Anda di halaman 1dari 12

Referat Bedah Plastik

ULKUS DIABETIKUM

Oleh:

Deonika Ariescieka Putri G99162116

Periode: 16 April – 20 April 2018

Pembimbing :
dr. Dewi Haryanti K, SpBP-RE

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Dengan meningkatnya status sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan


masyarakat, perubahan gaya hidup, bertambahnya umur harapan hidup, maka di
Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi
penyakit tidak menular, hal ini di kenal dengan transisi epidemiologi.
Kecenderungan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular salah satunya
adalah Diabetes melitus1.
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh
kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif
maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi
metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati
maupun makroangiopati2,3,4.
Jumlah penderita Diabetes melitus di dunia dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, life
expectancy bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola
hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang. Diabetes
mellitus perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah
penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan5.
Masalah pada kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren,
merupakan penyebab umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita
diabetes. Perawatan rutin ulkus, pengobatan infeksi, amputasi dan perawatan di
rumah sakit membutuhkan biaya yang sangat besar tiap tahun dan menjadi beban
yang sangat besar dalam sistem pemeliharaan kesehatan.6
Ulkus diabetikum disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu neuropati, trauma,
deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit vaskuler perifer.
Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus diabetes yang menyeluruh dan sistematik dapat
membantu memberikan arahan perawatan yang adekuat. 7 Dasar dari perawatan
ulkus diabetes meliputi 3 hal yaitu debridement, offloading dan kontrol infeksi.8
Ulkus diabetikum pada pasien diabetes harus mendapatkan perawatan karena ada
beberapa alasan, yaitu untuk mengurangi resiko infeksi dan amputasi,
memperbaiki fungsi dan kualitas hidup, dan mengurangi biaya pemeliharaan
kesehatan. Tujuan utama perawatan ulkus diabetes sesegera mungkin didapatkan
kesembuhan dan pencegahan kekambuhan setelah proses penyembuhan. Dari
beberapa penelitian, menunjukkan bahwa perkembangan ulkus diabetes dapat
dicegah.2,3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Ulkus diabetikum adalah salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes melitus
berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian
jaringan setempat7. Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada permukaan kulit
karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan
neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan,
dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun
anaerob5,6,7.

B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi penderita ulkus diabetikum di Indonesia sebesar 15% dari penderita
diabetes melitus di RSCM pada tahun 2003. Sebagian besar perawatan diabetes
melitus selalu terkait dengan ulkus diabetikum. Angka kematian dan angka amputasi
masih tinggi,masing-masing sebesar 32,5% dan 23,5%. Nasib penderita diabetes
melitus paska amputasi masih sangat buruk, sebanyak 14,3% akan meninggal dalam
setahun paska amputasi dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun pasca amputasi1.

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Beberapa etiologi yang menyebabkan ulkus diabetikum meliputi neuropati,
penyakit arterial, tekanan dan deformitas kaki. Faktor risiko terjadi ulkus diabetika pada
penderita Diabetes mellitus menurut Lipsky dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk ,
terdiri atas :2
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a. Umur ≥ 60 tahun.
b. Lama diabetes melitus ≥ 10 tahun.
2. Faktor risiko yang dapat diubah
a. Neuropati (sensorik, motorik, perifer).
b. Obesitas
c. Hipertensi
d. HbA1C tidak terkontrol
e. Kadar glukosa darah tidak terkontrol
f. Insufisiensi vaskuler karena aterosklerosis
g. Kebiasaan merokok
h. Ketidakpatuhan diet diabetes melitus

