Anda di halaman 1dari 6

Beragam Jalan Menjinakkan Diabetes

Written By Panji Revolusi on Sunday, December 23, 2012 | 10:20 PM

Diabetes tak bisa disembuhkan. Mesti ditangani secara tepat agar tak muncul komplikasi.
Pemberian insulin harus dilakukan pada saat yang tepat.; Perbedaan Diabetes Tipe 1 dan 2;
Menjinakkan Diabetes dengan Senam; Jalur Alternatif Mengatasi Diabetes

Penyakit diabetes yang mendekam di tubuh Sumartono kini tak lagi membuatnya tersiksa. Kadar
gula darahnya pada saat puasa adalah 127 mg/dl. Sedangkan gula darah dua jam sebelum
puasa 146 mg/dl. Untuk menjaga kadar gulanya tidak melonjak lagi, Sumartono rutin melakukan
senam diabetes di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan.

Lelaki 63 tahun itu pun rajin mengontrol gula darahnya. Ia mulai merasakan penyakit kencing
manis itu 10 tahun silam. Itu terjadi ketika ia melakukan perjalanan dari rumahnya di Pondok
Labu, Jakarta Selatan, menuju Serang, Banten. Dalam perjalanan itu, ia kerap merasa haus.
''Saya juga sering kebelet buang air kecil,'' kata Sumartono.

Sepulang dari Banten, Sumartono merasa ada yang tak beres pada kesehatannya. Ia lantas
memeriksakan diri ke Rumah Sakit Fatmawati. ''Saya didiagnosis menderita diabetes,'' katanya.
Kadar gula darahnya menembus angka 205 mg/dl. Padahal, normalnya 110 mg/dl.

Sejak saat itu, ia rutin melakukan pemeriksaan kesehatan sebulan sekali dan menghentikan
kebiasan merokok. Padahal, sebelumnya, Sumartono yang perokok berat itu bisa menghabiskan
tiga bungkus rokok per hari. Ia lalu mengira-ngira mengapa terkena diabetes. Sebab tak satu
pun saudaranya menderita penyakit ini.

Ia baru menyadari kebiasaan makan dan minum yang manis-manis sebagai penyebabnya. Sulit
baginya melepaskan kegemaran menyantap makanan yang manis. ''Kayaknya, kalau nggak
manis, nggak sedep,'' katanya sambil tersenyum. Tidak mengherankan jika gula darahnya kerap
naik-turun.

Senam yang dilakukan Sumartono rupanya juga diikuti pasien diabetes yang lain. Mereka
tergabung dalam klub diabetes. Seperti juga Sumartono, mereka berpikir, senam merupakan
salah satu cara menjalani hidup bersama diabates. Maklum, diabetes bukan sembarang
penyakit.
Penyakit ini menempati urutan keempat penyebab kematian. Diabetes termasuk salah satu
penyakit utama yang perlu diwaspadai. Ahli diabetes pada Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, Surabaya, Dokter Agung Pranoto menyebut diabetes sebagai penyakit progresif.
Disebut progresif karena ketika seseorang terkena kencing manis, kadar serangan penyakit ini
terus bertambah dan menimbulkan komplikasi.

Tenggat waktu munculnya penyakit pertama kali hingga serangan komplikasi tergantung sejauh
mana pasien mengendalikan diabetes. Komplikasinya pun tidak kecil. Bila pembuluh darah
rusak, stroke, penyakit kardiovaskular, kebutaan, dan gagal ginjal bisa muncul. Tingginya kadar
gula bisa mengakibatkan pembuluh darah rusak, yang pada gilirannya membuat jaringan tubuh
membusuk.

Penderita diabetes di seluruh dunia pada tahun lalu tercatat 246 juta. Diperkirakan pada 2025
membengkak menjadi 380 juta jiwa. Menurut Profesor Ketut Suastika, Kepala Bagian Endokrin
Rumah Sakit Sanglah, Denpasar, jumlah kasus diabetes pada tahun ini meningkat tujuh kali lipat
sejak 1985.

Dari jumlah tersebut, 90% di antaranya adalah penderita diabetes tipe 2, sedangkan sisanya
pasien diabetes tipe 1. Selain itu, sebanyak 85%-95% dari mereka menetap di negara
berkembang. Yang lebih mengkhawatirkan, diabetes mulai menyerang orang-orang berusia
muda.

