Meskipun tujuan pengurangan limbah dapat
diterapkan selama fase desain, konstruksi dan pembongkaran tetapi siklus hidup
bangunan itu adalah dalam fase O & M dengan cara seperti daur ulang dan
peningkatan kualitas udara berlangsung.
6) Pengurangan Sampah Arsitektur hijau juga berusaha untuk mengurangi
pemborosan energi, air dan bahan yang digunakan selama konstruksi. Selama
fase konstruksi, satu tujuan harus untuk mengurangi jumlah bahan pergi ke tempat
pembuangan sampah. Bangunan yang dirancang dengan baik juga membantu
mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh penghuni juga, dengan
menyediakan di tempat sampah solusi seperti kompos untuk mengurangi masalah
akan ke tempat pembuangan sampah. Untuk mengurangi jumlah kayu yang

MUCHAMMAD THOHIR 25
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

masuk ke TPA, saat bangunan mencapai akhir masa pakainya, mereka biasanya
dibongkar dan diangkut ke tempat pembuangan sampah. Dekonstruksi adalah
metode apa yang umumnya dianggap "sampah" dan reklamasi menjadi bahan
bangunan yang berguna. Memperpanjang masa manfaat struktur juga mengurangi
limbah.
Bahan bangunan seperti kayu yang ringan dan mudah untuk bekerja dengan
membuat renovasi mudah. Untuk mengurangi dampak pada sumur atau pabrik
pengolahan air, ada beberapa pilihan. "Greywater", air limbah dari sumber seperti
pencuci piring atau mesin cuci, dapat digunakan untuk irigasi bawah permukaan,
atau jika dirawat, untuk non-minum tujuan, misalnya, untuk menyiram toilet dan
mencuci mobil.
Kolektor air hujan digunakan untuk tujuan serupa. Sentralisasi sistem
pengolahan air limbah dapat mahal dan menggunakan banyak energi. Sebuah
alternatif untuk proses ini adalah mengkonversi limbah dan air limbah menjadi
pupuk, yang menghindari biaya ini dan menunjukkan manfaat lainnya.
Dengan mengumpulkan limbah manusia di sumbernya dan berjalan ke
pabrik biogas semi-terpusat dengan limbah biologis lainnya, pupuk cair dapat
diproduksi. Praktik seperti ini menyediakan tanah dengan nutrisi organik dan
menciptakan penyerap karbon yang menghilangkan karbon dioksida dari
atmosfer, offsetting emisi gas rumah kaca. Memproduksi pupuk buatan juga lebih
mahal dalam energi daripada proses ini.
7) Optimasi Biaya dan Manfaat Masalah yang paling dikritik tentang membangun
bangunan ramah lingkungan adalah harga, peralatan baru, dan teknologi modern
cenderung biaya lebih banyak uang. Penghematan uang berasal dari penggunaan
yang lebih efisien utilitas yang menghasilkan tagihan energi menurun. Studi telah
menunjukkan selama masa hidup rentabilitas investasi green building, mencapai
sewa secara signifikan lebih tinggi, harga jual dan tingkat hunian serta tingkat
kapitalisasi yang lebih rendah berpotensi mencerminkan risiko investasi yang lebih
rendah.
8) Peraturan Dan Operasi Sebagai akibat dari meningkatnya minat dalam konsep
green building dan praktek, sejumlah organisasi telah mengembangkan standar,
kode dan sistem rating yang memungkinkan regulator pemerintah, membangun
profesional dan konsumen menerima green building dengan keyakinan. Dalam
beberapa kasus, kode ini ditulis sehingga pemerintah daerah dapat mengadopsi
mereka sebagai peraturan untuk mengurangi dampak lingkungan lokal bangunan.
Perlu Kode dan Peraturan tentang Standar Bangunan Hijau / Green building yang
membantu menentukan tingkat konsumen struktur dari kinerja lingkungan,

MUCHAMMAD THOHIR 26
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

membangun fitur opsional yang mendukung desain hijau dalam kategori seperti
lokasi dan pemeliharaan bangunan, konservasi air, energi, dan bahan bangunan,
dan kenyamanan penghuni dan kesehatan, serta menetapkan persyaratan
minimum untuk elemen bangunan hijau seperti bahan atau pemanasan dan
pendinginan.
2.1.3.3. Penerapan Sustainable Architecture(9)
Dampak negatif dari pembangunan konstruksi sangat beragam, antara lain adalah
dieksploitasinya sumber daya alam secara berlebihan. Simak saja, pertambangan sumber
daya alam yang dikeruk habis-habisan, penggundulan hutan tanpa penanaman kembali,
dimana hal-hal semacam ini dapat menurunkan kualitas sumber daya alam lain di bumi.
Tidak hanya itu, teknologi dan hasil teknologi yang digunakan manusia seperti kendaraan,
alat-alat produksi dalam sistem produksi barang dan jasa (misalnya pabrik), peralatan
rumah tangga dan sebagainya dapat menimbulkan dampak negatif akibat emisi gas
buangan, limbah yang mencemari lingkungan.
Perlunya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan adalah sebuah
keharusan, mengingat kondisi bumi yang semakin menurun dengan adanya degradasi
kualitas atmosfer bumi yang memberi dampak pada pemanasan global. Semakin banyak
arsitek dan konsultan arsitektur yang menggunakan prinsip desain yang berkelanjutan,
semakin banyak pula bangunan yang tanggap lingkungan dan meminimalkan dampak
lingkungan akibat pembangunan. Dorongan untuk lebih banyak menggunakan prinsip
arsitektur berkelanjutan antara lain dengan mendorong pula pihak-pihak lain untuk
berkaitan dengan pembangunan seperti developer, pemerintah dan lain-lain. Mereka juga
perlu untuk didorong lebih perhatian kepada keberlanjutan dalam pembangunan ini
dengan tidak hanya mengeksploitasi lahan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-
banyaknya tanpa kontribusi bagi lingkungan atau memperhatikan dampak lingkungan
yang dapat terjadi.
Tampaknya, sangat tidak mudah untuk menghilangkan sama sekali dampak dari
pembangunan dan konstruksi terhadap lingkungan. Tentunya tidak mungkin untuk
melarang orang membangun, karena sudah menjadi kebutuhan manusia, sehingga yang
dapat dilakukan adalah memasukkan konsep arsitektur berkelanjutan dalam rangka
meminimalkan dampak negatif konstruksi terhadap lingkungan. Konsep arsitektur
berkelanjutan ini memiliki banyak persamaan, yaitu menyerukan agar sumber daya alam
dan potensi lahan tidak digunakan secara sembarangan, penggunaan potensi lahan untuk
arsitektur yang hemat energi, dan sebagainya.

(9)Sudarwani,
M. Maria. 2012 .Penerapan Green Architecture dan Green Building Sebagai Upaya
Pencapaian Sustainable Architecture. Semarang : Banyumanik.

MUCHAMMAD THOHIR 27
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara


lain :
1) Dalam Efisiensi Penggunaan Energi Arsitektur dapat menjadi media yang paling
berpengaruh dengan implementasi arsitektur berkelanjutan, karena dampaknya
secara langsung terhadap lahan. Konsep desain yang dapat meminimalkan
penggunaan energi listrik, misalnya, dapat digolongkan sebagai konsep
sustainable dalam energi, yang dapat diintegrasikan dengan konsep penggunaan
sumber cahaya matahari secara maksimal untuk penerangan, penghawaan alami,
pemanasan air untuk kebutuhan domestik, dan sebagainya.
a. Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal
pada siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik
b. Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara buatan
(air conditioner). Menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan
cara-cara inovatif lainnya
c. Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara inovatif untuk menampung dan
mengolah air hujan untuk keperluan domestik
d. Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan penghawaan
alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim tropis.
2) Dalam Efisiensi Penggunaan Lahan Lahan yang semakin sempit, mahal dan
berharga tidak harus digunakan seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya
selalu ada lahan hijau dan penunjang keberlanjutan potensi lahan.
a. Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan
bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan
yang ada tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman. Menggunakan lahan
secara efisien, kompak dan terpadu
b. Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan
dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan (taman
atap), taman gantung (dengan menggantung pot pot tanaman pada sekitar
bangunan), pagar tanaman atau yang dapat diisi dengan tanaman, dinding
dengan taman pada dinding (seperti yang didesain Adi Purnomo dalam
beberapa rumah), dan sebagainya
c. Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah
menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian
untuk berbagi dengan bangunan
d. Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan
fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasi

MUCHAMMAD THOHIR 28
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

untuk mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memberikan fleksibilitas


ruang yang lebih besar.
e. Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi
tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; berapa luas
dan banyak ruang yang diperlukan? Dimana letak lahan (dikota atau didesa)
dan bagaimana konsekuensinya terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan
pengaruhnya terhadap desain ruangruang? Berapa banyak potensi cahaya
dan penghawaan alami yang dapat digunakan?
3) Dalam Efisiensi Penggunaan Material
a. Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan,
sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa bekisting dapat
digunakan untuk bagian lain bangunan
b. Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih
bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
c. Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui
dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang semakin jarang seperti
kayu.
d. Dalam penggunaan teknologi dan material baru
e. Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya
matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah
tangga dan bangunan lain secara independen
f. Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat
membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat
diproduksi, murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.
4) Dalam Manajemen Limbah
a. Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water,
grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.
b. Cara-cara inovatif yang patut dicoba seperti membuat sistem dekomposisi
limbah organik agar terurai secara alami dalam lahan [ref buku rumah],
membuat benda-benda yang biasa menjadi limbah atau sampah domestik dari
bahan-bahan yang dapat didaur ulang atau dapat dengan mudah
terdekomposisi secara alami.

MUCHAMMAD THOHIR 29
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

2.2. Kajian Teori Berkaitan Dengan Judul


2.2.1. Definisi Perencanaan dan Perancangan Rumah Sakit dan Rehabilitasi
Diabetes di Surabaya
2.2.1.1. Definisi Perencanaan(10)
William A. Shrode, 1974
Perencanaan sebagai padanan kata asing “planning”, dapat diartikan sebagai suatu
sarana untuk mentransformasikan persepsi-persepsi mengenai kondisi-kondisi
lingkungan ke dalam rencana yang berarti dan dapat dilaksanakan dengan teratur
Paul Davidov, 1982
Perencanaan adalah sebuah proses untuk menetapkan tindakan yang tepat di masa
depan melalui pilihan-pilihan yang sistematik
Wade
Perencanaan adalah upaya menyatakan masalah umum pemberi tugas (klien)
menjadi sejumlah masalah standar yang lebih kecil yang telah diketahui pemecahannya
atau yang mudah dipecahkan .
Soewondo B. Soetedjo
Merencanakan dalam arsitktur berkaitan dengan penggunaan diagram untuk
mengembangkan hubungan antara kebutuhan- kebutuhan.
William L. Lassey, 1977
Perencanaan merupakan suatu proses menyusun konsepsi dasar suatu rencana yang
meliputi kegiatan-kegiatan:
1. Mengidentifikasi. Menentukan komponen-komponen yang menunjang terhadap
objek, yang merupakan kompleksitas fakta-fakta yang memiliki kontribusi terhadap
kesatuan pembangunan.
2. Mengadakan studi. Mencari hubungan-hubungan dari factor faktor terkait, yang
memiliki pengaruh spesifik.
3. Mendeterminasi. Menentukan setepat mungkin faktor-faktor yang dominan dengan
memperhatikan kekhususan dari unit perubahan yang spesifik yang memberikan
perubahan terhadap faktor lain.
4. Memprediksi. Mengadakan ramalan bagaimana suatu factor akan berubah sehingga
mencapai keadaan lebih baik di masa depan.
5. Melakukan Tindakan. Berdasarkan prediksi di atas, melakukan tindakan terstruktur
untuk mencapai tujuan pembangunan.
Klasifikasi Perencanaan
 Theories in Planning. Mencakup perencanaan berkaitan dengan substansi (objek).
 Theories of Planning. Berkaitan dengan prosedur perencanaan (metode).
(10)Hutama, Lutfi. 2017. Perencanaan dan Perancangan Arsitektur.

