OLEH
Poppy Permata Putri
1210312013
PRESEPTOR
dr. Delsi Hidayat, Sp.BO
BAB 1
PENDAHULUAN
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan yang
terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. Selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi
penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. Beberapa hal yang penting untuk
dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan
segera, secara hati-hati, debridemen yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit
dan bone grafting yang dini serta pemberian antibiotik yang adekuat. Sepertiga dari pasien
fraktur terbuka biasanya mengalami cidera multipel.1
Fraktur terbuka terjadi dalam banyak cara, dan lokasi serta tingkat keparahan
cideranya berhubungan langsung dengan lokasi dan besarnya gaya yang mengenai tubuh.
Fraktur terbuka dapat disebabkan oleh luka tembak, trauma kecelakaan lalu lintas, ataupun
kecelakaan kerja yang berhubungan dengan himpitan pada jaringan lunak dan devitalisasi.2
Fraktur terbuka sering membutuhkan pembedahan segera untuk membersihkan area
mengalami cidera. Karena diskontinuitas pada kulit, debris dan infeksi dapat masuk ke lokasi
fraktur dan mengakibatkan infeksi pada tulang. Infeksi pada tulang dapat menjadi masalah
yang sulit ditangani. Gustilo dan Anderson melaporkan bahwa 50,7 % dari pasien mereka
memiliki hasil kultur yang positif pada luka mereka pada evaluasi awal. Sementara 31%
pasien yang memiliki hasil kultur negatif pada awalnya, menjadi positif pada saat penutupan
definitf. Oleh karena itu, setiap upaya dilakukan untuk mencegah masalah potensial tersebut
dengan penanganan dini. 2,3,4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi menyanggah
berat badan. Tibia bersendi di atas dengan condylus femoris dan caputfibulae, di bawah
dengan talus dan ujung distal fibula. Tibia mempunyai ujung atas yang melebar dan ujung
bawah yang lebih kecil, serta sebuah corpus. Pada ujung atas terdapat condyli lateralis dan
medialis (kadang-kadang disebutplateau tibia lateral dan medial), yang bersendi dengan
condyli lateralis dan medialis femoris, dan dipisahkan oleh menisci lateralis dan medialis.
Permukaan atas facies articulares condylorum tibiae terbagi atas area intercondylus anterior
dan posterior; di antara kedua area ini terdapat eminentia intercondylus.
Pada aspek lateral condylus lateralis terdapat facies articularis fibularis circularis yang
kecil, dan bersendi dengan caput fibulae. Pada aspek posterior condylus medialis terdapat
insertio m.semimembranosus.
Corpus tibiae berbentuk segitiga pada potongan melintangnya, dan mempunyai tiga
margines dan tiga facies. Margines anterior dan medial, serta facies medialis diantaranya
terletak subkutan. Margo anterior menonjol dan membentuk tulang kering. Pada pertemuan
antara margo anterior dan ujung atas tibia terdapat tuberositas, yang merupakan tempat lekat
ligamentum patellae. Margo anterior di bawah membulat, dan melanjutkan diri sebagai
malleolus medialis. Margo lateral atau margo interosseus memberikan tempat perlekatan
untuk membrane interossea. Facies posterior dan corpus tibiae menunjukkan linea oblique,
yang disebut linea musculi solei, untuk tempatnya m.soleus.
