Anda di halaman 1dari 18

ARSITEKTUR EKOLOGI

Oleh: Angga Hidayatullah


(130406038)
Ekologi Arsitektur
Pengertian Ekologi
Ekologi yang pertama kali berasal dari seorang biologi Jerman Ernest Haeckel, 1869. Berasal dari bahasa Yunani “Oikos”
(rumah tangga) dan “logos” (ilmu), secara harfiah ekologi berarti ilmu tentangg rumah tangga makhluk hidup. Yang
merupakan makhluk hidup adalah lingkungan hidupnya.

• Menurut Ernest Haeckle ekologi adalah “ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu kajian hubungan anorganik
serta lingkungan organik di sekitarnya”.
• Menurut C. Elton (1927) ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan alam (natural history) secara
ilmiah,
• Krebs (1978) menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji interaksi-interaksi yang menentukan penyebaran
dan kemelimpahan organisme.
• Miller dalam Darsono (1995:16) ”Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara organisme dan sesamanya serta
dengan lingkungan tempat tinggalnya”
• Odum dalam Darsono (1995: 16) “Ekologi adalah kajian struktur dan fungsi alam, tentang struktur dan interaksi antara
sesame organism dengan lingkungannya dan ekologi adalah kajian tentang rumah tangga bumi termasuk flora, fauna,
mikroorganisme dan manusia yang hidup bersama saling tergantung satu sama lain”

Dapat disimpulkan bahwa ekologi adalah ilmu dasar yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antar makhluk hidup
dengan lingkungannya.

Sumber : http://ubaid-boyand.blogspot.co.id/2011/09/arti-kata-ekologi-menurut-beberapa-ahli.html
Ekologi Arsitektur
Pengertian Arsitektur
Definisi Arsitektur Menurut Para Ahli Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, kata arsitektur (architecture), berarti seni
dan ilmu membangun bangunan. Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi = kepala, dan techton = tukang, maka
architecture adalah karya kepala tukang.

• Amos Raport menjelaskan bahwa arsitektur adalah segala macam pembangunan yang secara sengaja dilakukan untuk
mengubah lingkungan fisik dan menyesuaikannya dengan skema-skema tata cara tertentu lebih menekankan pada unsur
social budaya .
• Cornelis Van De Ven menyatakan bahwa arsitektur berarti menciptakan ruang dengan cara yang benar-benar direncanakan
dan dipikirkan. Pembaharuan arsitektur yang berlangsung terus menerus sebenarnya berakar dari pembaharuan konsep-
konsep ruang.
• Benjamin Handler menyatakan bahwa arsitek adalah seniman struktur yang menggunakan struktur secara estetis
berdasarkan prinsip-prinsip struktur itu sendiri.
• Vitruvius menyebutkan ada tiga aspek yang harus disintesiskan dalam arsitektur yaitu firmitas (kekuatan atau konstruksi),
utilitas (kegunaan atau fungsi) dan venustas (keindahan atau estetika).
• Buowkundige menjelaskan arsitektur adalah mendirikan bangunan dari segi keindahan (sedangkan mendirikan bangunan
dari segi konstruksi disebut ilmu bangunan).

Arsitektur adalah seni yang dilakukan oleh setiap individual untuk berimajinasikan diri mereka dan ilmu dalam merancang
bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan,
mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu
desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan
tersebut.
Ekologi Arsitektur
Pengertian Ekologi Arsitektur
• Atas dasar pengetahuan dasar-dasar ekologi yang telah diuraikan, maka perhatian pada arsitektur sebagai ilmu teknik
dialihkan kepada arsitektur kemanusiaan yang memperhitungkan juga keselarasan dengan alam dan kepentinagn manusia
penghuninya. Pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan kehidupan manusia dalam hubungan timbal
balik dengan lingkungan alamnya dinamakan arsitektur ekologis atau eko-arsitektur. (Krusche, Per et sl. Oekologisches
Bauen. Wiesbaden, Berlin 1982. Hlm.7 )
• Arsitektur ekologis merupakan pembangunan berwawasan lingkungan, dimana memanfaatkan potensi alam semaksimal
mungkin.
Arsitektur sadar lingkungan yaitu arsitek yang memperhatikan keadan lingkungan atau arsitek yang melakukan penghematan
dalam membangun sebuah bangunan yang diantaranya adalah tidak menggunakan kebutuhan - kebutuhan sebuah
bangunan secara berlebihan. Seorang arsitek yang sadar lingkungan harus memperhatikan kebutuhan - kebutuhan yang
hanya diperlukan saja tidak melakukan pemborosan, harus hemat energi. misalnya dalam penggunaan listrik, air, dll. Bisa
juga dengan memanfaatkan keadaan alam yaitu energi surya ( matahari ) atau dengan memanfaatkan tumbuh – tumbuhan
sekitar.

