Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ULKUS DIABETIK

DEFINISI
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik
diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda
sebagai berikut :
1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).
2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).
3. Nyeri saat istirahat.
4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).
Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik.
Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu
panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.

FAKTOR RISIKO TERJADINYA KAKI DIABETIK


Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami masalah kaki:
 Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) membuat pasien tidak
menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak dirasakannya.
Luka timbul spontan sering disebabkan karena trauma misalnya kemasukan pasir,
tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal yang sempit dan bahan yang keras.
Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka akan
menjadi borok dan menimbulkan bau yang disebut gas gangren. Jika tidak dilakukan
perawatan akan sampai ke tulang yang mengakibatkan infeksi tulang (osteomylitis).
Upaya yang dilakukan untuk mencegah perluasan infeksi terpaksa harus dilakukan
amputasi (pemotongan tulang).
 Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh
darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi pada
tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai
menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi
nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan
amputasi.Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah dan
hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan degenarasi dari
serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di samping itu, dari kasus
ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat munculnya
lingkungan gula darah yang subur untuk berkembanguya bakteri patogen. Karena
kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri
anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik
mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi
melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka
sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak.
 Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita
diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih
‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD)
diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD menjadi normal dan terkontrol
baik. Infeksi ini harus dianggap serius karena penyebaran kuman akan menambah
persoalan baru pada borok. Kuman pada borok akan berkembang cepat ke seluruh tubuh
melalui aliran darah yang bisa berakibat fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi gawat
darurat). 6,7,8
Sejumlah peristiwa yang dapat mengawali kerusakan kaki pada penderita diabetes sehingga
meningkatkan risiko kerusakan jaringan antara lain :
 Luka kecelakaanTrauma sepatu,Stress berulang,Trauma panas,Iatrogenik,Oklusi
vaskular,Kondisi kulit atau kuku
 Faktor risiko demografis
Usia:Semakin tua semakin berisiko
 Jenis kelamin:Laki-laki dua kali lebih tinggi. Mekanisme perbedaan jenis kelamin tidak
jelas – mungkin dari perilaku, mungkin juga dari psikologis
Etnik:Beberapa kelompok etnik secara signifikan berisiko lebih besar terhadap
komplikasi kaki. Mekanismenya tidak jelas, bisa dari faktor perilaku, psikologis, atau
berhubungan dengan status sosial ekonomi, atau transportasi menuju klinik terdekat.
Situasi sosial:Hidup sendiri dua kali lebih tinggi
Faktor risiko perilaku:Ketrampilan manajemen diri sendiri sangat berkaitan dengan
adanya komplikasi kaki diabetik. Ini berhubungan dengan perhatian terhadap kerentanan.
Faktor risiko lain: Ulserasi terdahulu (inilah faktor risiko paling utama dari ulkus),Berat
badan, Merokok

PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS KAKI DIABETIK


Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat sirkulasi
darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan
penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut
berperan terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang
disuplai ke kulit maupun jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh.
Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa penyebab seperti sirkulasi
darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan seperti neuropati, angiopati yang merupakan
faktor endogen dan trauma serta infeksi yang merupakan faktor eksogen yang berperan terhadap
terjadinya kaki diabetik.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan faktor
risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai dampak negatif
yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme
protein dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah
(aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang
mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan oksigenasi kurang
dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk
merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang
menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya
insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi
dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi. neuropati juga dapat menyebabkan deformitas
seperti Bunion, Hammer Toes (ibu jari martil), dan Charcot Foot.
Yang sangat penting bagi diabetik adalah memberi perhatian penuh untuk mencegah
kedua kaki agar tidak terkena cedera. Karena adanya konsekuensi neuropati, observasi setiap
hari terhadap kaki merupakan masalah kritis. Jika pasien diabetes melakukan penilaian preventif
perawatan kaki, maka akan mengurangi risiko yang serius bagi kondisi kakinya.
Sirkulasi yang buruk juga dapat menyebabkan pembengkakan dan kekeringan pada kaki.
Pencegahan komplikasi pada kaki adalah lebih kritis pada pasien diabetik karena sirkulasi yang
buruk merusak proses penyembuhan dan dapat menyebabkan ulkus, infeksi, dan kondisi serius
pada kaki.
Dari faktor-faktor pencetus diatas faktor utama yang paling berperan dalam timbulnya kaki
diabetik adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Infeksi sendiri sangat jarang merupakan faktor
tunggal untuk terjadinya kaki diabetik. Infeksi lebih sering merupakan komplikasi yang
menyertai kaki diabetik akibat iskemia atau neuropati. Secara praktis kaki diabetik dikategorikan
menjadi 2 golongan :
1. Kaki Diabetik akibat angiopati / iskemia
Penderita hiperglikemia yang lama akan menyebabkan perubahan patologi pada pembuluh
darah. Ini dapat menyebabkan penebalan tunika intima “hiperplasia membran basalis arteria”,
oklusi (penyumbatan) arteria, dan hiperkeragulabilitas atau abnormalitas tromborsit, sehingga
menghantarkan pelekatan (adhesi) dan pembekuan (agregasi).Selain itu, hiperglikemia juga
menyebabkan lekosit DM tidak normal sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu.
Demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid intrasel menurun sehingga bila ada infeksi
mikroorganisme (bakteri), sukar untuk dimusnahkan oleh sistem plagositosis-bakterisid
intraseluler. Hal tersebut akan diperoleh lagi oleh tidak saja kekakuan arteri, namun juga
diperberat oleh rheologi darah yang tidak normal. Menurut kepustakaan, adanya peningakatan
kadar fripronogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit, akan menyebabkan tingginya
agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat, dan memudahkan
terbentuknya trombosit pada dinding arteria yang sudah kaku hingga akhirnya terjadi gangguan
sirkulasi.
Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa penyempitan
dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi pada tungkai bawah
(terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan
timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosis/gangren yang sangat sulit
diatasi dan tidak jarang memerlukan/tindakan amputasi.Tanda-tanda dan gejala-gejala akibat
penurunan aliran darah ke tungkai meliputi klaudikasi, nyeri yang terjadi pada telapak atau kaki
depan pada saat istirahat atau di malam hari, tidak ada denyut popliteal atau denyut tibial
superior, kulit menipis atau berkilat, atrofi jaringan lemak subkutan ,tidak ada rambut pada
tungkai dan kaki bawah, penebalan kuku, kemerahan pada area yang terkena ketika tungkai
diam, atau berjuntai, dan pucat ketika kaki diangkat.
2. Kaki Diabetik akibat neuropati
Pasien diabetes mellitus sering mengalami neuropati perifer, terutama pada pasien dengan
gula darah yang tidak terkontrol.Di samping itu, dari kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM
50% akan mengalami infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk
berkembanguya bakteri patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan
tumbuh subur terutama bakteri anaerob.Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas
atau hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita
neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak
disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya
dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Secara klinis dijumpai parestesi, hiperestesi, nyeri radikuler, hilangnya reflek tendon,
hilangnya sensibilitas, anhidrosis, pembentukan kalus, ulkus tropik, perubahan bentuk kaki
karena atrofi otot ataupun perubahan tulang dan sendi seperti Bunion, Hammer Toes (ibujari
martil), dan Charcot Foot. Secara radiologis akan nampak adanya demineralisasi, osteolisis atau
sendi Charcot.
Predileksi paling sering terjadinya ulkus pada kaki diabetik adalah bagian dorsal ibu jari dan
bagian proksimal & dorsal plantar metatarsal.

Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya neuropati ditentukan oleh:


o Respon mekanisme proteksi sensoris terhadap trauma
o Macam, besar dan lamanya trauma
o Peranan jaringan lunak kaki
Neuropati perifer pada kaki akan menyebabkan terjadinya kerusakan saraf baik saraf
sensoris maupun otonom. Kerusakan sensoris akan menyebabkan penurunan sensoris nyeri,
panas dan raba sehingga penderita mudah terkena trauma akibat keadaan kaki yang tidak sensitif
ini.Gangguan saraf otonom disini terutama diakibatkan oleh kerusakan serabut saraf simpatis.
Gangguan saraf otonom ini akan mengakibatkan peningkatan aliran darah, produksi keringat
berkurang atau tidak ada, hilangnya tonus vaskuler.
Hilangnya tonus vaskuler disertai dengan adanya peningkatan aliran darah akan
menyebabkan distensi vena-vena kaki dan peningkatan tekanan parsial oksigen di vena. Dengan
demikian peran saraf otonom terhadap timbulnya kaki diabetik neuropati dapat disimpulkan
sebagai berikut : neuropati otonom akan menyebabkan produksi keringat berkurang, sehingga
menyebabkan kulit penderita akan mengalami dehidrasi serta menjadi kering dan pecah-pecah
yang memudahkan infeksi, dan selanjutnya timbulnya selullitis ulkus ataupun gangren. Selain
itu neuropati otonom akan mengakibatkan penurunan nutrisi jaringan sehingga terjadi perubahn
komposisi, fungsi dan keelastisitasannya sehingga daya tahan jaringan lunak kaki akan menurun
yang memudahkan terjadinya ulkus.

