PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus atau penyakit gula merupakan salah satu penyakit kronis yang
ada di dunia seperti kanker, jantung, AIDS, diabetes, TB, vector borne, dan hepatitis.
Dikatakan penyakit gula karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa atau gula di
Menurut WHO (2013) terdapat lebih dari 200 juta orang diabetes di dunia.
Angka ini akan bertambah menjadi 333 juta orang di tahun 2025. Negara berkembang
seperti di Indonesia merupakan daerah yang paling banyak terkena pada abad ke 21.
Tahun 2035 jumlah penderita DM diprediksi melonjak hingga ke angka 14,1 juta
orang dengan tingkat prevalensi 6,67 persen untuk populasi orang dewasa. "Tidak
hanya itu, umur penderita diabetes pun kini semakin menurun atau semakin muda,"
katanya. Satu dari lima penderita diabetes masih berumur dibawah 40 tahun, yakni
tahun sebanyak 4.651.000 orang, sisanya berusia 60 hingga 79 tahun (Who, 2013)
Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen dan
0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes
(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes
yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%),
1
2
Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3
Komplikasi diabetes bisa terjadi pada penderita DM antara lain komplikasi akut
pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi dan pembuluh
darah otak. Pada penderita diabetes melitus, insulin yang dihasilkan tidak memadai
dikarenakan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga terkumpul dalam
lain yang mendorong timbulnya penyakit ini adalah kehamilan, kegemukan, tekanan
fisik atau emosi. Komplikasi yang muncul yaitu hipoglikemi dan hiperglikemi.
Hiperglikemi terjadi karena paparan glukosa yang tinggi dan beredar dalam darah
sehingga menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun dan terjadi banyak
kerusakan pada banyak organ diantaranya kulit akan terjadi dermatitis sampai infeksi
Ulkus diabetik adalah luka yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk
akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar pada bagian
kaki, namun, pada kasus terburuk di mana borok meluas dan tidak kunjung sembuh,
Ulkus pada kaki ditandai dengan kerusakan saraf, kerusakan saraf karena
neuropati perifer. Saraf yang biasanya membawa sensasi rasa sakit ke otak dari kaki
tidak berfungsi dengan baik. Penderita diabetes dapat mengalami luka karena
mekanisme perlindungan terhadap kaki. Orang yang sehat akan menyadari bila terlalu
banyak tekanan pada kaki dan secara otomatis menyesuaikan posisi. Tidak
demikian bila saraf telah rusak. Akibatnya, selain menimbulkan luka, kaki dapat
Selain itu, pengelolaan hipertensi dan kolesterol darah serta faktor risiko lain akan
dilakukan untuk mencegah timbulnya ulkus (1) Periksa kaki secara teratur setiap hari,
terutama pada telapak kaki dan ruang antar jari. (2) Cuci kaki setiap hari dengan
sabun yang lembut. (3) Potonglah kuku-kuku di jari kaki dengan hati-hati. (4) Olesi
kaki dengan krim pelembab agar tidak retak, terutama pada ruang di antara jari kaki.
(5) Gunakan alas kaki, jangan berjalan tanpa alas kaki. (6) Pilih kaus kaki dengan
4
kandungan katun yang tinggi sehingga menyerap keringat dan tidak mudah
diketahui bahwa penderita diabetes melitus tergolong penyakit yang menonjol. Dari
data dokumentasi didapatkan data bahwa pada tahun 2015 jumlah penderita diabetes
melitus yakni 112 orang dan pada tahun 2016 berjumlah 122 orang dan yang
mengalami ulkus kaki berjumlah 5 orang. Masalah diabetes melitus ini sudah menjadi
masalah besar yang dihadapi oleh pasien diabetes di wilayah Puskesmas Kota Timur
sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan yang meliputi beberapa kegiatan seperti
diabetes secara mandiri, perawatan mencuci dan membersihkan kaki, perawatan kuku
tentang “Pencegahan Ulkus Kaki pada Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana pencegahan Ulkus Kaki pada pasien diabetes melitus di wilayah kerja
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah maka ditetapkan tujuan penelitian yakni untuk
mengetahui pencegahan Ulkus Kaki pada pasien diabetes melitus di wilayah kerja
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pasien
b. Bagi Puskesmas
Gorontalo
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit
yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia)
akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Fransisca, 2012). Di
jelaskan pula oleh Fransisca bahwa diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan
kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Diabetes mellitus (DM) atau kencing manis merupakan penyakit menahun di mana
Diabetes adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi
(Toruan, 2012). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi
insulin.