MUCHAMMAD THOHIR 30
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

 Theories for Planning. Mencakup teori-teori sosial yang menjelaskanbagaimana


seharusnya masyarakat dan perencanaan di masa depan (tujuan). Shean Mc.
Connell (1991).
Paradigma yang melihat perencanaan dengan fokus pada:
 Objek (object centered)
 Pemegang kekuasaan (control centered)
 Cara pengambilan keputusan (decision centered) Andreas Faludi (1982)
Perencanaan yang berorientasi pada:
 Perencana (traditional planning)
 Pemakai (rasional planning)
Perencanaan berdasarkan dimensi waktu:
 Jangka panjang
 Jangka menengah
 Jangka pendek
Perencanaan berdasarkan metode:
 Top Down Planning. Disusun secara menyeluruh kemudian dirinci kepada tingkat
yang lebih rendah.
 Bottom Up Planning. Disusun mulai dari bawah kemudian dirangkum dalam tingkat
tertentu.
2.2.1.2. Definisi Perancangan(10)
 Perancangan merupakan upaya untuk menemukan komponen fisik yang tepat dari
sebuah struktur fisik (Christopher Alexander, 1983).
 Perancangan merupakan sasaran yang dikendalikan dari aktivitas pemecahan
masalah (L. Bruce Archer, 1985).
 Perancangan merupakan proses penarikan keputusan dari ketidakpastian yang
tampak, dengan tindakan-tindakan yang tegas bagi kekeliruan yang terjadi
(M.Asimow, 1982).
 Perancangan merupakan proses simulasi dari apa yang ingin dibuat sebelum kita
membuatnya, berkali-kali sehingga memungkinkan kita merasa puas dengan hasil
akhirnya (P.J. Booker, 1984).
 Perancangan merupakan kesimpulan yang optimal dari sejumlah kebutuhan dari
seperangkat keadaan tertentu (E. Marchet, 1987).
 Perancangan merupakan lompatan kreatif dari fakta-fakta masa kini menuju
kemunghkinan di masa datang (JK. Page, 1986).

(10)Hutama, Lutfi. 2017. Perencanaan dan Perancangan Arsitektur.

MUCHAMMAD THOHIR 31
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

 Perancangan merupakan aktivitas kreatif, melibatkan proses untuk membawa


kepada sesuatu yang baru dan bermanfaat yang sebelumnya tidak ada (JB.
Reswick, 1985).
 Perancangan mempunyai makna memulai perubahan dalam benda-benda buatan
manusia (J.C. Jones, 1990).
 Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada
menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga proses: mengidentifikasi masalah-
masalah, mengidentifikasi metoda untuk pemecahan masalah, dan pelaksanaan
pemecahan masalah. Dengan kata lain adalah pemograman, penyusunan
rancangan, dan pelaksanaan rancangan (John Wade, 1997).
Perancangan meliputi proses :
1. Pemrograman
Untuk menetapkan hal-hal yang menjadi tujuan, kebutuhan dan perhatian klien.
2. Perencanaan
Untuk menyatakan masalah umum klien menjadi masalah standar yang mudah
dipecahkan
3. Perancangan
Mengembangkan gagasan keseluruhan menjadi suatu usul wujud bangunan
Pengertian Perancangan Menurut Bahasa
 Bahasa Latin : DESIGNOSE
Memotong dengan gergaji atau tindakan menakik untuk memberi tanda. Maksudnya
untuk memberi citra pada objek tertentu
 Bahasa Perancis : DESIGNARE
Menandai, memisahkan. Maksudnya menghilangkan kesimpangsiuran
 Bahasa Inggris : DESIGN
Memikirkan, menggambar rencana, menyusun bagian-bagian menjadi sesuatu yang
baru
Pengertian perancangan menurut Soewondo b. Soetedjo
 Merancang dalam arsitektur berkaitan dengan penggunaan gambar untuk
mengembangkan ruang dan bentuk
 Perancangan adalah aktifitas kreatif menuju sesuatu yang baru dan berguna yang
tidak ada sebelumnya
Pengertian perancangan menurut tim McGINTY
 Mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik Perancangan
meliputi fungsi-fungsi : Mengidentifikasi Masalah, Menggunakan Metode-metode dan
Melakukan Sintesa

MUCHAMMAD THOHIR 32
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

 Perancangan merupakan proses tiga bagian : Keadaan Semula, Proses


Transformasi, Keadaan Kemudian
Keterkaitan Perencanaan dan Perancangan
 Perancangan merupakan tindak lanjut dari perencanaan
 Perencanaan merupakan bagian dari proses perancangan arsitektur
 Perencanaan dan perancangan merupakan proses untuk membentuk lingkungan
binaan
Proses Perancangan Arsitektur
 Permulaan
 Persiapan
 pengajuan usul
 evaluasi
 tindakan
Proses perancangan dalam praktek profesi
 Rancangan Skematik
Citra umum bangunan, ukuran, sirkulasi
 Pengembangan Rancangan
Uraian lebih rinci, denah, tampak, potongan
 Dokumen Konstruksi
Gambar kerja, spesifikasi, prosedur kerja
 Penawaran / Perundingan
Fasilitator perundingan
 Tata Laksana Proyek
Supervisi, team leader
Penjelasan Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Dasar
Bangunan yang baik tidak begitu saja terjadi. Bangunan-bangunan tersebut
direncanakan agar terlihat baik dan berfungsi baik, dan terjadi apabila arsiteknya baik dan
klien-kliennya baik dan bijaksana dalam bekerjasama.
Penyusunan program merupakan persyaratan untuk rancangan bangunan adalah
tugas dari arsitek, dan ini merupakan hal yang paling penting sebelum merancang.
2.2.1.3. Definisi Rumah Sakit(11)
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit, yang dimaksud rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit (Anonim, 2009).
Rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
kepada masyarakat dalamrangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
(11)Krisvinia. 2011. Definisi Rumah Sakit.

MUCHAMMAD THOHIR 33
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara


berdaya guna dan berhasil guna denganmengutamakan upaya penyembuhan dan
pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan
dan pencegahan serta melaksanakan rujukan (Siregar danAmalia, 2004).
Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan
upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkankesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat.Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan(promotif ), pencegahan penyakit (preventif ), penyembuhan
penyakit (kuratif ), dan pemulihankesehatan (rehabilitatif ), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Siregar dan Amalia, 2004).
Di Indonesia, rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk pusat
kesehatan masyarakat (Puskesmas), terutama upaya penyembuhan dan pemulihan,
sebab rumah sakit mempunyai fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat penyembuhandan pemulihan bagi penderita, yang berarti bahwa pelayanan
rumah sakit untuk penderita rawat jalan dan rawat inap hanya bersifat spesialistik atau
subspesialistik, sedang pelayanan yang bersifat non spesialistik atau pelayanan dasar
harus dilakukan di Puskesmas.
Hal tersebut diperjelas dalam keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor :983/Menkes/SK/XI/1992, tentang pedoman organisasi Rumah Sakit Umum yang
menyebutkan bahwa tugas rumah sakit mengutamakan upaya penyembuhan dan
pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan (Siregar dan Amalia, 2004).Sekarang ini
rumah sakit adalah suatu lembaga komunitas yang merupakan instrumen masyarakat
yang merupakan titik fokus untuk mengkoordinasi dan menghantarkan pelayanan pasien
pada komunitasnya. Atas dasar tersebut maka rumah sakit dapat dipandang
sebagaisuatu struktur terorganisasi yang menggabungkan bersama-sama semua profesi
kesehatan,fasilitas diagnostik dan terapi, alat dan perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam
suatu sistem terkoordinasi untuk penghantaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat
(Siregar dan Amalia,2004).
2.2.1.4. Definisi Rehabilitasi(12)
Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29, definisi rehabilitasi adalah pemulihan
ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi luka atau sakit, atau pemulihan pasien
yang sakit atau cedera pada tingkat fungsional optimal di rumah dan masyarakat, dalam
hubungan dengan aktivitas fisik, psikososial, kejuruan dan rekreasi.

(12)Kennedy, FP Cyninthia. 2014. Rehabilitasi Medik.

MUCHAMMAD THOHIR 34
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Jika seseorang mengalami luka, sakit, atau cedera maka tahap yang harus dilewati
adalah penyembuhan terlebih dulu. Setelah penyembuhan atau pengobatan dijalani maka
masuk ke tahap pemulihan. Tahap pemulihan inilah yang disebut dengan rehabilitasi.
Jadi, rehabilitasi medis adalah cabang ilmu kedokteran yang menekankan pada
pemulihan fungsional pasien agar aktivitas fisik, psikososial, kejuruan, dan rekreasinya
bisa kembali normal.
Menurut WHO, rehabilitasi medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran yang
mempelajari masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan dampak keadaan sakit, nyeri, Cacat dan atau halangan serta
meningkatkan kemampuan pasien mencapai integrasi sosial.
Menurut Depkes, rehabilitasi adalah proses pemulihan untuk memperoleh fungsi
penyesuaian diri secara maksimal atau usaha mempersiapkan penderita cacat secara
fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk suatu kehidupan yang penuh sesuai dengan
kemampuan yang ada padanya (Depkes RI, 1983). Sehingga pelayanan rehabilitasi
medik merupakan pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui paduan intervensi
medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang
optimal (Menkes RI, 2008).
Ilmu Rehabilitasi Medik (disebut juga sebagai ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi)
adalah ilmu yang mengkhususkan diri dalam pelayanan masyarakat sejak bayi, anak,
remaja, dewasa sampai usia tua, yang memerlukan asuhan rehabilitasi medis. Dimana
pelayanan yang diberikan adalah untuk mencegah terjadinya kecacatan yang mungkin
terjadi akibat penyakit yang diderita serta mengembalikan kemampuan penderita
seoptimal mungkin sesuai kemampuan yang ada pada penderita.

