Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Ulkus kaki diabetika adalah kaki dengan diabetes melitus yang mengalami perubahan
patologis akibat infeksi, ulserasi yang berhubungan dengan abnormalitas neurologis,penyakit
vaskular perifer dengan derajat bervariasi, dan atau komplikasi metabolik dari diabetes pada
ektremitas bawah. Prevalensi ulkus diabetik pada populasi diabetes adalah 4-10% lebih sering
terjadi pada pasien usia lanjut. Sebagian besar (60-80%) ulkus akan sembuh sendiri, 10-15%
akan tetap aktif, 5-25% akan berakhir pada amputasidalam kurun waktu 6-18 bulan dari
evaluasi pertama. Faktor resiko pada ulkus kaki diabetikadalah neuropati diabetik. Penyakit
arteri perifer, dan trauma pada kaki.
Pemeriksaan fisik pada kaki diabetik melalui penilaian terhadap kulit, vaskular,
neurologi, dan sistem muskuloskeletal.Klasifikasi Wagner adalah yang paling populer dan
tervalidasi untuk klasifikasi ulkus diabetik pada kaki.
Berikut ini akan dilaporkan kasus seorang pasien dengan ulkus diabetik regio pedis
sinistra di RS.Kota Kotamobagu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ulkus diabetika
1. Definisi
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karenaadanya komplikasi
makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi danneuropati, yang lebih lanjut terdapat
luka pada penderita yang sering tidakdirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi
disebabkan oleh bakteriaerob maupun anaerob.
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ulkus diabetika yaitu :
a. Sering kesemutan.
b. Nyeri kaki saat istirahat.
c. Sensasi rasa berkurang.
d. Kerusakan Jaringan (nekrosis).
e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
g. Kulit kering
3. Diagnosis Ulkus diabetika
Diagnosis ulkus diabetika meliputi :
a. Pemeriksaan Fisik : inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkuspada kulit atau
jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasaberkurang atau hilang,
palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurunatau hilang.
b. Pemeriksaan Penunjang : X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium
untuk mengetahui apakah ulkus diabetika menjadi infeksi dan menentukankuman
penyebabnya
Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Wagner
0. Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.
1. Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.
2. Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
3. Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.
4. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari
2

kaki, bagian depan kaki atau tumit.


5. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki
4. Patogenesis Ulkus diabetika
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetesmellitus adalah
ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tigafaktor yang sering disebut Trias yaitu
: Iskemik, Neuropati, dan Infeksi
Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akanterjadi komplikasi
kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringansyaraf karena adanya penimbunan
sorbitol dan fruktosa sehinggamengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan
induksi, parastesia,menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan
hilangrasa, apabila diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menjadiulkus
diabetika
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karenakekurangan darah
dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Halini disebabkan adanya proses
makroangiopati pada pembuluh darah sehinggasirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh
hilang atau berkurangnya denyutnadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki
menjadi atrofi, dingindan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan
sehinggatimbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai
Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkanHbA1C yang
menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen dijaringan oleh eritrosit
terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yangmenggangu sirkulasi jaringan dan kekurangan
oksigen mengakibatkankematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus diabetika15
Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL,trigliserida plasma
tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akanmenyebabkan hipoksia dan cedera
jaringan, merangsang reaksi peradanganyang akan merangsang terjadinya aterosklerosis31.
Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadipenumpukan lemak pada
lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (highdensity-lipoprotein) sebagai pembersih plak
biasanya rendah. Adanya faktorrisiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan
terhadapaterosklerosis.
Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringanmenurun sehingga kaki menjadi
atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainanselanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga
timbul ulkus yang biasanyadimulai dari ujung kaki atau tungkai 15.

Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendalimenyebabkan


abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasiradang terganggu, demikian pula
fungsi fagositosis dan bakterisid menurunsehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar
untuk dimusnahkan olehsistem phlagositosis-bakterisid intra selluler.
Pada penderita ulkus diabetika, 50 % akan mengalami infeksi akibatadanya glukosa
darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhanbakteri yang subur. Bakteri penyebab
infeksi pada ulkus diabetika yaitu kumanaerobik Staphylokokus atau Streptokokus serta
kuman anaerob yaituClostridium perfringens, Clostridium novy, dan Clostridium septikum12
5. Pencegahan dan Pengelolaan Ulkus diabetik
Pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetik untuk mencegahkomplikasi lebih lanjut adalah :
a. Memperbaiki kelainan vaskuler.
b. Memperbaiki sirkulasi.
c. Pengelolaan pada masalah yang timbul ( infeksi, dll).
d. Edukasi perawatan kaki.
e. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratoriumlengkap) dan
obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah maupunmenghilangkan keluhan/gejala
dan penyulit DM.
f. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.
g. Menghentikan kebiasaan merokok.
h. Merawat kaki secara teratur

BAB III
LAPORAN KASUS
Seorang pasien, pekerjaan ibu rumah Ny.NO, umur 67 tahun, tangga, menikah, alamat tungoi,
masuk Rumah sakit di UGD 3 agustus 2015. Keluhan utama luka di bagian tungkai kiri
bagian bawah dialami 1 bulan yang lalu (telapak kaki). Awalnya pasien mengalami luka
yang kecil akibat tertusuk duri yang lama kelamaan membesar. Pasien mengeluh lemah
badan, sering haus, dan biasanya malam terbangun untuk buang air kecil. Pasien mengalami
demam. Buang air besar seperti biasa. Pasien memiliki riwayat penyakit kencing manis sejak
tahun 2010 mengkonsumsi obat metformin.Tidak ada riwayat sakit jantung,ginjal, paru, liver,
darah tinggi maupun asam urat. Riwayat alergi dan makanan disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan 155cm, berat badan 57 Kg, dengan IMT
23,8 (status gizi cukup). Keadaan umum tampak sakit sedang dan kesadaran kompos mentis.
Tekanan darah 120/70mmHg, nadi 88 kali permenit, reguler, isi cukup, frekuensi pernapasan
24 kali per menit dan suhu badan aksiler 37,7 celcius. Pada pemeriksaan kulit didapatkan
tidak ikterik, turgor kulit kembali cepat. Pada pemeriksaan kepala didapatkan rambut tebal
dan tidak mudah dicabut. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak tampak ikterik, pupil bulat
isokor dengan diameter 3mm, refleks cahaya positif normal, gerakan bola mata aktif dan
mata cowong tidak ada. Pada pemeriksaan telinga tidak tampak thopi, lubang normal, cairan
tidak ada, selaput pendengaran intak. Pada pemeriksan hidung tidak didapati deviasi, tidak
ada sekret. Pada pemeriksaan mulut didapatkan bibir tidak sianosis, gigi geliga dalam batas
normal, lidah beslag tidak ada, mukosa basah, pembesaran tonsil tidak ada, dan faring tidak
hiperemis Pada pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dan
trakea letak tengah.
Pada pemeriksaan Thoraks, inspeksi dada terlihat simetris, tidak ada retraksi dan tidak ada
kelainan kulit. Pada palpasi, strem fremitus kanan dan kiri sama saat perkusi terdengar sonor
kanan dan kiri. Pada ayskultasi thoraks suara pernapasan vesikuler, tidak ada rhonki dan
wheezing. Pada pemeriksaan jantung didapatkan inspeksi, iktus kordis tidak tampak. Pada
palpasi, iktus kordis tidak teraba. Pada perkusi didapatkan batas kanan jantung di sela iga IV
linea sternalis dextra, batas jantung kiri di sela iga ig V linea midkalivikularis sinistra.
Pada asukultasi irama teratur, bunyi jantung (BJ) I dan II reguler, tidak ditemukan bising dan
gallop.
Pada pemeriksaan Abdomen, saat inspeksi terlihat datar dan tidak ada kelainan kulit. Pada
auskulitasi didapatkan bising usus normal. Pada palpasi, perut terasa lemas, hepar tidak
5

