Anda di halaman 1dari 4

Perawatan Kaki Penderita

Diabetes dengan
Ballooning atau Stent
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang merupakan
problem kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di kota-kota besar, yang
meningkat disertai perubahan pola hidup masyarakat. Jika tidak dikelola dengan
baik DM dapat mengakibatkan komplikasi kronik, baik kompikasi pembuluh darah
kecil yang dapat mengenai mata dan ginjal, maupun komplikasipembuluh darah
besar yang terutama mengenai pembuluh darah jantung, otak, dan pembuluh darah
tungkai bawah.

Penyebab terbanyak penyakit sumbatan pada pembuluh darah pada usia diatas 40
tahun adalah atherosclerosis (kekakuan pembuluh darah akibat timbunan lemak
seiring bertambahnya usia). Awal gangguan pembuluh darah tepi ditandai oleh
beberapa gejala, seperti nyeri ketika berjalan, perasaan baal, kesemutan, terasa
dingin padahal suhu kaki hangat, hingga neuropathi/ tidak merasakan apa-apa sama
sekali.

Pemeriksaan fisik yang terpenting pada penyakit di pembuluh darah tepi, adalah
penurunan atau hilangnya perabaan nadi padaujung jari kaki, terdengar getaran
pada daerah arteri yang menyempit dan atrofi otot (mengecil). Jika lebih berat dapat
terjadi bulu rontok, kuku menebal, kulit menjadi licin dan mengkilap, suhu kulit
menurun, pucat/ sianosis merupakan penemuan fisik yang tersering. Kemudian
dapat terjadi gangrene (luka menahun, jaringan mati) dan ulkus (luka). Jika tungkai
diangkat/ elevasi dan dilipat, pada daerah betis dan telapak kaki, akan menjadi
pucat.
Secara garis besar faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat kejadian
penyulit DM dapat dibagi menjadi: faktor
genetik, faktor vascular (pembuluh darah)
dan faktor metabolik (faktor glukosa darah
dan metabolik lain yang abnormal).

Bila dibiarkan, gangguan pembuluh darah


tepi dapat menyebabkangangrene. Dari
beberapa pusat penelitian di Indonesia
rerata lama perawatan ulkus/ gangrene diabetes adalah 28-40 hari.

Prevalensi/ kaitannya penyakit atherosclerosis perifer(kekakuan pembuluh darah


tepi) meningkat pada kasus penderita diabetes mellitus, kolesterol tinggi, hipertensi,
perokok dan penyakit sumbatan pada pembuluh darah.

Kaki Diabetes

Diperkirakan sebanyak 15% pada pasien DM akan mengalami persoalan kaki suatu
saat dalam kehidupannya bersama DM. Keberhasilan pengelolaan luka diabetes
berkisar antara 57-94%, bergantung pada besarnya luka tersebut. Kebanyakan
pasien, sedikit atau pun banyak kemudian akan memerlukan tindakan bedah dari
yang kecil sampai amputasi.

Banyak faktor terkait saling berpengaruh pada timbulnya ulkus/ gangrene diabetes
antaranya, yang dianggap terpenting adalah neuropathi, infeksi, dan kelainan
pembuluh darah. Demikian pula faktor pembuluh darah, dipengaruhi oleh tekanan
darah, pengendalian glukosa darah, umur dan derajat kegiatan kegiatan jasmani.
Sedangkan faktor infeksi dipengaruhi oleh respons imun pasien dan jenis kuman. Di
klinik, dengan dilakukannya penyuluhan dan pendekatan terpadu kasus kaki
diabetes, angka kematian dan laju amputasi para pasien kaki diabetes dapat
diturunkan sampai 50% dibandingkan sebelumnya.

Kaki diabetik merupakan komplikasi diabetes yang paling ditakuti para penyandang
diabetes akibat tingginya resiko terjadinya amputasi yang dapat mengancam jiwa.
Bila luka kaki ditangani dengan baik dapat mencegah infeksi, sehingga risiko
amputasi bisa dihindari. Disarankan penderita diabetes yang mengalami luka pada
kaki untuk segera membersihkan luka menggunakan air steril, lalu membubuhkan
obat luka sebagai tindakan pencegahan. Tingginya kadar gula dalam darah
penyandang diabetes merupakan sarana bagi kuman dan dapat menyebabkan
memburuknya infeksi tersebut. Saat ini dunia kedokteran telah melakukan upaya-
upaya penyembuhan luka (wound healing) sehingga menurunkan resiko amputasi
sampai 85%.

Upaya perawatan kaki diabetik harus dilakukan secara multidisiplin, yang


membutuhkan kerjasama dengan beberapa ahli atau spesialis, seperti bidang
endokrinologi, mikrobiologi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi, orthosis (kaki
palsu), bedah plastik, bedah tulang serta psikologi. Angka amputasi pada
penyandang diabetes 15 kali lebih besar dibandingkan yang bukan
penyandang. Beberapa tindakan medis yang bisa dilakukan untuk menekan
kemungkinan amputasi kaki diabetik, termasuk tindakan endovaskuler dan by pass.

Kaki diabetik disebabkan sumbatan pada pembuluh darah yang menyuplai darah ke
kaki. Karenanya, penanganan kaki diabetik meliputi upaya membuka sumbatan itu.
Hal itu bisa dilakukan dengan metode ballooning atau mengembangkan pembuluh
yang tersumbat dengan balon khusus seperti layaknya pada operasi membuka
sumbatan pembuluh darah jantung. Jika pembuluh tersebut dirasa tidak cukup kuat
setelah ballooning, akan dilakukan pemasangan ring untuk memperlancar aliran
darah.“Sirkulasi darah yang buruk jelas akan semakin memperparah luka yang
ada. Dengan tindakan balloning maka salah satu masalah yang menghambat proses
penyembuhan luka pada kaki diabetis dapat diperbaiki. Bila aliran darah sudah
mulai lancar, luka basah pada diabetesganggreneakan mengering dan
tertutup.Disarankan penyandang diabetes yang mengalami luka pada kaki untuk
segera membersihkan luka menggunakan air steril, lalu membubuhkan obat luka
sebagai tindakan pencegahan sebelum observasi lebih lanjut. "Kalau lukanya kering
berarti ringan. Tapi kalau tidak,sebaiknya langsung ke dokter.

Penanganan luka secara dini bisa mengurangi kemungkinan kaki penderita DM


harus diamputasi. Di masa datang akan semakin rendah angka amputasi dengan
adanya kemajuan di bidangkateterisasi pembuluh darah. Bagi penyandang diabetes
kami menyarankan untuk selalu melakukan kontrol rutin ke dokter. Jangan
memakai sepatu yang sempit, bertumit tinggi, ujung sepatu runcing ke depan, serta
menerapkan pola hidup sehat.
Artikel ditulis oleh : Dr Ronald Winardi Kartika, Sp.BTKV,FIHA Bagian Bedah
Jantung Paru dan Pembuluh Darah RS Husada

Anda mungkin juga menyukai