MUCHAMMAD THOHIR 35
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

2.2.2. Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit(13)


Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 24 tahun 2016 :
Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 10 ayat (3) dan pasal 11 ayat
(6) undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit dan pasal 13
ayat (5) peraturan menteri kesehatan nomor 56 tahun 2014 tentang
klasifikasi dan perizinan rumah sakit, perlu menetapkan peraturan menteri
kesehatan tentang persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit;
Mengingat : 1. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit (lembaran
negara republik indonesia tahun 2009 nomor 153, tambahan lembaran
negara republik indonesia nomor 5072);
2.Peraturan menteri kesehatan nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan
perizinan rumah sakit (berita negara republik indonesia tahun 2014 nomor
1221);
Menetapkan : Peraturan menteri kesehatan tentang persyaratan teknis bangunan dan
prasarana rumah sakit.
BAB I : KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Bangunan Rumah Sakit adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat dan kedudukannya, sebagian atau seluruhnya yang berada di atas
tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan yang digunakan untuk
penyelenggaraan Rumah Sakit.
3. Prasarana Rumah Sakit adalah utilitas yang terdiri atas alat, jaringan dan sistem yang
membuat suatu bangunan Rumah Sakit bisa berfungsi.
4. Rencana Blok Bangunan Rumah Sakit adalah peletakan blok-blok bangunan dengan
bentuk rencana atapnya yang ditempatkan pada permukaan suatu tapak, dimana
konsep tata letak memperhatikan hubungan pola aktifitas antar blok bangunan
tersebut.
5. Massa Bangunan adalah elemen tapak (site) yang berbentuk bangunan, baik secara
individual maupun kelompok yang ditata dengan pengorganisasian tertentu sehingga
membentuk ruang luar yang jelas alurnya.

(13)Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016

MUCHAMMAD THOHIR 36
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

6. Ruang adalah gabungan/kumpulan dari ruangan-ruangan sesuai fungsi dalam


pelayanan Rumah Sakit yang saling berhubungan dan terkait satu sama lain dalam
rangka pencapaian tujuan pelayanan kesehatan dari suatu Ruang.
7. Ruangan adalah bagian dari Ruang merupakan tempat yang dibatasi oleh bidang-
bidang fisik maupun non fisik yang memiliki fungsi spesifik.
8. Kompartemen adalah sistem proteksi ruangan yang tahan terhadap api dengan
seluruh dinding, lantai, langit-langit dan bukaan-bukaan menggunakan bahan
bangunan yang mempunyai tingkat ketahanan api minimal 2 (dua) jam.
9. Instalasi adalah jaringan utilitas mulai dari sumber hingga penggunaan.
10. Pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk melakukan pengelolaan bangunan dan
prasarana secara promosi, inspeksi, preventif, dan korektif agar tetap berfungsi.
11. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
Pasal 2
Pengaturan persyaratan teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit bertujuan untuk:
a. mewujudkan Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit yang fungsional dan sesuai
dengan tata bangunan dan prasarana yang serasi dan selaras dengan
lingkungannya;
b. mewujudkan tertib pengelolaan bangunan dan prasarana yang menjamin keandalan
teknis bangunan dan prasarana dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan; dan
c. meningkatkan peran serta pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam
pengelolaan Rumah Sakit yang sesuai dengan persyaratan teknis.
Pasal 3
Persyaratan teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar
pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah
Sakit.
BAB II : BANGUNAN RUMAH SAKIT
Bagian Kesatu : Umum
Pasal 4
Persyaratan Bangunan Rumah Sakit meliputi persyaratan:
a. administratif;

b. teknis bangunan gedung pada umumnya; dan

c. teknis Bangunan Rumah Sakit.


Pasal 5

MUCHAMMAD THOHIR 37
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
1. Persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf b terdiri atas aspek tata bangunan dan keandalan bangunan.

2. Aspek tata bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi peruntukan dan
intensitas bangunan, arsitektur bangunan, dan pengendalian dampak lingkungan.

3. Aspek keandalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi


persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, sesuai fungsi
Rumah Sakit.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis bangunan gedung pada


umumnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7
Persyaratan teknis Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
c terdiri atas:
a. Rencana Blok Bangunan;
b. Massa Bangunan;
c. tata letak bangunan (site plan);
d. pemanfaatan Ruang; dan
e. desain tata Ruang dan komponen bangunan.
Bagian Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan Rumah Sakit
Pasal 8
1. Rencana Blok Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a harus sesuai
peruntukan dan intensitas Bangunan Rumah Sakit.
2. Rencana Blok Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan:
a. peruntukan lokasi bangunan;
b. kepadatan bangunan;
c. ketinggian bangunan; dan
d. jarak bebas bangunan.
3. Peruntukan dan intensitas Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan berdasarkan ketentuan tentang tata Ruang wilayah daerah, rencana
tata bangunan dan lingkungan yang ditetapkan, dan peraturan bangunan daerah
setempat.

MUCHAMMAD THOHIR 38
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Pasal 9
Massa Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b harus
memenuhi syarat sirkulasi udara dan pencahayaan, kenyamanan, keselarasan, dan
keseimbangan dengan lingkungan.
Pasal 10
Tata letak bangunan (site plan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c harus
memenuhi syarat zonasi berdasarkan tingkat risiko penularan penyakit, zonasi
berdasarkan privasi, dan zonasi berdasarkan pelayanan atau kedekatan hubungan fungsi
antar Ruang pelayanan.
Pasal 11
Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d dalam Bangunan
Rumah Sakit harus efektif sesuai fungsi pelayanan.
Pasal 12
1) Desain tata Ruang dan desain komponen bangunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf e harus dapat meminimalisir risiko penyebaran infeksi.
2) Desain tata Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan alur
kegiatan petugas dan pengunjung Rumah Sakit.
Pasal 13
1) Bangunan Rumah Sakit harus memenuhi peil banjir dengan tetap menjaga
keserasian lingkungan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada masing-
masing wilayah.
2) Peil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan elevasi atau titik ketinggian
yang dinyatakan dengan satuan meter sebagai pedoman dalam mendirikan
bangunan.
Pasal 14
1) Lahan bangunan Rumah Sakit harus dibatasi dengan pemagaran yang dilengkapi
dengan akses/pintu yang jelas.
2) Akses/pintu yang jelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit untuk
akses/pintu utama, akses/pintu pelayanan gawat darurat, dan akses/pintu layanan
servis.
3) Akses/pintu utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus terlihat dengan jelas
agar pasien dan pengantar pasien mudah mengenali pintu masuk utama.
4) Akses/pintu pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
mudah diakses dan mempunyai ciri khusus.
5) Akses/pintu layanan servis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdekatan dengan
dapur dan daerah penyimpanan persediaan/gudang penerimaan barang logistik dari
luar serta berdekatan dengan lift servis.

MUCHAMMAD THOHIR 39
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Pasal 15
1) Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas yang aksesibel bagi
penyandang cacat dan lanjut usia untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi
semua pengguna baik di dalam maupun diluar Bangunan Rumah Sakit secara
mudah, aman, nyaman dan mandiri.

2) Fasilitas yang aksesibel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. toilet;

b. koridor;

c. tempat parkir;

d. telepon umum;

e. jalur pemandu;

f. rambu atau marka;

g. pintu; dan

h. tangga, lift, dan/atau ram.

Pasal 16
Bangunan Rumah Sakit terdiri atas:
a. Ruang rawat jalan;
b. Ruang rawat inap;
c. Ruang gawat darurat;
d. Ruang operasi;
e. Ruang perawatan intensif;
f. Ruang kebidanan dan penyakit kandungan;
g. Ruang rehabilitasi medik;
h. Ruang radiologi;
i. Ruang laboratorium;
j. bank darah Rumah Sakit;
k. Ruang sterilisasi;
l. Ruang farmasi;
m. Ruang rekam medis;
n. Ruang tenaga kesehatan;
o. Ruang pendidikan dan latihan;
p. Ruang kantor dan administrasi;
q. Ruang ibadah;
r. Ruang tunggu;
MUCHAMMAD THOHIR 40
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

s. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat Rumah Sakit;


t. Ruang menyusui;
u. Ruang mekanik;
v. Ruang dapur dan gizi;
w. laundry;
x. kamar jenazah;
y. taman;
z. pengelolaan sampah;
aa. pelataran parkir yang mencukupi.
Pasal 17
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB III
PRASARANA RUMAH SAKIT
Bagian Kesatu : Umum
Pasal 18
Prasarana Rumah Sakit meliputi :
a. Instalasi air;
b. Instalasi mekanikal dan elektrikal;
c. Instalasi gas medik dan vakum medik;
d. Instalasi uap;
e. Instalasi pengelolaan limbah;
f. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
g. petunjuk, persyaratan teknis dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat;
h. Instalasi tata udara;
i. sistem informasi dan komunikasi; dan
j. ambulans.
Bagian Kedua
Instalasi Air
Pasal 19
1) Instalasi air meliputi:
a. Instalasi air minum/bersih;
b. Instalasi air kotor/limbah; dan
c. Instalasi air hujan.
2) Persyaratan Instalasi air minum/bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas:

MUCHAMMAD THOHIR 41
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

a. perencanaan sistem distribusi air minum/bersih dalam Bangunan Rumah Sakit


harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan; dan
b. penampungan air minum/bersih dalam Bangunan Rumah Sakit diupayakan
sedemikian rupa agar menjamin kualitas air.
3) Persyaratan Instalasi air kotor/limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a. sistem Instalasi air kotor/limbah harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya;
b. pertimbangan jenis air kotor/limbah diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem
pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang dibutuhkan;
c. pertimbangan tingkat bahaya air kotor/limbah diwujudkan dalam bentuk sistem
pengolahan dan pembuangannya;
d. air kotor/limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya tidak boleh
digabung dengan air kotor/limbah domestik;
e. air kotor/limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya (B3) harus diproses
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
f. air kotor/limbah domestik sebelum dibuang ke saluran terbuka harus diproses
sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku.
4) Persyaratan Instalasi air hujan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
atas:
a. sistem Instalasi air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan
ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota;
b. bangunan Rumah Sakit dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem
Instalasi air hujan;
c. untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam tanah pekarangan
dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase
lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat diterima,
maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang ditetapkan oleh
instansi yang berwenang;
e. sistem Instalasi air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan
penyumbatan pada saluran; dan
f. pemanfaatan kembali air hujan dapat dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

MUCHAMMAD THOHIR 42
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan Instalasi air minum/bersih, Instalasi air
kotor/limbah, dan Instalasi air hujan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Instalasi Mekanikal dan Elektrikal
Pasal 20
Instalasi mekanikal dan elektrikal pada Bangunan Rumah Sakit meliputi:
a. Instalasi transportasi vertikal;
b. Instalasi sistem pencahayaan;
c. Instalasi sistem kelistrikan; dan
d. Instalasi proteksi petir.
Pasal 21
1) Instalasi transportasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a terdiri
atas lift, eskalator, dan/atau lift pelayan (dumbwaiter).
2) Lift sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas lift pasien, lift pengunjung, dan
lift servis.
3) Jumlah, kapasitas, ukuran, dan konstruksi lift sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus berdasarkan fungsi dan luas Bangunan Rumah Sakit, jumlah pengguna Ruang,
dan keselamatan pengguna Bangunan Rumah Sakit.
4) Luas lift pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling kecil berukuran 1,50 x
2,30 meter dengan lebar pintu tidak kurang dari 1,20 meter untuk memungkinkan
lewatnya tempat tidur dan brankar/tempat tidur pasien bersama-sama dengan
pengantarnya.
5) Dalam hal lift pengunjung digunakan sebagai lift pasien, ukuran lift pengunjung harus
sama dengan lift pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
6) Setiap bangunan Rumah Sakit yang menggunakan lift harus menyediakan lift khusus
kebakaran yang dimulai dari lantai dasar bangunan (ground floor).
7) Dalam hal Rumah Sakit tidak memiliki lift khusus kebakaran, lift pasien, lift
pengunjung, atau lift servis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diatur
pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat digunakan khusus oleh
petugas kebakaran.
8) Ketentuan teknis lift kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat (7)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
1) Instalasi sistem pencahayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b terdiri
atas sistem pencahayaan alami, pencahayaan buatan, dan pencahayaan darurat.