dengan kadar gula dala tubuh. Diabetes mellitus juga dikenal dengan nama
penyakit umum yang bisa kita temukan di mana-mana. Angka kejadiannya terus
mata, jantung, ginjal, saraf, atau kemungkinan amputasi yang terjadi. Diabetes
hiperglikemik (kadar gula darah tinggi) sebagai akibat dari kurangnya sekresi
menyebutkan, bahwa tahun 2012 sudah ada lebih 371 juta penderita diabetes
dengan tiap tahun angka kejadian diabetes naik 3 persen atau bertambah 7 juta
orang. American Diebetes Association melaporkan bahwa tiap 21 detik ada satu
orang yang terkena diabetes. Prediksi sepuluh tahun yang lalu bahwa jumlah
diabetes akan mencapai 350 juta pada tahun 2015, ternyata sudah jauh terlampaui.
Celakanya, lebih dari setengah populasi diabetes berada di asia, terutama di India,
Kalau di tahun 1995 Indonesia berada di nomor tujuh sebagai negara dengan
jumlah diabetes terbanyak di dunia, maka pada tahun 2025 diperkirakan indonesia
akan naik menjadi nomor lima terbanyak, kini dilaporkan di masyarakat kota besar
seperti Jakarta dan Surabaya, sudah mencapai hampir 10 persen penduduk yang
mengidap diabetes.
Di tahun 2012 sudah ada 4,8 juta kematian yang disebabkan langsung oleh
diabetes. Tiap 10 detik ada satu atau tiap 1 menit ada 6 orang yang meninggal
akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes. Di Amerika yang sudah maju
sekalipun, angka kematian akibat diabetes bisa mencapai 200.000 orang per tahun.
8
World Diabetes Atlas (2012) bahkan mencatat bahwa 471 miliar dolar amerika
(atau lebih dari 4.500 triliun rupiah) telah dihabiskan pasien diabetes untuk biaya
berobat.
sebutan lain yakni diabetes juvenil (diabetes yang terjadi pada anak-anak).
Diabetes ini terjadi pada anak-anak dan remaja yang mengalami kekurangan
insulin. Biasanya pada anak-anak ini, penyebab atau faktor resikonya bersifat
genetik, pada penderita diabetes mellitus tipe 1 sel-sel beta pankreas penghasil
insulin rusak. Bahkan sebagian dari mereka menderita diabetes bukan karena
apa yang mereka makan. Oleh karena itu, kadar glukosa dalam darah ada di atas
kadar normal. Menurut Fransisca, (2012) bahwa diabetes tipe 1 terjadi pada
anak-anak serta orang dewasa yang timbul secara mendadak yang disebabkan
oleh faktor keturunan. Diabetes tipe 1 terjadi adanya reaksi autoimun (serangan
antibodi) yang disebabkan karena adanya peradangan pada sel beta pankreas
sehingga terjadi keadaan insulinitis, yang bisa disebabkan antara lain oleh virus,
karena kurangannya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel
beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas. Diabetes ini dapat
diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Sampai saat ini diabetes ini
9
tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan diet maupun
badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Penyebab terbanyak dari
kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas
pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu membuat
insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali dan gula
akan menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam
sel. Penyakit ini biasanya timbul pada usia anak atau remaja, baik pria maupun
