BAB II
KAJIAN TEORI
(4)Mulia, Bunga. 2011. Definisi Arsitektur Menurut Para Ahli. Bali : Badung.
MUCHAMMAD THOHIR 11
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 12
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 13
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 14
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
2. Water efficient.
Lebih baik sebuah rumah didesain hemat energi sedari awal. Contoh:
menggunakan air hujanataupun air hujan yang diolah kembali, serta menggunakan
kloset irit air.
3. Indoor environmental quality
Sebuah hunian lebih baik tak menggunakan bahan-bahan bangunan yang
menimbulkan polusi,antara lain cat yang menimbulkan polusi udara atau karpet
yang proses pembuatannyamenggunakan gas beracun.
4. Energy and atmosphere.
Di sini, sebuah hunian mesti dirancang hemat energi, antara lain dirancang agar
tak banyak menggunakan pendingin udara. Terkait itu, di iklim subtropis seperti
Indonesia, ventilasi yanglebar-banyak bisa dimanfaatkan untuk menurunkan suhu
ruangan
5. Material resource.
Satu ciri green building adalah menggunakan material bangunan ramah
lingkungan. Itu antara lain sedapat mungkin mengurangi bahan impor.
Sebab, bahan impor otomatis melahap banyak energi dalam pengiriman. Satu
hunian lebih baik tak menggunakan material yang perlu waktu lama untuk dibarui
seperti kayu jati; sedapat mungkin, material daur ulang digunakan.Konsep reduce-
reuse-recycle adalah cara efektif dalam mengaplikasikan gaya hidup ramah
lingkungan. Dengan menerapkan ketiganya secara konsisten di seluruh elemen
bangunan,terciptalah produk arsitektur hijau yang diidamkan.
a) Reduce
Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-bahan yang memiliki dampak
terhadap lingkungan. Salah satunya kayu, yang semakin menipis
persediaannya akibat penebangan liar. Untuk itu desain rumah ini dibuat
dengjan material yang mudah didapat dan diperbarui.
Reduce juga berarti hemat energi. Desain rumah ini memiliki banyak bukaan
untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami agar tidak perlu
menggunakan lampu danpendingin udara pada siang hari.
b) Reuse
Arsitek memanfaatkan kembali material kontainer sebagai dinding.
Penggunaan kontainer dianggap lebih efisien, efektif secara ruang, dan lebih
ringan. Ruangan-ruangannya dapatdidesain fleksibel. Pengguna ruang juga
dapat menggeser dinding kontainer untuk mendapatkanatau menambah fungsi
ruang baru tanpa mengurangi sirkulasi udara dan pencahayaan langsung ke
ruangan.
MUCHAMMAD THOHIR 15
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
c) Recycle
Rumah ini menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang, seperti
semen, batu bata,aluminium, kaca, dan keramik. Hal ini dilakukan sebagai
bentuk optimalisasi terhadap penggunaan bahan baku alternatif dan
mengurangi pemakaian sumber daya alam yang sulitdiperbarui.
d) Renewable sources
Dimana segalanya diperoleh dari alam, yang telah dikelola dan dipanen secara
berkelanjutanatau diperoleh secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi,
serta diselamatkan dari bahanreklamasi di lokasi terdekat.
2.1.1.5. Sustainable Architecture(7)
Arsitektur terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat dan budaya.
Sudah banyak inovasi-inovasi bangunan yang dilakukan. Baik dalam hal material,cara
membangun, maupun bentuk dari bangunan itu sendiri. Namun sayangnya banyak dari
bangunan tersebut yang dibuat dengan tanpa memperhatikan aspek lingkungan untuk
jangka panjang. Sehingga menjadi timbul masalah baru yangmembawa dampak negatif
kepada lingkungan itu sendiri.
Hal tersebut diperparah dengan kondisi iklim yang semakin memburuk
dandampaknya sudah sebagian dapat kita rasakan saat ini. Isu ini sudah berkembang
menjadi isu global yang biasa kita dengar yaitu global warming.
Bila hal ini tidak dipikirkan bagaimana penyelesaiannya, entah apa yang akan
terjadipada bumi kita akibat perkembangan dalam bidang arsitektur khususnya. Oleh
karena itu saat ini kita harus mulai bertindak! Arsitektur berkelanjutan atau yang biasa
dikenal dengan Sustainable architecture lahir sebagai salah satu aksi yangharus
kita lakukan untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan.
Arsitektur berkelanjutan memiliki banyak pengertian dari berbagai pihak.
Beberapadiantaranya adalah pengertian yang dikutip dari buku James Steele,
Suistainable Architecture adalah, ”Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa
membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka
sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu
kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait. ”
Secara umum, pengertian dari arsitektur berkelanjutan adalah sebuah konsepterapan
dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitukonsep
mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yangdikaitkan dengan
umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologismanusia, seperti sistem
iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentusaja arsitektur. Kerusakan
alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapaitaraf pengrusakan secara
(7)Sanga, D’Nawa. 2012. Arsitektur Berkelanjutan.
MUCHAMMAD THOHIR 16
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk
mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
Pembangunan yang berkelanjutan sangat penting untuk diaplikasikan di era modern
ini. Maksud dari pembangunan yang berkelanjutan adalah:
1. Environmental Sustainability:
a. Ecosystem integrity
b. Carrying capacity
c. Biodiversity
Yaitu pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam agar bertahan
lebih lama karena memungkinkan terjadinya keterpaduan antar ekosistem,yang
dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis
manusia, seperti iklim planet, keberagaman hayati, dan perindustrian. Kerusakan
alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan
secara global, sehingga lambat tetapi pasti,bumi akan semakin kehilangan
potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi
terhadap alam tersebut.
2. Social Sustainability:
a. Cultural identity
b. Empowerment
c. Accessibility
d. Stability
e. Equity
Yaitu pembangunan yang minimal mampu mempertahankan karakter darikeadaan
sosial setempat. Namun, akan lebih baik lagi apabila pembangunan tersebut justru
meningkatkan kualitas sosial yang telah ada. Setiap orang yang terlibat dalam
pembangunan tersebut, baik sebagai subjek maupun objek, haruslah
mendapatkan perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agar tercipta suatu stabilitas
sosial sehingga terbentuk budaya yang kondusif.
3. Economical Sustainability:
a. Growth
b. Development
c. Productivity
d. Trickle-down
Yaitu pembangunan yang relative rendah biaya inisiasi dan operasinya.Selain itu,
dari segi ekonmomi bisa mendatangkan profit juga, selain menghadirkan benefit
seperti yang telah disebutkan pada aspek-aspek yang telah disebutkan
sebelumnya. Pembangunan ini memiliki ciri produktif secara kuantitas dan
MUCHAMMAD THOHIR 17
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 18
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 19
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 20
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
(8)Alfian,
Rahmansyah. 2017. Green Architecture.
(9)Sudarwani,
M. Maria. 2012 .Penerapan Green Architecture dan Green Building Sebagai Upaya
Pencapaian Sustainable Architecture. Semarang : Banyumanik.