MUCHAMMAD THOHIR 43
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

2) Sistem pencahayaan alami dan buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterapkan pada Ruangan baik di dalam bangunan maupun di luar Bangunan Rumah
Sakit.
3) Sistem pencahayaan alami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus optimal
disesuaikan dengan fungsi Bangunan Rumah Sakit dan fungsi masing-masing Ruang
di dalam Bangunan Rumah Sakit.
4) Sistem pencahayaan buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi Ruang
Bangunan Rumah Sakit dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi
yang digunakan, dan penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
5) Sistem pencahayaan buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi
dengan pengendali manual dan/atau otomatis, dan ditempatkan pada tempat yang
mudah dicapai/dibaca oleh pengguna Ruang.
6) Sistem pencahayaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dipasang
pada Bangunan Rumah Sakit dengan fungsi tertentu dan dapat bekerja secara
otomatis, serta mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang
aman.
Pasal 23
1) Instalasi sistem kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c harus
memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. sumber daya listrik;
b. panel hubung bagi;
c. jaringan distribusi listrik;
d. perlengkapan serta Instalasi listrik untuk memenuhi kebutuhan Bangunan Rumah
Sakit yang terjamin terhadap aspek keselamatan manusia;
e. keamanan Instalasi listrik beserta perlengkapannya;
f. keamanan Rumah Sakit serta isinya; dan
g. perlindungan lingkungan dari bahaya listrik.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi kelistrikan di Rumah Sakit dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 24
Instalasi proteksi petir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf d bertujuan untuk
mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan oleh petir terhadap
Bangunan Rumah Sakit, termasuk manusia, peralatan, dan perlengkapan bangunan
lainnya dalam Bangunan Rumah Sakit.

MUCHAMMAD THOHIR 44
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Bagian Keempat
Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik
Pasal 25
1) Instalasi gas medik dan vakum medik meliputi :
a. sumber gas medik dan vakum medik;
b. jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum medik; dan
c. terminal sistem gas medik dan vakum medik.
2) Sumber gas medik dan vakum medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi :
a. silinder medik;
b. oksigen konsentrator;
c. kompresor udara;
d. pompa vakum; dan
e. pompa buangan sisa gas anastesi.
3) Silinder medik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi silinder gas,
silinder gas cair (PGS), dan container cair (cryogenik).
4) Jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum medik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi :
a. katup;
b. rakitan buatan pabrik;
c. rel gas medik (rgm) yang terpasang pada permukaan;
d. indikator tekanan dan vakum;
e. sistem peringatan;
f. distribusi; dan
g. penamaan dan identifikasi.
5) Terminal sistem gas medik dan vakum medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi:
a. stasiun outlet dan inlet; dan
b. regulator tabung, yang dipergunakan langsung ke pasien melalui tabung gas
medik.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi gas medik dan vakum medik di Rumah
Sakit dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kelima
Instalasi Uap
Pasal 26
1) Instalasi uap meliputi sumber uap, distribusi uap, dan terminal uap.
2) Sumber uap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari boiler (katel uap).

MUCHAMMAD THOHIR 45
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

3) Penempatan sumber uap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mudah
diamati, dipelihara, dan tidak membahayakan, mengganggu dan merugikan
lingkungan, bagian Bangunan Rumah Sakit dan Instalasi lain, serta diperhitungkan
berdasarkan peraturan dan standar teknik yang berlaku.
4) Uap yang dialirkan untuk dipergunakan pada peralatan dapur atau keperluan laundry
atau jenis lainnya harus mengikuti peraturan dan standar teknik yang berlaku.
5) Sistem distribusi uap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus direncanakan dan
diatur sehingga dengan tekanan uap yang minimal, peralatan yang menggunakan
uap dapat bekerja dengan baik.
6) Sistem distribusi uap sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus dipelihara untuk
mencegah kebocoran.
7) Instalasi uap dan kelengkapannya harus diuji sebelum digunakan dan diperiksa
secara berkala oleh instansi yang berwenang.
8) Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi uap di Rumah Sakit dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keenam
Instalasi Pengelolaan Limbah
Pasal 27
1) Instalasi pengelolaan limbah meliputi:
a. Instalasi pengelolaan limbah padat;
b. Instalasi pengelolaan limbah cair;
c. Instalasi pengelolaan limbah gas;
d. Instalasi pengelolaan limbah radioaktif; dan
e. Instalasi pengolahan limbah bahan beracun dan berbahaya.
2) Instalasi pengelolaan limbah padat, limbah cair, limbah gas, limbah radioaktif, dan
limbah bahan beracun dan berbahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. sumber/pewadahan/alat sanitasi;
b. jaringan; dan
c. pengolahan akhir.
3) Akses menuju Instalasi pengelolaan limbah melalui akses/pintu layanan servis.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi pengelolaan limbah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketujuh
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Pasal 28
1) Pencegahan dan penanggulangan kebakaran terdiri atas: a. sistem proteksi pasif;
dan b. sistem proteksi aktif.

MUCHAMMAD THOHIR 46
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

2) Penerapan sistem proteksi pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
didasarkan pada fungsi/klasifikasi risiko kebakaran, geometri Ruang, bahan
bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam Bangunan Rumah
Sakit
3) Sistem proteksi pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus memenuhi:
a. persyaratan kinerja;
b. tingkat ketahanan api dan stabilitas;
c. tipe konstruksi tahan api;
d. tipe konstruksi yang diwajibkan;
e. kompartemenisasi kebakaran; dan
f. perlindungan pada bukaan.
4) Penerapan sistem proteksi aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian, volume bangunan, dan/atau
jumlah dan kondisi penghuni dalam Bangunan Rumah Sakit.
5) Sistem proteksi aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. sistem pemadam kebakaran;
b. sistem deteksi dan alarm kebakaran; dan
c. sistem pengendalian asap kebakaran.
Bagian Kedelapan
Petunjuk, Persyaratan Teknis dan Sarana Evakuasi
Saat Terjadi Keadaan Darurat
Pasal 29
1) Setiap Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi
sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi,
yang dapat menjamin pengguna Bangunan Rumah Sakit untuk melakukan evakuasi
dari dalam Bangunan Rumah Sakit secara aman apabila terjadi bencana atau
keadaan darurat.
2) Sarana evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat digunakan oleh
semua orang termasuk penyandang cacat dan lanjut usia.
3) Sarana evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan sarana
keselamatan jiwa pada Bangunan Rumah Sakit.
Bagian Kesembilan
Instalasi Tata Udara
Pasal 30
1) Instalasi tata udara pada Bangunan Rumah Sakit meliputi :
a. Instalasi ventilasi; dan
b. Instalasi sistem pengkondisian udara.

MUCHAMMAD THOHIR 47
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

2) Instalasi ventilasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas ventilasi
alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan yang memenuhi syarat sesuai dengan
fungsinya.
3) Sistem Instalasi tata udara pada Bangunan Rumah Sakit harus dirancang tidak
menyebabkan terjadinya penularan penyakit.
4) Pemasangan Instalasi tata udara di Rumah Sakit harus mempertimbangkan prinsip-
prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan.
Bagian Kesepuluh
Sistem Informasi dan Komunikasi
Pasal 31
1) Sistem informasi di Rumah Sakit harus didesain dengan sistem keamanan yang
optimal untuk menjamin aplikasi hanya dapat diakses oleh petugas yang berwenang.
2) Sistem komunikasi dalam Bangunan Rumah Sakit dimaksudkan sebagai penyediaan
sistem komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan maupun untuk hubungan
ke luar pada saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi darurat lainnya.
3) Sistem komunikasi antara lain sistem telepon, sistem tata suara, sistem panggil
perawat, dan sistem voice evacuation.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi dan sistem komunikasi
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kesebelas
Ambulans
Pasal 32
1) Ambulans meliputi ambulans air, darat, dan udara.
2) Ambulans darat meliputi ambulans transport, ambulans gawat darurat, dan kereta
jenazah.
Bagian Keduabelas
Pengaturan lebih lanjut
Pasal 33
Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi mekanikal dan elektrikal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, pencegahan dan penanggulangan
kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, petunjuk, persyaratan teknis dan
sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29,
Instalasi tata udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, dan ambulans sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32, diatur dengan Peraturan Menteri.

MUCHAMMAD THOHIR 48
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB IV
PEMELIHARAAN BANGUNAN DAN PRASARANA RUMAH SAKIT
Pasal 34
1) Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit harus dipelihara secara berkala dengan
periode waktu tertentu.
2) Kegiatan Pemeliharaan bangunan dan Prasarana Rumah Sakit meliputi
Pemeliharaan promotif, Pemeliharaan pemantauan fungsi/inspeksi (testing),
Pemeliharaan preventif, dan Pemeliharaan korektif/perbaikan.
3) Pemeliharaan promotif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kegiatan
Pemeliharaan yang bersifat memberikan petunjuk penggunaan atau pengoperasian
bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
4) Pemeliharaan pemantauan fungsi/ inspeksi (testing) sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan kegiatan Pemeliharaan yang bersifat melakukan pemantauan
fungsi/testing pada setiap bangunan dan prasarana yang akan digunakan atau
dioperasionalkan.
5) Pemeliharaan preventif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kegiatan
Pemeliharaan yang bersifat pembersihan, penggantian komponen/suku cadang yang
masa waktunya harus diganti.
6) Pemeliharaan korektif/perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
kegiatan pemeliharaan yang bersifat penggantian suku cadang sampai dilakukan
overhaull.
Pasal 35
1) Rumah Sakit harus mempunyai program Pemeliharaan, pedoman dan panduan
Pemeliharaan, serta lembar kerja Pemeliharaan bangunan dan prasarana.
2) Rumah Sakit harus menyediakan biaya Pemeliharaan paling rendah 15% (lima belas
persen) dari nilai bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
BAB V
SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 36
1) Rumah Sakit harus memiliki sumber daya manusia yang berkompeten di bidang
bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan ijazah dan/atau
sertifikat telah mengikuti pelatihan.

