PENDAHULUAN
penyebab kematiandan kecacatan dengan jumlah kasus yang selalu bertambah setiap
pasien dan petugas kesehatan saat melakukan tindakan perawatan pasien di pelayanan
negara di dunia didapatkan prevalensi tertinggi adalah di Mediterania Timur dan Asia
Tenggara dengan masing-masing prevalensi 11,8% dan 10%, sedangkan di Eropa dan
tindakan invasif dan non invasif.Tindakan tersebut dapat ditemukan di beberapa bagian
di Puskesmas Pauh seperti di Poliklinik TB, laboratorium, konseling dan tes HIV
sukarela (KTS/VCT), IGD, dan bagian kesehatan gigi dan mulut.Pada tahun 2016,
mulai dari bulan Januari-September tercatat ada 4 kasus yang mendapat tindakan invasif
tercatat 280 kali pemeriksaan HIV dengan hasil 3 kasus positif HIV. Semakin banyak
tindakan invasif maka risiko penularan infeksi semakin tinggi dari pasien ke petugas
atau sebaliknya.3
1
Tingginya angka kejadian HAIs dapat meningkatkan biaya perawatan karena
kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus carrier, atau karena kondisi tempat
pelayanan kesehatan.4
kesehatan.Upaya ini dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko
penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat
diri (APD), pengelolaan alat-alat kesehatan bekas pakai, pengelolaan jarum dan alat
tajam untuk mencegah perlukaan dan pengolahan limbah dan sanitasi ruangan.5
harus diterapkan oleh setiap petugas kesehatan di berbagai sarana pelayanan kesehatan,
belum diterapkan secara optimal oleh petugas kesehatan. Hal ini terlihat dari masih
adanya beberapa petugas yang belum menerapkan prinsip cuci tangan seperti momen
untuk mencuci tangan dan langkah-langkah cuci tangan yang benar.Selain itu, masih
minimnya kesadaran penggunaan alat pelindung diri seperti handscoon, masker, dan
2
kacamata pelindung ketika melakukan tindakan yang berpotensi menularkan infeksi.
1.3 Tujuan
2015
3
4. Menentukan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
1.4 Manfaat
Penulisan Plan, Do, Check, and Action (PDCA)ini diharapkan dapat memberikan
Padang tahun 2016. Selain itu, proses penulisan PDCA ini dapat menjadi bahan
Puskesmas Pauh.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan
didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan
tangan untuk mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya sarung
tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain,
pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan, pengelolaan limbah.
pasien sama dengan menggunakan prinsip ini, tanpa memandang penyakit atau
sterilisasi peralatan. Hal ini penting mengingat sebagian besar yang terinfeksi virus
lewat darah seperti HIV dan Hepatitis B tidak menunjukan gejala fisik. Kewaspadaan
universal diterapkan untuk melindungi setiap orang (pasien dan petugas kesehatan)
yang terinfeksi atau tidak terinfeksi. Kewaspadaan universal berlaku untuk darah,
sekresi ekskresi (kecuali keringat), luka pada kulit, dan selaput lendir. Penerapan
5
standar ini penting untuk mengurangi risiko penularan mikroorganisme yang berasal
dari sumber infeksi yang diketahui atau tidak diketahui (misalnya pasien, benda
terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan spuit) di dalam system pelayanan
kesehatan. Ketiga prinsip tersebut di jabarkan menjadi lima kegiatan pokok yaitu
mencuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya
pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius
lain, pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan alat tajam untuk mencegah perlukaan, dan
pengelolaan limbah.5
melalui tangan dengan menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat dan
membunuh mikroorganisme pada kulit. Menjaga kebersihan tangan ini dilakukan segera
setelah sampai di tempat kerja, sebelum kontak dengan pasien atau melakukan tindakan
untuk pasien, selama melakukan tindakan (jika secara tidak sengaja terkontaminasi),
aureus. Selain memahami panduan dan rekomendasi untuk kebersihan tangan, para
petugas kesehatan perlu memahami indikasi dan keuntungan dari kebersihan tangan
6
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila tangan terlihat kotor atau
rutin untuk dekontaminasi tangan, jika tangan tidak terlihat ternoda atau kotor. Handrub
berbasis alkohol tidak dapat digunakan jika tangan terlihat kotor. Produk berbasis
alkohol tidak dapat digunakan setelah menyentuh kulit yang tidak utuh, darah, atau
cairan tubuh. Pada kondisi tersebut cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Tiga cara cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan yaitu :
1. Cuci tangan hiegenik atau rutin yaitu mengurangi kotoran dan flora yang ada di
menggunakan aseptik
1. Bila jelas terlihat kotor atau terkontaminasi oleh bahan yang mengandung
2. Bila tangan tidak jelas terlihat kotor atau terkontaminasi, harus digunakan
7
2. Sebelum :
d. Mempersiapkan makanan
3. Diantara : Prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan terkontaminasi,
4. Setelah :
d. Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, eksudat luka dan
8
Momen 5: setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Persiapan Cuci Tangan
1. Air mengalir
Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan saluran pembuangan
mikroorganisme karena gesekan mekanis atau kimiawi saat cuci tangan akan terhalau
dan tidak menempel lagi dipermukaan kulit. Air mengalir tersebut dapat berupa kran
atau dengan cara mengguyur dengan gayung, namun cara mengguyur dengan gayung
memiliki risiko cukup besar untuk terjadinya pencemaran, baik melalui gagang gayung
ataupun percikan air bekas cucian kembali ke bak penampung air bersih. Air kran bukan
berarti harus dari PAM, namun dapat diupayakan secara sederhana dengan tangki
petugas kesehatan yang memerlukannya. Selain air mengalir, ada dua jenis bahan
2. Sabun
sehingga mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan mudah terbawa oleh air.