teraba, lien tidak teraba, ballottement ginjal tidak teraba, ada nyeri tekan epigastrium. Pada
perkusi terdengar timpani, nyeri ketik angulus kostovertebra tidak ada.
Pada ekstrimitas warna kulit kuning langsat, ekstrimitas hangat, ada edema. Status Lokalis:
regio dorsum pedis sinistraterdapat luka ukuran 6cmx5cmx0,1cm ,pus (+). Pada pemeriksaan
laboratorium 3 agustus 2015 didapatkan Hb11,2 g/dL, leukosit 19800/mm 3, eritrosit
3.990.000/mm3, trombosit 509.0000/mm3,

hematokrit 31,8 %,, MCV 80, MCH 27,9

pg,MCHC 35,1 g/dL,GDS: 286


Berdasarkan anamnesis, pemriksaanfisikdanpenunjangpasiendi diagnosekerjadenganUlkus
Diabetikum regio pedis sinistra + DM type II.
Pada perawatan hari pertama pasien mengeluh nyeri pada luka.Pada pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva tidak anemis, tungkai kiri terdapat luka ukuran6cmx5cmx0,1cm dan
digiti pedis I luka ukuran 3cmx2cmx0,1cm,pus (+). Pasien didiagnosis dengan Ulkus
Diabetikum regio pedis sinistra + DM type II. Pasien diberikan pengobatan dengan infus RL
dengan tetesan 20 tetes per menit, cefotaxime 1 gr 2x/hari intravena, Metronidazole 3x1
tab,Ranitidine 50mg 2x/hari intravena,Metformin 500mg 2x/hari,Paracetamol 3x500 k/p, dan
direncanakan untuk dilakukan debridement. GDS 264.
Pada perawatan hari kedua pasien mengeluh nyeri pada luka. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva tidak anemis, tungkai kiri terdapat luka ukuran 6cmx5cmx0,1cm dan
digiti pedis I luka ukuran 3cmx2cmx0,1cm,pus (+). Pasien didiagnosis dengan Ulkus
Diabetikum regio pedis sinistra + DM type II. Pasien diberikan pengobatan dengan infus RL
dengan tetesan 20 tetes per menit, cefotaxime 1 gr 2x/hari intravena, Metronidazole 3x1
tab,Ranitidine 50mg 2x/hari intravena, Metformin 500mg 2x/hari,Paracetamol 3x500 k/p,
dan direncanakan untuk dilakukan debridement. GDS 268
Laporan Operasi
-

Pasien tidur terlentang


Aseptik dan antiseptik lapangan operasi
Dilakukan pemasangan doek steril untuk mempersempit lapangan operasi
Insisi dimulai bagian dorsal pedis sinistra dan tampak jaringan nekrotik
Dilakukan debridement dan di cuci dengan cairan perhidrol.
Luka ditutup dengan menggunakan kain kasa steril

Instruksi Post operasi:


-

IVFD NaCL 0,9 % 20 gtt/m


Cefotaxime 1 gr inj vial /12 jam
Metronidazole 500mg 3x1
Metformin 2x500 mg
Ranitidin 2x1 tab
Antrain inj amp /8 jam
6