MUCHAMMAD THOHIR 49
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 37
1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan persyaratan teknis bangunan dan prasarana Rumah Sakit
sesuai kewenangan masing-masing.
2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan pasien, tenaga di Rumah Sakit, dan masyarakat akan
bangunan dan Prasarana Rumah Sakit yang memenuhi persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan.
3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pemberian bimbingan, supervisi, monitoring dan evaluasi, konsultasi, pendidikan dan
pelatihan, dan kegiatan pemberdayaan lain.
4) Dalam rangka pengawasan, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota dapat memberikan
tindakan administratif sesuai dengan kewenangan masing-masing.
5) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. teguran lisan,
b. teguran tertulis,
c. tidak diberikan izin mendirikan Rumah Sakit,
d. tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit; dan/atau
e. pencabutan izin operasional Rumah Sakit.
6) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
1) Ketentuan persyaratan teknis bangunan dan Prasarana Rumah Sakit sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. 5 (lima) tahun terhitung sejak Peraturan Menteri ini diundangkan, untuk Bangunan
Rumah Sakit yang telah berdiri sebelum Peraturan Menteri ini diundangkan; dan
b. 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan Menteri ini diundangkan, untuk Bangunan
Rumah Sakit yang sedang dalam proses perencanaan, pembangunan, atau belum
difungsikan.
2) Pemberlakuan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur secara
bertahap sesuai pedoman teknis pemenuhan persyaratan bangunan dan Prasarana
Rumah Sakit.

MUCHAMMAD THOHIR 50
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

3) Ketentuan mengenai pedoman teknis pemenuhan persyaratan bangunan dan


Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 39
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
2.2.3. Persyaratan Teknis Bangunan Rumah Sakit(13)
A. LOKASI RUMAH SAKIT
1. Geografis
a) Kontur tanah
Kontur tanah mempengaruhi perencanaan struktur, arsitektur, dan mekanikal
elektrikal rumah sakit. Selain itu kontur tanah juga berpengaruh terhadap
perencanaan sistem drainase, kondisi jalan terhadap tapak bangunan dan lain-
lain.
b) Lokasi rumah sakit sebagai berikut:
1) Berada pada lingkungan dengan udara bersih dan lingkungan yang tenang.
2) Bebas dari kebisingan yang tidak semestinya dan polusi atmosfer yang datang
dari berbagai sumber.
3) Tidak di tepi lereng.
4) Tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor.
5) Tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat mengikis pondasi.
6) Tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif.
7) Tidak di daerah rawan tsunami.
8) Tidak di daerah rawan banjir.
9) Tidak dalam zona topan.
10) Tidak di daerah rawan badai
11) Tidak dekat stasiun pemancar.
12) Tidak berada pada daerah hantaran udara tegangan tinggi.
2. Peruntukan Lokasi
Bangunan rumah sakit harus diselenggarakan pada lokasi yang sesuai dengan
peruntukannya yang diatur dalam ketentuan tata ruang dan tata bangunan daerah
setempat.
3. Aksesibilitas Untuk Jalur Transportasi dan Komunikasi
Lokasi harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau dekat ke jalan raya dan tersedia
infrastruktur dan fasilitas dengan mudah, yaitu tersedia transportasi umum, pedestrian,
jalur-jalur yang aksesibel untuk disabel.

(13)Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016

MUCHAMMAD THOHIR 51
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

4. Fasilitas Parkir
Perancangan dan perencanaan prasarana parkir di RS sangat penting, karena
prasarana parkir dan jalan masuk kendaraan akan menyita banyak lahan. Dengan
asumsi perhitungan kebutuhan lahan parkir pada RS idealnya adalah 37,5m2 s/d 50m2
per tempat tidur (sudah termasuk jalur sirkulasi kendaraan) atau menyesuaikan kondisi
sosial ekonomi daerah setempat. Tempat parkir harus dilengkapi dengan rambu parkir.
Penyediaan parkir di pekarangan tidak boleh mengurangi daerah penghijauan yang
telah ditetapkan.
5. Utilitas Publik
Rumah sakit harus memastikan ketersediaan air bersih, pembuangan air kotor/limbah,
listrik, dan jalur telepon selama 24 jam.
6. Fasilitas Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
Setiap rumah sakit harus dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan kesehatan
lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. BENTUK BANGUNAN
1. Bentuk denah bangunan rumah sakit sedapat mungkin simetris guna mengantisipasi
kerusakan yang diakibatkan oleh gempa.
2. Massa bangunan rumah sakit harus mempertimbangkan sirkulasi udara dan
pencahayaan, kenyamanan dan keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.
3. Perencanaan bangunan rumah sakit harus mengikuti Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL), yang meliputi persyaratan Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Daerah Hijau (KDH), Garis Sempadan
Bangunan (GSB) dan Garis Sepadan Pagar (GSP).
4. Penentuan pola pembangunan rumah sakit baik secara vertikal maupun horisontal,
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang diinginkan rumah sakit
(;health needs), kebudayaan daerah setempat (;cultures), kondisi alam daerah
setempat (;climate), lahan yang tersedia (;sites) dan kondisi keuangan manajemen
rumah sakit (;budget).
C. STRUKTUR BANGUNAN
1. Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik
mungkin agar kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan
memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta memenuhi persyaratan kelayanan
(serviceability) selama umur bangunan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan
rumah sakit.
2. Kemampuan memikul beban baik beban tetap maupun beban sementara yang
mungkin bekerja selama umur layanan struktur harus diperhitungkan.

MUCHAMMAD THOHIR 52
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

3. Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban harus sesuai
dengan standar teknis yang berlaku.
4. Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan terhadap pengaruh gempa
sesuai dengan standar teknis yang berlaku.
5. Pada bangunan rumah sakit, apabila terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya harus
dapat memungkinkan pengguna bangunan menyelamatkan diri.
6. Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus dilakukan
pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan Pedoman Teknis
atau standar yang berlaku. dan harus dilakukan atau didampingi oleh ahli yang memiliki
sertifikasi sesuai.
D. ZONASI
Zonasi ruang adalah pembagian atau pengelompokan ruangan-ruangan berdasarkan
kesamaan karakteristik fungsi kegiatan untuk tujuan tertentu.
Pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit terdiri atas zonasi
berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi dan
zonasi berdasarkan pelayanan.
1. Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit terdiri dari :
a) area dengan risiko rendah, diantaranya yaitu ruang kesekretariatan dan
administrasi, ruang pertemuan, ruang arsip/rekam medis.
b) area dengan risiko sedang, diantaranya yaitu ruang rawat inap penyakit tidak
menular, ruang rawat jalan.
c) area dengan risiko tinggi, diantaranya yaitu ruang ruang gawat darurat, ruang
rawat inap penyakit menular (isolasi infeksi), ruang rawat intensif, ruang bersalin,
laboratorium, pemulasaraan jenazah, ruang radiodiagnostik.
d) area dengan risiko sangat tinggi, diantaranya yaitu ruang operasi.
2. Zonasi berdasarkan privasi kegiatan terdiri dari :
a) area publik, yaitu area dalam lingkungan rumah sakit yang dapat diakses
langsung oleh umum, diantaranya yaitu ruang rawat jalan, ruang gawat darurat,
ruang farmasi, ruang radiologi, laboratorium.
b) area semi publik, yaitu area dalam lingkungan rumah sakit yang dapat diakses
secara terbatas oleh umum, diantaranya yaitu ruang rawat inap, ruang diagnostik,
ruang hemodialisa.
c) area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung rumah sakit, diantaranya
yaitu seperti ruang perawatan intensif, ruang operasi, ruang kebidanan, ruang
sterilisasi, ruangan-ruangan petugas.
3. Zonasi berdasarkan pelayanan terdiri dari :

MUCHAMMAD THOHIR 53
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

a) Zona pelayanan medik dan perawatan, diantaranya yaitu ruang rawat jalan, ruang
gawat darurat, ruang perawatan intensif, ruang operasi, ruang kebidanan, ruang
rawat inap, Perletakan zona pelayanan medik dan perawatan harus bebas dari
kebisingan
b) Zona penunjang dan operasional, diantaranya yaitu ruang farmasi, ruang
radiologi, laboratorium, ruang sterilisasi.
c) Zona penunjang umum dan administrasi, diantaranya yaitu ruang kesekretariatan
dan administrasi, ruang pertemuan, ruang rekam medis.
E. KEBUTUHAN TOTAL LUAS LANTAI BANGUNAN
1. Perhitungan perkiraan kebutuhan total luas lantai bangunan untuk rumah sakit
umum kelas A minimal 100 m2/ tempat tidur.
2. Perhitungan perkiraan kebutuhan total luas lantai bangunan untuk rumah sakit
umum kelas B minimal 80 m2/ tempat tidur.
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan total luas lantai bangunan untuk rumah sakit
umum kelas C minimal 60 m2/ tempat tidur.
4. Perhitungan perkiraan kebutuhan total luas lantai bangunan untuk rumah sakit
umum kelas D minimal 50 m2/ tempat tidur.
5. Kebutuhan luas lantai bangunan untuk rumah sakit khusus dan rumah sakit
pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan.
F. DESAIN KOMPONEN BANGUNAN RUMAH SAKIT
1. ATAP
Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
2. LANGIT-LANGIT
a) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan, tidak
mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur.
b) Rangka langit-langit harus kuat.
c) Tinggi langit-langit di ruangan minimal 2,80 m, dan tinggi di selasar (koridor) minimal
2,40 m.
d) Tinggi langit-langit di ruangan operasi minimal 3,00 m.
e) Pada ruang operasi dan ruang perawatan intensif, bahan langit-langit harus memiliki
tingkat ketahanan api (TKA) minimal 2 jam.
f) Pada tempat-tempat yang membutuhkan tingkat kebersihan ruangan tertentu, maka
lampu-lampu penerangan ruangan dipasang dibenamkan pada plafon (recessed).
3. DINDING DAN PARTISI
a) Dinding harus keras, rata, tidak berpori, kedap air, tahan api, tahan karat, harus
mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.