tangan, namun dilain pihak dengan seringnya menggunakan sabun atau detergen maka
lapisan lemak kulit akan hilang dan membuat kulit menjadi kering dan pecah-pecah.8
3. Larutan Antiseptik
Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topikal, dipakai pada kulit atau
9
pada kulit. Antiseptik memiliki bahan kimia yang memungkinkan untuk digunakan pada
kulit dan selaput mukosa. Antiseptik memiliki keragaman dalam hal efektivitas,
aktivitas, akibat dan rasa pada kulit setelah dipakai sesuai dengan keragaman jenis
antiseptik tersebut dan reaksi kulit masing-masing individu. Kulit manusia tidak dapat
disterilkan. Tujuan yang ingin dicapai adalah penurunan jumlah mikroorganisme pada
kulit secara maksimal terutama kuman transien. Kriteria memilih antiseptik adalah
sebagai berikut:
luas(gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, bacillus dan tuberkulosis,
b. Efektivitas
d. Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan
Teknik Membersihkan Tangan dengan Sabun dan Air harus dilakukan seperti :
10
4 : Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
7 : Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
8 : Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan sebaliknya.
10 : Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai benar-benar
kering.
11 : Gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk menutup kran.
Karena mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak pada keadaan lembab dan air
a. Tempat isi ulang sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian
ulang.
b. Jangan menambahkan sabun cair kedalam tempatnya bila masih ada isinya,
dimasukkan.
11
d. Jika air mengalir tidak tersedia, gunakan wadah air dengan kran atau gunakan
ember dan gayung, tampung air yang telah digunakan dalam sebuah ember dan
buanglah di toilet. 5
Penggunaan handrub antiseptik untuk tangan yang bersih lebih efektif untuk
membunuh flora residen dan flora transien daripada mencuci tangan dengan sabun
antiseptic atau dengan sabun biasa dan air. Antiseptik ini cepat dan mudah digunakan
serta menghasilkan penurunan jumlah flora tangtan awal yang lebih besar . Handrub
12
antiseptic juga bersisi emolien seperti gliserun, glisol propelin, atau sorbitol yang
b. Langkah 2 : Gosokkan larutan dengan teliti dan benar pada kedua belah tangan,
Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga jika
tangan sangat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh , harus
mencuci tangan dengan sabun dan air telebih dahulu. Selain itu, untuk
antiseptic berulang, tetap dilakukan mencuci tangan dengan sabun dan air setiap
kali setelah 5-10 aplikasi handrub. Terakhir, handrub yang hanya berisi alcohol
klorheksidin.
13
Gambar 2.2 Cara Mencuci Tangan dengan Antiseptik Berbasis Alkohol
Alat pelindung diri (APD) digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lender
petugas dari risiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret atau ekskreta,kulit
yang tidak utuh dan selaput lendir pasien. APD telah lama digunakan untuk melindungi
pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan. Namun, dengan
meningkatnya kembali kasus Tuberculosis (TB), pemakaian APD juga menjadi sangat
penting dalam melindungi petugas. Alat pelindung diri mencakup sarung tangan,
14
masker, alat pelindung mata, topi, gaun, apron, pelindung kaki, dan alat pelindung
lainnya.7
2. Lepas dan ganti bila perlu segala perlengkapan APD yang dapat digunakan
kembali yang sudah rusak atau sobek segera setelah Anda mengetahui APD tersebut
tangan.
1. Sarung Tangan
15
bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah, semuajenis cairan tubuh,
sekret, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan bendayang terkontaminasi.6
Sebelum memakai sarung tangan dan setelah melepas sarung tangan lakukan
Tergantung keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih harus digunakan oleh
a. Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain,
ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan handrub
berbasis alkohol. Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap
sarung tangan yang sama ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lain atau
16
2. Masker
harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan
rambut pada wajah (jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang
keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau
bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki
Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak
efektif untuk mencegah kedua hal tersebut. Masker yang ada, terbuat dari berbagai
bahan seperti katun ringan, kain kasa, kertas dan bahan sintetik yang beberapa di
antaranya tahan cairan. Masker yang dibuat dari katun atau kertas sangat nyaman tetapi
tidak dapat menahan cairan atau efektif sebagai filter. Masker yang dibuat dari bahan
sintetik dapat memberikan perlindungan dari tetesan partikel berukuran besar (>5 m)
yang tersebar melalui batuk atu bersin ke orang yang berada di dekat pasien (<1 meter).
Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat mencegah partikel
3. Topi
Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit
dan rmabut tidak masuk kedalam luka selama pembedahan, Topi harus cukup besar
untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan
17
pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah
4. Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau
seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita
terutama adalah untuk leindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi.6
5. Apron
Apron yang terbuat dari karet atau plastic merupakan penghalang tahan air untuk
menggunakan apron dibawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada
pasien, membersihkan pasien atau melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan
darah, cairan tubuh, atau sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak tahan air.
Apron mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan. 10
6. Pelindung Kaki
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam
atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu,
sandal, sandal jepit atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh
dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak
perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau
tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu
yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah. Sebuah
penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan
18
kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan seringkali
digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian dilepas tanpa sarung tangan
alat kesehatan, atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai.
Semua alat, bahan dan obat yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien harus dalam
yaitu dekontaminasi, pencucian, desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi dan
penyimpanan.