D. PATOGENESIS3,8
Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali
akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan
pada jaringan saraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa
sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan induksi,
parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit
kering dan hilang rasa, apabila diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma
yang akan menjadi ulkus diabetika3.
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena
kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal
ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga
sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut
nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin
dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga
timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai4,5.
Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal
dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh
darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena
berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak
nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian
jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetika2,3.
Proses angiopati pada penderita diabetes melitus berupa
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada
tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari
tungkai menjadi berkurang kemudian timbul ulkus diabetikum4,5.
Pada penderita DM yang tidak terkendali akan menyebabkan
penebalan tunika intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada
pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi
kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke
jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus
diabetika3,4.
Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan
meningkatkan HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan
pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi
penyumbatan yang menggangu sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen
mengakibatkan kematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus diabetika3.
Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas
trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga
sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit
pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah3.
Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL,
trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan
akan menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi
peradangan yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis2.
Perubahan inflamasi pada pembuluh darah, akan terjadi
penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDLsebagai
pembersih plak biasanya rendah. Adanya factor risiko lain yaitu hipertensi
akan meningkatkan kerentanan terhadap atherosclerosis konsekuensi
adanya athrosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun hingga kaki menjadi
atrofi,dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis
jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau
tungkai.2
Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali
menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi
radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun
sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh
sistem phlagositosis-bakterisid intra selluler.4
Pada penderita ulkus diabetika, 50 % akan mengalami infeksi akibat
adanya glukosa darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhan
bakteri yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman
aerobik Staphylokokus atau Streptokokus serta kuman anaerob yaitu
Clostridium perfringens, Clostridium novy, dan Clostridium septikum. 3

E. TANDA DAN GEJALA5,6


Tanda dan gejala ulkus diabetika adalah :
1. Sering kesemutan
2. Nyeri kaki saat istirahat
3. Sensori rasa berkurang
4. Kerusakan jaringan (nekrosis)
5. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis,tibialis,dan popliteal
6. Kaki menjadi atrofi, dingin kuku menebal
7. Kulit kering

F. KLASIFIKASI8
Klasifikasi Ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus menurut
Wagner, terdiri dari 6 tingkatan :
0= Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.
1= Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.
2= Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
3= Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses
4= Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari
kaki, bagian depan kaki atau tumit.
5= Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki.

G. TATALAKSANA8

Debridement menjadi salah satu tindakan yang terpenting dalam perawatan luka.
Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis, callus dan
jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke
jaringan sehat. Debridement meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang
membantu proses penyembuhan luka. Metode debridement yang sering dilakukan
yaitu surgical (sharp), autolitik, enzimatik, kimia, mekanis dan biologis. Metode
surgical, autolitik dan kimia hanya membuang jaringan nekrosis (debridement
selektif), sedangkan metode mekanis membuang jaringan nekrosis dan jaringan hidup
(debridement non selektif).
Offloading adalah pengurangan tekanan pada ulkus, menjadi salah satu komponen
penanganan ulkus diabetes. Ulserasi biasanya terjadi pada area telapak kaki yang
mendapat tekanan tinggi. Bed rest merupakan satu cara yang ideal untuk
mengurangi tekanan tetapi sulit untuk dilakukan. Pemberian antibiotic untuk
mencegah infeksi lebih lanjut dan terapi oksigen hiperbarik dan mempercepat
proses penyembuhan luka.
BAB III

KESIMPULAN

Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi dari diabetes melitus. Ulkus
diabetikum disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu neuropati, trauma, deformitas kaki,
tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit vaskuler perifer. Pemeriksaan dan klasifikasi
ulkus diabetikum yang menyeluruh dan sistematik dapat membantu memberikan arahan
perawatan yang adekuat. Dasar dari perawatan ulkus diabetikum meliputi 3 hal yaitu
debridement, offloading dan kontrol infeksi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko
infeksi dan amputasi, memperbaiki fungsi dan kualitas hidup dan mengurangi biaya
pemeliharaan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bustan MN. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta,


Jakarta,1999

2. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus


Tipe 2 di Indonesia, 2006.

3. Hadisaputro S, Setyawan H. Epidemiologi dan Faktor-Faktor Risiko


Terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2. Dalam : Darmono, dkk, editors.
Naskah Lengkap Diabetes mellitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit
dalam dalam rangka Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ Djokomoeljanto. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2007. p.133-154.

4. Soegondo S. Penatalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus, Penerbit FK UI,


Jakarta,1998.

5. Suyono S. Masalah Diabetes di Indonesia. Dalam : Noer, dkk, editors,


Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK UI, Jakarta, 1999

6. Frykberb Robert G. Risk Factor, Pathogenesis and Management of


Diabetic Foot Ulcers, Des Moines University, Iowa, 2002

7. Misnadiarly. Diabetes Melitus : Ulcer, Infeksi, Gangren, Jakarta: Penerbit


Popular Obor, 2006.

8. Tentolourris, Nicolas. Atlas of The Diabetic Foot. Singapore:


WilleyBlackwell, 2010

Anda mungkin juga menyukai