MUCHAMMAD THOHIR 54
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

b) Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.


c) Khusus pada ruangan-ruangan yang berkaitan dengan aktivitas pelayanan anak,
pelapis dinding dapat berupa gambar untuk merangsang aktivitas anak.
d) Pada daerah yang dilalui pasien, dindingnya harus dilengkapi pegangan tangan
(handrail) yang menerus dengan ketinggian berkisar 80 - 100 cm dari permukaan
lantai. Pegangan harus mampu menahan beban orang dengan berat minimal 75 kg
yang berpegangan dengan satu tangan pada pegangan tangan yang ada.
e) Bahan pegangan tangan harus terbuat dari bahan yang tahan api, mudah
dibersihkan dan memiliki lapisan permukaan yang bersifat non-porosif.
f) Khusus ruangan yang menggunakan peralatan x-ray, maka dinding harus memenuhi
persyaratan teknis proteksi radiasi sinar pengion.
g) Khusus untuk daerah yang sering berkaitan dengan bahan kimia, daerah yang
mudah terpicu api, maka dinding harus dari bahan yang mempunyai Tingkat
Ketahanan Api (TKA) minimal 2 jam, tahan bahan kimia dan benturan.
h) Pada ruang yang terdapat peralatan menggunakan gelombang elektromagnetik
(EM), seperti Short Wave Diathermy atau Micro Wave Diathermy, tidak boleh
menggunakan pelapis dinding yang mengandung unsur metal atau baja.
i) Ruang yang mempunyai tingkat kebisingan tinggi (misalkan ruang mesin genset,
ruang pompa, ruang boiler, ruang kompressor, ruang chiller, ruang AHU, dan lain-lain)
maka bahan dinding menggunakan bahan yang kedap suara atau menggunakan
bahan yang dapat menyerap bunyi.
j) Pada area dengan resiko tinggi yang membutuhkan tingkat kebersihan ruangan
tertentu, maka pertemuan antara dinding dengan dinding harus dibuat
melengkung/conus untuk memudahkan pembersihan.
k) Khusus pada ruang operasi dan ruang perawatan intensif, bahan dinding/partisi
harus memiliki Tingkat Ketahanan Api (TKA) minimal 2 jam.
4. LANTAI
a) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang, dan mudah dibersihkan.
b) tidak terbuat dari bahan yang memiliki lapisan permukaan dengan porositas yang
tinggi yang dapat menyimpan debu.
c) mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan.
d) penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
e) Ram harus mempunyai kemiringan kurang dari 70, bahan penutup lantai harus dari
lapisan permukaan yang tidak licin (walaupun dalam kondisi basah).

MUCHAMMAD THOHIR 55
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

f) khusus untuk ruang yang sering berinteraksi dengan bahan kimia dan mudah
terbakar, maka bahan penutup lantai harus dari bahan yang mempunyai Tingkat
Ketahanan Api (TKA) minimal 2 jam, tahan bahan kimia.
g) khusus untuk area perawatan pasien (area tenang) bahan lantai menggunakan
bahan yang tidak menimbulkan bunyi.
h) Pada area dengan resiko tinggi yang membutuhkan tingkat kebersihan ruangan
tertentu, maka pertemuan antara lantai dengan dinding harus melengkung untuk
memudahkan pembersihan lantai (hospital plint)
i) Pada ruang yang terdapat peralatan medik, lantai harus dapat menghilangkan
muatan listrik statik dari peralatan sehingga tidak membahayakan petugas dari
sengatan listrik.
5. PINTU DAN JENDELA
a) Pintu utama dan pintu-pintu yang dilalui brankar/tempat tidur pasien memiliki lebar
bukaan minimal 120 cm, dan pintu-pintu yang tidak menjadi akses tempat tidur pasien
memiliki lebar bukaan minimal 90 cm.
b) Di daerah sekitar pintu masuk tidak boleh ada perbedaan ketinggian lantai tidak
boleh menggunakan ram.
c) Pintu Darurat
1) Setiap bangunan rumah sakit yang bertingkat lebih dari 3 lantai harus dilengkapi
dengan pintu darurat.
2) Lebar pintu darurat minimal 100 cm membuka kearah ruang tangga
penyelamatan (darurat) kecuali pada lantai dasar membuka ke arah luar (halaman).
3) Jarak antar pintu darurat dalam satu blok bangunan gedung maksimal 25 m dari
segala arah.
d) Pintu untuk kamar mandi di ruangan perawatan pasien dan pintu toilet untuk
aksesibel, harus terbuka ke luar, dan lebar daun pintu minimal 85 cm.
e) Pintu-pintu yang menjadi akses tempat tidur pasien harus dilapisi bahan anti
benturan.
f) Ruangan perawatan pasien harus memiliki bukaan jendela yang dapat terbuka
secara maksimal untuk kepentingan pertukaran udara.
g) Pada bangunan rumah sakit bertingkat, lebar bukaan jendela harus aman dari
kemungkinan pasien dapat melarikan/ meloloskan diri.
h) Jendela juga berfungsi sebagai media pencahayaan alami di siang hari.
6. TOILET/KAMAR MANDI
a) Toilet umum
1) Toilet atau kamar mandi umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk
masuk dan keluar oleh pengguna.

MUCHAMMAD THOHIR 56
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

2) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna (36 -
38 cm).
3) Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
4) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
5) Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.
b) Toilet untuk aksesibilitas
1) Toilet atau kamar mandi umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan
rambu/simbol "disabel" pada bagian luarnya.
2) Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk
masuk dan keluar pengguna kursi roda.
3) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi
roda sekitar (45 - 50 cm)
4) Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat
(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi
roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-
siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda.
5) Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan
keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.
6) Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
7) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi roda.
8) Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.
9) Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound button) bila
sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
7. KORIDOR
Ukuran koridor sebagai akses horizontal antar ruang dipertimbangkan berdasarkan fungsi
koridor, fungsi ruang, dan jumlah pengguna. Ukuran koridor yang aksesibilitas tempat
tidur pasien minimal 2,40 m.
8. TANGGA
a) Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam Tinggi
masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15 – 17 cm.
b) Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600.
c) Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan darurat,
untuk mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya kebakaran atau situasi darurat
lainnya.

MUCHAMMAD THOHIR 57
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

d) Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna


tangga.
e) Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail).

Gambar 2.1. Tipikal tangga

Gambar 2.2. Pegangan rambat pada tangga

MUCHAMMAD THOHIR 58
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

f) Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65-80 cm dari lantai,
bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat
atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang.
g) Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya (puncak
dan bagian bawah) dengan 30 cm.
h) Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga tidak ada
air hujan yang menggenang pada lantainya.

Gambar 2.3. Desain profil tangga

Gambar 2.4. Detail pegangan rambat tangga

MUCHAMMAD THOHIR 59
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Gambar 2.5. Detail pegangan rambat pada dinding


9. RAM
a) Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi
orang yang tidak dapat menggunakan tangga.
b) Kemiringan suatu ram di dalam bangunan tidak boleh melebihi 70, perhitungan
kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan akhiran ram (curb ramps/landing).
c) Panjang mendatar dari satu ram (dengan kemiringan 70) tidak boleh lebih dari 900
cm. Panjang ram dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
d) Lebar minimum dari ram adalah 2,40 m dengan tepi pengaman.
e) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ram harus bebas dan datar
sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda dan
brankar/tempat tidur pasien, dengan ukuran minimum 160 cm.
f) Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ram harus memiliki tekstur sehingga
tidak licin baik diwaktu hujan.

MUCHAMMAD THOHIR 60
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Gambar 2.6. Tipikal ram


g) Lebar tepi pengaman ram (low curb) maksimal 10 cm sehingga dapat mengamankan
roda dari kursi roda atau brankar/ tempat tidur pasien agar tidak terperosok atau keluar
ram.
h) Apabila letak ram berbatasan langsung dengan lalu lintas jalan umum atau
persimpangan, ram harus dibuat tidak mengganggu jalan umum.
i) pencahayaan harus cukup sehingga membantu penggunaan ram saat malam hari.
Pencahayaan disediakan pada bagian ram yang memiliki ketinggian terhadap muka
tanah sekitarnya dan bagian-bagian yang membahayakan.
j) dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang dijamin kekuatannya dengan
ketinggian yang sesuai.

MUCHAMMAD THOHIR 61
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

2.2.4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia(14)


Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, perlu mengatur Klasifikasi Rumah Sakit
dengan Peraturan Menteri Kesehatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2004,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan;
(14) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/Iii/2010

MUCHAMMAD THOHIR 62
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 355/Menkes/Per/V/2006 tentang


Pedoman Pelembagaan Organisasi Unit Pelaksana Teknis;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan;
Memutuskan:
Menetapkan : Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit.
3. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada
satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ atau jenis penyakit.
4. Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas Rumah Sakit berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan.
5. Fasilitas adalah segala sesuatu hal yang menyangkut sarana, prasarana maupun alat
(baik alat medik maupun alat non medik) yang dibutuhkan oleh rumah sakit dalam
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pasien.
6. Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh mata maupun
teraba oleh panca-indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan
(umumnya) merupakan bagian dari suatu bangunan gedung ataupun bangunan
gedung itu sendiri.
7. Prasarana adalah benda maupun jaringan / instansi yang membuat suatu sarana yang
ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
8. Tenaga tetap adalah tenaga yang bekerja di rumah sakit secara purna waktu dan
berstatus pegawai tetap.
BAB II
PENETAPAN KELAS
Pasal 2
1) Setiap rumah sakit wajib mendapatkan penetapan kelas dari Menteri.
2) Rumah sakit dapat ditingkatkan kelasnya setelah lulus tahapan pelayanan akreditasi
kelas dibawahnya.

MUCHAMMAD THOHIR 63
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Pasal 3
Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan
medik umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat inap,
operasi/bedah, pelayanan medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi,
sterilisasi, rekam medik, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan
masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry, dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah
sakit, serta pengolahan limbah.
BAB III
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT UMUM
Pasal 4
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan
menjadi :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A;
b. Rumah Sakit Umum Kelas B;
c. Rumah Sakit Umum Kelas C;
d. Rumah Sakit Umum Kelas D.
Pasal 5
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen.
BAB IV
RUMAH SAKIT UMUM : Bagian Kesatu
Rumah Sakit Umum Kelas A
Pasal 6
1) Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13
(tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.
2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan
Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik
Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik,
dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

MUCHAMMAD THOHIR 64
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi.
7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdiri dari Pelayanan Mata,
Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan
Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik
dan Kedokteran Forensik.
8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut.
Konservasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi dan Penyakit
Mulut.
9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
10) Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dari Subspesialis Bedah, Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung Tenggorokan,
Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Paru, Orthopedi dan
Gigi Mulut.
11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang,
Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran,
Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.
Pasal 7
1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 18 (delapan belas) orang dokter
umum dan 4 (empat) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 6 (enam)
orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap.

MUCHAMMAD THOHIR 65
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

4) Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-masing minimal 3


(tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis
sebagai tenaga tetap.
5) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 3 (tiga)
orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap.
6) Untuk Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.
7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang
dokter subspesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter subspesialis
sebagai tenaga tetap.
8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
9) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.
Pasal 8
1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah.
Pasal 9
1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana.
2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
Bagian Kedua
Rumah Sakit Umum Kelas B
Pasal 10
1) Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat)

MUCHAMMAD THOHIR 66
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis


Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.
2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan
Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik
Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik
dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas)
pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan
Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi,
Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.
8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut,
Konservasi/Endodonsi, dan Periodonti.
9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
10) Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang
meliputi : Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi.
11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga /
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang,
Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran,
Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.
Pasal 11
1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.