Ujung bawah tibia sedikit melebar dan pada aspek inferiornya terdapat permukaan
sendi berbentuk pelana untuk os.talus. ujung bawah memanjang ke bawah dan medial untuk
membentuk malleolus medialis. Facies lateralis dari malleolus medialis bersendi dengan
talus. Pada facies lateral ujung bawahtibia terdapat lekukan yang lebar dan kasar untuk
bersendi dengan fibula. Musculi dan ligamenta penting yang melekat pada tibia.5
terbuka. Fraktur terbuka mewakili spektrum cedera: Pertama, masalah mendasar dasar patah
tulang; kedua, pemaparan dari patah tulang terhadap lingkungan; dan kontaminasi dari situs
fraktur. 4
2.2.2 Klasifikasi
Menurut Gustilo dan Anderson, fraktur terbuka dibagi menjadi 3 kelompok :
Grade I : kulit terbuka < 1 cm, bersih, biasanya dari luar ke dalam; kontusio otot
2.2.3 Etiologi
Fraktur terbuka disebabkan oleh energi tinggi trauma, paling sering dari pukulan
langsung, seperti dari jatuh atau tabrakan kendaraan bermotor. Dapat juga disebabkan oleh
luka tembak, maupun kecelakaan kerja. Tingkat keparahan cidera fraktur terbuka
berhubungan langsung dengan lokasi dan besarnya gaya yang mengenai tubuh. Ukuran luka
bisa hanya beberapa milimeter hingga terhitung diameter. Tulang mungkin terlihat atau tidak
terlihat pada luka. Fraktur terbuka lainnya dapat mengekspos banyak tulang dan otot, dan
dapat merusak saraf dan pembuluh darah sekitarnya. Fraktur terbuka ini juga bisa terjadi
secara tidak langsung, seperti cidera tipe energi tinggi yang memutar.2,4
2.2.4 Diagnosis4,5
1. Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang hebat
maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota
gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat karena fraktur tidak selamanya terjadi di
daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
a. Syok, anemia atau perdarahan.
b. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organorgan dalam rongga toraks, panggul dan abdomen.
c. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.
3. Pemeriksaan lokal
a. Inspeksi (Look)
Bandingkan dengan bagian yang sehat.
Perhatikan posisi anggota gerak.
Keadaan umum penderita secara keseluruhan.
Ekspresi wajah karena nyeri.
Lidah kering atau basah.
Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan.
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur
tertutup atau fraktur terbuka.
Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan.
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain.
Perhatikan kondisi mental penderita.
Keadaan vaskularisasi.
b. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat
nyeri.
dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena.
Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma ,
temperatur kulit.
Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya
d.
e.
f.
g.
Debridement adalah pengangkatan jaringan yang rusak dan mati sehingga luka menjadi
bersih. Untuk melakukan debridement yang adekuat, luka lama dapat diperluas, jika
diperlukan dapat membentuk irisan yang berbentuk elips untuk mengangkat kulit, fasia serta
tendon ataupun jaringan yang sudah mati. Debridement yang adekuat merupakan tahapan
yang penting untuk pengelolaan. Debridement harus dilakukan sistematis, komplit serta
berulang. Diperlukan cairan yang cukup untuk fraktur terbuka. Grade I diperlukan cairan
yang bejumlah 1-2 liter, sedangkan grade II dan grade III diperlukan cairan sebanyak 5-10
liter, menggunakan cairan normal saline.
Pemberian antibiotika adalah efektif mencegah terjadinya infeksi pada pada fraktur
terbuka. Antibiotika yang diberikan sebaiknya dengan dosis yang besar. Untuk fraktur
terbuka antibiotika yang dianjurkan adalah golongan cephalosporin dan dikombinasi dengan
golongan aminoglikosida.
Perawatan lanjutan dan rehabilitasi fraktur terbuka :
1.
2.
3.
4.
Hilangkan nyeri.
Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dan flagmen patah tulang.
Mengusahakan terjadinya union.
Mengembalikan fungsi secara optimal dengan mempertahankan fungsi otot dan sendi
Tindakan Pembedahan4
Hal ini penting untuk menstabilkan patah tulang sesegera mungkin untuk mencegah
kerusakan jaringan yang lebih lunak. Tulang patah dalam fraktur terbuka biasanya digunakan
metode fiksasi eksternal atau internal. Metode ini memerlukan operasi.
1. Fiksasi Internal
Selama operasi, fragmen tulang yang pertama direposisi (dikurangi) ke posisi normal
kemudian diikat dengan sekrup khusus atau dengan melampirkan pelat logam ke permukaan
luar tulang. Fragmen juga dapat diselenggarakan bersama-sama dengan memasukkan batang
bawah melalui ruang sumsum di tengah tulang. Karena fraktur terbuka mungkin termasuk
kerusakan jaringan dan disertai dengan cedera tambahan, mungkin diperlukan waktu sebelum
operasi fiksasi internal dapat dilakukan dengan aman.
