PENDAHULUAN
Ulkus kaki diabetika adalah kaki dengan diabetes melitus yang mengalami perubahan
patologis akibat infeksi, ulserasi yang berhubungan dengan abnormalitas neurologis,penyakit
vaskular perifer dengan derajat bervariasi, dan atau komplikasi metabolik dari diabetes pada
ektremitas bawah. Prevalensi ulkus diabetik pada populasi diabetes adalah 4-10% lebih sering
terjadi pada pasien usia lanjut. Sebagian besar (60-80%) ulkus akan sembuh sendiri, 10-15%
akan tetap aktif, 5-25% akan berakhir pada amputasidalam kurun waktu 6-18 bulan dari
evaluasi pertama. Faktor resiko pada ulkus kaki diabetikadalah neuropati diabetik. Penyakit
arteri perifer, dan trauma pada kaki.
Pemeriksaan fisik pada kaki diabetik melalui penilaian terhadap kulit, vaskular,
neurologi, dan sistem muskuloskeletal.Klasifikasi Wagner adalah yang paling populer dan
tervalidasi untuk klasifikasi ulkus diabetik pada kaki.
Berikut ini akan dilaporkan kasus seorang pasien dengan ulkus diabetik regio pedis
sinistra di RS.Kota Kotamobagu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ulkus diabetika
1. Definisi
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karenaadanya komplikasi
makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi danneuropati, yang lebih lanjut terdapat
luka pada penderita yang sering tidakdirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi
disebabkan oleh bakteriaerob maupun anaerob.
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ulkus diabetika yaitu :
a. Sering kesemutan.
b. Nyeri kaki saat istirahat.
c. Sensasi rasa berkurang.
d. Kerusakan Jaringan (nekrosis).
e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
g. Kulit kering
3. Diagnosis Ulkus diabetika
Diagnosis ulkus diabetika meliputi :
a. Pemeriksaan Fisik : inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkuspada kulit atau
jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasaberkurang atau hilang,
palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurunatau hilang.
b. Pemeriksaan Penunjang : X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium
untuk mengetahui apakah ulkus diabetika menjadi infeksi dan menentukankuman
penyebabnya
Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Wagner
0. Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.
1. Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.
2. Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
3. Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.
4. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari
2
BAB III
LAPORAN KASUS
Seorang pasien, pekerjaan ibu rumah Ny.NO, umur 67 tahun, tangga, menikah, alamat tungoi,
masuk Rumah sakit di UGD 3 agustus 2015. Keluhan utama luka di bagian tungkai kiri
bagian bawah dialami 1 bulan yang lalu (telapak kaki). Awalnya pasien mengalami luka
yang kecil akibat tertusuk duri yang lama kelamaan membesar. Pasien mengeluh lemah
badan, sering haus, dan biasanya malam terbangun untuk buang air kecil. Pasien mengalami
demam. Buang air besar seperti biasa. Pasien memiliki riwayat penyakit kencing manis sejak
tahun 2010 mengkonsumsi obat metformin.Tidak ada riwayat sakit jantung,ginjal, paru, liver,
darah tinggi maupun asam urat. Riwayat alergi dan makanan disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan 155cm, berat badan 57 Kg, dengan IMT
23,8 (status gizi cukup). Keadaan umum tampak sakit sedang dan kesadaran kompos mentis.
Tekanan darah 120/70mmHg, nadi 88 kali permenit, reguler, isi cukup, frekuensi pernapasan
24 kali per menit dan suhu badan aksiler 37,7 celcius. Pada pemeriksaan kulit didapatkan
tidak ikterik, turgor kulit kembali cepat. Pada pemeriksaan kepala didapatkan rambut tebal
dan tidak mudah dicabut. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak tampak ikterik, pupil bulat
isokor dengan diameter 3mm, refleks cahaya positif normal, gerakan bola mata aktif dan
mata cowong tidak ada. Pada pemeriksaan telinga tidak tampak thopi, lubang normal, cairan
tidak ada, selaput pendengaran intak. Pada pemeriksan hidung tidak didapati deviasi, tidak
ada sekret. Pada pemeriksaan mulut didapatkan bibir tidak sianosis, gigi geliga dalam batas
normal, lidah beslag tidak ada, mukosa basah, pembesaran tonsil tidak ada, dan faring tidak
hiperemis Pada pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dan
trakea letak tengah.