1. Dekontaminasi
kotoran dan mikroorganisme patogen dari suatu benda sehingga aman untuk
infeksi melalui alat kesehatan atau suatu permukaan benda, misalnya hepatitis B,
HIV dan kotoran lain yang tidak tampak. Bahan yang digunakan dalam
larutan kimia yang berguna untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati,
dan tidak dapat digunakan pada kulit dan membran mukosa, contohnya larutan
19
Prosedur standar dekontaminasi alat kesehatan menurut Depkes RI, 2010 adalah
sebagai berikut :5
a. Cuci tangan
c. Rendam alat-alat kesehatan setelah dipakai dalam larutan klorin atau bayclyn
0,5% selama 10 menit. Larutan klorin hanya bertahan selama 24 jam, karena
d. Jika ada bahaya terkena percikan, pakai kacamata atau pelindung mata,
e. Buang kotoran yang melekat lalu bilas dengan air mengalir sampai bersih
2. Pencucian
dengan sabun atau deterjen, air mengalir dan sikat. Dengan pencucian, jumlah
DTT maupun sterilisasi menjadi tidak efektif. Prosedur pencucian alat kesehatan
20
b. Perlatan yang sudah didekontaminasi dibuka satu persatu lalu disikat
perlahan-lahan dengan sikat lembut dan deterjen, agar bagian luar dan bagian
dalam bersih. Untuk jarum dan alat suntik, bilas tiga kali dengan air dan
mikroorganisme pada alat kesehatan, sifat dan bentuk alat, lama paparan
21
c. Angkat wadah dari atas api, angkat peralatan dari wadah menggunakan
penjepit yang steril. Dan tempatkan di dalam suatu wadah yang steril.
2) Sterilisasi
dan merupakan cara yang paling aman dan paling efektif untuk
glutaraldehide dan dapat pula dengan cara menguapi dengan gas kimia
22
Otoklaf digunakan untuk sterilisasi alat-alat yang dapat digunakan
suhu 121oC.
4. Penyimpanan
atau desinfeksi. Menurut Depkes (2010), ada 2 jenis alat apabila dibedakan
berdasarkan cara penyimpanannya, yaitu alat yang dibungkus dan alat yang tidak
dibungkus. Alat yang dibungkus, masa sterilnya adalah selama alat tersebut
masih dalam keadaan terbungkus secara utuh serta masih tetap kering, dan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi umur steril suatu alat yaitu
dan suhu tempat penyimpanan, serta apakah bungkusan tahan debu. Alat yang
23
tersimpan dalam wadah steril dan tertutup apabila yakin tetap steril maka lama
pengendalian infeksidi rumah sakit atau di fasilitas pelayanan kesehatan. Limbah dari
rumah sakit atau pelayanankesehatan lainnya dapat berupa yang telah terkontaminasi
umum yang dihasilkan dari rumah sakit atau fasilitaskesehatan lainnya tidak
1) Limbah rumah tangga atau limbah non medis, yaitu limbah yang tidak kontak
dengandarah atau cairan tubuh lainnya disebut sebagai risiko rendah. yakni sampah-
2) Limbah medis bagian dari sampah rumah sakit yang berasal dari bahan yang
mengalamikontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut sebagai limbah
berisiko tinggi. Beberapa limbah medis dapat berupa: limbah klinis, limbah
laboratorium, darah atau cairan tubuh yang lainnya, material yang mengandung darah
seperti perban, kassa dan benda-benda dari kamar bedah, sampah organik, misalnya
potongan tubuh, plasenta, benda-benda tajam bekas pakai misal jarum suntik.7
24
3. mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
terkontaminasi
1. Identifikasi Limbah
2. Pemisahan
3. Labeling
a. Limbah padat infeksius: plastik kantong kuning dan kantong warna lain tapi
25
5. Packing
d. Kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
6. Penyimpanan
7. Pengangkutan
26
c. Tidak boleh ada yang tercecer
8. Treatment
meningkatkan risiko penularan penyakit melalui kontak darah. Penularan HIV, hepatitis
kecelakaan yang dapat dicegah yaitu tertusuk jarum suntik dan perlukaan oleh benda
tajam lainnya.5
Benda tajam harus digunakan sekali pakai, seperti jarum suntuk, pisau bedah,
dan lain-lain. Alat kesehatan dan benda tajam seperti jarum suntik yang menembus
mukosa atau kulit harus terjamin sterililitasnya. Kecelakaan yang sering terjadi pada
prosedur penyuntikan menurut Depkes (2010) adalah pada saat menutup kembali jarum
mematahkan. Jika jarum terpaksa ditutup kembali maka gunakanlah cara penutupan
27
Menurut Depkes (2010), benda tajam sebelum dimusnahkan dalam incinerator
atay dikubur atau dikaporitisasi bersama limbah lain, perlu ditampung terlebih dahulu
dalam wadah penampungan sementara. Wadah tersebut harus bersifat kedap air, tidak
mudah bocor, tahan tusukan, tertutup, tidak mudah tumpah (misalnya botol infus atau
botol plastik air mineral, kotak karton yang tebal, kaleng atau wadah yang terbuat dari
logam). Wadah diganti setelah berisi bagian. Benda tajam ditangani bersama dengan
limbah medis.5
tubuh dapat terjadi melalui tusukan, luka, percikan pada mukosa mata, hidung atau
mulut, dan percikan pada kulit yang tidak utuh. Kejadian seperti tersebut harus dicegah
dan keselamatan petugas harus diutamakan. Apabila kecelakaan terjadi harus harus
kesehatan kerja (K3) dan panitia infeksi nosokomial secepatnya, sehingga dapat
a. Langkah 1
Tindakan pertama pada setiap pajanan yaitu cuci dengan air mengalir dan sbun
28
b. Langkah 2
Menelaah pajanan mulai dari jenis dan alur pajanan, bahan pajanan, status
c. Langkah 3
risiko tinggi terinfeksi (HBV dan HIV). Untuk pekerja yang berisiko tinggi
terinfeksi HIV, pemberian PPP dilakukan dalam beberapa jam setelah pajanan
berupa pemberian ARV jangka pendek untuk menurunkan risiko infeksi HIV
setelah pajanan.