MUCHAMMAD THOHIR 21
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 22
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 23
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 24
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
mikrobiologi. Intrusi air melalui amplop bangunan atau kondensasi air pada
permukaan dingin pada interior bangunan dapat meningkatkan dan
mempertahankan pertu baik berisolasi dan tertutup rapat akan mengurangi
masalah kelembaban, tetapi ventilasi yang memadai juga diperlukan untuk
menghilangkan uap air dari dalam ruangan sumber termasuk proses metabolisme
manusia, memasak, mandi, membersihkan, dan kegiatan lainnya.
Kontrol suhu aliran udara atas sistem AC ditambah dengan selubung
bangunan yang dirancang dengan baik juga akan membantu dalam meningkatkan
kualitas termal bangunan. Menciptakan lingkungan bercahaya kinerja tinggi
melalui integrasi hati-hati dan sumber cahaya siang hari listrik akan memperbaiki
kualitas pencahayaan dan kinerja energi dari struktur.
Produk-produk kayu solid, khususnya lantai, seringkali ditentukan dalam
lingkungan di mana penghuni diketahui memiliki alergi terhadap debu atau partikel
lainnya. Kayu itu sendiri dianggap hypo-allergenic dan permukaan halus
mencegah penumpukan partikel lembut seperti karpet. Untuk itu
direkomendasikan kayu, vinil, ubin lantai linoleum atau batu tulis bukan karpet.
Penggunaan produk kayu juga dapat meningkatkan kualitas udara dengan
menyerap atau melepaskan uap air di udara untuk kelembaban moderat. Interaksi
antara semua komponen indoor dan penghuni bersama-sama membentuk proses-
proses yang menentukan kualitas udara dalam ruangan.
5) Operasi Dan Optimasi Pemeliharaan Keberkelanjutan bangunan dapat
dioperasikan secara bertanggung jawab dan dipelihara dengan baik. Jika tahap
operasi dan pemeliharaan merupakan bagian dari perencanaan proyek dan proses
pembangunan akan membantu mempertahankan kriteria hijau yang dirancang
pada awal proyek.
Setiap aspek dari bangunan hijau adalah diintegrasikan ke dalam fase
Operating dan Maintenance. Meskipun tujuan pengurangan limbah dapat
diterapkan selama fase desain, konstruksi dan pembongkaran tetapi siklus hidup
bangunan itu adalah dalam fase O & M dengan cara seperti daur ulang dan
peningkatan kualitas udara berlangsung.
6) Pengurangan Sampah Arsitektur hijau juga berusaha untuk mengurangi
pemborosan energi, air dan bahan yang digunakan selama konstruksi. Selama
fase konstruksi, satu tujuan harus untuk mengurangi jumlah bahan pergi ke tempat
pembuangan sampah. Bangunan yang dirancang dengan baik juga membantu
mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh penghuni juga, dengan
menyediakan di tempat sampah solusi seperti kompos untuk mengurangi masalah
akan ke tempat pembuangan sampah. Untuk mengurangi jumlah kayu yang
MUCHAMMAD THOHIR 25
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
masuk ke TPA, saat bangunan mencapai akhir masa pakainya, mereka biasanya
dibongkar dan diangkut ke tempat pembuangan sampah. Dekonstruksi adalah
metode apa yang umumnya dianggap "sampah" dan reklamasi menjadi bahan
bangunan yang berguna. Memperpanjang masa manfaat struktur juga mengurangi
limbah.
Bahan bangunan seperti kayu yang ringan dan mudah untuk bekerja dengan
membuat renovasi mudah. Untuk mengurangi dampak pada sumur atau pabrik
pengolahan air, ada beberapa pilihan. "Greywater", air limbah dari sumber seperti
pencuci piring atau mesin cuci, dapat digunakan untuk irigasi bawah permukaan,
atau jika dirawat, untuk non-minum tujuan, misalnya, untuk menyiram toilet dan
mencuci mobil.
Kolektor air hujan digunakan untuk tujuan serupa. Sentralisasi sistem
pengolahan air limbah dapat mahal dan menggunakan banyak energi. Sebuah
alternatif untuk proses ini adalah mengkonversi limbah dan air limbah menjadi
pupuk, yang menghindari biaya ini dan menunjukkan manfaat lainnya.
Dengan mengumpulkan limbah manusia di sumbernya dan berjalan ke
pabrik biogas semi-terpusat dengan limbah biologis lainnya, pupuk cair dapat
diproduksi. Praktik seperti ini menyediakan tanah dengan nutrisi organik dan
menciptakan penyerap karbon yang menghilangkan karbon dioksida dari
atmosfer, offsetting emisi gas rumah kaca. Memproduksi pupuk buatan juga lebih
mahal dalam energi daripada proses ini.
7) Optimasi Biaya dan Manfaat Masalah yang paling dikritik tentang membangun
bangunan ramah lingkungan adalah harga, peralatan baru, dan teknologi modern
cenderung biaya lebih banyak uang. Penghematan uang berasal dari penggunaan
yang lebih efisien utilitas yang menghasilkan tagihan energi menurun. Studi telah
menunjukkan selama masa hidup rentabilitas investasi green building, mencapai
sewa secara signifikan lebih tinggi, harga jual dan tingkat hunian serta tingkat
kapitalisasi yang lebih rendah berpotensi mencerminkan risiko investasi yang lebih
rendah.
8) Peraturan Dan Operasi Sebagai akibat dari meningkatnya minat dalam konsep
green building dan praktek, sejumlah organisasi telah mengembangkan standar,
kode dan sistem rating yang memungkinkan regulator pemerintah, membangun
profesional dan konsumen menerima green building dengan keyakinan. Dalam
beberapa kasus, kode ini ditulis sehingga pemerintah daerah dapat mengadopsi
mereka sebagai peraturan untuk mengurangi dampak lingkungan lokal bangunan.
Perlu Kode dan Peraturan tentang Standar Bangunan Hijau / Green building yang
membantu menentukan tingkat konsumen struktur dari kinerja lingkungan,
MUCHAMMAD THOHIR 26
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
membangun fitur opsional yang mendukung desain hijau dalam kategori seperti
lokasi dan pemeliharaan bangunan, konservasi air, energi, dan bahan bangunan,
dan kenyamanan penghuni dan kesehatan, serta menetapkan persyaratan
minimum untuk elemen bangunan hijau seperti bahan atau pemanasan dan
pendinginan.
2.1.3.3. Penerapan Sustainable Architecture(9)
Dampak negatif dari pembangunan konstruksi sangat beragam, antara lain adalah
dieksploitasinya sumber daya alam secara berlebihan. Simak saja, pertambangan sumber
daya alam yang dikeruk habis-habisan, penggundulan hutan tanpa penanaman kembali,
dimana hal-hal semacam ini dapat menurunkan kualitas sumber daya alam lain di bumi.
Tidak hanya itu, teknologi dan hasil teknologi yang digunakan manusia seperti kendaraan,
alat-alat produksi dalam sistem produksi barang dan jasa (misalnya pabrik), peralatan
rumah tangga dan sebagainya dapat menimbulkan dampak negatif akibat emisi gas
buangan, limbah yang mencemari lingkungan.
