PENDAHULUAN
disebabkan virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot, dan/ nyeri sendi yang disertai keukopenia, limfadenopati,
trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
di Indonesia. Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan penyebaran jumlah provinsi
dan kabupaten/kota yang endemis DBD, dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%)
dan 382 (77%) kabupaten/kota pada tahun 2009. Provinsi Maluku, dari tahun 2002
sampai tahun 2009 tidak ada laporan kasus DBD. Selain itu terjadi juga peningkatan
jumlah kasus DBD, pada tahun 1968 hanya 58 kasus menjadi 158.912 kasus pada
tahun 2009. 3
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam
genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-
2, DEN-3, DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam
dengue, akan tetap infektif sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu
yang rentan pada saat menggigit dan menghisap darah. Setelah masuk ke dalam tubuh
manusia, virus dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel
pembuluh darah, nodus limpatikus, sumsum tulang serta paru-paru. Infeksi virus
disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF alfa, IL-1, PAF (platelet activating
factor), IL-6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan
terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a, dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh
tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas (40 derjat Celsius) terus menerus, diikuti
dengan gejala seperti, nyeri kepala berat, nyeri otot, dan/ seluruh persendian, mual,
biasanya selama 2-7 hari dan terjadi setelah masa inkubasi 4-10 hari. Kondisi yang
distress pernapasan, perdarahan hebat atau kegagalan organ. Tanda bahaya terjadi 3-7
hari setelah gejala awal yang ditandai dengan penurunan suhu tubuh (di bawah 38
derjat Celsius) disertai dengan nyeri perut hebat, muntah persisten, nafas cepat,
perdarahan gusi, lemah, gelisah, dan muntah darah. 24-48 jam berikutnya fase kritis
bisa menjadi letal, penatalaksanaan medis yang adekuat diperlukan untuk mencegah
komplikasi dan risiko kematian. 5
hematokrit disertai dengan penurunan trombosit yang cepat (kecil sama dengan
hemodinamik atau tanda-tanda syok: peningkatan hematocrit yang persisten (> 50%
pada laki-laki atau peningkatan relatif hematokrit sebelumnya pada wanita dan anak)
mengindikasikan kebocoran plasma yang berat. Penurunan HCT (40-45% pada laki-
laki, < 35-40% pada perempuan dan anak umur 1 tahun dan lebih, < 30-35% pada
dilakukan adalah tes IgM dan IgG selama fase kritis dan fase recovery. 2
tanda bahaya, perawatan dapat dilakukan dirumah, pasien tirah baring dan pastikan
hidrasi baik. Jika pasien demam, bisa diberikan parasetamol 3 x 500 mg. Jika
followup tidak memungkinkan dilakukan di rumah (pasien tinggal jauh dari layanan
Pada kelompok kedua dengan tanda bahaya atau adanya komorbid (diabetes
mellitus, hipertensi, gagal jantung atau ginjal, anemia sel sabit) atau pada populasi
berisiko (ibu hamil, bayi baru lahir, lansia, pasien dengan kesulitan minum),
dilakukan perawatan di rumah sakit. Pada semua kasus, hindari prosedur invasif
untuk mengurangi risiko perdarahan, pantau hematokrit dan trombosit, bila demam
berikan parasetamol 3 x 500 mg. Pada kasus hepatitis turunkan dosis parasetamol
menjadi 30 mg/kg/hari pada anak dibagi 3 dosis, 1,5 g/hari pada dewasa dibagi 3
dosis. Jika ada tanda bahaya atau dehidrasi lakukan pemasangan IV line dan mulai
hidrasi dengan ringer laktat, pantau hematokrit setiap 4-6 jam sampai kondisi pasien
Pada kelompok ketiga dengan gejala berat perlu perawatan emergensi antara
lain rawat di intensive care, pasang O2 untuk mempertahankan SaO2 antara 94-98%
jika terjadi desaturasi O2. Sebelum pemberian cairan, diukur dulu hematokrit,
trombosit dan darah lengkap, kemudian pantau hematokrit setiap 1-4 jam sampai
pasien stabil. Awasi tanda-tanda syok berupa nadi cepat dan halus, hipotensi, akral
2
dingin, CRT > 2 detik. DHF dapat dicegah melalui proteksi individual berupa
nyamuk.2
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. FR
No. MR : 968668
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Anamnesis
Seorang pasien laki-laki umur 20 tahun kiriman IGD RSUP Dr. M. Djamil
Padang tanggal 26 Januari 2017 pukul 13.24 WIB rujukan RS Semen Padang dengan
diagnosis DHF.
Keluhan Utama
Demam sejak 6 hari SMRS. Demam tinggi, disertai menggigil, dan keringat
banyak.
Nyeri pada seluruh persendian sejak 5 hari SMRS
Nyeri kepala ada sejak 5 hari SMRS.
Mual dan muntah ada sejak 3 hari SMRS, frekuensi 2-3 kali/hari, volume - 1/2
gelas aqua setiap kali muntah, isi apa yang dimakan.
Hidung berdarah sejak 2 hari SMRS.
BAK dan BAK biasa.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit DHF, dan malaria
B. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : CMC
Berat Badan : 41 kg
Nadi : 84 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 34,8 C
Anemis : (-/-)
Ikterik : (-/-)
STATUS GENERALISATA
Kepala : normocepali
Dada
Paru :
Jantung:
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial linea midclavicula sinistra RIC V
Abdomen :
Perkusi : timpani
Ekstremitas : akral dingin, oedem (-/-), refleks fisiologis (+/+), refleks patologis
(-/-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium (26 Januari 2017)
Hb : 15,6 gr/dl
Leukosit : 13960/mm3
Trombosit : 29000/mm3
Ht : 43%
D. DIAGNOSIS
DHF grade 2
Hepatitis Viral Akut
Susp. Malaria
E. DIAGNOSIS BANDING
F. TATALAKSANA
Follow up
Tanggal Follow up
27/1/17 S/ demam hari ke-6, menggigil (-), mual (+), nyeri perut (-)
07.00 WIB O/
KU Kes TD Nd Nfs T
Sdg CMC 110/700 90 20 Af
Mata: konjuntiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Abdomen : supel, hepar dan lien tidak teraba, BU (+) N
A/ DHF grade II, hepatitis viral akut DD/ hepatitis dengue.
P/ ML TKTP
IVFD RL 6 jam/kolf
Paracetamol tab 3x500 mg (PO)
N asetyl sistein 3 x 500 mg (PO)
Domperidon tab 3 x 1 (K/P)
NTR aff
29/1/2017 S/ nyeri perut (-), mual (-), muntah (-)
07.00 WIB O/
KU Kes TD Nd Nfs T
Sdg CMC 110/70 90 20 Af
Mata: konjuntiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Abdomen : supel, hepar dan lien tidak teraba, BU (+) N
A/ DHF grade II, hepatitis viral akut DD/ hepatitis dengue.
P/ DH II
Curcuma 3x1 tab (PO)
Cek faal hepar, hepatitis marker
Cek ulang faal hepar/ 5 hari
Acc pulang