d. Langkah 4
terdiri dari tiga jenis kewaspadaan, yaitu: kewasapadaan terhadap penularan melalui
29
1) Kewaspadaan Terhadap Penularan Melalui Udara
percikan halus diudara seperti campak, varisela, dan TB. Kewaspadaan ini
berupa bintik percikan di udara (airborne droplet nuclei) atau partikel debu yang
1. Penempatan pasien
minimal pergantian udara enam kali setiap jam, pembuangan udara keluar
yang memadai atau bila tidak terpasang pada ruang isolasi, gunakan filter
sakit. Jagalah agar pintu tetap tertutup dan pasien tetap dalam ruangan.
2. Proteksi respirasi
diketahui atau diduga menderita campak atau varsisela bagi orang yang
3. Pengangkutan pasien
bedah.5
30
2) Kewaspadaan Terhadap Penularan Melalui Percikan
percikan partikel besar. Transmisi percikan terjadi bila partikel percikan yang
besar (diameter> 5m) dari orang yang terinfeksi mengenai lapisan mukosa
hidung, mulut atau konjungtiva mata orang yang rentan. Percikan dapat terjadi
waktu seseorang berbicara, batuk, bersin, ataupun pada waktu pemeriksaan jalan
percikan memerlukan kontak yang dekat antara sumber dan penerima, karena
percikan besar tidak dapat bertahan lama diudara dan hanya dapat berpindah dari
1. Penempatan pasien
Tempatkan pada ruang tersendiri atau bersama pasien lain dengan infeksi
aktif organisme yang sama dan tidak ada infeksi lain. Bila tidak ada kamar
tersendiri, tempatkan dalam ruangan kohort, dan bila ruang untuk kohort
2. Pemakaian masker
Pakailah masker N95 bila berada/bekerja dengan jarak kurang dari 1m dari
pasien.
31
3. Transport Pasien
langsung (misalnya kontak tangan atau kulit ke kulit) yang terjadi selama
kewaspadaan universal terhdap kontak dengan darah dan bahan tubuh. Pada
kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak ini sarung tangan harus diganti setelah
(misalnya tinja atau cairan luka). Sarung tangan harus dibuka sebelum meninggalkan
ruangan dan kemudian harus cuci tangan dengan bahan pencuci antiseptik. Gaun
pelindung yang bersih dan nonsteril harus dipakai bila diduga terjadi kontak yang cukup
rapat dengan pasien, bila pasien tidak dapat menahan buang air besar (inkontinensia)
atau bila ada luka basah yang tidak dapat ditahan dengan pembalut. Gaun pelindung
32
2.2Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tenaga Kesehatan dalam Tindakan
Kewaspadaan Universal
2.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
didasari olehpengetahuan akan langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
sintesis,evaluasi. (1) Tahu, dapat diartikan sebagai kemampuan tenaga kesehatan untuk
kewaspadaan universalpada situasi atau kondisi sebenarnya. (4) Analisis, adalah suatu
kemampuan tenaga kesehatan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam
komponen-komponen tetapimasih dalam suatu organisasi, dan masih ada kaitannya satu
33
sama lain. (5) Sintesis,adalah kemampuan tenaga kesehatan untuk meletakkan atau
dalam suatu bentuk keseluruhanyang baru. (6) Evaluasi, adalah kemampuan untuk
kewaspadaan universal.17
2.2.2 Sikap
Sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap
mendukung atau tidak memihak (unfavorabel). Struktur sikap terdiri dari tiga
1) Komponen kognitif
berlakuatau apa yang benar bagi obyek sikap. Kepercayaan seseorang itu
apa yang telahdilihat, terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau
2) Komponen afektif
34
dimilikiterhadap sesuatu. Pengertian perasaan sendiri seringkali sangat
3) Komponen konatif
Interaksi ketiga komponen tersebut menurut para ahli sangat selaras dan
konsisten, dikarenakan apabila dihadapkan dengan satu objek sikap yang sama
ketigakomponen tersebut harus membuat satu sikap yang seragam (Azwar, 2003).
Apabila salah satu komponen tersebut tidak konsisten dengan yang lain, maka akan
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap memiliki empat tingkat dari yang terendah
1) Menerima (receiving)
yangdiberikan.