Tujuan Bangunan yang berwawasan Lingkungan


• Sebagai panutan masyarakat mengenai pentingnya studi lingkungan sebelum mendirikan bangunan
• Memberikan arahan bentuk bangunan yang sesuai dengan lingkungan serta budaya sekitar
• Memberikan contoh perletakan tapak bangunan tanpa menimbulkan pengaruh negatif terhadap lingkungan
• Mengikutsertakan masyarakat dalam proses pembangunan, sebagai pembelajaran serta peningkatan ekonomi
lokal
• Memberikan contoh pengelolaan serta perawatan bangunan ekologi.
Sejarah
Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai
kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik
dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk
hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.

Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

Para ahli ekologi mempelajari hal berikut :


1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya dan
faktor-faktor yang menyebabkannya.
2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang menyebabkannya.
Sejarah
Arsitektur ekologis telah ada selama ribuan tahun. Contoh yang terkenal adalah Angkor Wat, sebuah kompleks kuil Kamboja
yang dibangun pada abad ke-12 yang masih berdiri hingga saat ini. Angkor Wat menggunakan sistem irigasi yang rumit dan
mesin hidraulik untuk memberdayakan banyak aspek kompleks, termasuk menyediakan air untuk bulan-bulan yang lebih
kering, menyiram tanaman, dan memanaskan dan mendinginkan area jika diperlukan. Angkor Wat juga menggunakan
bahan-bahan alami bersumber lokal di seluruh strukturnya, yang berarti bahwa jejak karbonnya lebih rendah dari struktur
tempat material akan diangkut ke situs dari seluruh dunia.

Emisi transportasi ini adalah sumber emisi karbon yang sangat besar di dalam industri bangunan; Melihat kembali praktik
yang digunakan di Angkor Wat dapat membantu kami meningkatkan praktik kami sendiri 900 tahun kemudian.

Arsitektur ekologi seperti yang kita kenal sekarang berkembang dari gelombang advokasi lingkungan yang mendapatkan
popularitas di Amerika Serikat pada 1960-an. Gerakan ini menggabungkan sejumlah faktor seperti penghormatan cara hidup
penduduk asli Amerika dengan alam, dan penentangan terhadap urban sprawl dan pinggiran kota yang dengan cepat
tumbuh di seluruh AS.