Pada pemeriksaan Thoraks, inspeksi dada terlihat simetris, tidak ada retraksi dan tidak ada
kelainan kulit. Pada palpasi, strem fremitus kanan dan kiri sama saat perkusi terdengar sonor
kanan dan kiri. Pada ayskultasi thoraks suara pernapasan vesikuler, tidak ada rhonki dan
wheezing. Pada pemeriksaan jantung didapatkan inspeksi, iktus kordis tidak tampak. Pada
palpasi, iktus kordis tidak teraba. Pada perkusi didapatkan batas kanan jantung di sela iga IV
linea sternalis dextra, batas jantung kiri di sela iga ig V linea midkalivikularis sinistra.
Pada asukultasi irama teratur, bunyi jantung (BJ) I dan II reguler, tidak ditemukan bising dan
gallop.
Pada pemeriksaan Abdomen, saat inspeksi terlihat datar dan tidak ada kelainan kulit. Pada
auskulitasi didapatkan bising usus normal. Pada palpasi, perut terasa lemas, hepar tidak
5
teraba, lien tidak teraba, ballottement ginjal tidak teraba, ada nyeri tekan epigastrium. Pada
perkusi terdengar timpani, nyeri ketik angulus kostovertebra tidak ada.
Pada ekstrimitas warna kulit kuning langsat, ekstrimitas hangat, ada edema. Status Lokalis:
regio dorsum pedis sinistraterdapat luka ukuran 6cmx5cmx0,1cm ,pus (+). Pada pemeriksaan
laboratorium 3 agustus 2015 didapatkan Hb11,2 g/dL, leukosit 19800/mm 3, eritrosit
3.990.000/mm3, trombosit 509.0000/mm3,
pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva tidak anemis, tungkai kiri terdapat luka operasi.
Pasien didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum regio pedis sinistra + DM type II. Pasien
diberikan pengobatan dengan IVFD NaCL 0,9 % 20 gtt/m, Cefotaxime 1 gr inj vial /12
jam, Metronidazole 500mg 3x1, Metformin 2x500 mg, Ranitidin 2x1 tab, Antrain inj amp /8
jam ,Rawat luka 3 hari atau bila kasa basah, Diet bebas. GDP 248.
Pada perawatan hari keempat pasien mengeluh nyeri pada luka operasi berkurang,
pusing dan mual. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva tidak anemis, tungkai kiri
terdapat luka operasi. Pasien didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum regio pedis sinistra + DM
type II. Pasien diberikan pengobatan dengan IVFD NaCL 0,9 % 20 gtt/m, Cefotaxime 1 gr
inj vial /12 jam, Metronidazole 500mg 3x1, Metformin 2x500 mg, Ranitidin 2x1 tab, Antrain
inj amp /8 jam , Lansoprasole 2x1, Diet bebas. GDS 144.
Pada perawatan hari kelima pasien mengeluh nyeri pada luka operasi berkurang,
pusing dan mual. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva tidak anemis, tungkai kiri
terdapat luka operasi. Pasien didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum regio pedis sinistra + DM
type II. Pasien diberikan pengobatan dengan IVFD NaCL 0,9 % 20 gtt/m, Cefotaxime 1 gr
inj vial /12 jam, Metronidazole 500mg 3x1, Metformin 2x500 mg, Ranitidin 2x1 tab, Antrain
inj amp /8 jam , Lansoprasole 2x1, Diet bebas. GDS 155.
Pada perawatan hari enam pasien mengeluh nyeri pada luka operasi berkurang, pusing
dan mual tidak lagi dialami penderita. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva tidak
anemis, tungkai kiri terdapat luka operasi. Pasien didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum regio
pedis sinistra + DM type II. Pasien diberikan pengobatan dengan IVFD NaCL 0,9 % 20
gtt/m, Cefotaxime 1 gr inj vial /12 jam, Metronidazole 500mg 3x1, Metformin 2x500 mg,
Ranitidin 2x1 tab, Antrain inj amp /8 jam , Lansoprasole 2x1, Diet bebas. GDS 186.