Perlunya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan adalah sebuah
keharusan, mengingat kondisi bumi yang semakin menurun dengan adanya degradasi
kualitas atmosfer bumi yang memberi dampak pada pemanasan global. Semakin banyak
arsitek dan konsultan arsitektur yang menggunakan prinsip desain yang berkelanjutan,
semakin banyak pula bangunan yang tanggap lingkungan dan meminimalkan dampak
lingkungan akibat pembangunan. Dorongan untuk lebih banyak menggunakan prinsip
arsitektur berkelanjutan antara lain dengan mendorong pula pihak-pihak lain untuk
berkaitan dengan pembangunan seperti developer, pemerintah dan lain-lain. Mereka juga
perlu untuk didorong lebih perhatian kepada keberlanjutan dalam pembangunan ini
dengan tidak hanya mengeksploitasi lahan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-
banyaknya tanpa kontribusi bagi lingkungan atau memperhatikan dampak lingkungan
yang dapat terjadi.
Tampaknya, sangat tidak mudah untuk menghilangkan sama sekali dampak dari
pembangunan dan konstruksi terhadap lingkungan. Tentunya tidak mungkin untuk
melarang orang membangun, karena sudah menjadi kebutuhan manusia, sehingga yang
dapat dilakukan adalah memasukkan konsep arsitektur berkelanjutan dalam rangka
meminimalkan dampak negatif konstruksi terhadap lingkungan. Konsep arsitektur
berkelanjutan ini memiliki banyak persamaan, yaitu menyerukan agar sumber daya alam
dan potensi lahan tidak digunakan secara sembarangan, penggunaan potensi lahan untuk
arsitektur yang hemat energi, dan sebagainya.
(9)Sudarwani,
M. Maria. 2012 .Penerapan Green Architecture dan Green Building Sebagai Upaya
Pencapaian Sustainable Architecture. Semarang : Banyumanik.
MUCHAMMAD THOHIR 27
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 28
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 29
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 30
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 31
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 32
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 33
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 34
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
Jika seseorang mengalami luka, sakit, atau cedera maka tahap yang harus dilewati
adalah penyembuhan terlebih dulu. Setelah penyembuhan atau pengobatan dijalani maka
masuk ke tahap pemulihan. Tahap pemulihan inilah yang disebut dengan rehabilitasi.
Jadi, rehabilitasi medis adalah cabang ilmu kedokteran yang menekankan pada
pemulihan fungsional pasien agar aktivitas fisik, psikososial, kejuruan, dan rekreasinya
bisa kembali normal.
Menurut WHO, rehabilitasi medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran yang
mempelajari masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan dampak keadaan sakit, nyeri, Cacat dan atau halangan serta
meningkatkan kemampuan pasien mencapai integrasi sosial.
Menurut Depkes, rehabilitasi adalah proses pemulihan untuk memperoleh fungsi
penyesuaian diri secara maksimal atau usaha mempersiapkan penderita cacat secara
fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk suatu kehidupan yang penuh sesuai dengan
kemampuan yang ada padanya (Depkes RI, 1983). Sehingga pelayanan rehabilitasi
medik merupakan pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui paduan intervensi
medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang
optimal (Menkes RI, 2008).
Ilmu Rehabilitasi Medik (disebut juga sebagai ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi)
adalah ilmu yang mengkhususkan diri dalam pelayanan masyarakat sejak bayi, anak,
remaja, dewasa sampai usia tua, yang memerlukan asuhan rehabilitasi medis. Dimana
pelayanan yang diberikan adalah untuk mencegah terjadinya kecacatan yang mungkin
terjadi akibat penyakit yang diderita serta mengembalikan kemampuan penderita
seoptimal mungkin sesuai kemampuan yang ada pada penderita.
MUCHAMMAD THOHIR 35
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 36
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 37
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
2. Aspek tata bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi peruntukan dan
intensitas bangunan, arsitektur bangunan, dan pengendalian dampak lingkungan.
Pasal 7
Persyaratan teknis Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
c terdiri atas:
a. Rencana Blok Bangunan;
b. Massa Bangunan;
c. tata letak bangunan (site plan);
d. pemanfaatan Ruang; dan
e. desain tata Ruang dan komponen bangunan.
Bagian Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan Rumah Sakit
Pasal 8
1. Rencana Blok Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a harus sesuai
peruntukan dan intensitas Bangunan Rumah Sakit.
2. Rencana Blok Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan:
a. peruntukan lokasi bangunan;
b. kepadatan bangunan;
c. ketinggian bangunan; dan
d. jarak bebas bangunan.
3. Peruntukan dan intensitas Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan berdasarkan ketentuan tentang tata Ruang wilayah daerah, rencana
tata bangunan dan lingkungan yang ditetapkan, dan peraturan bangunan daerah
setempat.
MUCHAMMAD THOHIR 38
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
Pasal 9
Massa Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b harus
memenuhi syarat sirkulasi udara dan pencahayaan, kenyamanan, keselarasan, dan
keseimbangan dengan lingkungan.
Pasal 10
Tata letak bangunan (site plan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c harus
memenuhi syarat zonasi berdasarkan tingkat risiko penularan penyakit, zonasi
berdasarkan privasi, dan zonasi berdasarkan pelayanan atau kedekatan hubungan fungsi
antar Ruang pelayanan.
Pasal 11
Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d dalam Bangunan
Rumah Sakit harus efektif sesuai fungsi pelayanan.
Pasal 12
1) Desain tata Ruang dan desain komponen bangunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf e harus dapat meminimalisir risiko penyebaran infeksi.
2) Desain tata Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan alur
kegiatan petugas dan pengunjung Rumah Sakit.
Pasal 13
1) Bangunan Rumah Sakit harus memenuhi peil banjir dengan tetap menjaga
keserasian lingkungan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada masing-
masing wilayah.
2) Peil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan elevasi atau titik ketinggian
yang dinyatakan dengan satuan meter sebagai pedoman dalam mendirikan
bangunan.
Pasal 14
1) Lahan bangunan Rumah Sakit harus dibatasi dengan pemagaran yang dilengkapi
dengan akses/pintu yang jelas.
2) Akses/pintu yang jelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit untuk
akses/pintu utama, akses/pintu pelayanan gawat darurat, dan akses/pintu layanan
servis.
3) Akses/pintu utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus terlihat dengan jelas
agar pasien dan pengantar pasien mudah mengenali pintu masuk utama.
4) Akses/pintu pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
mudah diakses dan mempunyai ciri khusus.
5) Akses/pintu layanan servis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdekatan dengan
dapur dan daerah penyimpanan persediaan/gudang penerimaan barang logistik dari
luar serta berdekatan dengan lift servis.