Rawat luka 3 hari atau bila kasa basah


Diet bebas

Pada perawatan hari ketiga

pasien mengeluh nyeri pada luka operasi. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva tidak anemis, tungkai kiri terdapat luka operasi.
Pasien didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum regio pedis sinistra + DM type II. Pasien
diberikan pengobatan dengan IVFD NaCL 0,9 % 20 gtt/m, Cefotaxime 1 gr inj vial /12
jam, Metronidazole 500mg 3x1, Metformin 2x500 mg, Ranitidin 2x1 tab, Antrain inj amp /8
jam ,Rawat luka 3 hari atau bila kasa basah, Diet bebas. GDP 248.
Pada perawatan hari keempat pasien mengeluh nyeri pada luka operasi berkurang,
pusing dan mual. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva tidak anemis, tungkai kiri
terdapat luka operasi. Pasien didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum regio pedis sinistra + DM
type II. Pasien diberikan pengobatan dengan IVFD NaCL 0,9 % 20 gtt/m, Cefotaxime 1 gr
inj vial /12 jam, Metronidazole 500mg 3x1, Metformin 2x500 mg, Ranitidin 2x1 tab, Antrain
inj amp /8 jam , Lansoprasole 2x1, Diet bebas. GDS 144.
Pada perawatan hari kelima pasien mengeluh nyeri pada luka operasi berkurang,
pusing dan mual. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva tidak anemis, tungkai kiri
terdapat luka operasi. Pasien didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum regio pedis sinistra + DM
type II. Pasien diberikan pengobatan dengan IVFD NaCL 0,9 % 20 gtt/m, Cefotaxime 1 gr
inj vial /12 jam, Metronidazole 500mg 3x1, Metformin 2x500 mg, Ranitidin 2x1 tab, Antrain
inj amp /8 jam , Lansoprasole 2x1, Diet bebas. GDS 155.
Pada perawatan hari enam pasien mengeluh nyeri pada luka operasi berkurang, pusing
dan mual tidak lagi dialami penderita. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva tidak
anemis, tungkai kiri terdapat luka operasi. Pasien didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum regio
pedis sinistra + DM type II. Pasien diberikan pengobatan dengan IVFD NaCL 0,9 % 20
gtt/m, Cefotaxime 1 gr inj vial /12 jam, Metronidazole 500mg 3x1, Metformin 2x500 mg,
Ranitidin 2x1 tab, Antrain inj amp /8 jam , Lansoprasole 2x1, Diet bebas. GDS 186.
Pada perawatan hari ketujuh pasien mengeluh nyeri pada luka operasi berkurang,
pusing dan mual tidak lagi dialami penderita. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva
tidak anemis, tungkai kiri terdapat luka operasi. Pasien didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum
regio pedis sinistra + DM type II. Pasien diberikan pengobatan dengan IVFD NaCL 0,9 %
20 gtt/m, Cefotaxime 1 gr inj vial /12 jam, Metronidazole 500mg 3x1, Metformin 2x500

mg, Ranitidin 2x1 tab, Antrain inj amp /8 jam , Lansoprasole 2x1, Diet bebas. GDS 156.
Pada perawatan hari kedelapan pasien mengeluh nyeri pada luka operasi berkurang,
pusing dan mual tidak lagi dialami penderita. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva
7

tidak anemis, tungkai kiri terdapat luka operasi. Pasien didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum
regio pedis sinistra + DM type II. Pasien diberikan pengobatan dengan IVFD NaCL 0,9 %
20 gtt/m, Cefotaxime 1 gr inj vial /12 jam, Metronidazole 500mg 3x1, Metformin 2x500

mg, Ranitidin 2x1 tab, Antrain inj amp /8 jam , Lansoprasole 2x1, Diet bebas. GDS 160.
Pada

perawatan

hari

kesembilan

pasien

mengeluh

nyeri

pada

luka

operasitidaklagidiraskan, pusing dan mual tidak lagi dialami penderita. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan konjungtiva tidak anemis, tungkai kiri terdapat luka operasi. Pasien
didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum regio pedis sinistra + DM type II. Pasien direncanakan
untuk rawat jalan.Terapi yang diberikan cefixime 2x100 mg, lansoprazole 2x1 dan metformin
500mg 1-0-1, asammfenamat 500mg kalaunyeri. Pasien dianjurkan untuk kontrol poliklinik.