''Pada saat ini, orang berusia 30-an tahun mulai terkena diabetes, dan kecenderungan ini makin
meningkat,'' kata Profesor Ketut Suastika kepada Uswah Habibah dari Gatra. Dua puluh tahun
mendatang, anak-anak pun diperkirakan bakal terkena penyakit diabetes tipe 2. Sehingga dokter
anak juga akan menangani anak-anak penderita diabetes.

Ketut mengatakan pula bahwa diabetes bisa menguras kocek si penderita. Duit sejumlah US$
232 milyar atau sekitar Rp 2.134,4 trilyun telah dihabiskan untuk membiaya pencegahan dan
pengobatan diabetes di seluruh dunia. Angka itu ditaksir bakal membengkak menjadi US$ 302,5
milyar pada 2025. Salah satu penyebabnya, diabetes belum bisa disembuhkan.

Karena itu, selain pencegahan, kontrol yang ketat menjadi penting. Menurut Profesor Djoko
Wahono Soeatmadji, ahli diabetes pada Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang,
ada panduan baru dalam mengelola penyakit kencing manis, antara lain selalu memonitor kadar
gula darah 4-6 kali sepekan. Kandungan hemoglobin A1c (HbA1c) juga harus dikontrol.

HbA1c adalah komponen darah yang berkaitan dengan gula darah. Selain itu, penderita diabetes
harus menjaga asupan kalori per hari, menjaga kondisi tubuh, dan mengatur pola makan. ''Perlu
pula diperhatikan tekanan darah, berat badan, dan lingkar pinggang,'' ujar Profesor Djoko
Wahono.

Sedangkan Profesor Pradana Soewondo mengatakan, selama enam bulan setelah pasien
terdiagnosis kena diabetes, kadar HbA1c harus dijaga di bawah 6%. Untuk menjaganya, diet dan
olahraga harus dilakukan secara maksimal. Apabila tiga bulan tak ada hasilnya, pasien diberi
terapi kombinasi.

Terapi itu, antara lain, berupa terapi gizi, obat-obatan, latihan jasmani seperti senam, dan
edukasi. ''Bila tak berhasil juga, baru diberikan terapi insulin,'' kata ahli diabetes pada Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia itu. Tapi beberapa dokter membolehkan pemberian insulin
dijadikan salah satu terapi awal.

Tujuannya, mencegah timbulnya komplikasi lebih awal. Beberapa kondisi yang memungkinkan
pemberian insulin, antara lain, penurunan berat badan yang cepat, kadar gula darah kelewat
tinggi, gagal pemakaian obat-obat penurunan gula darah, dan stres berat.

Aries Kelana, Rach Alida Bahaweres, dan M. Nur Cholis Zaein (Surabaya)

Perbedaan Diabetes Tipe 1 dan 2

Diabetes tipe 1
Diabetes ini disebabkan ketidakmampuan sel-sel islet dalam pankreas menghasilkan hormon
insulin yang berperan mengubah zat makanan menjadi energi. Akibatnya, tubuh pasien
memerlukan suntikan insulin seumur hidup. Diabetes ini umumnya bersifat keturunan. Orangtua
atau kakek-nenek penderita diabetes akan menghasilkan anak atau cucu penyandang diabetes.

Diabetes tipe 2
Diabetes ini diakibatkan oleh gangguan fungsi pankreas dalam memproduksi insulin. Artinya,
sel-sel islet masih memproduksi insulin, tapi jumlahnya di bawah normal. Dalam kasus ini, kadar
gula darah kerap naik-turun. Lebih banyak disebabkan faktor lingkungan, seperti pola hidup dan
makan yang tek sehat. Agar kadar gula darah tetap normal, pasien diminta mengatur pola diet,
berolahraga, dan lain-lain. Terkadang diikuti pemberian insulin.

Menjinakkan Diabetes dengan Senam

Kagiatan menyehatkan berlangsung rutin di halaman parkir Rumah Sakit (RS) Hasan Sadikin,
Bandung. Setiap Jumat pagi selepas subuh, sekitar 100 orang --sebagian besar kaum hawa--
melakukan senam bersama. Mereka adalah penderita diabetes melitus yang tergabung dalam
Klub Diabetes Persadia Hasan Sadikin.