Distribusi tempat terjadinya kaki diabetik secara anatomik:


1. 50% ulkus pada ibu jari
2. 30% pada ujung plantar metatarsal
3. 10 – 15% pada dorsum kaki
4. 5 – 10% pada pergelangan kaki
5. Lebih dari 10% adalah ulkus multiple
KLASIFIKASI KAKI DIABETIK
Menurut Wagner kaki diabetik dibagi menjadi:
1. Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan pembentukan kalus
”claw”
2. Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit
3. Derajat II : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
4. Derajat III : abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
5. Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selullitis
6. Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah

Berdasarkan pembagian diatas, maka tindakan pengobatan atau pembedahan dapat


ditentukan sebagai berikut :
 Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada
 Derajat I-IV : pengelolaan medik dan tindakan bedah minor
 Derajat V : tindakan bedah minor, bila gagal dilanjutkandengan tindakan bedah mayor
seperti amputasi diatas lutut atau amputasi bawah lutut
Beberapa tindakan bedah khusus diperlukan dalam pengelolaan kaki diabetik ini, sesuai indikasi
dan derajat lesi yang dijumpai seperti :
1. Insisi : abses atau selullitis yang luas
2. Eksisi : pada kaki diabetik derajat I dan II
3. Debridement/nekrotomi : pada kaki diabetik derajat II, III, IV dan V
4. Mutilasi : pada kaki diabetik derajat IV dan V
5.Amputasi : pada kaki diabetik derajat V

PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN KAKI DIABETES


Pencegahan kaki diabetes tidak terlepas dari pengendalian (pengontrolan) penyakit secara umum
mencakup pengendalian kadar gula darah, status gizi, tekanan darah, kadar kolesterol, pola
hidup sehat. Sedang untuk pencegahan dan perawatan lokal pada kaki sebagai berikut:
 Diagnosis klinis dan laboratorium yang lebih teliti.
 Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratorium lengkap) dan
obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah, maupun untuk menghilangkan
keluhan/gejala dan penyulit DM.
 Pemberian penyuluhan pada penderita dan keluarga tentang (apakah DM,
penatalaksanaan DM secara umum, apakah kaki diabetes, obat-obatan, perencanaan
makan, DM dan kegiatan jasmani), dll.
 Kaki diabetes, materi penyuluhan dan instruksi. Hentikan merokok Periksa kaki dan
celah kaki setiap hari, apakah terdapat kalus (pengerasan), bula (gelembung), luka, lecet.
 Bersihkan dan cuci kaki setiap hari, keringkan, terutama di celah jari kaki.
 Pakailah krim khusus untuk kulit kering, tapi jangan dipakai di celah jari kaki.
 Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.
 Memotong kuku secara hati-hati dan jangan terlalu dalam.
 Pakailah kaus kaki yang pas bila kaki terasa dingin dan ganti setiap hari.
 Jangan berjalan tanpa alas kaki.
 Hindari trauma berulang.
 Memakai sepatu dari kulit yang sesuai untuk kaki dan nyaman dipakai.
 Periksa bagian dalam sepatu setiap hari sebelum memakainya, hindari adanya benda
asing.
 Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.
 Menghindari pemakaian obat yang bersifat vasokonstruktor seperti orgat, adrenalin,
ataupun nikotin.
Periksakan diri secara rutin ke dokter dan periksakan kaki setiap kali kontrol walaupun
ulkus/gangren telah sembuh.Bila borok telah terjadi sebelum dilakukan perawatan sendiri di
rumah oleh keluarga sebaiknya harus dikonsultasikan ke dokter untuk menentukan derajat
keparahan borok, mengangkat jaringan yang mati (necrotomi) serta mengajari keluarga cara
merawat luka serta obat-obatan apa saja yang diperlukan untuk mempercepat penyembuhan
luka. Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan adalah jangan merendam kaki dan memanaskan
kaki dengan botol panas atau peralatan listrik. Hal ini untuk mencegah luka melepuh akibat
panas yang berlebih. Jangan menggunakan pisau/silet untuk menghilangkan mata ikan, kapalan
(callus). Jangan membiarkan luka kecil, sekecil apapun luka tersebut. Segeralah ke dokter bila
kaki luka atau berkurang rasa. Mintakan nasihat dari dokter.
Pasien dapat diberikan antiagregasi trombosit, hipolipidemik dan hipotensif bila
membutuhkan. Antibiotikpun diberikan bila ada infeksi. Pilihan antibiotik berupa golongan
penisilin spektrum luas, kloksasilin/dikloksasilin dan golongan aktif seperti klindamisin atau
metronidazol untuk kuman anaerob.
Prinsip terapi bedah pada kaki diabetik adalah mengeluarkan semua jaringan nekrotik
untuk maskud eliminasi infeksi sehingga luka dapat sembuh. Terdiri dari tindakan bedah kecil
seperti insisi dan penaliran abses, debridemen dan nekrotomi. Tindakan bedah dilakukan
berdasarkan indikasi yang tepat.
Prioritas tinggi harus diberikan untuk mencegah terjadinya luka, jangan membiarkan
luka kecil, sekecil apapun luka tersebut. Segeralah ke dokter bila kaki luka atau berkurang rasa.