BAB IV
PEMBAHASAN

Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik


hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Dari berbagai penelitian epidemiologis, seiring dengan perubahan pola hidup didapatkan
bahwa prevalensi DM meningkat terutama di kota besar. Ulkus diabetic adalah kaki pada
pasien diabetes mellitus yang mengalami perubahan patologis akibat infeksi, ulserasi yang
berhubungan dengan abnormalitas neurologis, penyakit vascular perifer dengan derajat
bervariasi dan atau komplikasi metabolic dari diabetes pada ekstremitas bawah.
Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan ulkus diabetikum region pedis sinistra +
DM type II berdasarkan keluhansaat MRS luka di bagian tungkai kiri bagian dalam dialami
1 bulan yang lalu yang tidak sembuh dan bertambah berat serta adanya riwayat DM sejak 5
tahun yang lalu dengan pengobatan antidiabetik oral. Berdasarkan klasifikasi wagner
penderita ini digolongkan dalam derajat II dimana didapatkan ulkus meluas ke ligament,
tendon, kapsul sendi atau fascia dengan tanpa adanya abses atau osteomyelitis.
Pemeriksaan fisik pada kaki biasanya digunakan untuk menilai persepsi nyeri
superfisial, sensasi temperature dan sensasi sentuhan lembut, dan tekanan.Pada pasien ini
didapatkan pada status lokalis regio dorsum pedis

sinistra terdapat luka ukuran

6cmx5cmx0,1cm dan digiti pedis I luka ukuran 3cmx2cmx0,1cm,pus (+). Etiologi

pada

kasus ini dicurigai neuropati diabetic berdasarkan hasil pemeriksaan neurologis ditemukan
adanya penurunan sensasi sentuhan ringan dan nyeri pada kaki. Diperlukan juga evaluasi
rutin untuk menilai keadaan vascular pada ekstrimitas bawah.. Pemeriksaan rutin yang harus
dilakukan adalah palpasi denyut secara bilateral dari arteri dorsalis pedis, arteri tibialis
posterior, arteri popliteal, dan arteri femoral penting untuk menilai sirkulasi darah pada
ekstrimitas bawah.
Pada pasien ini ditemukan adanya tanda inflamasi berupa edema, panas, merah pada
kulit serta ulkus yang berbau disertai adanya pus yang dicurigai mengalami infeksi.Infeksi
pada ulkus diabetic harus dievaluasidan di diagnosis secara klinis berdasarkan tanda dan
gejala inflamasi local. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan seperti pemeriksaan kultur
darah pada luka untuk mencari etiologi kuman penyebab infeksi dan pemilihan antibiotic
yang sesuai. Pada pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan darah lengkap dimana di dapatkan
peningkatan dari leukosit 19800/mm3dimana merupakan penanda adanya infeksi dan
diberikan antibiotic golongan sefalosporin generasi kedua yang bersifat broads pektrum di
kombinasi dengan antibiotic golongan anaerob.
Tatalaksana pada ulkus diabetic berdasarkan atas prinsip debridement luka,
identifikasi dan penanganan infeksi, penggunaan dressing untuk mempertahankan
9

kelembaban penyembuhan luka, offloading/redistribusi tekanan dari luka.Pada kasus ini