Dimulai dengan senam pernapasan, lalu berlanjut dengan senam utama yang terdiri dari 11
gerakan ringan. Maklum, para peserta senam ini rata-rata berusia di atas 45 tahun. Usai
melakukan senam selama 20 menit, mereka melakukan peregangan selama 30 menit. Juga
gerakan saling memijit dan memukul pelan pada tubuh bagian belakang. Tujuannya,
meringankan otot.

Selanjutnya, para penderita diabetes itu bergegas ke Poliklinik Endokrinologi RS Hasan Sadikin,
untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Kiki Fatima adalah satu di antara penderita diabetes
yang mengikuti senam itu. Wanita 60 tahun ini tampak bersemangat menarik napas sembari
mengerakkan tubuh.

Kiki Fatima merasa badannya lebih bugar setelah melakukan senam. Warga Cimahi, Jawa
Barat, itu tak henti-hentinya memekikkan slogan: “Diabetes, siapa takut.” Ibu tujuh anak itu
menderita diabetes sejak 1994. Selain rajin senam, Kiki juga melakukan diet ketat. Ia mengakui
hanya mengonsumsi nasi 100-150 gram per hari. Tentu saja dengan sedikit tambahan daging,
ikan, atau lauk-pauk lainnya. Kiki yakin, dengan kontrol makan yang baik, penyakitnya tak
mengkhawatirkan.

Dokter Augusta Arifin, Ketua Klub Persadia Bandung, mengatakan bahwa peserta klubnya
mencapai 600 orang. Dan, ia yakin, jumlahnya akan bertambah seiring dengan meningkatnya
kasus diabetes di “kota kembang”. Menurut dia, kegiatan itu sangat bermanfaat. “Mereka juga
saling mencari informasi untuk kesembuhan,” katanya. Sesama anggota klub diabetes itu saling
menolong. Jika salah satu anggotanya kekurangan biaya, dibantu.

Kegiatan pasien diabetes tak hanya berlangsung di Bandung. Di Surabaya, aktivitas serupa
digelar. Unit Persadia RS Soetomo juga punya kegiatan senam diabetes. “Olahraga ini sangat
berguna untuk membakar kalori tubuh, sehingga kadar gula darah bisa turun,” ujar Dokter Agung
Pranoto, Ketua Persadia Cabang Surabaya.

Selain senam, Persadia setempat menggelar program penyuluhan, seperti penyuluhan gizi,
lingkungan, dan soal komplikasi penyakit yang bakal terjadi. “Kami juga sering mengadakan
seminar dan rekreasi bagi para diabetesi,” tutur Agung.

Sementara itu, di RS Fatmawati, Jakarta, terdapat Klub Diabetes Famawati (KDF). Klub ini
didirikan pada 8 Agustus 1991. “Tujuannya, mengorganisasi pasien diabetes,” kata Ani Windani,
penasihat KDF. Pada saat KDF didirikan, tak banyak aktivitas yang dilakukan. Hanya delapan
orang yang menjadi pengurus. Mereka terbagi atas beberapa seksi, seperti seksi olahraga dan
seksi senam.

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah penyuluhan tentang diabetes tiga bulan sekali. Jumlah
pesertanya hanya 20 orang. Lama-kelamaan, jumlah peminatnya bertambah. Begitu pula
kegiatan yang dilakukan. Lantas, pada 1997, dilakukan senam diabetes di Rehabilitasi Medik
Terpadu Fatmawati.

Jumlah anggota KDF kini mencapai 237 orang. Ketua KDF, Kusubandio, mengungkapkan
bahwa anggota KDF yang rutin mengikuti senam diabetes setiap hari sebanyak 60 hingga 80
orang. Selain senam, mereka diminta berjalan kaki di sekitar rumah sakit dan melakukan
kegiatan lainnya. Untuk menjadi anggota, mereka dikenai iuran Rp 1.000 per bulan dan Rp 5.000
bila datang ikut senam.

Aries Kelana, Rach Alida Bahaweres, Sulhan Syafi'i (Bandung), dan M. Nur Cholis Zaein
(Surabaya)

Jalur Alternatif Mengatasi Diabetes

Diabetes melitus jangan dipandang enteng. Berdasarkan data Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) tahun 2006, penderita diabetas di Indonesia mencapai
14 juta. Jumlah itu akan meningkat terus setiap tahun. "Sekarang trennya naik terus, terutama di
daerah-daerah perkotaan," kata Business Development Manager PT Deltomed Laboratories,
Dokter Abrijanto S.B., kepada Flora Barus dari Gatra.