wanita. Gejala biasanya timbul mendadak dan bisa berat sampai koma apabila
tidak segera ditolong dengan suntikan insulin. Dari semua penderita diabetes, 5-
ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen. Hal ini mungkin disebabkan karena
Menurut Tjahjadi (2002) bahwa diabetes mellitus tipe 2 jauh lebih banyak
terjadi daripada diabetes mellitus tipe 1. Diabetes mellitus tipe 2 masih dapat
penderita diabetes mellitus tipe 2 adalah rasa haus yang terjadi berulang kali,
10
sering buang air kecil, pandangan yang memudar dan gejala-gejala diabetes
diatas 35 tahun, diabetes mellitus sering muncul tanpa gejala atau dengan gejala
tetapi jumlah reseptor insulin pada permukaan sel yang kurang atau berubah
maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel akan kekurangan
kemungkinan yang berperan (1) Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk
apel), (2) diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, (3) kurang olahraga dan (4)
merupakan tipe diabetes yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di
disfungsi sel beta, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap
resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang
peka terhadap insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot
yang paling sering didapatkan. Biasanya timbul pada usia diatas 40 tahun,
namun bisa pula timbul pada usia di atas 20 tahun. Sembilan puluh hingga
sembilan puluh lima persen dari penderita diabetes adalah diabetes tipe 2. Pada
diabetes tipe 2, pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi kualitas insulinnya
buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga glukosa dalam darah
meningkat. Pasien yang mengidap diabetes tipe ini biasanya tidak perlu
tipe 2 adalah sel-sel jaringan tubuh dan otot si pasien tidak peka atau sudah
resistance. Akibatnya, insulin tidak bisa bekerja dengan baik dan glukosa
akhirnya tertimbun dalam peredaran darah. Keadaan ini umumnya terjadi pada
mellitus 1 yaitu: (1) Berusia di bawah 40 tahun, (2) Kurus, (3) Antibodi pada
muncul dan terlihat, (5) Muntah, (6) Pusing dan (7) Turunnya berat badan.
1) Diabetes yng tergantung insulin : biasanya pada usia muda, di mana di dalam
2) Diabetes yang tidak tergantung insulin : pada usia dewasa. Kadar insulin
onset akut, biasanya kurus, biasanya pada umur muda, berhubungan dengan
HLA-DR3 & DR4, didapatkan Islet Cell Antibody (ICA), riwayat keluarga
dengan insulin, onset lambat, gemuk atau tidak gemuk, biasanya > 45 tahun, tak
berhubungan dengan HLA, tak ada Islet Cell Antibody (ICA), riwayat keluarga
(+) pada 30% dan ±100% kembar identik terkena. Menurut Tjahjadi (2002:28)
ciri-ciri orang menderita diabetes mellitus tipe 2 yakni sebagai berikut usia di
atas 45 tahun, memiliki keluarga (ayah, ibu, atau saudara) yang terkena
bawah 35 mg/dL atau trigyceride di atas 250 mg/dL, ras tertentu termasuk di
diabetes gestasional, pola makan yang tidak sehat, polycystic ovary disease
(adanya berbagai kista kecil pada rahim yang bisa berpengaruh pada
4. Komplikasi Diabetes
a. Komplikasi Akut
1) Ketoasidosis Diabetik
3) Hipoglikemia
kesadaran.