MUCHAMMAD THOHIR 39
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
Pasal 15
1) Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas yang aksesibel bagi
penyandang cacat dan lanjut usia untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi
semua pengguna baik di dalam maupun diluar Bangunan Rumah Sakit secara
mudah, aman, nyaman dan mandiri.
a. toilet;
b. koridor;
c. tempat parkir;
d. telepon umum;
e. jalur pemandu;
g. pintu; dan
Pasal 16
Bangunan Rumah Sakit terdiri atas:
a. Ruang rawat jalan;
b. Ruang rawat inap;
c. Ruang gawat darurat;
d. Ruang operasi;
e. Ruang perawatan intensif;
f. Ruang kebidanan dan penyakit kandungan;
g. Ruang rehabilitasi medik;
h. Ruang radiologi;
i. Ruang laboratorium;
j. bank darah Rumah Sakit;
k. Ruang sterilisasi;
l. Ruang farmasi;
m. Ruang rekam medis;
n. Ruang tenaga kesehatan;
o. Ruang pendidikan dan latihan;
p. Ruang kantor dan administrasi;
q. Ruang ibadah;
r. Ruang tunggu;
MUCHAMMAD THOHIR 40
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 41
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 42
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan Instalasi air minum/bersih, Instalasi air
kotor/limbah, dan Instalasi air hujan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Instalasi Mekanikal dan Elektrikal
Pasal 20
Instalasi mekanikal dan elektrikal pada Bangunan Rumah Sakit meliputi:
a. Instalasi transportasi vertikal;
b. Instalasi sistem pencahayaan;
c. Instalasi sistem kelistrikan; dan
d. Instalasi proteksi petir.
Pasal 21
1) Instalasi transportasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a terdiri
atas lift, eskalator, dan/atau lift pelayan (dumbwaiter).
2) Lift sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas lift pasien, lift pengunjung, dan
lift servis.
3) Jumlah, kapasitas, ukuran, dan konstruksi lift sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus berdasarkan fungsi dan luas Bangunan Rumah Sakit, jumlah pengguna Ruang,
dan keselamatan pengguna Bangunan Rumah Sakit.
4) Luas lift pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling kecil berukuran 1,50 x
2,30 meter dengan lebar pintu tidak kurang dari 1,20 meter untuk memungkinkan
lewatnya tempat tidur dan brankar/tempat tidur pasien bersama-sama dengan
pengantarnya.
5) Dalam hal lift pengunjung digunakan sebagai lift pasien, ukuran lift pengunjung harus
sama dengan lift pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
6) Setiap bangunan Rumah Sakit yang menggunakan lift harus menyediakan lift khusus
kebakaran yang dimulai dari lantai dasar bangunan (ground floor).
7) Dalam hal Rumah Sakit tidak memiliki lift khusus kebakaran, lift pasien, lift
pengunjung, atau lift servis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diatur
pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat digunakan khusus oleh
petugas kebakaran.
8) Ketentuan teknis lift kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat (7)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
1) Instalasi sistem pencahayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b terdiri
atas sistem pencahayaan alami, pencahayaan buatan, dan pencahayaan darurat.
MUCHAMMAD THOHIR 43
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
2) Sistem pencahayaan alami dan buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterapkan pada Ruangan baik di dalam bangunan maupun di luar Bangunan Rumah
Sakit.
3) Sistem pencahayaan alami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus optimal
disesuaikan dengan fungsi Bangunan Rumah Sakit dan fungsi masing-masing Ruang
di dalam Bangunan Rumah Sakit.
4) Sistem pencahayaan buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi Ruang
Bangunan Rumah Sakit dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi
yang digunakan, dan penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
5) Sistem pencahayaan buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi
dengan pengendali manual dan/atau otomatis, dan ditempatkan pada tempat yang
mudah dicapai/dibaca oleh pengguna Ruang.
6) Sistem pencahayaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dipasang
pada Bangunan Rumah Sakit dengan fungsi tertentu dan dapat bekerja secara
otomatis, serta mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang
aman.
Pasal 23
1) Instalasi sistem kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c harus
memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. sumber daya listrik;
b. panel hubung bagi;
c. jaringan distribusi listrik;
d. perlengkapan serta Instalasi listrik untuk memenuhi kebutuhan Bangunan Rumah
Sakit yang terjamin terhadap aspek keselamatan manusia;
e. keamanan Instalasi listrik beserta perlengkapannya;
f. keamanan Rumah Sakit serta isinya; dan
g. perlindungan lingkungan dari bahaya listrik.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi kelistrikan di Rumah Sakit dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 24
Instalasi proteksi petir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf d bertujuan untuk
mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan oleh petir terhadap
Bangunan Rumah Sakit, termasuk manusia, peralatan, dan perlengkapan bangunan
lainnya dalam Bangunan Rumah Sakit.
MUCHAMMAD THOHIR 44
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
Bagian Keempat
Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik
Pasal 25
1) Instalasi gas medik dan vakum medik meliputi :
a. sumber gas medik dan vakum medik;
b. jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum medik; dan
c. terminal sistem gas medik dan vakum medik.
2) Sumber gas medik dan vakum medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi :
a. silinder medik;
b. oksigen konsentrator;
c. kompresor udara;
d. pompa vakum; dan
e. pompa buangan sisa gas anastesi.
3) Silinder medik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi silinder gas,
silinder gas cair (PGS), dan container cair (cryogenik).
4) Jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum medik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi :
a. katup;
b. rakitan buatan pabrik;
c. rel gas medik (rgm) yang terpasang pada permukaan;
d. indikator tekanan dan vakum;
e. sistem peringatan;
f. distribusi; dan
g. penamaan dan identifikasi.
5) Terminal sistem gas medik dan vakum medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi:
a. stasiun outlet dan inlet; dan
b. regulator tabung, yang dipergunakan langsung ke pasien melalui tabung gas
medik.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi gas medik dan vakum medik di Rumah
Sakit dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kelima
Instalasi Uap
Pasal 26
1) Instalasi uap meliputi sumber uap, distribusi uap, dan terminal uap.
2) Sumber uap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari boiler (katel uap).
MUCHAMMAD THOHIR 45
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
3) Penempatan sumber uap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mudah
diamati, dipelihara, dan tidak membahayakan, mengganggu dan merugikan
lingkungan, bagian Bangunan Rumah Sakit dan Instalasi lain, serta diperhitungkan
berdasarkan peraturan dan standar teknik yang berlaku.
4) Uap yang dialirkan untuk dipergunakan pada peralatan dapur atau keperluan laundry
atau jenis lainnya harus mengikuti peraturan dan standar teknik yang berlaku.
5) Sistem distribusi uap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus direncanakan dan
diatur sehingga dengan tekanan uap yang minimal, peralatan yang menggunakan
uap dapat bekerja dengan baik.
6) Sistem distribusi uap sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus dipelihara untuk
mencegah kebocoran.
7) Instalasi uap dan kelengkapannya harus diuji sebelum digunakan dan diperiksa
secara berkala oleh instansi yang berwenang.
8) Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi uap di Rumah Sakit dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keenam
Instalasi Pengelolaan Limbah
Pasal 27
1) Instalasi pengelolaan limbah meliputi:
a. Instalasi pengelolaan limbah padat;
b. Instalasi pengelolaan limbah cair;
c. Instalasi pengelolaan limbah gas;
d. Instalasi pengelolaan limbah radioaktif; dan
e. Instalasi pengolahan limbah bahan beracun dan berbahaya.
2) Instalasi pengelolaan limbah padat, limbah cair, limbah gas, limbah radioaktif, dan
limbah bahan beracun dan berbahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. sumber/pewadahan/alat sanitasi;
b. jaringan; dan
c. pengolahan akhir.