2. Fiksasi Eksternal
Fiksasi eksternal tergantung pada cedera yang terjadi. Fiksasi ini digunakan untuk
menahan tulang tetap dalam garis lurus. Dalam fiksasi eksternal, pin atau sekrup ditempatkan
ke dalam tulang yang patah di atas dan di bawah tempat fraktur. Kemudian fragmen tulang
direposisi. Pin atau sekrup dihubungkan ke sebuah lempengan logam di luar kulit. Perangkat
ini merupakan suatu kerangka stabilisasi yang menyangga tulang dalam posisi yang tepat.
Luka Kompleks (Complex Wounds)
Berdasarkan jumlah jaringan lunak yang hilang, luka-luka kompleks dapat ditutupi
dengan menggunakan metode yang berbeda, yakni :
1. Lokal Flap
Jaringan otot dari ekstremitas yang terlibat diputar untuk menutupi fraktur. Kemudian
diambil sebagian kulit dari daerah lain dari tubuh (graft) dan ditempatkan di atas luka.
2. Free Flap
Beberapa luka mungkin memerlukan transfer lengkap jaringan. Jaringan ini sering
diambil dari bagian punggung atau perut. Prosedur free flap membutuhkan bantuan dari
seorang ahli bedah mikrovaskuler untuk memastikan pembuluh darah terhubung dan sirkulasi
tetap berjalan.
2.2.6
Komplikasi
a. Infeksi
Infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh terhadap implant berupa internal fiksasi
yang dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat terjadi karena luka yang tidak steril.
b. Delayed union
Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi penyambungan tulang tetapi
terhambat yang disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak tercukupinya peredaran darah
ke fragmen.
c. Non union
Non union merupakan kegagalan suatu fraktur untuk menyatu setelah 5 bulan
mungkin disebabkan oleh faktor seperti usia, kesehatan umum dan pergerakan pada
tempat fraktur.
d. Avaskuler nekrosis
Avaskuler nekrosis adalah kerusakan tulang yang diakibatkan adanya defisiensi suplai
darah.
e. Kompartemen Sindrom
Kompartemen sindrom merupakan suatu kondisi dimana terjadi penekanan terhadap
syaraf, pembuluh darah dan otot didalam kompatement osteofasial yang tertutup. Hal ini
mengawali terjadinya peningkatan tekanan interstisial, kurangnya oksigen dari penekanan
pembuluh darah, dan diikuti dengan kematian jaringan.
f. Mal union
Terjadi penyambungan tulang tetapi menyambung dengan tidak benar seperti adanya
angulasi, pemendekan, deformitas atau kecacatan.
g. Trauma saraf terutama pada nervus peroneal komunis.
h. Gangguan pergerakan sendi pergelangan kaki.
Gangguan ini biasanya disebakan karena adanya adhesi pada otot-otot tungkai bawah.
2.3 Klasifikasi Fraktur Tibia Fibula
Fraktur tibia dapat terjadi pada bagian proksimal (kondiler), diafisis atau persendian
pergelangan kaki.
2.3.1 Fraktur Kondiler Tibia
Fraktur kondiler tibia lebih sering mengenai kondiler lateralis daripada medialis serta
fraktur kedua kondiler. Banyak fraktur kondiler tibia terjadi akibat kecelakaan antara mobil
dan pejalan kaki di mana bemper mobil menabrak kaki bagial lateral dengan gaya kearah
medial (valgus). Ini menghasilkan fraktur depresi atau fraktur split dari kondiler lateralis tibia
apabila kondiler femur didorong kearah tersebut. Kondiler medial memiliki kekuatan yang
lebih besar, jadi fraktur pada daerah ini biasanya terjadi akibat gaya dengan tenaga yang lebih
besar (varus). Jatuh dari ketinggian akan menimbulkan kompresi aksial sehingga bisa
menyebabkan fraktur pada proksimal tibia.
2.3.2 Fraktur Diafisis Tibia
Fraktur diafisis tibia terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan menimbulkan
fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan fraktur
tipe spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas antara 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian
distal.Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah
tibia sering bersifat terbuka. Penyebab utama terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas.