MUCHAMMAD THOHIR 67
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 12 (dua belas) orang dokter umum
dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter
spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap.
4) Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-masing minimal 2
(dua) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu ) orang dokter spesialis
sebagai tenaga tetap.
5) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 4 orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
6) Pada Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.
7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai tenaga
tetap.
8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
9) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.
Pasal 12
1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.
Pasal 13
1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana.
2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.

MUCHAMMAD THOHIR 68
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Bagian Ketiga
Rumah Sakit Umum Kelas C
Pasal 14
1) Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat)
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan
Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan
awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan
standar.
5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan.
7) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
9) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik
10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga /
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang,
Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas
Medik dan Penampungan Air Bersih.
Pasal 15
1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum
dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua)
orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis
sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.

MUCHAMMAD THOHIR 69
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

4) Pada setiap Pelayanan Spesialis Penunjang Medik masing-masing minimal 1 (satu)


orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis
sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
5) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
6) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.
Pasal 16
1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
3) Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4) Jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.
Pasal 17
1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana.
2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMS) dan hospital by laws dan Medical Staff by laws.
Bagian Keempat
Rumah Sakit Umum Kelas D
Pasal 18
1) Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaiman
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan,
Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24
(duan puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan

MUCHAMMAD THOHIR 70
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi


sesuai dengan standar.
5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis
pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak,
Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan Radiologi.
7) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
8) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan High Care Unit, Pelayanan Darah,
Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik
9) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga /
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang,
Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas
Medik dan Penampungan Air Bersih.
Pasal 19
1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum dan
1 (satu) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter spesialis dari 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar dengan 1 (satu)
orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.
4) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
5) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.
Pasal 20
1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
3) Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4) Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.
Pasal 21
1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana.
2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur

MUCHAMMAD THOHIR 71
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,


serta administrasi umum dan keuangan.
3) Tatakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
Pasal 22
Kriteria klasifikasi Rumah Sakit Umum sebagaimana tercantum dalam lampiran I
Peraturan ini.
BAB V
RUMAH SAKIT KHUSUS
Pasal 23
Jenis Rumah Sakit khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung,
Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat, Stroke, Penyakit
Infeksi, Bersalin, Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah,
Ginjal, Kulit dan Kelamin.
Pasal 24
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan
menjadi :
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A;
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B;
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.
Pasal 25
1) Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen.
2) Kriteria klasifikasi Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan ini.
Pasal 26
Klasifikasi dari unsur pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 meliputi
Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat sesuai kekhususannya, Pelayanan
Medik Spesialis Dasar sesuai kekhususan, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik,
Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Penunjang Klinik,
Pelayanan Penunjang Non Klinik.

MUCHAMMAD THOHIR 72
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Pasal 27
Kriteria klasifikasi dari unsur sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 meliputi ketersediaan sumber daya manusia pada Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik Spesialis sesuai kekhususannya, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Keperawatan dan Penunjang Klinik.
Pasal 28
1) Kriteria klasifikasi dari unsur administrasi dan manajemen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 meliputi struktur organisasi dan tata laksana.
2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tugas dan fungsi,
susunan dan uraian jabatan, tata hubungan kerja, standar operasional prosedur,
hospital bylaws & medical staff bylaws.
Pasal 29
Rumah Sakit Khusus harus memenuhi jumlah tempat tidur sesuai dengan klasifikasinya
12 berdasarkan kebutuhan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini.
Pasal 30
Penamaan Rumah Sakit Khusus harus mencantumkan kekhususannya.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 31
1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan dalam peraturan menteri ini kepada
pemerintah daerah provinsi.
2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan dalam klasifikasi Rumah Sakit
kepada pemerintah daerah Kabupaten / Kota.
3) Apabila Gubernur belum mampu melakukan pembinaan dan pengawasan dalam
kebijakan klasifikasi setelah dilakukan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1)
maka untuk sementara pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Menteri.
4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan
lain.

MUCHAMMAD THOHIR 73
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
1) Rumah sakit yang tidak memenuhi kriteria klasifikasi sebagaimana diatur dalam
ketentuan ini akan disesuaikan kelasnya dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
2) Pelaksanaan ketentuan mengenai Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Umum ini
dikecualikan bagi Daerah Perbatasan dan Daerah terpencil yang ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan.
3) Pelaksanaan ketentuan mengenai Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Umum ini
dilaksanakan paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak peraturan ini
ditetapkan.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
806b/Menkes/SK/XII/1987 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 34
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.

MUCHAMMAD THOHIR 74
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

KRITERIA KLASIFIKASI RUMAH SAKIT UMUM


KELAS KELAS KELAS KELAS
KRITERIA KETERANGAN
A B C D
I. PELAYANAN
A. Pelayanan Medik Umum
1. Pelayanan medik dasar + + + +
2. Pelayanan medik gigi
+ + + +
mulut
3. Pelayanan KIA/KB + + + +
B. Pelayanan Gawat Darurat
1. 24 Jam & 7 hari seminggu + + + +
C. Pelayanan Medik Dasar
1. Penyakit Dalam + + + +/- Untuk kelas D minimal ada
2. Kesehatan Anak + + + +/- 2 dari 4 Pelayanan Medik
3. Bedah + + + +/- Spesialis Dasar
4. Obstetri & Ginekologi + + + +/-
D. Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik
1. Radiologi + + + +
2. Patologi klinik + + + +
3. Anestesiologi + + + -
4. Rehabilitasi Medik + + - -
5. Patologi Anatomi + - - -
E. Pelayanan Medik
Spesialis Lain
1. Mata + +/- - - Untuk kelas B minimal 8
2. Telinga Hidung
+ +/- - - dari 13 Pelayanan Medik
Tenggorokan
3. Syaraf + +/- - - Spesialis
4. Jantung dan Pembuluh
+ +/- - -
Darah
5. Kulit dan Kelamin + +/- - -
6. Kedokteran Jiwa + +/- - -
7.Paru + +/- - -
8. Orthopedi + +/- - -
9. Urologi + +/- - -
10. Bedah Syaraf + +/- - -
11. Bedah Plastik + +/- - -
12. Kedokteran Forensik + +/- - -
F. Pelayanan Medik
Spesialis Gigi Mulut
1. Bedah Mulut + + +/- - Untuk kelas C minimal ada
2. Konservasi/Endodonsi + + +/- - 1 dari 7 Pelayanan Medik
3. Orthodonti + + +/- - Spesialis Gigi Mulut
4. Periodonti + - +/- -
5. Prosthodonti + - +/- -

MUCHAMMAD THOHIR 75
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

6. Pedodonsi + - +/- -
7. Penyakit Mulut + - +/- -
G. Pelayanan Medik
Subspesialis
1. Bedah + +/- - Untuk kelas B minimal ada
2. Penyakit Dalam + +/- - 2 dari 4 Pelayanan
3. Kesehatan Anak + +/- - Subspesialis Dasar
4. Obstetri dan Ginekologi + +/- -
5.Mata + - -
6. Telinga Hidung
+ - -
Tenggorokan
7. Syaraf + - -
8. Jantung dan Pembuluh
+ - -
Darah
9. Kulit dan Kelamin + - -
10. Jiwa + - -
11.Paru + - -
12. Orthopedi + - -
13. Gigi Mulut + - -
H. Pelayanan keperawatan
dan kebidanan
1. Asuhan keperawatan + + + +
2. Asuhan kebidanan + + + +
I. Pelayanan penunjang
klinik
1. Perawatan intensif + + + - Kelas D cukup HCU
2. Pelayanan darah + + + +
3. Gizi + + + +
4. Farmasi + + + +
5. Sterilisasi instrumen + + + +
6. Rekam medik + + + +
J. Pelayanan penunjang non
klinik
1. Laundry / Linen + + + +
2. Jasa Boga/Dapur + + + +
3. Teknik dan Pemeliharaan
+ + + +
Fasilitas
4. Pengelolaan Limbah + + + +
5. Gudang + + + +
6. Ambulance + + + +
7. Komunikasi + + + +
8. Kamar Jenazah + + + +
9. Pemadam Kebakaran + + + +
10. Pengelolaan Gas Medik + + + +
11. Penampungan Air Bersih + + + +
II. SUMBER DAYA MANUSIA

MUCHAMMAD THOHIR 76
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

A. Pelayanan medik dasar,


masing-masing minimal :
• 18 dokter umum & 4
+ - - - Tenaga Tetap
dokter gigi
• 12 dokter umum & 3
- + - - Tenaga Tetap
dokter gigi
• 9 dokter umum & 2 dokter
- - + - Tenaga Tetap
gigi
• 4 dokter umum & 1 dokter
- - - + Tenaga Tetap
gigi
B. 4 pelayanan medik
spesilias dasar, masing-
masing minimal :
Min. 8 tenaga tetap dari24
• 6 dokter spesialis + - - -
tenaga
Min. 4 tenaga tetap dari 12
• 3 dokter spesialis - + - -
tenaga
Min. 4 tenaga tetap dari 8
• 2 dokter spesialis - - + -
tenaga
• 1 dokter spesialis (2 dari 4
- - - + Min. 2 tenaga tetap
spesialis dasar)
C. 12 pelayanan medik
spesialis lain, masing-
masing minimal :
• 3 dokter spesialis + - - -
• 1 dokter spesialis (8 dari 12 Min 12 tenaga tetap dari
- + - -
pelayanan spes) 36tenaga
D. 13 pelayanan medik sub
spesialis, masing-masing
minimal :
Min 13 tenaga tetap dari
• 2 dokter spesialis + - - -
26tenaga
• 1 dokter spesialis (2 dari 4 Min 2 tenaga tetap dari 4
- + - -
sub spesialis dasar) tenaga
E. Pelayanan medik spesialis
penunjang, masing-masing
minimal :
• 3 dokter spesialis (dari 5 Min 5 tenaga tetap dari 15
+
yan spes) tenaga
• 2 dokter spesialis (dari 4 Min 4 tenaga tetap dari 8
+
yan spes) tenaga
• 1 dokter spesialis (dari 2
+ Min 2 tenaga tetap
yan spes)
F. 7 Pelayanan medik
spesialis gigi mulut, masing-
masing :
• 1 dokter gigi spesialis + Min 7 tenaga tetap
• 1 dokter gigi spesialis (3
+ Min 3 tenaga tetap
dari 7 pelayanan spes)
• 1 dokter gigi spesialis (1
+ Min 1 tenaga tetap
dari 7 pelayanan spes)
MUCHAMMAD THOHIR 77
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