Peningkatan itu disebabkan beberapa faktor, misalnya obesitas, stres, diet yang tidak benar, dan
kurang beraktivitas. Bila dibiarkan, penyakit kencing manis itu akan menimbulkan komplikasi
serius. Karena itu, perlu pencegahan agar komplikasi tak terjadi.

Profesor Djoko Wahono, ahli diabetes pada Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang,
menyebutkan tiga tahap pencegahan. Tahap pertama, perubahan pola makan dan gaya hidup.
Misalnya, mencegah badan jangan terlalu gemuk. Kedua, mencegah komplikasi, sedangkan
yang terakhir mencegah kematian.

Salah satu terapi untuk mengatasi diabetes, menurut Dokter Abrijanto, dapat dilakukan dengan
obat-obatan modern dan obat herbal. Nah, yang herbal dianggap sebagai suplemen. "Saran
saya, kalau mau mengonsumsi yang herbal, jangan lupa tetap makan obat-obat dokter," ujar
Dokter Abrijanto.

Selain minum obat-obatan, pasien juga diberi pilihan dalam mengonsumsi makanan dan
minuman rendah atau tanpa kalori. Misalnya, minuman yang tidak mengandung gula atau
menggunakan pemanis buatan. Ada juga beberapa tanaman yang saat ini dipercaya dapat
mengatasi diabetes. Antara lain daun salam (Syzygium polyanthum), sambiloto (Andrographis
paniculata), dan dandang gendis (Clinacanthus nutans lindau).

Dokter Abrijanto pernah mencoba tanaman dandang gendis. Pasien diminta mengonsumsi
tanaman itu. Efeknya lumayan dan dapat menurunkan kadar gula darah. Tapi, Dokter Abrijanto
menegaskan, tanaman itu harus diteliti lebih lanjut. Sedangkan sambiloto jarang digunakan
karena rasanya sangat pahit.

Terapi alternatif dengan dandang gendis dapat dikatakan cukup efektif. Sebab pasien diabetes
pernah mencobanya. Semula, kadar gula darah pasien itu 400 mg/dl. Setelah pasien
mengonsumsi dandang gendis selama sehari, kadar gula darahnya turun menjadi 200 mg/dl.
“Penurunan ini terjadi hanya dalam sehari,” kata Dokter Abrijanto.

Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta, itu mengingatkan agar pasien
hati-hati mengonsumsinya. Bila sembarang dan melebihi dosis, akan terjadi hipoglikemia, yakni
kadar gula darah menurun drastis di bawah normal. Ia juga belum berani menganjurkan pasien
mengonsumsi obat herbal dalam jangka panjang. Pemakaian yang diperkenankan hanya dua
kali sepekan dan periodenya terbatas. Padahal, pengobatan diabetes bersifat jangka panjang.

Kini Dokter Abrijanto tengah melakukan uji toksisitas pada tanaman itu. Selain ketiga tanaman
itu, kayu manis (Cinnamon) juga dipandang Profesor Sumali Wiryowidagdo, ahli farmasi pada
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, dapat menghambat
perkembangan diabetes. Peneliti Eropa belakangan ini membuktikan khasiatnya untuk
menurunkan kadar gula darah.

Khasiat kayu manis terletak pada tanin, minyak atsiri, kalsium oksalat, dan lendir. Tanin
merupakan senyawa yang kompleks, yaitu epicatechin 3-O, epicatechin 8-C, dan epicatechin 6-
C. Juga mengandung procyanidin oligomer. "Senyawa ini mengikat glikosida," kata Sumali.
Kadar gulanya juga rendah, di bawah 1%. Uji klinis sudah dilakukan. Di luar negeri malah telah
dibuat ekstrak kayu manis dalam bentuk kapsul.

Tanin bekerja memperbaiki sel-sel islet di pankreas, sehingga pankreas dapat memproduksi
insulin lagi secara normal. Pada diabetes, sel-sel pankreas itu rusak sehingga tak bisa
memproduksi insulin di dalam tubuh. Akibatnya, gula darah tak dapat segera diubah menjadi
glikogen di hati dan otot. Kadar gula darah pun meningkat.

Anda mungkin juga menyukai