14
1) Sistem Kardiovaskuler
2) Gangguan Penglihatan
oksigen
4) Ulkus/gangren/kaki diabetik
amputasi yang didasari oleh kejadian non traumatik. Risiko amputasi 15-40
menjadi lebih panjang. Lebih dari 25% penderita DM yang dirawat adalah
akibat kaki diabetik. Sebagian besar amputasi pada kaki diabetik bermula
dari ulkus pada kulit. Bila dilakukan deteksi dini dan pengobatan yang
evaluasi dini dan penanganan yang adekuat di rumah sakit tidak optimal
4. Kaki Diabetik
Kaki diabetik adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat
dalam yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada
tungkai bawah, (1) selain itu ada juga yang mendefinisikan sebagai kelainan
tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang tidak terkendali dengan baik
infeksi. Kaki diabetik merupakan gambaran secara umum dari kelainan tungkai
bawah secara menyeluruh pada penderita diabetes melitus yang diawali dengan
adanya lesi hingga terbentuknya ulkus berupa luka terbuka pada permukaan
kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat yang sering disebut
terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada
penderita yang sering tidak dirasakan dan dapat berkembang menjadi infeksi
disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob yang pada tahap selanjutnya
klasifikasi Wagner, klasifikasi Texas, serta yang lebih banyak digunakan adalah
dapat menentukan kelainan apa yang lebih dominan yakni vaskular, infeksi dan
baik, namun pada penelitian ini klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi
berdasarkan Wagner.
a) Derajat 0
19
Derajat 0 ditandai antara lain kulit tanpa ulserasi dengan satu atau lebih
kulit kering dan terdapat callous (yaitu daerah yang kulitnya menjadi
hipertropik dan anastesi); terjadi deformitas berupa claw toes yaitu suatu
b) Derajat I
terjadinya neuropati sensori perifer dan paling tidak satu faktor risiko
ditandai adanya lesi kulit terbuka, yang hanya terdapat pada kulit, dasar
kulit dapat bersih atau purulen (ulkus dengan infeksi yang superfisial
c) Derajat II
grade I dan ditambah dengan adanya lesi kulit yang membentuk ulkus.
Dasar ulkus meluas ke tendon, tulang atau sendi. Dasar ulkus dapat bersih
atau purulen, ulkus yang lebih dalam sampai menembus tendon dan
d) Derajat III
tendon dan tulang serta terdapat abses dengan atau tanpa osteomielitis.
e) Derajat IV
Derajat IV ditandai dengan adanya gangren pada satu jari atau lebih,
gangren dapat pula terjadi pada sebagian ujung kaki. Perubahan gangren
pada ekstremitas bawah biasanya terjadi dengan salah satu dari dua cara,
suatu area focal dari nekrosis yang apabila tidak dikoreksi akan
infeksi atau peradangan yang terus-menerus. Dalam hal ini terjadi oklusi
pada arteri digitalis sebagai dampak dari adanya edema jaringan lokal.
f) Derajat V
sebagai berikut :
lutut).
kaki diabetik ini, sesuai indikasi dan derajat lesi yang dijumpai seperti:
komplikasi diabetes melitus cukup tersebar sehingga bisa dikatakan sebagai salah
satu masalah nasional yang harus mendapat perhatian, selain itu sampai saat ini
masalah kaki diabetik kurang mendapat perhatian sehingga masih muncul konsep
dasar yang kurang tepat bagi pengelolaan penyakit ini. Dampaknya banyak
amputasi pada kakinya. Pada negara maju kaki diabetik memang masih merupakan
22
adanya k linik kaki diabetik yang aktif maka nasib penyandang kaki diabetik
menjadi lebih baik sehingga angka kematian dan amputasi menurun 45%-85%.
didasari oleh kejadian non traumatik. Risiko amputasi 15-40 kali lebih sering pada
diabetik juga menyebabkan lama rawat penderita diabetes melitus menjadi lebih
lama. Penderita diabetes melitus dengan kaki diabetik memerlukan biaya yang
antara US$20.000 sampai dengan US$25.000 per tahun untuk seorang penderita.
Penderita kaki diabetik di Indonesia memerlukan biaya sebesar Rp. 1,3 juta sampai
dengan Rp. 1,6 juta perbulan dan Rp. 43,5 juta per tahun untuk seorang penderita.
Serikat sebesar 15-20%, risiko amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan
mortalitas 32% dan kaki diabetik merupakan sebab perawatan rumah sakit yang
terbanyak sebesar 80% untuk diabetes melitus. Prevalensi angka kematian akibat
ulkus dan gangren berkisar 17-23%, sedangkan angka amputasi berkisar 15-30%.