G. Sumber Daya Manusia RS


1. Keperawatan (Perawat
1:1 1:1 2:3 2:3
dan Bidan)
2. Kefarmasian + + + +
3. Gizi + + + +
4. Keterapian Fisik + + + +
5. Keteknisian Medis + + + +
6. Petugas Rekam medik + + + +
7. Petugas IPSRS + + + +
8. Petugas Pengelola Limbah + + + +
9. Petugas Kamar Jenazah + + + +
III. PERALATAN
1. Peralatan medis di
+ + + +
Instalasi Gawat Darurat
2. Peralatan medis di
+ + + +
Instalasi Rawat Jalan
3. Peralatan medis di
+ + + +
Instalasi Rawat Inap
4. Peralatan medis di
+ + + - Kelas D cukup HCU
Instalasi Rawat Intensif
5. Peralatan medis di
+ + + +
Instalasi Tindakan Operasi
6. Peralatan medis di
+ + + +
Instalasi Persalinan
7. Peralatan medis di
+ + + +
Instalasi Radiologi
8. Peralatan medis di
+ + + -
Instalasi Anestesi
9. Peralatan medis
+ + + -
Laboratorium Klinik
10. Peralatan medis Farmasi + + + +
11. Peralatan medis di
+ + + -
Instalasi Pelayanan Darah
12. Peralatan medis
+ + + +
Rehabilitasi Medik
13. Peralatan medis di
+ + + +
Instalasi Gizi
14. Peralatan medis Kamar
+ + + +
Jenazah
IV. SARANA & PRASARANA
1. Bangunan / Ruang Gawat
+ + + +
Darurat
2. Bangunan / Ruang Rawat
+ + + +
Jalan
3. Bangunan / Ruang Rawat
+ + + +
Inap
4. Bangunan / Ruang Bedah + + + +
5. Bangunan / Ruang Rawat
+ + + -
Intensif

MUCHAMMAD THOHIR 78
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

6. Bangunan / Ruang Isolasi + + + -


7. Bangunan / Ruang
+ + + +
Radiologi
8. Bangunan / Ruang
+ + + +
Laboratorium Klinik
9. Bangunan / Ruang Farmasi + + + +
10. Bangunan / Ruang Gizi + + + +
11. Bangunan / Ruang
+ + + +
Rehabilitasi Medik
12. Bangunan / Ruang
Pemeliharaan Sarana + + + +
Prasarana
13. Bangunan / Ruang
+ + + +
Pengelolaan Limbah
14. Ruang Sterilisasi + + + +
15. Bangunan / Ruang
+ + + + Kelas A&B harus CSSD
Laundry
16. Bangunan / Ruang
+ + + +
Pemulasaraan Jenazah
17. Bangunan / Ruang
+ + + +
Administrasi
18. Bangunan / Ruang
+ + + +
Gudang
19. Bangunan / Ruang
+ + + +
Sanitasi
20. Bangunan / Rumah Dinas
+ + + +
Asrama
21. Ambulan + + + +
22. Ruang Komite Medis + + + +
23. Ruang PKMRS + + + +
24. Ruang Perpustakaan + +/- - - Khusus RS Pendidikan
25. Ruang Jaga Ko Ass + +/- - - Khusus RS Pendidikan
26. Ruang Pertemuan + + + +
27. Bangunan / Ruang Diklat + +/- - -
28. Ruang Diskusi + +/- - -
29. Skill Lab dan Audio Visual + - - - Khusus RS Pendidikan
30. Sistem Informasi Rumah
+ + + +
Sakit
31. Sistem Dokumentasi
+ - - -
Medis Pendidikan
32. Listrik + + + +
33. Air + + + +
34. Gas Medis + + + +
35. Limbah Cair + + + +
36. Limbah Padat + + + -
37. Penanganan Kebakaran + + + +
38. Perangkat Komunikasi
+ + + +
(24 Jam)

MUCHAMMAD THOHIR 79
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

39. Tempat Tidur >400 >200 >100 >50


V. ADMINISTRASI &
MANAJEMEN
1. Status Badan Hukum + + + +
2. Struktur Organisasi + + + +
3. Tatalaksana / Tata Kerja /
+ + + +
Uraian Tugas
4. Peraturan Internal Rumah
+ + + +
Sakit (HBL & MSBL)
5. Komite Medik + + + +
6. Komite Etik & Hukum + + + +
7. Satuan Pemeriksa Internal
+ + + +
(SPI)
8. Surat Izin Praktek Dokter + + + +
9. Perjanjian Kerjasama
+ + + +
Rumah Sakit & Dokter
10. Akreditasi RS + + + -

2.3. Kolerasi Antara Judul dan Tema


Green Architecture Adalah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh
buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang
lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan
sumber daya alam secara efisien dan optimal.
Perencanaan dan Perancangan Rumah Sakit dan Rehabilitasi Diabetes di Surabaya,
merupakan judul proyek yang difungsikan untuk penderita diabetes khususnya yang ada
di Surabaya. Rumah Sakit dan Rehabilitasi Diabetes ini bertugas untuk mengobati serta
memberikan dukungan / motivasi pasien serta keluarganya agar lebih semangat dan
sembuh.
Penggabungan Judul Perencanaan dan Perancangan Rumah Sakit dan Rehabilitasi
Diabetes di Surabaya dengan Tema Arsitektur Hijau sangatlah tepat, karena dengan
perpaduan tersebut dapat menghasilkan penerapan:
Yang sangat berperan dalam lingkungan sekitar serta dapat membuat pasien merasa
nyaman. Dapat menciptakan lingkungan yang sehat serta dapat mendukung kesehatan
serta kesembuhan pasien dan menciptakan ketenangan pada keluarga pasien untuk tetap
berpikir positif.
Sehingga pengaplikasian tema Arsitektur Hijau pada proyek Perencanaan dan
Perancangan Rumah Sakit dan Rehabilitasi Diabetes di Surabaya dalam aspek Tatanan
Lahan, Bentuk dan Ruang, diantaranya:
1. Tatanan Lahan, penerapan tema Arsitektur Hijau terhadap Rumah Sakit dan
Rehabilitasi Dibetes di Surabaya pada tatanan lahan ini dibuat dengan tatanan efisien.
Tatanan lahan yang efisien adalah pola penataan yang menerapkan besaran yang

MUCHAMMAD THOHIR 80
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

sesuai agar tidak ada kekosongan pada lahan dengan memanfaatkan peletakan
bangunan, pola sirkulasi, tempat parkir, ME dan SE, vocal point, serta vegetasi yang
tepat dan sesuai. Alur sirkulasi dibuat linier sehingga memberikan kemudahan bagi
pengendara untuk masuk. Dan pemberian berbagai vegetasi dengan beberapa paduan
warna akan menambah kesan nyaman.
2. Bentuk, penerapan tema Arsitektur Hijau pada bentuk bangunan adalah bentuk pintar
untuk menerapkan penggunaan bentuk dengan tambahan pemberian shading, agar
mempertajam green architecture yang ingin di munculkan. Bentuk tersebut didukung
dengan penggunaan warna dan material yang tidak terlalu mencolok.
3. Ruang, penerapan tema Arsitektur Hijau pada ruang adalah penataan dibuat tidak
monoton, memunculkan suasana yang berbeda pada setiap ruang sesuai dengan
fungsi ruang tersebut. Suasana ruang yang akan ditonjolkan didukung dengan
penggunaan warna dan pencahayaan didalam ruangan sehingga kesan yang ingin
dimunculkan lebih terasa.
2.4. Rangkuman Kajian Teori
Green Architecture Adalah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh
buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang
lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan
sumber daya alam secara efisien dan optimal.
Penerapan Arsitektur Hijau dengan memiliki Konsep High Perfomance Building &
Earth Friendly, Memiliki Konsep Sustainable, Memiliki Konsep Climate Supportly, dan
Memiliki Konsep Esthetic Usefully. Penerapan Bangunan Hijau dengan Efisiensi Energi,
Efisiensi Air, Efisiensi Bahan / Material Bahan bangunan, Peningkatan Mutu Lingkungan,
Operasi Dan Optimasi Pemeliharaan Keberkelanjutan bangunan, Pengurangan Sampah,
Optimasi Biaya, Peraturan Dan Operasi.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit, yang dimaksud rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit (Anonim, 2009). Diperjelas dalam
keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :983/Menkes/SK/XI/1992,
tentang pedoman organisasi Rumah Sakit Umum yang menyebutkan bahwa tugas rumah
sakit mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara
serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan
upaya rujukan (Siregar dan Amalia, 2004).Sekarang ini rumah sakit adalah suatu lembaga
komunitas yang merupakan instrumen masyarakat yang merupakan titik fokus untuk
mengkoordinasi dan menghantarkan pelayanan pasien pada komunitasnya. Atas dasar
tersebut maka rumah sakit dapat dipandang sebagaisuatu struktur terorganisasi yang
menggabungkan bersama-sama semua profesi kesehatan,fasilitas diagnostik dan terapi,

MUCHAMMAD THOHIR 81
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU

alat dan perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam suatu sistem terkoordinasi untuk
penghantaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Siregar dan Amalia,2004).
Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29, definisi rehabilitasi adalah pemulihan
ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi luka atau sakit, atau pemulihan pasien
yang sakit atau cedera pada tingkat fungsional optimal di rumah dan masyarakat, dalam
hubungan dengan aktivitas fisik, psikososial, kejuruan dan rekreasi.
Penggabungan Judul Perencanaan dan Perancangan Rumah Sakit dan Rehabilitasi
Diabetes di Surabaya dengan Tema Arsitektur Hijau sangatlah tepat, karena dengan
perpaduan tersebut dapat menghasilkan penerapan Yang sangat berperan dalam
lingkungan sekitar serta dapat membuat pasien merasa nyaman. Dapat menciptakan
lingkungan yang sehat serta dapat mendukung kesehatan serta kesembuhan pasien dan
menciptakan ketenangan pada keluarga pasien untuk tetap berpikir positif.
Penerapan tema Arsitektur Hijau terhadap Rumah Sakit dan Rehabilitasi Dibetes di
Surabaya pada tatanan lahan ini dibuat dengan tatanan efisien. Tatanan lahan yang
efisien adalah pola penataan yang menerapkan besaran yang sesuai agar tidak ada
kekosongan pada lahan dengan memanfaatkan peletakan bangunan, pola sirkulasi,
tempat parkir, ME dan SE, vocal point, serta vegetasi yang tepat dan sesuai. Alur sirkulasi
dibuat linier sehingga memberikan kemudahan bagi pengendara untuk masuk. Dan
pemberian berbagai vegetasi dengan beberapa paduan warna akan menambah kesan
nyaman. Penerapan tema Arsitektur Hijau pada bentuk bangunan adalah bentuk pintar
untuk menerapkan penggunaan bentuk dengan tambahan pemberian shading, agar
mempertajam green architecture yang ingin di munculkan. Bentuk tersebut didukung
dengan penggunaan warna dan material yang tidak terlalu mencolok. Penerapan tema
Arsitektur Hijau pada ruang adalah penataan dibuat tidak monoton, memunculkan
suasana yang berbeda pada setiap ruang sesuai dengan fungsi ruang tersebut. Suasana
ruang yang akan ditonjolkan didukung dengan penggunaan warna dan pencahayaan
didalam ruangan sehingga kesan yang ingin dimunculkan lebih terasa.

MUCHAMMAD THOHIR 82
04.2015.1.02909

Anda mungkin juga menyukai