Para aktivis lingkungan ini bereksperimen dengan struktur hidup dan bagaimana cara hidup mereka berinteraksi dengan
ekosistem lokal. Pada tahun 1969, Ian McHarg, seorang arsitek lanskap, menerbitkan "Design With Nature"; sebuah buku
tentang arsitektur ekologi yang mempromosikan ide-ide yang telah dieksplorasi selama dekade terakhir. Sejak saat itu,
arsitektur ekologi terus maju, baik secara teknologi maupun dalam popularitas. Abad ke-21 mengalami ledakan dalam
arsitektur hijau, karena pentingnya ruang hijau di lingkungan perkotaan menjadi lebih jelas.
Sejarah
Perkembangan Komunitas Manusia Menurut Para Ahli
1. Menurut Dansereau
Dansereau mengelompokkan perkembangan komunitas manusia menjadi 6 tingkatan atau stadium, yaitu:
1. Stadium I : Gathering
2. Stadium II : Hunting and fishing
3. Stadium III : Herding
4. Stadium IV : Agriculture
5. Stadium V : Industry
6. Stadium VI : Urbanization
2. Miller Jr.
Miller Jr. mengelompokkan perkembangan komunitas manusia menjadi 5 tingkatan, yaitu:
1. Masyarakat pemburu (pengumpul primitif)
2. Masyarakat pertanian
3. Masyarakat industri
4. Masyarakat warga bumi
3. Laura C. Zeiher
Laura C. Zeiher membagi perkembangan komunitas manusia menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Hunting and Gathering
2. Civilization
3. Agricultural Civilization
4. Industrial Civilization
Sejarah
1. Stadium I atau Gathering
Gathering merupakan kegiatan penghidupan yang terdiri dari usaha mengumpulkan bahan makanan dari alam, seperti umbi,
daun-daun, buah-buahan, telur, kerang, dan lain-lain. Lingkungan prilaku masyarakat pada stadium I tersebut relatif
terbatas.
Mayarakat stadium I merupakan kelompok-kelompok sekitar 20-50 individu, maka dampak konsumtif kelompok yang relatif
kecil itu, dengan teknologinya yang sederhana, praktis tidak berarti dalam kondisi ekologi yang normal.
2. Stadium II : Hunting and Fishing
Pada stadium II atau Hunting and Fishing adalah kegiatan berburu dan menangkap ikan. Lingkungan perilaku masyarakatnya
juga masih relatif terbatas seperti masa Stadium II, alat-alat berburu dan menangkap ikan masih sederhana seperti kapak
perimbas. Hunting and gatering mempunyai efek atau pengaruh terhadap lingkungan dan menimbulkan kerusakan.
3. Stadium III atau Herding
Herding merupakan kegiatan mengembala atau kebudayaan nomadik. Ciri-ciri kebudayaan mengembala meliputi kegiatan
penghidupan yang terdiri dari memelihara dan membiakkan hewan-hewan tertentu, menghasilkan produk-produk dari
hewan itu (kulit, bulu, produk susu, dan lain-lain), dan membarter produk-produk itu dengan bahan makanan nabati.
Sejarah
4. Stadium IV atau Agriculture
Agriculture merupakan kebudayaan agraris. Setelah melewati masa berburu dan mengumpulkan makanan manusia mulai
mengenal masa bercocok tanam pada akhir zaman mesolitikum. Cara bercocok tanam pertama kali dilakukan dengan
berhuma, yaitu dengan cara menebangi hutan, kemudian ditanami jenis padi-padian, ubi kayu, dan ubi jalar. Dengan
dikenalnya sistem berhuma ini, mereka terpaksa hidup lebih lama ditempat itu.
5. Stadium V atau Industry
Perubahan tata hidup agraris ke tata hidup industri, yang juga disebut revolusi industri pada umumnya dianggap telah
dimulai beberapa abad yang lalu di Eropa, khususnya di Inggris. Sebenarnya proses menuju ke stadium industri merupaka
suatu proses yang berlangsung cukup lama dan pusat-pusatnya tidak di Eropa. Di antara 9000 tahun SM sampai sekitar 500
SM, inovasi teknologi telah ditemukan di Mesir, Anatolia (Turki), Timur Tengah, Lembah Indus dan Cina. Sedangkan di Eropa
keadaannya masih pada akhir stadium hunting and gathering atau pada stadium agraris yang dini. Sekalipun demikian, harus
diakui bahwa perkembangan pesat di bidang teknologi industri terjadi di Eropa, khususnya di Inggris menjelang akhir abad ke
18, dan kemudian merambah ke Amerika Serikat.
6. Stadium VI atau Urbanization
7. Di antara 10.000 dan 5000 tahun yang lalu, domestikasi tumbuh-tumbuhan dan hewan serta kemajuan dalam pembuatan
alat kerja telah memungkinkan manusia bermukim tetap dan menghidupkan jumlah populasi yang besar. Tata hidup sosial
juga berubah dari sekumpulan manusia dengan struktur sosial yang sederhana ke suatu masyarakat dengan wujud
kepemimpinan yang jelas.
Dasar Dasar
• Holistik
Sebenarnya, eko-arsitektur tersebut mengandung juga bagian-bagian dari arsitektur biologis (arsitektur kemnusiaan yang
memperhatikan kesehatan), arsitektur alternatif, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energi surya), arsitektur bionic
(teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia), serta biologi pembangunan.
• Hemat Energi.
Manusia hidup bagi banyak kegiatan ia pasti memerlukan energi, untuk menyediakan makanan, untuk membakar batu bara
dan untuk memproduksi peralatan dalam bentuk apapun dan pasti akan selalu membebani lingkungan alam.
• Material Ramah Lingkungan.
Adapun prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan bangunan :
1. Menggunakan bahan baku, energi, dan air seminimal mungkin. Semakin kecil kebutuhan energi pada produksi dan
transportasi, semakin kecil pula limbah yang dihasilkan.
2. Bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan sebaiknya diabaikan.
3. Bahan bangunan diproduksi dan dipakai sedemikian rupa sehingga dapat dikembalikan kedalam rantai bahan (didaur
ulang).
4. Menggunakan bahan bangunan harus menghindari penggunaan bahan yang berbahaya (logam berat, chlor).
5. Bahan yang dipakai harus kuat dan tahan lama.
6. Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan diganti.
• Peka Terhadap Iklim
Pengaruh iklim pada bangunan. Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup diantara bangunan
tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan ditepatkan diantara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi
antara letak gedung berarah dari timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin.
Prinsip
• Flutuation = Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat membedakan budaya
dan hubungan proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih
dari pada itu membiarkan suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan
berhasil dalam menghubungkan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi tersebut.
• Stratification = Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan seharusnya muncul keluar dari interaksi
perbedaan bagian-bagian dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diatur secara
terpadu.
• Interdependence (saling ketergantungan) = Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah
hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian
bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan.
Unsur Unsur
• Unsur-unsur alam yang dijadikan pedoman oleh masyrakat tradisional antara lain udara, air, api, tanah (bumi), merupakan
unsur-unsur pokok yang sangat erat dengan kehidupan manusia di bumi. Dalam kehidupan masyarakat modern pun juga
harus tetap memperhatikan unsur-unsur tersebut karena sedikit saja penyalahgunaan unsur alam tersebut besar akibatnya
terhadap keseimbangan ekologis.
Adapun unsur-unsur pokok eko-arsitektur dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Sifat/Ciri
• Sustainable ( Berkelanjutan ).
Yang berarti bangunan green architecture tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman, konsisten terhadap konsepnya yang
menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan – perubuhan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar.
• Earthfriendly ( Ramah lingkungan ).
Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green architecture apabila bangunan tersebut tidak
bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah terhadap lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap
lingkungan. Tetapi juga menyangkut masalah pemakaian energi.Oleh karena itu bangunan berkonsep green architecture
mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar, energi dan aspek – aspek pendukung lainnya.
• High performance building.
Bangunan berkonsep green architecture mempunyai satu sifat yang tidak kalah pentingnya dengan sifat – sifat lainnya. Sifat
ini adalah “High performance building”. Mengapa pada bangunan green architecture harus mempunyai sifat ini?. Salah satu
fungsinya ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan memenfaatkan energi yang berasal dari alam ( Enrgy of
nature ) dan dengan dipadukan dengan teknologi tinggi ( High technology performance.
Pola Perencanaan
• Menciptakan kawasan penghijauan diantara kawasan pembangunan sebagai paru-paru hijau.
• Menggunakan bahan bangunan alamiah, dan intensitas energi yang terkandung dalam bahan bangunan maupunyang
digunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin.
• Bangunan sebaiknya diarahkan menurut orientasi timur-barat dengan bagian utara/selatan menerima cahayaalam tanpa
kesilauan.
• Kulit (dinding dan atap) sebuah bangunan sesuai dengan tugasnya, harus melindungi dirinya dari panas, angindan hujan.
Dinding bangunan harus memberi perlindungan terhadap panas, daya serap panas dan tebalnya dinding harus sesuai dengan
kebutuhan iklim ruang dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaranudara secara alami bisa menghemat banyak
energi.
• Menghindari kelembaban tanah naik ke dalam konstruksi bangunan dan memajukan sistem konstruksibangunan kering.
• Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan strukturbangunan.
• Memperhatikan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan harmonikal.
• Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah lingkungan dan membutuhkanenergi sedikit
mungkin.
• Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung dapat dimanfaatkan oleh semua penghuni (termasukanak-anak,
orang tua maupun orang cacat tubuh).
Pola Perencanaan
Pola perencanaan eko-arsitektur juga melingkupi perencanaan struktur dan konstruksi bangunan, yang harusdapat
memenuhi persoalan teknik dan persoalan estetika, termasuk pembentukan ruang. Kualitas struktur didefenisikansebagai :