Angka kematian 1 (satu) tahun pasca amputasi sebesar 14,8%. Jumlah itu
23
meningkat pada tahun ketiga menjadi 37%, rata-rata umur pasien hanya 23,8 bulan
pasca amputasi.
infeksi meluas sampai ke jaringan sekitarnya. Faktor aliran darah yang kurang
membuat luka sulit untuk sembuh dan jika terjadi ulkus, infeksi akan mudah sekali
terjadi dan meluas ke jaringan yang lebih dalam bahkan sampai ke tulang.
a. Neuropati Diabetik
Neuropati diabetik adalah komplikasi kronis yang paling sering ditemukan pada
syaraf sebagai akibat dari hiperglikemia kronis. Angka kejadian neuropati ini
bertambahnya usia penderita. Tipe neuropati terbagi atas 3 (tiga) yaitu :(47-54)
1) Neuropati sensorik
Kondisi pada neuropati sensorik yang terjadi adalah kerusakan saraf sensoris
ringan, tekanan, vibrasi dan persarafan motorik pada otot. Secara klinis akan
timbul gejala seperti kejang dan kelemahan otot kaki. Serabut saraf tipe C
24
berperan dalam analisis sensari nyeri dan suhu. Kerusakan pada saraf ini
pada 2-3 tempat pada kaki. Selain dengan 10 g nylon monofilament, dapat
getaran.
2) Neuropati motorik
motor end plate. Serabut saraf motorik bagian distal yang paling sering
terkena dan menimbulkan atropi dan otot-otot intrinsik kaki. Atropi dari otot
distribusi tekanan kaki saat melangkah dan dapat menyebabkan kallus pada
hammer toe, dan lesi pada nervus peroneus lateral yang menyebabkan foot
3) Neuropati otonom
25
kering. Kaki yang kering sangat berisiko untuk pecah dan terbentuk fisura
sehingga terjadi iskemi pada kaki, keadaan ini mudah dikenali dengan
b. Kelainan Vaskuler
dari diabetes melitus. Penyakit arteri perifer ini disebabkan karena dinding
arteri banyak menumpuk plaque yang terdiri dari deposit platelet, sel-sel otot
polos, lemak, kolesterol dan kalsium. PAP pada penderita diabetes berbeda dari
yang bukan diabetes melitus. PAP pada pasien diabetes melitus terjadi lebih
dini dan cepat mengalami perburukan. Pembuluh darah yang sering terkena
adalah arteri tibialis dan arteri peroneus serta percabangannya. Risiko untuk
biasanya ada gejala, tetapi kadang juga tanpa gejala, sebagian lain dengan
1) Intermitten Caudication
26
Nyeri dan kram pada betis yang timbul saat berjalan dan hilang saat
berhenti berjalan, tanpa harus duduk. Gejala ini muncul jika Ankle-
3) Nyeri
Terjadi karena iskemi dari serabut saraf, diperberat dengan panas, aktivitas,
dan elevasi tungkai dan berkurang dengan berdiri atau kaki menggantung.
Apabila denyut kaki bisa di palpasi, maka PAP tidak ada. Jika denyut
dorsalis pedis dan tibial posterial tidak teraba maka dibutuhkan pemeriksaan
2) Doppler flowmeter
monofasik.
diastolik akan turun. Karena itu, tekanan sistolik pada pergelangan kaki lebih
TcPO2 pada arteri yang mengalami oklusi sangat rendah. Pengukuran ini
tinggi untuk terjadinya gagal ginjal akut akibat kontras meskipun kadar
kreatinin normal.
c. Infeksi
Infeksi dapat dibagi menjadi tiga yaitu superfisial dan lokal, selulitis dan
mendapat antibiotik sebelumnya atau pada ulkus kronis, biasanya dijumpai juga
pseudomonas aeruginosa).