3) Akses menuju Instalasi pengelolaan limbah melalui akses/pintu layanan servis.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi pengelolaan limbah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketujuh
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Pasal 28
1) Pencegahan dan penanggulangan kebakaran terdiri atas: a. sistem proteksi pasif;
dan b. sistem proteksi aktif.
MUCHAMMAD THOHIR 46
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
2) Penerapan sistem proteksi pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
didasarkan pada fungsi/klasifikasi risiko kebakaran, geometri Ruang, bahan
bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam Bangunan Rumah
Sakit
3) Sistem proteksi pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus memenuhi:
a. persyaratan kinerja;
b. tingkat ketahanan api dan stabilitas;
c. tipe konstruksi tahan api;
d. tipe konstruksi yang diwajibkan;
e. kompartemenisasi kebakaran; dan
f. perlindungan pada bukaan.
4) Penerapan sistem proteksi aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian, volume bangunan, dan/atau
jumlah dan kondisi penghuni dalam Bangunan Rumah Sakit.
5) Sistem proteksi aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. sistem pemadam kebakaran;
b. sistem deteksi dan alarm kebakaran; dan
c. sistem pengendalian asap kebakaran.
Bagian Kedelapan
Petunjuk, Persyaratan Teknis dan Sarana Evakuasi
Saat Terjadi Keadaan Darurat
Pasal 29
1) Setiap Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi
sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi,
yang dapat menjamin pengguna Bangunan Rumah Sakit untuk melakukan evakuasi
dari dalam Bangunan Rumah Sakit secara aman apabila terjadi bencana atau
keadaan darurat.
2) Sarana evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat digunakan oleh
semua orang termasuk penyandang cacat dan lanjut usia.
3) Sarana evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan sarana
keselamatan jiwa pada Bangunan Rumah Sakit.
Bagian Kesembilan
Instalasi Tata Udara
Pasal 30
1) Instalasi tata udara pada Bangunan Rumah Sakit meliputi :
a. Instalasi ventilasi; dan
b. Instalasi sistem pengkondisian udara.
MUCHAMMAD THOHIR 47
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
2) Instalasi ventilasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas ventilasi
alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan yang memenuhi syarat sesuai dengan
fungsinya.
3) Sistem Instalasi tata udara pada Bangunan Rumah Sakit harus dirancang tidak
menyebabkan terjadinya penularan penyakit.
4) Pemasangan Instalasi tata udara di Rumah Sakit harus mempertimbangkan prinsip-
prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan.
Bagian Kesepuluh
Sistem Informasi dan Komunikasi
Pasal 31
1) Sistem informasi di Rumah Sakit harus didesain dengan sistem keamanan yang
optimal untuk menjamin aplikasi hanya dapat diakses oleh petugas yang berwenang.
2) Sistem komunikasi dalam Bangunan Rumah Sakit dimaksudkan sebagai penyediaan
sistem komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan maupun untuk hubungan
ke luar pada saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi darurat lainnya.
3) Sistem komunikasi antara lain sistem telepon, sistem tata suara, sistem panggil
perawat, dan sistem voice evacuation.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi dan sistem komunikasi
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kesebelas
Ambulans
Pasal 32
1) Ambulans meliputi ambulans air, darat, dan udara.
2) Ambulans darat meliputi ambulans transport, ambulans gawat darurat, dan kereta
jenazah.
Bagian Keduabelas
Pengaturan lebih lanjut
Pasal 33
Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi mekanikal dan elektrikal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, pencegahan dan penanggulangan
kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, petunjuk, persyaratan teknis dan
sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29,
Instalasi tata udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, dan ambulans sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32, diatur dengan Peraturan Menteri.
MUCHAMMAD THOHIR 48
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
BAB IV
PEMELIHARAAN BANGUNAN DAN PRASARANA RUMAH SAKIT
Pasal 34
1) Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit harus dipelihara secara berkala dengan
periode waktu tertentu.
2) Kegiatan Pemeliharaan bangunan dan Prasarana Rumah Sakit meliputi
Pemeliharaan promotif, Pemeliharaan pemantauan fungsi/inspeksi (testing),
Pemeliharaan preventif, dan Pemeliharaan korektif/perbaikan.
3) Pemeliharaan promotif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kegiatan
Pemeliharaan yang bersifat memberikan petunjuk penggunaan atau pengoperasian
bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
4) Pemeliharaan pemantauan fungsi/ inspeksi (testing) sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan kegiatan Pemeliharaan yang bersifat melakukan pemantauan
fungsi/testing pada setiap bangunan dan prasarana yang akan digunakan atau
dioperasionalkan.
5) Pemeliharaan preventif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kegiatan
Pemeliharaan yang bersifat pembersihan, penggantian komponen/suku cadang yang
masa waktunya harus diganti.
6) Pemeliharaan korektif/perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
kegiatan pemeliharaan yang bersifat penggantian suku cadang sampai dilakukan
overhaull.
Pasal 35
1) Rumah Sakit harus mempunyai program Pemeliharaan, pedoman dan panduan
Pemeliharaan, serta lembar kerja Pemeliharaan bangunan dan prasarana.
2) Rumah Sakit harus menyediakan biaya Pemeliharaan paling rendah 15% (lima belas
persen) dari nilai bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
BAB V
SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 36
1) Rumah Sakit harus memiliki sumber daya manusia yang berkompeten di bidang
bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan ijazah dan/atau
sertifikat telah mengikuti pelatihan.
MUCHAMMAD THOHIR 49
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 37
1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan persyaratan teknis bangunan dan prasarana Rumah Sakit
sesuai kewenangan masing-masing.
2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan pasien, tenaga di Rumah Sakit, dan masyarakat akan
bangunan dan Prasarana Rumah Sakit yang memenuhi persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan.
3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pemberian bimbingan, supervisi, monitoring dan evaluasi, konsultasi, pendidikan dan
pelatihan, dan kegiatan pemberdayaan lain.
4) Dalam rangka pengawasan, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota dapat memberikan
tindakan administratif sesuai dengan kewenangan masing-masing.
5) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. teguran lisan,
b. teguran tertulis,
c. tidak diberikan izin mendirikan Rumah Sakit,
d. tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit; dan/atau
e. pencabutan izin operasional Rumah Sakit.
6) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
1) Ketentuan persyaratan teknis bangunan dan Prasarana Rumah Sakit sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. 5 (lima) tahun terhitung sejak Peraturan Menteri ini diundangkan, untuk Bangunan
Rumah Sakit yang telah berdiri sebelum Peraturan Menteri ini diundangkan; dan
b. 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan Menteri ini diundangkan, untuk Bangunan
Rumah Sakit yang sedang dalam proses perencanaan, pembangunan, atau belum
difungsikan.
2) Pemberlakuan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur secara
bertahap sesuai pedoman teknis pemenuhan persyaratan bangunan dan Prasarana
Rumah Sakit.
MUCHAMMAD THOHIR 50
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 51
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
4. Fasilitas Parkir
Perancangan dan perencanaan prasarana parkir di RS sangat penting, karena
prasarana parkir dan jalan masuk kendaraan akan menyita banyak lahan. Dengan
asumsi perhitungan kebutuhan lahan parkir pada RS idealnya adalah 37,5m2 s/d 50m2
per tempat tidur (sudah termasuk jalur sirkulasi kendaraan) atau menyesuaikan kondisi
sosial ekonomi daerah setempat. Tempat parkir harus dilengkapi dengan rambu parkir.