2) Merespons (responding)
35
Pada tingkat ini sikap individu dapat memberikan jawaban apabila
3) Menghargai (valuing)
Pada tingkat ini, sikap individu mengajak orang lain untuk mengerjakan
Pada tingkat ini, sikap individu akan bertanggung jawab dan siap
darah dan cairan tubuh baik bagi pasien maupun tenaga kesehatan. Seperti penyakit
HIV/AIDS yang menjadi ancaman global dan penyebarannya menjadi lebih tinggi
karena pengidap HIV tidak menampakan gejala. Kejadian ini merupakan hal yang
sangat penting dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko infeksi dengan
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, mencuci tangan dengan air
terkontaminasi, memakai alat perlindungan diri seperti sarung tangan, masker celemek
saat melakukan tindakan yang menyebabkan percikan darah atau cairan tubuh;
pengelolaan alat kesehatan seperti dekontaminasi alat dengan klorin 0,5% selama 10
menit dan sterilisasi, linen tercemar darah disimpan pada kantung anti bocor dan
menanganinya menggunakan sarung tangan ; pengelolaan jarum dan alat tajam seperti
36
jarum suntik bekas; pengelolaan limbah seperti limbah padat medis dan non medis
dipisakan.+
pasien tidak memandang penyakit atau diagnosanya untuk mencegah penularan infeksi
2.2.3 Perilaku
manusia itu sendiri yang memiliki bentang sangat luas, mencakup : berjalan, berbicara,
Dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dibedakan menjadi dua :
tertutup.Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
37
persepsi,pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulustersebut, dan belum dapat diamati jelas oleh orang lain.
ataupraktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.
tindakan(practice).17
38
1. Faktor predisposisi (predisposising factor), yang terwujud dalam pengetahuan,
tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan misalnya, alat-alat habis
dan perilaku. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
pengetahuan yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Dalam hal ini
perilaku perawat tentunya diharapkan akan lebih baik dengan adanya pengetahuan yang
memakai alat perlindungan diri, pengelolaan alat kesehatan , pengelolaan jarum dan alat
Perilaku tenaga kesehatan yang berisiko tinggi tertular penyakit infeksi melalui
darah dan cairan tubuh Seperti HIV/AIDS dan Hepatitis B, maka diharapkan dengan
pengetahuan dan sikap yang cukup dan benar tentang tindakan kewaspadaan universal
akan membentuk perilaku perawat yang dapat mengurangi risiko penularan infeksi
39
2.3 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Melalui Penerapan Kewaspadaan
Universal di Puskesmas
yang penting dalam menjaga sarana kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Dll) sebagai
tempat penyembuhan dan bukan sebagai tempat penularan infeksi dari pasien ke
petugas ataupun sebaliknya. Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
infeksi di tempat pelayanan kesejatan sejak tahun 1980 yaitu dengan penerapan
Epidemiologi dan Imunisasi Ditjen P3M. Saat ini kewaspadaan universal menjadi tolak
Puskesmas
pengendalian infeksi yang tidak terlepas oleh peran masing-masing pihak, yaitu :9
1. Pimpinan
40
c. Bertanggung jawab untuk penganggaran dan ketersediaan sarana untuk
2. Tenaga kesehatan
c. Bagi tenaga yang terkena HIV berkewajiban membritahu hasil serologi bila
penularan patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui
maupun yang tidak diketahui. Penerapan ini merupakan pencegahan dan pengendalian
infeksi yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas
41
5. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai
pada petugas yang dapat meningkatkan penularan penyakit pada diri petugas tersebut,
pasien yang sedang dilayani dan masyarakat luas, diantaranya yaitu cuci tangan yang
dilakukan tidak benar, penggunaan sarung tangan yang tidak tepat, penutupan jarum
suntik yang tidak aman, pembuangan peralatan tajam yang tidak aman, tidak tepat cara
dekontaminasi dan sterilisasi peralatan, dan kebersihan ruangan yang belum memadai.18
dan merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam mencegah penularan
pemilihan APDakan dipakai harus didahului dengan penilaian risiko pajanan dan sejauh
mana antisipasi kontak dengan patogen dalam darah dan cairan tubuh. Untuk
kesehatan.9
ditemukan bahwa terdapat 6,67% petugas kesehatan yang tidak mencuci tangan
sebelum berkontak dengan pasien, 3,33% petugas kesehatan yang tidak memakai sarung
tangan saat melakukan kontak dengan darah/ cairan tubuh pasien, dan 10% petugas
kesehatan yang tidak menggunakan masker saat menangani pasien terduga tuberculosis
42
Chenko tahun 2012 di Puskesmas Tanawangko, ditemukan bahwa 45,45% petugas
kesehatan tidak menggunakan masker saat menangani pasien, dan terdapat 13,64%
petugas kesehatan yang tidak menggunakan sarung tangan saat membersihkan alat
sumber penularan infeksi adalah kebersihan pernapasan dan etika batuk yang
ini di seluruh dunia akan secara signifikan menurunkan risiko yang tidak perlu dalam
pelayanan kesehatan. Peningkatan lingkungan kerja yang aman sesuai dengan langkah
dukungan pimpinan untuk pengadaan sarana, pelatihan untuk petugas kesehatan, dan
penyuluhan untuk pasien serta pengunjung. Hal tersebut penting dalam meningkatkan
43
BAB 3
ANALISIS SITUASI
meliputi 9 kelurahan dengan luas 146,2 Km2. Puskesmas pauh memiliki batas
Tangah
Kilangan.
Jumlah distribusi sasaran penduduk di Puskesmas Pauh pada tahun 2015 yaitu
sebanyak 65.515 penduduk dengan 1.234 bayi, 5.966 balita, 1.344 ibu hamil, dan 6.346
lansia.
44
Gambar 3.1 Peta Batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015
(Sumber : Profil Puskesmas Pauh Tahun 2015)
Keterangan:
Puskesmas pembatu
Puskeskel
penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu merupakan hal yang penting.