Diagnosis kaki diabetik harus dilakukan secara teliti, diagnosis kaki diabetik
diabetes dan kepatuhan terhadap diet, olahraga dan obat-obatan, evaluasi dari
jantung, ginjal dan mata, alergi, pola hidup, medikasi terakhir, kebiasaan
merokok, minum alkohol. Selain itu, yang perlu diwawancara adalah tentang
pemakaian alas kaki, pernah terekspos dengan zat kimia, adanya kalus dan
deformitas, gejala neuropati dan gejala iskemi, riwayat luka atau ulkus.
Pengkajian pernah adanya luka dan ulkus meliputi lokasi, durasi, ukuran, dan
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi pada kulit yaitu status kulit seperti warna, turgor kulit, pecahpecah;
berkeringat; adanya infeksi dan ulserasi; adanya kalus atau bula; bentuk
kuku; adanya rambut pada kaki. Inspeksi pada otot seperti sikap dan postur
dari tungkai kaki; deformitas pada kaki membentuk claw toe atau charcot
joint; keterbatasan gerak sendi; tendon; cara berjalan; dan kekuatan kaki.
dengan tunning fork 128-Hz, pinprick sensation, reflek kaki untuk mengukur
arteri kaki, capillary refiling time, perubahan warna, atropi kulit dan kuku
4) Pengukuran alas kaki meliputi bentuk alas kaki yang sesuai dan nyaman, tipe
c. Pemeriksaan laboratorium
yaitu: pemeriksaan glukosa darah baik glukosa darah puasa atau sewaktu,
lain.
d. Pemeriksaan penunjang
e. Pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan untuk deteksi kaki diabetik adalah
dengan menilai Ankle Brachial Index (ABI) yaitu pemeriksaan sistolik brachial
tangan kiri dan kanan kemudian nilai sistolik yang paling tinggi dibandingkan
dengan nilai sistolik yang paling tinggi di tungkai. Nilai normalnya adalah O,9-
1,3. Nilai dibawah 0,9 itu diindikasikan bawah pasien penderita diabetes
melitus memiliki penyakit kaki diabetik dengan melihat gangguan aliran darah
pada kaki. Alat pemeriksaan yang digunakan ultrasonic doppler. Doppler dapat
dengan tipe neuropati yang tersering. Ulkus kaki diabetes dapat berkembang
secara cepat, dengan kerusakan jaringan yang cepat dan sering disertai dengan
adanya infeksi, dan bila terjadi terjadi ulkus akan lambat untuk
eksternal akibat adanya trauma akut ataupun kronik sering menjadi penyebab
timbulnya ulkus kaki diabetes. Pathway ulkus kaki diabetes dapat tersusun dari
deformitas kaki, iskemi tungkai bawah, edema kaki, dan pembentukan kalus.
Akan tetapi, pada hasil sebuah penelitian tiga serangkai faktor utama yaitu
neuropati, trauma kaki minor, dan deformitas kaki ditemukan lebih besar dari
63%. Faktor pertama pada perkembangan ulkus kaki diabetik yaitu neuropati
adalah trauma, biasanya berhubungan dengan tekanan yang terlalu tinggi pada
bagian telapak kaki selama proses berjalan. Komponen akhir adalah kegagalan
wound healing yang berhubungan dengan penurunan suplai darah pada area
luka dan ekspresi abnormal growth factor serta sitokin lain yang terlibat dalam
yang timbulnya ulkus kaki diabetik dan menjadi penyebab penting pada
1) Identifikasi Resiko
bahan yang paling penting untuk dibicarakan ketika menghadapi pasien yang
33
ulkus, tetapi terdapat beberapa faktor resiko lain yang juga turut berperan
yaitu (a) Keadaan hiperglikemia yang tidak terkontrol, (b) Usia pasien yang
lebih dari 40 tahun, (c) Riwayat ulkus kaki atau amputasi, (d) Penurunan
denyut nadi perifer, (e) Riwayat merokok, (f) Deformitas anatomis atau
Dengan perawatan kaki yang tepat dan perubahan posisi yang sering
menari (yoga). Berikut ini adalah program perawatan kaki yang harus
khusus (senam kaki, memeriksa dan merawat kaki) yang dilakukan oleh
para diabetesi atau individu yang beresiko sebagai upaya dalam mencegah
bagian kaki yang sulit dijangkau terutama telapak kaki dari luka atau
hasil yang lebih baik, jika penglihatan klien berkurang, maka klien dapat
Kuku jari: periksa adanya kuku tumbuh di bawah kulit (ingrown nail),
robekan atau retakan pada kuku. Kulit periksa kulit di sela-sela jari (dari
ujung hingga pangkal jari), apakah ada kulit retak, melepuh, luka, atau
kaki, apakah terdapat kalus (kapalan), palantar warts, atau kulit telapak
kaki yang retak (fisura). Kelainan bentuk tulang pada kaki: periksa
cek kemungkinan adanya kulit berkerak dan kekeringan kulit akibat luka.