KESIMPULAN
1. Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik
diabetes mellitus. Dengan manifestasi berupa dermopati, selulitis, ulkus, osteomielitis dan
gangren.
2. Faktor utama yang memegang peranan dalam patogenesis kaki diabetik adalah adanya
angiopati/iskemi dan neuropati.
3. Menurut Wagner kaki diabetik diklasifikasikan menjadi 5 derajat.
4. Pencegahan kaki diabetes tidak terlepas dari pengendalian (pengontrolan) penyakit secara
umum mencakup pengendalian kadar gula darah, status gizi, tekanan darah, kadar kolesterol,
pola hidup sehat.
5. Prinsip terapi bedah pada kaki diabetik adalah mengeluarkan semua jaringan nekrotik untuk
maskud eliminasi infeksi sehingga luka dapat sembuh. Terdiri dari tindakan bedah kecil seperti
insisi dan penaliran abses, debridemen dan nekrotomi. Tindakan bedah dilakukan berdasarkan
indikasi yang tepat.
ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS DIABETIK
Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan ulkus diabetik diindikasikan untuk mengetahui tipe ulkus
yang diderita. Riwayat nyeri yang berhubungan dengan ulkus harus dikaji, misalnya hal yang
mengindikasikan terjadinya iskemia. Pengkajian diabetik sangat penting untuk mengetahui
peningkatan resiko infeksi akibat hyperglicemia. Pengkajian pada kaki akan memperjelas
adanya iskemia atau neurophati serta derajat ulkus yang diderita oleh pasien. Salah satu aspek
dari pengkajian adalah untuk mengidentifikasi faktor predispposisi. Pengkajian alas kaki dan
posisi ulkus akan membantu dalam merumuskan masalah.
Menurut ADA (The American Diabetes Association) rekomendasi penilaian luka dengan
evaluasi yang sistematik yang meliputi pertanyaan sebagai berikut:
 Apakah pasien mengalami trauma? Adakah ulcer dari tembusan trauma, trauma yang
tumpul atau terbakar?
 Berapa lama durasi luka? Ulcer akut atau kronik?
 Apa yang merupakan penyebab peningkatan tanda dan gejala lokal atau sistemik?
 Apakah luka sembuh, stabil atau memburuk?
 Pasien mempunyai perawatan luka prioritas atau lanjutan?apa pengobatan yang telah
dilakukan?apakah gagal?
Sebagai tambahan,control glukosa darah dan kombinasi harus dievaluasi. Pengkajian klinikal
harus mengidentifikasi:
 Tanda dari iskemia- aliran darah yang adekuat untuk menyembuhkan luka
 Tanda pada jaringan halus atau infeksi tulang- bau yang tidak enak, cellulitis, abses, atau
osteomyelitis
 Kedalaman luka- meliputi callus, jaringan devitalis, jaringan granulasi, drainase,eschar,
atau nekrosis.