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Aulia Rahmat
Umur
: 14 tahun
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: 455731
Anamnesis
Seorang pasien laki-laki usia 14 tahun datang ke IGD RSAM dengan keluhan utama nyeri
dan luka pada tungkai kanan bawah sejak 2 jam sebelum masuk Rumah Sakit
Primary Survey
Airway
Breathing
Circulation
: Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, reguler, isian cukup, akral
hangat, Capillary Refill Time <2 detik
Disability
Exposure
: Pakaian dibuka
Pasien mengeluh nyeri dan luka pada tungkai kanan bawah sejak 2 jam sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan setelah pasien mengalami kecelakaan lalu lintas.
Pasien mengaku saat itu sedang mengendarai sepeda motor kemudian ditabrak oleh
motor lain dari arah berlawanan. Pasien kemudian terjatuh dan tungkai bawah kanan
pasien tertimpa badan motor. Nyeri hanya dirasakan pada tungkai kanan bawah yang
Kesadaran
: GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan darah
:120/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Nafas
: 20 x/menit
Suhu
: 36,6 oC
Kulit
Kepala
: Udem (-)
Mata
Hidung
Leher
KGB
Paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
: Status lokalis
Status lokalis
Regio Cruris Dextra
Look :
Feel
:
Tenderness (+), sensibilitas baik, pulsasi arteri tibialis posterior dan arteri
dorsalis pedis teraba kuat, CRT <2 detik, akral hangat
Move : Pergerakan aktif dan pasif terbatas karena nyeri, pergerakan sendi jari-jari (+)
True lenght:
Dextra
: 80 cm
Sinistra
: 83 cm
Appearance Length:
Dextra
: 82 cm
Sinistra
: 85 cm
Diagnosa Kerja
Fraktur terbuka tibia fibula dextra 1/3 medial
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
Hb
: 14,5 gr/dl
Ht
: 39,8%
Leukosit : 17.530/l
Trombosit: 259.000/l
Pemeriksaan Radiologi
Rontgen tibia fibula proteksi AP dan lateral
Kesan:
Tampak diskontinuitas tulang pada 1/3 medial dan 1/3 distal tibia fibula dextra dengan
garis fraktur segmental displaced
Diagnosa Akhir
Fraktur tibia fibula dextra segmental displaced terbuka grade 3A
Tatalaksana
Rencana
Debridemant dan ORIF
BAB 4
DISKUSI
Seorang laki-laki usia 14 tahun datang dengan keluhan nyeri dan luka post kecelakaan
lalu lintas 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Os mengendarai sepeda motor kemudian
ditabrak oleh motor lain dari arah berlawanan. Os kemudian terjatuh dan tungkai kanan
bawah tertimpa badan motor. Os mengaku tungkai kanan bawah membengkak dan terasa
sangat nyeri juga semakin nyeri jika digerakkan. Os dalam kondisi tersadar saat terjatuh,
tidak ada mual muntah setelah kejadian. Keluar darah dari hidung, telinga, mulut tidak ada.
Terdapat luka lecet di lengan. Tidak ada trauma ditempat lain.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan luka terbuka pada tungkai kanan bawah berukuran
2x1x1 cm, dasar tulang, tepi tidak rata, luka lecet berukuran 15 x 2 cm, deformitas (+),
nyeri tekan (+), sensibilitas baik, pulsasi arteri tibialis posterior dan arteri dorsalis pedis
teraba kuat, CRT <2 detik, akral hangat, pergerakan aktif dan pasif terbatas karena nyeri,
pergerakan sendi jari-jari (+). Dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium darah dengan
DAFTAR PUSTAKA
1. Kenneth J.K., Joseph D.Z. Handbook of Fractures, 3rd Edition. Pennsylvania. 2006.
2. Thomas M. S., Jason H.C. Open Fractures. Mescape Reference (update 2012, May
21).
Available
from
http://emedicine.medscape.com/article/1269242-
7. Sugiarso. Pola Kuman Penderita Fraktur Terbuka. Universitas Sumatera Utara. 2010.
Available from http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27630/6/Cover.pdf.
Accessed January 30, 2013.
8. Rasjad C.Trauma. Dalam pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Edisi 2. Makassar :
Bintang Lamumpatue, 2003.hal370-1;455-62