Bau periksa kemungkinan adanya bau dari beberapa sumber pada daerah
kaki.
menyiapkan air hangat: uji air hangat dengan siku untuk mencegah
cedera, cuci kaki dengan sabun yang lembut (sabun bayi atau sabun cair)
handuk bersih, lembut. Keringkan sela-sela jari kaki, terutama sela jari
kaki ke- 3-4 dan ke- 4-5, oleskan lotion pada semua permukaan kulit kaki
35
untuk menghindari kulit kering dan pecah pecah. Jangan gunakan lotion
Potong dan Rawat kuku secara teratur. Bersihkan kuku setiap hari pada
waktu mandi dan berikan cream pelembab kuku. Gunting kuku kaki lurus
mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek atau terlalu dekat
dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam. Jika ragu, Anda bisa
Hindarkan terjadinya luka pada jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras,
Hal- hal yang harus dilakukan jangan berjalan tanpa menggunakan alas
kaki, hindari penggunaan plester pada kulit, jaga agar kaki tidak kontak
dengan air panas (jangan gunakan botol panas atau peralatan listrik untuk
memotong kuku kaki, jangan membiarkan luka kecil di kaki, sekecil apa
B. Kerangka Konsep
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Kaki pada pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Kota Timur Kota
Gorontalo.
37
1. Tempat Penelitian
Gorontalo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 (satu) bulan yakni sejak tanggal 19 April
C. Variabel Penelitian
D. Definisi Operasional
Tabel 1
Definisi Operasional
1. Populasi
2. Sampel Penelitian
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
teknik persentase jika populasi lebih dari 100 maka dapat ditarik sampel
sebesar 10%, 20% dan 30%. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak
20% dari jumlah populasi (20% x 112 orang = 22). Jadi sampel dalam
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
F. Instrumen Penelitian
penelitian ini adalah lembar observasi dan kuisioner yang dirancang sendiri oleh
pengamatan.
40
1. Pengolahan Data
a) Editing
b) Koding
Koding atau pengkodean, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan ialah
c) Scoring
Scoring atau pemberian skor dilakukan dengan memberi nilai atau skor
d) Tabulasi
kedalam satu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki yang mana sesuai
41
dengan tujuan penelitian ini dalam hal ini dipakai tabel untuk memudahkan
2. Analisa data
Analisa data dalam penelitian ini adalah analisis presentase untuk mengetahui
f
P = ---- x 100%
n
Keterangan
P = Persentase
f = Frekuensi
n = Sampel
100% = Nilai baku persentase (Arikunto, 2010)
I. Etika Penelitian
meliputi :
menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
haknya.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
(Notoatmodjo, 2012).
J. Jalannya Penelitian
1. Penelitian ini diawali dengan melakukan pengumpulan data awal melalui studi
ditetapkan sebelumnya.
skripsi
43
K. Keterbatasan Penelitian
berikut:
1. Masih terbatasnya referensi atau literatur yang berhubungan dengan variabel yang
diteliti.