Pada perawatan hari ketujuh pasien mengeluh nyeri pada luka operasi berkurang,
pusing dan mual tidak lagi dialami penderita. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva
tidak anemis, tungkai kiri terdapat luka operasi. Pasien didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum
regio pedis sinistra + DM type II. Pasien diberikan pengobatan dengan IVFD NaCL 0,9 %
20 gtt/m, Cefotaxime 1 gr inj vial /12 jam, Metronidazole 500mg 3x1, Metformin 2x500
mg, Ranitidin 2x1 tab, Antrain inj amp /8 jam , Lansoprasole 2x1, Diet bebas. GDS 156.
Pada perawatan hari kedelapan pasien mengeluh nyeri pada luka operasi berkurang,
pusing dan mual tidak lagi dialami penderita. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva
7
tidak anemis, tungkai kiri terdapat luka operasi. Pasien didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum
regio pedis sinistra + DM type II. Pasien diberikan pengobatan dengan IVFD NaCL 0,9 %
20 gtt/m, Cefotaxime 1 gr inj vial /12 jam, Metronidazole 500mg 3x1, Metformin 2x500
mg, Ranitidin 2x1 tab, Antrain inj amp /8 jam , Lansoprasole 2x1, Diet bebas. GDS 160.
Pada
perawatan
hari
kesembilan
pasien
mengeluh
nyeri
pada
luka
operasitidaklagidiraskan, pusing dan mual tidak lagi dialami penderita. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan konjungtiva tidak anemis, tungkai kiri terdapat luka operasi. Pasien
didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum regio pedis sinistra + DM type II. Pasien direncanakan
untuk rawat jalan.Terapi yang diberikan cefixime 2x100 mg, lansoprazole 2x1 dan metformin
500mg 1-0-1, asammfenamat 500mg kalaunyeri. Pasien dianjurkan untuk kontrol poliklinik.
BAB IV
PEMBAHASAN
pada
kasus ini dicurigai neuropati diabetic berdasarkan hasil pemeriksaan neurologis ditemukan
adanya penurunan sensasi sentuhan ringan dan nyeri pada kaki. Diperlukan juga evaluasi
rutin untuk menilai keadaan vascular pada ekstrimitas bawah.. Pemeriksaan rutin yang harus
dilakukan adalah palpasi denyut secara bilateral dari arteri dorsalis pedis, arteri tibialis
posterior, arteri popliteal, dan arteri femoral penting untuk menilai sirkulasi darah pada
ekstrimitas bawah.
Pada pasien ini ditemukan adanya tanda inflamasi berupa edema, panas, merah pada
kulit serta ulkus yang berbau disertai adanya pus yang dicurigai mengalami infeksi.Infeksi
pada ulkus diabetic harus dievaluasidan di diagnosis secara klinis berdasarkan tanda dan
gejala inflamasi local. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan seperti pemeriksaan kultur
darah pada luka untuk mencari etiologi kuman penyebab infeksi dan pemilihan antibiotic
yang sesuai. Pada pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan darah lengkap dimana di dapatkan
peningkatan dari leukosit 19800/mm3dimana merupakan penanda adanya infeksi dan
diberikan antibiotic golongan sefalosporin generasi kedua yang bersifat broads pektrum di
kombinasi dengan antibiotic golongan anaerob.
Tatalaksana pada ulkus diabetic berdasarkan atas prinsip debridement luka,
identifikasi dan penanganan infeksi, penggunaan dressing untuk mempertahankan
9
10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
11
Telah dilaporkan seorang pasien, Ny.NO, umur 67 tahun, datang dengan keluhan
utama luka di bagian tungkai kiri bagian bawah dialami 1 bulan yang lalu. Luka
tidak sembuh makin hari bertambah berat.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pasien di diagnosis dengan
dengan Ulkus Diabetikum regio pedis sinistra + DM type II dan termasuk dalam
wagner derajat 2.
Pasien diterapi dengan cara memperbaiki keadaan umum dan dilakukan surgical
debridement.
Saran
Pada pasien ini disarankan untuk melakukan perawatan dan penilaian kaki serta
konsultasi vascular jika dicurigai adanya penyakit arteri perifer setiap 1-2 bulan oleh dokter
spesialis bedah dan penyakit dalam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnamasari D. Diagnosa dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi V. Interna Publishing. Jakarta 2009. Hal 1880-1883.
12
13