Penyediaan parkir di pekarangan tidak boleh mengurangi daerah penghijauan yang
telah ditetapkan.
5. Utilitas Publik
Rumah sakit harus memastikan ketersediaan air bersih, pembuangan air kotor/limbah,
listrik, dan jalur telepon selama 24 jam.
6. Fasilitas Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
Setiap rumah sakit harus dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan kesehatan
lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. BENTUK BANGUNAN
1. Bentuk denah bangunan rumah sakit sedapat mungkin simetris guna mengantisipasi
kerusakan yang diakibatkan oleh gempa.
2. Massa bangunan rumah sakit harus mempertimbangkan sirkulasi udara dan
pencahayaan, kenyamanan dan keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.
3. Perencanaan bangunan rumah sakit harus mengikuti Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL), yang meliputi persyaratan Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Daerah Hijau (KDH), Garis Sempadan
Bangunan (GSB) dan Garis Sepadan Pagar (GSP).
4. Penentuan pola pembangunan rumah sakit baik secara vertikal maupun horisontal,
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang diinginkan rumah sakit
(;health needs), kebudayaan daerah setempat (;cultures), kondisi alam daerah
setempat (;climate), lahan yang tersedia (;sites) dan kondisi keuangan manajemen
rumah sakit (;budget).
C. STRUKTUR BANGUNAN
1. Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik
mungkin agar kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan
memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta memenuhi persyaratan kelayanan
(serviceability) selama umur bangunan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan
rumah sakit.
2. Kemampuan memikul beban baik beban tetap maupun beban sementara yang
mungkin bekerja selama umur layanan struktur harus diperhitungkan.
MUCHAMMAD THOHIR 52
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
3. Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban harus sesuai
dengan standar teknis yang berlaku.
4. Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan terhadap pengaruh gempa
sesuai dengan standar teknis yang berlaku.
5. Pada bangunan rumah sakit, apabila terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya harus
dapat memungkinkan pengguna bangunan menyelamatkan diri.
6. Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus dilakukan
pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan Pedoman Teknis
atau standar yang berlaku. dan harus dilakukan atau didampingi oleh ahli yang memiliki
sertifikasi sesuai.
D. ZONASI
Zonasi ruang adalah pembagian atau pengelompokan ruangan-ruangan berdasarkan
kesamaan karakteristik fungsi kegiatan untuk tujuan tertentu.
Pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit terdiri atas zonasi
berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi dan
zonasi berdasarkan pelayanan.
1. Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit terdiri dari :
a) area dengan risiko rendah, diantaranya yaitu ruang kesekretariatan dan
administrasi, ruang pertemuan, ruang arsip/rekam medis.
b) area dengan risiko sedang, diantaranya yaitu ruang rawat inap penyakit tidak
menular, ruang rawat jalan.
c) area dengan risiko tinggi, diantaranya yaitu ruang ruang gawat darurat, ruang
rawat inap penyakit menular (isolasi infeksi), ruang rawat intensif, ruang bersalin,
laboratorium, pemulasaraan jenazah, ruang radiodiagnostik.
d) area dengan risiko sangat tinggi, diantaranya yaitu ruang operasi.
2. Zonasi berdasarkan privasi kegiatan terdiri dari :
a) area publik, yaitu area dalam lingkungan rumah sakit yang dapat diakses
langsung oleh umum, diantaranya yaitu ruang rawat jalan, ruang gawat darurat,
ruang farmasi, ruang radiologi, laboratorium.
b) area semi publik, yaitu area dalam lingkungan rumah sakit yang dapat diakses
secara terbatas oleh umum, diantaranya yaitu ruang rawat inap, ruang diagnostik,
ruang hemodialisa.
c) area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung rumah sakit, diantaranya
yaitu seperti ruang perawatan intensif, ruang operasi, ruang kebidanan, ruang
sterilisasi, ruangan-ruangan petugas.
3. Zonasi berdasarkan pelayanan terdiri dari :
MUCHAMMAD THOHIR 53
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
a) Zona pelayanan medik dan perawatan, diantaranya yaitu ruang rawat jalan, ruang
gawat darurat, ruang perawatan intensif, ruang operasi, ruang kebidanan, ruang
rawat inap, Perletakan zona pelayanan medik dan perawatan harus bebas dari
kebisingan
b) Zona penunjang dan operasional, diantaranya yaitu ruang farmasi, ruang
radiologi, laboratorium, ruang sterilisasi.
c) Zona penunjang umum dan administrasi, diantaranya yaitu ruang kesekretariatan
dan administrasi, ruang pertemuan, ruang rekam medis.
E. KEBUTUHAN TOTAL LUAS LANTAI BANGUNAN
1. Perhitungan perkiraan kebutuhan total luas lantai bangunan untuk rumah sakit
umum kelas A minimal 100 m2/ tempat tidur.
2. Perhitungan perkiraan kebutuhan total luas lantai bangunan untuk rumah sakit
umum kelas B minimal 80 m2/ tempat tidur.
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan total luas lantai bangunan untuk rumah sakit
umum kelas C minimal 60 m2/ tempat tidur.
4. Perhitungan perkiraan kebutuhan total luas lantai bangunan untuk rumah sakit
umum kelas D minimal 50 m2/ tempat tidur.
5. Kebutuhan luas lantai bangunan untuk rumah sakit khusus dan rumah sakit
pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan.
F. DESAIN KOMPONEN BANGUNAN RUMAH SAKIT
1. ATAP
Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
2. LANGIT-LANGIT
a) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan, tidak
mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur.
b) Rangka langit-langit harus kuat.
c) Tinggi langit-langit di ruangan minimal 2,80 m, dan tinggi di selasar (koridor) minimal
2,40 m.
d) Tinggi langit-langit di ruangan operasi minimal 3,00 m.
e) Pada ruang operasi dan ruang perawatan intensif, bahan langit-langit harus memiliki
tingkat ketahanan api (TKA) minimal 2 jam.
f) Pada tempat-tempat yang membutuhkan tingkat kebersihan ruangan tertentu, maka
lampu-lampu penerangan ruangan dipasang dibenamkan pada plafon (recessed).
3. DINDING DAN PARTISI
a) Dinding harus keras, rata, tidak berpori, kedap air, tahan api, tahan karat, harus
mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.
MUCHAMMAD THOHIR 54
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 55
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
f) khusus untuk ruang yang sering berinteraksi dengan bahan kimia dan mudah
terbakar, maka bahan penutup lantai harus dari bahan yang mempunyai Tingkat
Ketahanan Api (TKA) minimal 2 jam, tahan bahan kimia.
g) khusus untuk area perawatan pasien (area tenang) bahan lantai menggunakan
bahan yang tidak menimbulkan bunyi.
h) Pada area dengan resiko tinggi yang membutuhkan tingkat kebersihan ruangan
tertentu, maka pertemuan antara lantai dengan dinding harus melengkung untuk
memudahkan pembersihan lantai (hospital plint)
i) Pada ruang yang terdapat peralatan medik, lantai harus dapat menghilangkan
muatan listrik statik dari peralatan sehingga tidak membahayakan petugas dari
sengatan listrik.