Pengkajian fisik yang dapat dilakukan adalah dengan mengguanakan macrofilamen

PENGKAJIAN SENSASI PROTEKTIF DENGAN MONOFILAMENT


Asemmes-weistein 10 g (0,07104) monofilament dalm keadaan yang di gunakan untuk mengkaji
sensasi protektif pada kaki pasien diabet, anda bisa menganjurkan SWM sbb:
• Pusat dari spesialisasi kaki diabet
• Nort coas medical
• Test sensory system
• Smit dan nephew rehabilisasi
Menggunakan kawat monofilament di setiap kaki di 10 tempat :
• Segi plantar pertama ke 3, 2,5 digit
• Segi plantar pertama ken n3,ke 5 metatarsal kepala
• Segi middle kaki dan lateral
• Segi plantar tumit
• Segi dorsal dari pertengahan kaki

TINDAKAN TEST
 Pasien terlentang atau dengan posisi duduk, memindahkan sepatu dengan menyediakan
sanggahan untuk kaki pasien, sentuhkan monofilament pada lengan pasien atau tangan
untuk latihan apa yang di rasakan. Tanya respon pasien “yes” setiap waktu pasien
merasakan monofilament di kakinya.
 Kaki pasien dengan posisi netral dengan ujung kaki lurus dan katakana kepada pasien
untuk menutup mata, inyatkan pasien untuk mengatakan “ya” dimana ia merasakan
monofilament di kaki. Memegang monofilament perpendicular untuk kaki pasien dan
menekan pada tempat pertama , meningkatkan tekanan udara sampai kawat
monofilament hingga melengkung berbentuk C. memegang filmen kira-kira 1 detik,
 Catat respon pada foot screening , gunakan “+” untuk respon positif, dan gunakan “-“
untuk respon negative.
 Langkah selanjutnya di 10 tempat random dan merubah aplikasi sehingga pasien tidak
dapat menerka respon baik. Jika mereka oleh reaksi jaringan di tempat tersebut , gunakan
monofilament dengan pirameter terpanjang dari keabnormalan, tidak langsung ke
hilangan sensasi proteksi karena indikasi pasien tidak dapat merasakan monofilament di
tempat lain pada kaki pasien, dan perlu sekali mengajarkan pasien untuk Melindungi
kulit mereka.

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
 Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post
prandial > 200 mg/dl.
 Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning
( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
 Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.

Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik adalah sebagai
berikut :
 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah
ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
 Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
 Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
 Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
 Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
 Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh.
Rencana intervensi keperawatan
1. Dx 1 : Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke
daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil
Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
Kulit sekitar luka teraba hangat.
Udema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
 Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
 .Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah : Tinggikan
kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari
penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang
lutut dan sebagainya.
 Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi kolestrol,
teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat
vasokontriksi.
 Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan
gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
2. Dx 2 : Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
1.Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. Pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
 Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
 Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan
larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi
jaringan yang mati.
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan
gula darah pemberian anti biotik.
3. Dx 3 : Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode kan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 –
80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
1.Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
2.Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
3.Ciptakan lingkungan yang tenang..
4.Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
5.Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
6.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic
4.Dx 4 : Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :
1. Pergerakan paien bertambah luas
2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri, berjalan).
3. Rasa nyeri berkurang.
4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan.
Rencana tindakan :
1.Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
2.Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah
dalam keadaan normal.
3.Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui kemampuan.
4.Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
5.Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga
fisioterapi.
6. Dx 6 : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
 Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
 Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya..
 Gunakan komunikasi terapeutik.
 Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta
dalam tindakan keperawatan.
 Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu
berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
 Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

7. Dx 7 : Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
 Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.
 Kaji latar belakang pendidikan pasien.
 Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan
bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
 Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien
didalamnya.
 Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada / memungkinkan).

8. Dx 8 : Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar
positif.
Kriteria Hasil :
Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan
rendah diri.
Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
Rencana tindakan :
1.Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan
keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal..
2.Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.
3.Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.
4.Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain..
5.Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.
6.Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan
masalah yang konstruktif dari pasien.

Evaluasi
Perfusi jaringan klien adekuat
Cemas klien teratasi
Klien tidak mengalami infeksi
Intergritas kulit klien baik
Nyeri berkurang