• Struktur Fungsional, menentukan dimensi goemetris yang berhubungan dengan penggunaan atau fungsi(kebutuhan ruang,
ruang gerak, ruang sirkulasi dan sebagainya), dimensi pengaturan ruang. Dimensi fisiologistentang kenyamanan, penyinaran,
dan penyegaran udara. Dimensi teknis dengan beban lantai, instalasi listrikdan sebagainya.
• Struktur Lingkungan, meliputi lingkungan alam (iklim, topografi, geologi, hidrologi, serta radiasi teritis dankosmis) serta
lingkungan buatan (bangunan, sirkulasi, prasarana teknis dan radiasi buatan). Konteks sosial danpsikologis, sejarah, kesedian
bahan baku, ekonomi dan waktu yang tersedia
• Struktur Bangunan, meliputi bahan bangunan, sistem penggunannya dan teknik serta konstruksi bangunan yangharus
memenuhi tuntutan ekologis.
• Struktur Bentuk, mengandung massa dan isi, ruang antara dan segala kegiatan mengatur ruang. Bentuk ruangtersebut dapat
didefenisikan oleh dinding pembatas, tiang, lantai, dan sebaginya serta bukaan dinding.Suatu eko-arsitektur akan tercipta
apabila dalam proses berarsitektur menggunkan pendekatan-pendekatan
Konsep
Rancangan arsitektur merupakan media yang memberi dampak secara langsung terhadap penggunaan lahan.Konsep desain
yang dapat meminimalkan penggunaan energi listrik , misalnya dapat digolongkan sebagai konsepsustainabel dalam energi,
yang dapat diintegrasikan dengan konsep penggunan sumber cahaya matahari secara maksimaluntuk penerangan,
penghawaan alami, pemanasan air untuk kebutuhan domestik dan sebagainya.