5. PINTU DAN JENDELA
a) Pintu utama dan pintu-pintu yang dilalui brankar/tempat tidur pasien memiliki lebar
bukaan minimal 120 cm, dan pintu-pintu yang tidak menjadi akses tempat tidur pasien
memiliki lebar bukaan minimal 90 cm.
b) Di daerah sekitar pintu masuk tidak boleh ada perbedaan ketinggian lantai tidak
boleh menggunakan ram.
c) Pintu Darurat
1) Setiap bangunan rumah sakit yang bertingkat lebih dari 3 lantai harus dilengkapi
dengan pintu darurat.
2) Lebar pintu darurat minimal 100 cm membuka kearah ruang tangga
penyelamatan (darurat) kecuali pada lantai dasar membuka ke arah luar (halaman).
3) Jarak antar pintu darurat dalam satu blok bangunan gedung maksimal 25 m dari
segala arah.
d) Pintu untuk kamar mandi di ruangan perawatan pasien dan pintu toilet untuk
aksesibel, harus terbuka ke luar, dan lebar daun pintu minimal 85 cm.
e) Pintu-pintu yang menjadi akses tempat tidur pasien harus dilapisi bahan anti
benturan.
f) Ruangan perawatan pasien harus memiliki bukaan jendela yang dapat terbuka
secara maksimal untuk kepentingan pertukaran udara.
g) Pada bangunan rumah sakit bertingkat, lebar bukaan jendela harus aman dari
kemungkinan pasien dapat melarikan/ meloloskan diri.
h) Jendela juga berfungsi sebagai media pencahayaan alami di siang hari.
6. TOILET/KAMAR MANDI
a) Toilet umum
1) Toilet atau kamar mandi umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk
masuk dan keluar oleh pengguna.
MUCHAMMAD THOHIR 56
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
2) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna (36 -
38 cm).
3) Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
4) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
5) Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.
b) Toilet untuk aksesibilitas
1) Toilet atau kamar mandi umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan
rambu/simbol "disabel" pada bagian luarnya.
2) Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk
masuk dan keluar pengguna kursi roda.
3) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi
roda sekitar (45 - 50 cm)
4) Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat
(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi
roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-
siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda.
5) Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan
keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.
6) Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
7) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi roda.
8) Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.
9) Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound button) bila
sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
7. KORIDOR
Ukuran koridor sebagai akses horizontal antar ruang dipertimbangkan berdasarkan fungsi
koridor, fungsi ruang, dan jumlah pengguna. Ukuran koridor yang aksesibilitas tempat
tidur pasien minimal 2,40 m.
8. TANGGA
a) Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam Tinggi
masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15 – 17 cm.
b) Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600.
c) Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan darurat,
untuk mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya kebakaran atau situasi darurat
lainnya.
MUCHAMMAD THOHIR 57
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 58
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
f) Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65-80 cm dari lantai,
bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat
atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang.
g) Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya (puncak
dan bagian bawah) dengan 30 cm.
h) Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga tidak ada
air hujan yang menggenang pada lantainya.
MUCHAMMAD THOHIR 59
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 60
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 61
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 62
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 63
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
Pasal 3
Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan
medik umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat inap,
operasi/bedah, pelayanan medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi,
sterilisasi, rekam medik, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan
masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry, dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah
sakit, serta pengolahan limbah.
BAB III
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT UMUM
Pasal 4
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan
menjadi :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A;
b. Rumah Sakit Umum Kelas B;
c. Rumah Sakit Umum Kelas C;
d. Rumah Sakit Umum Kelas D.
Pasal 5
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen.
BAB IV
RUMAH SAKIT UMUM : Bagian Kesatu
Rumah Sakit Umum Kelas A
Pasal 6
1) Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13
(tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.
2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan
Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik
Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik,
dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
MUCHAMMAD THOHIR 64
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi.
7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdiri dari Pelayanan Mata,
Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan
Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik
dan Kedokteran Forensik.
8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut.
Konservasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi dan Penyakit
Mulut.
9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
10) Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dari Subspesialis Bedah, Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung Tenggorokan,
Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Paru, Orthopedi dan
Gigi Mulut.
11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang,
Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran,
Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.
Pasal 7
1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 18 (delapan belas) orang dokter
umum dan 4 (empat) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 6 (enam)
orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap.
MUCHAMMAD THOHIR 65
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 66
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 67
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 12 (dua belas) orang dokter umum
dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter
spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap.
4) Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-masing minimal 2
(dua) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu ) orang dokter spesialis
sebagai tenaga tetap.
5) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 4 orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
6) Pada Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.
7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai tenaga
tetap.
8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
9) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.
Pasal 12
1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.
Pasal 13
1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana.
2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
MUCHAMMAD THOHIR 68
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
Bagian Ketiga
Rumah Sakit Umum Kelas C
Pasal 14
1) Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat)
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan
Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan
awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan
standar.
5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan.
7) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
9) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik
10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga /
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang,
Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas
Medik dan Penampungan Air Bersih.
Pasal 15
1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum
dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua)
orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis
sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
MUCHAMMAD THOHIR 69
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 70
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 71
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 72
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
Pasal 27
Kriteria klasifikasi dari unsur sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 meliputi ketersediaan sumber daya manusia pada Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik Spesialis sesuai kekhususannya, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Keperawatan dan Penunjang Klinik.
Pasal 28
1) Kriteria klasifikasi dari unsur administrasi dan manajemen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 meliputi struktur organisasi dan tata laksana.
2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tugas dan fungsi,
susunan dan uraian jabatan, tata hubungan kerja, standar operasional prosedur,
hospital bylaws & medical staff bylaws.
Pasal 29
Rumah Sakit Khusus harus memenuhi jumlah tempat tidur sesuai dengan klasifikasinya
12 berdasarkan kebutuhan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini.
Pasal 30
Penamaan Rumah Sakit Khusus harus mencantumkan kekhususannya.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 31
1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan dalam peraturan menteri ini kepada
pemerintah daerah provinsi.
2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan dalam klasifikasi Rumah Sakit
kepada pemerintah daerah Kabupaten / Kota.
3) Apabila Gubernur belum mampu melakukan pembinaan dan pengawasan dalam
kebijakan klasifikasi setelah dilakukan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1)
maka untuk sementara pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Menteri.
4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan
lain.
MUCHAMMAD THOHIR 73
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
1) Rumah sakit yang tidak memenuhi kriteria klasifikasi sebagaimana diatur dalam
ketentuan ini akan disesuaikan kelasnya dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
2) Pelaksanaan ketentuan mengenai Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Umum ini
dikecualikan bagi Daerah Perbatasan dan Daerah terpencil yang ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan.