pasien direncanakan untuk dilakukan debridement di ruang operasi.Sebelum dilakukan
debridement, dilakukan perbaikan keaadaan umum untuk memamntau keaadaan gula darah.
Tindakan debridement tdilakukan untuk membuang jaringan yang mati serta mempercepat
penyembuhan luka.
Debridement dapat dilakukan secara surgical, enzimatik, mekanik, biologis, atau
autolysis. Jenis debridement yang dilakukan pada pasien ini adalah surgical debridement,
dimana merupakan gold standard untuk penatalaksanaan luka kronis seperti ulkus diabetic.
Keuntungannya adalah dapat membuang jaringan nekrotik dan kalus, menurunkan tekanan,
dapat melakukan inspeksi secara luas pada ulkus, membantu drainase dan sekresi pus,
membantu optimalisasi efektifitas terapi topical serta menstimulasi penyembuhan. Surgical
debridement diperlukan untuk membuang jaringan hyperkeratosis pada kaki diabetic untuk
mengurangi tahanan pada luka sehingga dapat mencegah kerusakan lebih lanjut dan harus
dilakukan secara teliti untuk melindungi jaringan yang sehat.
Dengan menggunakan blade scalpel membentuk 45 derajat terhadap area operasi,
selanjutnya semua jaringan yang mati dibuang hingga jaringan dasar ulkus yang sehat hingga
membentuk cawan pada tepi luka. Adanya clotted vessel, stringy fascia, dan tendon
menandakan bahwa jaringan sudah tidak layak dan harus dibuang.Pemantauan pada luka post
operasi dan dressing luka harus dilakukan dengan teratur. Untuk luka terinfeksi dan banyak
eksudat, pemantauan luka dan pergantian dressing luka harus dilakukan tiap 2-3 hari hingga
infeksi stabil. Pada kasus ini luka telah dibersihkan hingga jaringan sehat dan terdapat sedikit
eksudat luka.Selama perawatan pada luka tidak terdapat pus, peradarahan dan bau yang
menandakan bahwa tindakan debridement telah berhasil.
Pada pasien dengan lesi pada telapak kaki, diperlukan offloading melalui beberapa
metode atau alat untuk menggeser titik tumpuh berat badan menjauhi sisi ulkus.Tujuan dari
offloading ini adalah untuk mencegah trauma jaringan dan menfasilitasi penyembuhan luka.
Beberapa metode yang dapat dilakukan adalah meliputi tirah baring,penggunaan kursi roda,
alat bantu jalan.
Penilaian tatalaksana jangka panjang yang dilakukan meliputi debridement secara
regular dari kalus atau jaringan nekrotik untuk mengurangi tekanan dan resiko ulkus. Kontrol
gula yang ketat, pemantauan status vascular, danneurologi, serta penggunaan alas kaki yang
sesuai akan menurunkan resiko kelanjutan ulkus pada pasien beresiko tinggi.

10

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

11

Telah dilaporkan seorang pasien, Ny.NO, umur 67 tahun, datang dengan keluhan
utama luka di bagian tungkai kiri bagian bawah dialami 1 bulan yang lalu. Luka
tidak sembuh makin hari bertambah berat.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pasien di diagnosis dengan
dengan Ulkus Diabetikum regio pedis sinistra + DM type II dan termasuk dalam
wagner derajat 2.
Pasien diterapi dengan cara memperbaiki keadaan umum dan dilakukan surgical
debridement.

Saran
Pada pasien ini disarankan untuk melakukan perawatan dan penilaian kaki serta
konsultasi vascular jika dicurigai adanya penyakit arteri perifer setiap 1-2 bulan oleh dokter
spesialis bedah dan penyakit dalam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnamasari D. Diagnosa dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi V. Interna Publishing. Jakarta 2009. Hal 1880-1883.
12

2. Wijonarko. Tehnik Dressing pada Ulkus Kaki Diabetikum.


3. ADA. Clinical Practice Recommendations : Report of the Expert Commite on
theDiagnosis and Classifications of Diabetes Mellitus Diabetes Care, USA,2007.
p.S4-S24.
4. Alexiadou K, Doupis. Management of Diabetic Foot Ulcer. Diabetes Ther, 2012:3;4
5. American College of Foot and Ankle Surgeons. Diabetic Foot Disorders A Clinical
Practice Guidline.2006:45;5
6. Golino et al. Operative Debridement of Diabetic Foot Ulcer.J Am CollSurg
2008;207:6
7. McIntosh C, Kelly L. Importance of Wound Debridement in Management of Diabetic
Foot Ulcer: case report. Wound Essentials.2009;4:122-5
8. Wu SC, Driver VR, Amstrong DG. Foot Ulcer in the Diabetic Patient, Prevention, and
Treatment. Vasc Health Risk Manag.2007;3(1):65-76

13

Anda mungkin juga menyukai