Wilayah Kerja Puskesmas Pauh sangat luas, oleh karena itu untuk melayani
masyarakat, Puskesmas Pauh memiliki 1 buah Puskesmas induk, dan 5 buah Puskesmas
pembantu dan 4 buah Poskeskel yang tersebar di wilayah kerja PuskesmasPauh, yaitu :
45
c. Puskesmas Pembantu Ulo Gadut
i. PoskeskelKoto Lua
mempunyai 1 kendaraan roda empat (Puskel) dan 7 buah kendaraan roda dua.
Daftar sarana dan tenaga kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Pauh adalah:
dengan 31 Desember 2015 adalah 73 orang, 6 orang tenaga medis yang terdiri dari 3
46
orang dokter umum, 3 orang tenaga medis dokter gigi. Dokter umum memiliki tugas
47
3.5 Jenis Tindakan di Puskesmas Pauh
Tabel 3.3Jenis tindakan yang dilakukan di Puskesmas Pauh pada1 Januari30
SeptemberTahun 2016
3 TB Mantouk test 4
Rapid test 0
7 KB Pencabutan IUD 8
Pencabutan implant 21
Pemasangan IUD 12
Pemasangan Implant 9
PIL 39
Suntik 248
Kondom 9
(Sumber : Laporan Puskesmas Pauh 1 Januari-30 September Tahun 2016)
48
BAB 4
PEMBAHASAN
program,dan analisis laporan tahunan Puskesmas Pauh. Proses ini dilakukan dengan
melihat data sekunder berupa laporan tahunan Puskesmas Pauh pada tahun 2015.
49
4.2.Penentuan Prioritas Masalah
memerlukan penyelesaian. Akan tetapi, tidak semua masalah dalam program puskesmas
yang merupakan masalah terbesar dan mungkin untuk diselesaikan. Metode yang kami
gunakan untuk menentukan prioritas masalah adalah metode Hanlon. Setelah itu,kami
d. Nilai 4 = Penting
2. Kemungkinan intervensi
d. Nilai 4 = Mudah
3. Biaya
50
b. Nilai 2 = Mahal
d. Nilai 4 = Murah
b. Nilai 2 = Rendah
c. Nilai 3 = Sedang
d. Nilai 4 = Tinggi
1 Kriteria jamban
sehat tidak 4 2 1 4 11 V
tercapai
2 Penemuan suspek
TB masih rendah 4 2 4 4 14 IV
3 Penemuan kasus
Pneumonia masih 4 3 4 4 15 III
rendah
4 Jumlah Posyandu
Lansia tidak
mencukupi 4 3 4 4 15 II
dibandingkan
sasaran lansia
5 SOP
Kewaspadaan
Universal dan 5 4 3 4 16 I
Komite Pelaksana
belum terbentuk
51
Keterangan:
1. Jamban Sehat
Urgensi : 4 (penting)
adanya water borne disease. Apabila masyarakat tidak menggunakan jamban sehat
diare dan dapat menimbulkan kejadian luar biasa atau bahkan wabah.Daerah
Kapalo Koto termasuk kelurahan yang tidak memiliki jamban sehat. Bahkan
sepanjang saluran irigasi sehingga menyebabkan angka kejadian diare cukup tinggi
di daerah tersebut.
berperilaku hidup sehat dan menggunakan sumber air bersih untuk kegiatan mandi,
cuci, dan kakus.Hal ini tidak mudah dilakukan karena kebiasaan yang sudah
sangat mahal untuk pengadaan peralatan seperti jamban, septik tank, dan semen.
Pemberian jamban gratis dari Kuramil pun pada tahun 2015 hanya 6 buah untuk
Pauh. Pemberian itu pun hanya berupa jamban dan 3 sak semen.Sedangkan upah
52
Mutu : 4 (tinggi)
kebiasaan buang air besar, mandi, dan cucidi sungai dapat mencegah pencemaran
air serta angka penyakit fekal oral dapat ditekan. Apabila hal ini dapat dicegah
Urgensi : 4 (penting)
Puskesmas Pauh. Hal ini mengakibatkan masih banyaknya penderita yang tidak
kerja Puskesmas Pauh yang padat penduduk. Rendahnya angka cakupan penemuan
Intervensi : 2 (sulit)
gratis (OAT) dan DOTS/ PMO akan lebih mendukung upaya untuk meningkatkan
hal ini sulit dilakukan karena membutuhkan kader yang harus aktif.Selain itu, kader
yang ada juga kurang berpartisipasi untuk penemuan kasus suspek TB ini.
Biaya : 4 (murah)
biaya besar.Hal ini cukup dilakukan dengan wawancara kepada orang yang
53
Mutu : 4 (tinggi)
dengan penemuan penderita TB diharapkan mereka dapat segera diobati dan dapat
Urgensi: 4 ( penting)
Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran nafas yang sering terjadi pada
balita. Orang tua sering terlambat membawa anaknya berobat karena kurangnya
pengetahuan akan gejala dari pneumonia. DI kecamatan pauh, terdapat 2 bayi yang
Biaya: 4 (murah)
Tidak banyak dana yang dibutuhkan untuk masalah pneumonia ini, hanya saja
54
Mutu: 4 (tinggi)
akan meningkat.