Sebagai konsep arsitektural yang ramah lingkungan, dalam perwujudan eko-arsitektur dalam bangunan, terbagibeberapa
tingkat sistim operasional untuk yang digunakan dalam penggunaan energi bangunan dengan kategori sebagaiberikut :

Sistim Pasif (passive mode)


Tingkat konsumsi energi paling rendah, tanpa ataupun minimal
penggunaan peralatan ME (mekanikal elektrikal) darisumber daya yang
tidak dapat diperbarui (non renewable resources)
Sistim Hybrid (mixed mode)
Sebagian tergantung dari energi (energy dependent) atau sebagian
dibantu dengan penggunaan ME.
Sistim Aktif (active mode)
Seluruhnya menggunakan peralatan ME yang bersumber dari energi
yang tidak dapat diperbarui (energy dependent).
Sistim Produktif(productive mode)
Sistem yang dapat mengadakan/ membangkitkan energi nya sendiri
(on-site energy) dari sumber daya yang dapatdiperbarui (renewable
resources) misalnya pada sistim sel surya (fotovoltaik)
maupun kolektor surya (termosiphoning).
Contoh

The Interlace Residential


Building di Singapore
The Design of Fake Hill
Residential Building di
China

Eco-Frendly Tower Design The Design of Saudi Arabia


in Singapore Pavilion di Sanghai (World Expo
2010)
Daftar Pustaka
http://ima-arch.blogspot.com/2011/08/sejarah-ekologi.html
https://www.academia.edu/7257304/ekologi_arsitektur_menuju_perancangan_arsitektur_hemat_energi_dan_berkelanjutan
https://www.scribd.com/presentation/49530772/Sejarah-EKOLOGI-Dalam-Arsitektur
http://arsitekturdanlingkungan.blogspot.com/2012/10/ekologi-arsitektur.html
https://ridozah.wordpress.com/2012/11/05/arsitektur-ekologi/
https://fatimachitra.wordpress.com/2013/01/15/arsitektur-ekologis/
https://www.slideshare.net/jiffriandis/2-eko-arsitektur?next_slideshow=1
https://www.ansgroupglobal.com/news/history-and-development-ecological-architecture
https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_ekologi
https://ayodiamahardika.wordpress.com/2013/11/09/prinsip-prinsip-ilmu-ekologi-dalam-arsitektur/
http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/82-008/TEK%201%20Pendekatan%20ekologi%20wanda%20UKP.pdf
http://hasyapudjadi.blogspot.com/2016/01/arsitektur-ekologi-eco-architecture.html
https://www.slideshare.net/MaulanaFerdinand/buku-ekologi-arsitektur?from_action=save
http://sigitwijionoarchitects.blogspot.com/2012/04/arsitektur-ekologi-eco-architecture.html
https://thatprettylittleliar.wordpress.com/2015/02/12/prinsip-prinsip-ilmu-ekologi-dalam-perancangan-arsitektur/
https://www.academia.edu/11575628/Arsitektur_ekologi_eco-architecture
http://e-journal.uajy.ac.id/6267/4/TA313359.pdf
https://arsumj.files.wordpress.com/2012/07/luqmbudi_070307.pdf
http://doc1.lbfl.li/aas/FLMF016710.pdf

Anda mungkin juga menyukai