3) Pelaksanaan ketentuan mengenai Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Umum ini
dilaksanakan paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak peraturan ini
ditetapkan.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
806b/Menkes/SK/XII/1987 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 34
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
MUCHAMMAD THOHIR 74
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 75
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
6. Pedodonsi + - +/- -
7. Penyakit Mulut + - +/- -
G. Pelayanan Medik
Subspesialis
1. Bedah + +/- - Untuk kelas B minimal ada
2. Penyakit Dalam + +/- - 2 dari 4 Pelayanan
3. Kesehatan Anak + +/- - Subspesialis Dasar
4. Obstetri dan Ginekologi + +/- -
5.Mata + - -
6. Telinga Hidung
+ - -
Tenggorokan
7. Syaraf + - -
8. Jantung dan Pembuluh
+ - -
Darah
9. Kulit dan Kelamin + - -
10. Jiwa + - -
11.Paru + - -
12. Orthopedi + - -
13. Gigi Mulut + - -
H. Pelayanan keperawatan
dan kebidanan
1. Asuhan keperawatan + + + +
2. Asuhan kebidanan + + + +
I. Pelayanan penunjang
klinik
1. Perawatan intensif + + + - Kelas D cukup HCU
2. Pelayanan darah + + + +
3. Gizi + + + +
4. Farmasi + + + +
5. Sterilisasi instrumen + + + +
6. Rekam medik + + + +
J. Pelayanan penunjang non
klinik
1. Laundry / Linen + + + +
2. Jasa Boga/Dapur + + + +
3. Teknik dan Pemeliharaan
+ + + +
Fasilitas
4. Pengelolaan Limbah + + + +
5. Gudang + + + +
6. Ambulance + + + +
7. Komunikasi + + + +
8. Kamar Jenazah + + + +
9. Pemadam Kebakaran + + + +
10. Pengelolaan Gas Medik + + + +
11. Penampungan Air Bersih + + + +
II. SUMBER DAYA MANUSIA
MUCHAMMAD THOHIR 76
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 78
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 79
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
MUCHAMMAD THOHIR 80
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
sesuai agar tidak ada kekosongan pada lahan dengan memanfaatkan peletakan
bangunan, pola sirkulasi, tempat parkir, ME dan SE, vocal point, serta vegetasi yang
tepat dan sesuai. Alur sirkulasi dibuat linier sehingga memberikan kemudahan bagi
pengendara untuk masuk. Dan pemberian berbagai vegetasi dengan beberapa paduan
warna akan menambah kesan nyaman.
2. Bentuk, penerapan tema Arsitektur Hijau pada bentuk bangunan adalah bentuk pintar
untuk menerapkan penggunaan bentuk dengan tambahan pemberian shading, agar
mempertajam green architecture yang ingin di munculkan. Bentuk tersebut didukung
dengan penggunaan warna dan material yang tidak terlalu mencolok.
3. Ruang, penerapan tema Arsitektur Hijau pada ruang adalah penataan dibuat tidak
monoton, memunculkan suasana yang berbeda pada setiap ruang sesuai dengan
fungsi ruang tersebut. Suasana ruang yang akan ditonjolkan didukung dengan
penggunaan warna dan pencahayaan didalam ruangan sehingga kesan yang ingin
dimunculkan lebih terasa.
2.4. Rangkuman Kajian Teori
Green Architecture Adalah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh
buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang
lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan
sumber daya alam secara efisien dan optimal.
Penerapan Arsitektur Hijau dengan memiliki Konsep High Perfomance Building &
Earth Friendly, Memiliki Konsep Sustainable, Memiliki Konsep Climate Supportly, dan
Memiliki Konsep Esthetic Usefully. Penerapan Bangunan Hijau dengan Efisiensi Energi,
Efisiensi Air, Efisiensi Bahan / Material Bahan bangunan, Peningkatan Mutu Lingkungan,
Operasi Dan Optimasi Pemeliharaan Keberkelanjutan bangunan, Pengurangan Sampah,
Optimasi Biaya, Peraturan Dan Operasi.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit, yang dimaksud rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit (Anonim, 2009). Diperjelas dalam
keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :983/Menkes/SK/XI/1992,
tentang pedoman organisasi Rumah Sakit Umum yang menyebutkan bahwa tugas rumah
sakit mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara
serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan
upaya rujukan (Siregar dan Amalia, 2004).Sekarang ini rumah sakit adalah suatu lembaga
komunitas yang merupakan instrumen masyarakat yang merupakan titik fokus untuk
mengkoordinasi dan menghantarkan pelayanan pasien pada komunitasnya. Atas dasar
tersebut maka rumah sakit dapat dipandang sebagaisuatu struktur terorganisasi yang
menggabungkan bersama-sama semua profesi kesehatan,fasilitas diagnostik dan terapi,
MUCHAMMAD THOHIR 81
04.2015.1.02909
KONSEP TUGAS AKHIR ARSITEKTUR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT DAN REHABILITASI
DIABETES DI SURABAYA, JAWA TIMUR
TEMA ARSITEKTUR HIJAU
alat dan perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam suatu sistem terkoordinasi untuk
penghantaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Siregar dan Amalia,2004).
Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29, definisi rehabilitasi adalah pemulihan
ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi luka atau sakit, atau pemulihan pasien
yang sakit atau cedera pada tingkat fungsional optimal di rumah dan masyarakat, dalam
hubungan dengan aktivitas fisik, psikososial, kejuruan dan rekreasi.
Penggabungan Judul Perencanaan dan Perancangan Rumah Sakit dan Rehabilitasi
Diabetes di Surabaya dengan Tema Arsitektur Hijau sangatlah tepat, karena dengan
perpaduan tersebut dapat menghasilkan penerapan Yang sangat berperan dalam
lingkungan sekitar serta dapat membuat pasien merasa nyaman. Dapat menciptakan
lingkungan yang sehat serta dapat mendukung kesehatan serta kesembuhan pasien dan
menciptakan ketenangan pada keluarga pasien untuk tetap berpikir positif.
Penerapan tema Arsitektur Hijau terhadap Rumah Sakit dan Rehabilitasi Dibetes di
Surabaya pada tatanan lahan ini dibuat dengan tatanan efisien. Tatanan lahan yang
efisien adalah pola penataan yang menerapkan besaran yang sesuai agar tidak ada
kekosongan pada lahan dengan memanfaatkan peletakan bangunan, pola sirkulasi,
tempat parkir, ME dan SE, vocal point, serta vegetasi yang tepat dan sesuai. Alur sirkulasi
dibuat linier sehingga memberikan kemudahan bagi pengendara untuk masuk. Dan
pemberian berbagai vegetasi dengan beberapa paduan warna akan menambah kesan
nyaman. Penerapan tema Arsitektur Hijau pada bentuk bangunan adalah bentuk pintar
untuk menerapkan penggunaan bentuk dengan tambahan pemberian shading, agar
mempertajam green architecture yang ingin di munculkan. Bentuk tersebut didukung
dengan penggunaan warna dan material yang tidak terlalu mencolok. Penerapan tema
Arsitektur Hijau pada ruang adalah penataan dibuat tidak monoton, memunculkan
suasana yang berbeda pada setiap ruang sesuai dengan fungsi ruang tersebut. Suasana
ruang yang akan ditonjolkan didukung dengan penggunaan warna dan pencahayaan
didalam ruangan sehingga kesan yang ingin dimunculkan lebih terasa.
MUCHAMMAD THOHIR 82
04.2015.1.02909