Urgensi : 4 (penting)
Jumlah lansia dalam wilayah kerja Puskesmas Pauh cukup besar dibandingkan
jumlah masyarakat secara menyeluruh. Akan tetapi jumlah pelayanan lansia berupa
posyandu lansia hanya ada 11 pos. Hal ini tidak efektif mengingat pos lansia
degeneratif yang sering diderita lansia. Akibatnya, banyak lansia yang berkunjung
dengan mengadakan penyuluhan, leaflet, maupun poster. Namun hal ini sedikit
terhambat karena keterbatasan fisik lansia karena pengaruh usia ataupun penyakit
Biaya : 4 (murah)
55
Mutu : 4 ( tinggi)
Mutu pemecahan masalah ini tinggi karena apabila kegiatan posyandu lansia
ini dapat tercapai dengan optimal maka akan tercipta pengontrolan penyakit
degenratif. Selain itu, masyarakat akan lebih mudah mencapai lokasi posyandu
karena jumlahnya yang mencukupi. Hal ini dapat meningkatkan derajat kesehatan
Penerapan kewaspadaan universal ini sangat penting dan harus segera dilakukan
karena jika dibiarkan maka rantai penularan infeksi terus terjadi.Apalagi di fasilitas
higiene dan pasien safety tidak diterapkan maka akan memudahkan infeksi
berpindah dari petugas ke pasien atau sebaliknya. Selain itu, Puskesamas Pauh juga
Intervensi : 4 (mudah)
mengerjakan program ini lebih kecil hanya di Puskesmas Pauh saja dan targetnya
juga termasuk orang yang berpendidikan.Diharapkan hal ini lebih mudah untuk
56
Biaya : 3 (cukup murah)
Mutu : 4 ( tinggi)
Mutu pemecahan masalah ini tinggi karena apabila kegiatan ini dapat berjalan
prinsip yang belum terjalankan dengan baik untuk pencegahan infeksi di Puskesmas
Pauh seperti cuci tangan dan pemakaian APD. Dari hasil analisis data sekunder yaitu
observasi, pengisian kuisoner kepada tenaga kesehatan Puskesmas Pauh, dan diskusi
dengan kepala Puskesmas, maka didapatkan beberapa sebab dari masalah yang terjadi
1. Manusia
PetugasPuskesmas Pauh
universal.
kewaspadaan universal untuk pencegahan infeksi baik yang ditularkan dari pasien
57
ke petugas maupun sebaliknya dari petugas ke pasien. Hal ini dinilai melalui
hasil kuesioner yang telah dibagikan didapat sebanyak 36 responden, pengetahuan dan
tindakan cuci tangan serta penggunaan APD baik, sikap APD 12 responden cukup
(33%) dan 24 responden baik (67%), sikap cuci tangan 5 cukup (13%) dan 31 baik
(87%). Namun, pada tindakan tidak sesuai dengan hasil observasi (Lampiran 1) yang
2. Metode
b. Belum adanya komite atau tim pencegahan dan pengendalian infeksi yang akan
Puskesmas Pauh.
3. Material
Puskesmas Pauh.
b. Kurangnya media promosi seperti stand banner dan reminder note6 langkah dan 5
58
4. Lingkungan
59
Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat disimpulkan dalam diagram Ischikawa (diagram tulang ikan/fishbone)
Belum adanya
Fakta: Belum ada SOP Kesadaran tenaga kesehatan Fakta: Hasil
Standar Operasional
mengenai kewaspadaan masih kurang dalam wawancara dengan
(SOP) mengenai
universal pelaksanaan kewaspadaan beberapa petugas
pelaksanaan
universal kesehatan, dalam
kewaspadaan
universal mempraktekkan 6
kewaspadaan universal Pengetahuan tenaga langkah dan 5
Belum adanya komite kesehatan masih cukup moment cuci tangan
Fakta: Belum ada
pencegahan dan pengendalian kurang dalam pelaksanaan juga didapatkan tidak
komite atau tim PPI di
infeksi yang akan memonitoring kewaspadaan universal ada petugas yang
Puskesmas Pauh
dan mengevaluasi dari benar. Kurang
pelaksaanaan kewaspadaan diterapkannya
universal kewaspadaan
Kurangnya sarana dan universal di
prasarana yang mendukung Fakta: Belum adahandrub dan Puskesmas Pauh
Kebiasaan-kebiasaan buruk yang
untuk pelaksanaan juga westafel ada yang rusak,
dipertahankan secara berkelanjutan
kebersihan tangan dan alat tidak semua ruangan disediakan
sehingga penerapan kewaspadaan
pelindung diri tisu, lap tangan, dan masker universal tidak optimal.
Kurangnya media Fakta: Belum ada media FaktaHasil observasi, petugas kesehatan
promosi tentang 6 promosi tentang cuci tangan saat melakukan tindakan invasif langsung
langkah dan 5 momen di lingkungan Puskesmas memasang handscoon tanpa cuci tangan
cuci tangan Pauh terlebih dahulu
MATERIAL Hasil wawancara dengan beberapa petugas
LINGKUNGAN
kesehatan, dalam mempraktekkan 6
langkah cuci tangan dan 5 moment cuci
tangan juga didapatkan tidak ada petugas
60
yang benar
tidak ada petugas yang benar.
4.4 Alternatif pemecahan masalah
4.4.1 Manusia
Djamil Padang
universal
DRM DjamilPadang.
di Puskesmas Pauh.
61
2. Pengulangan 6 Langkah Cuci Tangan dan 5 momen cuci tangan di Apel
universal
Rencana : Setiap apel dan senam pagi yang dipimpin oleh pembina
Pauh.
62
benar sehingga risiko penularan infeksi petugas dan
4.4.2 Metode
Puskesmas Pauh.
Puskesmas Pauh.
63
tangan yang tepat dan 5 momen cuci tangan
Pauh
4.4.3 Material
Pauh.
64
Handrub.
Puskesmas Pauh
2. Pengadaan stand bannerdan reminder note tentang 6 langkah cuci tangan dan
65
Waktu : Minggu ke-2 (10-15 Oktober 2016)
4.4.4 Lingkungan
tidak optimal.