OFF LOADING THERAPY


Off-loading therapy adalah sebagian kunci dari rencana pengobatan pada ulcer kaki
diabetic. Criteria hasil dari off-load memelihara tekanan ulcer pada pasien ambulatory. Calhoun
dan Colleagues mempunyai pengertian off-loading yaitu “ suatu ukutran untuk mengeliminasi
points pressure abnormal pada promosi penyembuhan atau pencegahan kakambuhan pada ulcer
kaki diabetic.” Beberapa metode yang available untuk melindungi kaki dari pressure yang
abnormal. Stategi off-loading banyak difokuskan pada usia, kekuatan, aktivitas, dan lingkungan
rumah pasien. Secara umum, bagaimanapun, banyak batasan penyembuhan off-loading akan
mengkibatkan lebih sedikit aktifitas dan penyembuhan luka yang lebih baik. Edukasi adalah
kritikal peningkatan pendekatan off-loading. Pasien harus memahami bahwa akan ada hasil dari
tekanan yang berulang, dan tiap langkah yang tidak dilindungi secara harafiah akan
menyebabkan sobekan pada luka.
1. Total contact cast
Total Contact Cast (TCC) adalah pertimbangan yang ideal, standar umum untuk off-loading
kaki. Penggunaan pengurangan tekanan TCC pada lokasi ulcer yang mengkibatkan pasien
ambulatory. Kemampuan klinikal diperlukan untuk penggunaan plester untuk memastikan
sesuai atau tidaknya. TCC adalah modifikasi cast fraktur tradisional dengan lapisan cast yang
minimum dan mencakup perlindungan pada jari kaki. Cast adalah yang dibentuk disekeliling
kaki dan kaki sedemikian sehingga tidak ada lagi pergerakan didalam cast. Perubahan general
TCC selama 1 sampai 2 minggu, tetapi pasen dengan edema lain perhatiannya, cast perlu diganti
lebih sering.
TCC adalah salah satu jalan yang paling efektif dari plantar pengobatan ulcer kaki neuropatik
yang diuraikan dalam literature medis. Study telah menunjukan bahwa TCC dapat
menyembuhkan ulcer dalam 6 sampai 8 minggu. Proporsi pada luka yang sembuh dalam
deskiptif dan percobaan clinical randomizer dengan TCC secara knsisten jauh lebih tinggi
debandingkan mereka yang menggunakan factor pertumbuhan topical, jaringa bioengineered,
balutan luka khusus.
TCC mengurangi tingkat aktifitas pasien, mengurangi jauh dan irama langkah, dan hal
yang penting untk mengurangi tekanan pada temapt borok/bisul. Hal penting yang tidak
menguntungkan untuk pasien adalah keluhan yang sama dengan perban luka dimana perban itu
berat dan panas, dan susah mandi, berjalan dan susah tidur. Pemberian DH preasure relatif
walker (DH untuk meringankan tekanan menunjukkan kesamaan dengan hati perban dalam
pengurangan tekanan pada temapt yang luka pada telapak kaki. Kekurangan dari sepatu bot ini
adalah pasien dapat melepas alat bantu berjalan, jadi bagian dari emenuhan kekuatan membuat
semua tarikan dari hubngan antara perban hilang.
2. Ankle foot orthoses
Ankle-foot arthoses dapat digunakan untuk patologi kaki dan tangan yang paling rendah,
termasuk keretakan tulang charcot, luka-luka tendon dan bisul. Pada saraf kecil. Charcot
restraint prthrotie walker (CROW), untuk contoh, pada mulanya digambarkan untuk pasien
dengan ancaman keretakan ulang pada tahap saraf-saraf kecil. Kemudian menyediakan
perlindungan untuk saraf-saraf kecil kaki dan pertolangan dalam pengawasan terendah pada
edema kaki dan tangan.
Perlengkapan ini kesehatannya seperti sebuah sepatu bot ski. Sepatu ini mempunyai
sebuah kulit poly-propylene yang kaku dengan sol yang sangat rendah. Kekurangan yang paling
utama adalah biasanya perlengkapan dibuat dengan khusus dengan harga $ 1.000 (dolar).
3. Treating Infection
Identifikasi pada infeksi kaki dalam pasien dengan diabetes melitus dibutuhkan
kewaspadaan. Sebagian besar stapyloccocus dan astreptococcus biasanya terdiri dari bakteri
yang mempengaruhi diabetes pada kaki yang terluka. Ketidakmampuan saraf untuk mendeteksi
ancaman infeksi menjadi alasan penting untuk selalu menghindari factor trauma yang terjadi.
Pasien dengan resiko infeksi masuk ke rumah sakit dengan biasanya diberikan parenteral
antibiotik dan pembedahan debridement nekrotik. Sebagian besar infeksi kaki menyebabkan
polymicrobial dengan adanya pertumbuhan pada gram positif dan gram negatif aerob yang
berpatogen menunjukkan kebutuhan akan antibiotik spectrum luas. Pada wanita, biasanya
patogennya berupa S. Aureus kelompok B streptoccoccus, enteroccoccus dan basil fakultatif
gram negatif.

Anda mungkin juga menyukai