Puskesmas Pauh
66
BAB 5
Hasil diskusi yang dilakukan oleh Dokter Muda bersama dengan Pimpinan
Puskesmas dan dosen pembimbing terdapat 5 hal yang akan dilaksanakan yaitu:
menghubungi dr. Roslaili Rasyid sebagai ketua Komite PPI RSUP Dr. M.
berlangsung.
67
3. Pembentukan Komite PPI Puskesmas Pauh.
Puskesmas Pauh memiliki tim UKK dalam gedung. Hasil diskusi juga
Dokter Muda adalah mencari contoh SOP mengenai cuci tangan dan
penggunaan APD yang benar terutama pada Komite PPI RSUP Dr. M.
5. Pengulangan 6 langkah cuci tangan setiap hari pada kegiatan apel pagi dan
senam pagi.
langkah cuci tangan pada kegiatan apel pagi dan senam pagi.
68
6. Pengadaan sarana dan prasarana berupa handrub, masker, sarung tangan,
dan tisu.
dilakukan oleh Dokter Muda adalah menghitung jumlah biaya yang akan
dikeluarkan. Jumlah biaya untuk sarana dan prasarana ini akan dibagi
1. Mini Workshop
Dimulai pada pukul 10.30 WIB untuk melakukan registrasi hingga pukul
yaitu staf Komite PPI RSUP Dr. M. Djamil serta dosen pembimbing, dr.
universal serta penggunaan APD yang baik dan benar oleh Ketua Komite
PPI RSUP Dr. M. Djamil yaitu dr. Roslaili Rasyid. Setelah itu
69
diskusi kelompok akan ditampilkan dan narasumber akan memberikan
pada SOP. SOP yang sudah ada akanlaunching pada saat workshop.
terlaksana. Dilaksanakan setiap pagi hari saat apel pagi dan senam pagi.
Kegiatan akan dipimpin oleh komandan apel atau komite PPI Puskesmas
Pauh.
70
6. Pengadaan sarana dan prasarana
Dokter Muda.
apel pagi.
1. Laporan Komite PPI RSUP Dr. M. Djamil setiap lokakarya mini bulanan.
2. Penggantian x-banner dan reminder note satu kali setahun yang dananya
3. Pengadaan sarana dan prasarana yang sudah habis. Sumber dana akan
71
5.5 Matriks Kegiatan
Tolak Ukur
No Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksana Waktu Lokasi Pendanaan Metode
Proses Hasil
Mini edukasi petugas Muda Oktober Pauh Muda Workshop materi oleh kegiatan Mini
72
terutama M.Djamil Djamil
tindakan dengan
invasif petugas
puskesmas
2 Pemasangan Sebagai media Seluruh Dokter Launchin Puskesmas Dokter Meletakka Pembuatan Terpasangnya
standbannerd promosi di petugas Muda g: 22 Pauh Muda n pada desain hingga 2 stand
note Puskesmas Pauh 2016, yang telah stand banner reminder note
Oktober handrub
2016
3 Pembentukan Membentuk Tim UKK Dokter Pengesah Puskesmas Dokter Rapat Melaksanaka Jobdesk komite
komite PPI badan yang dalam muda an: 22 Pauh Muda dan n rapat PPI akan
73
melakukan Dokter 2016 Puskesmas pimpinan dalam jobdesk
kewaspadaan gedung
universal pada
petugas
Puskesmas
4 Pembuatan Sebagai suatu Seluruh Dokter Launchin Puskesmas Dokter Rapat Melaksanaka Terbentuk SOP
SOP standarisasi petugas Muda, g: 22 Pauh Muda n rapat dan yang sudah
74
poin-poin
yang harus
terdapat
dalam SOP
5 Pengulangan Petugas Seluruh Komite PPI, Dimulai Puskesmas Tidak Recallsetia Komandan Terlaksana
6 langkah Puskesmas petugas komandan pada Pauh dibutuhka p apel pagi apel recall setiap
cuci tangan selalu ingat Puskesmas apel tanggal n dana dan senam menyediakan apel pagi dan
dan 5 momen langkah cuci Pauh 24 pagi sesi untuk senam pagi
tangan tangan
sarana dan berjalannya petugas Muda, Oktober Pauh Muda sarana dan dana dan handrub,
75
prasarana pelaksanaan puskesmas pimpinan 2016 prasarana pembelian masker, sarung
tangan, dan
tisu
76
Dokter Muda
Pembntukan Komite PPI
1 Rapat dengan Pimpinan Puskesmas dan tim
UKK dalam gedung
Pembuatan SOP
1 Diskusi dengan Pimpinan Puskesmas
Pengulangan 6 langkah cuci tangan
1 Membuat daftar penanggung jawab untuk
memimpin kegiatan ini di apel pagi dan
senam pagi
Pengadaan Sarana dan Prasarana
1 Dokter Muda mendiskusikan jumlah biaya
yang akan dikeluarkan
2 Mengumpulkan uang sesuai dengan jumlah
yang telah didiskusikan
PELAKSANAAN
1 Pelaksanaan Mini Workshop
2 Launching dan pemasangan Stand
Bannerdan reminder note
3 Pembentukan Komite PPI
4 Pembuatan SOP
5 Sosialisasi cuci tangan saat apel dan senam
pagi
6 Pengadaan sarana dan prasarana
MONITORING DAN EVALUASI
1 Pemberian kuesioner evaluasi SOP
2 Pelaporan hasil monev oleh Komite PPI
77