Anda di halaman 1dari 5

Estia putri

4B keperawatan

16.56.01.11.050

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
. Diabetes mellitus (DM) merupakan kelainan metabolisme pada tubuh atau
ketidakmampuan pankreas menghasilkan insulin yang menyebabkan waktu kerja
insulin menjadi terhambat dan kadar gula darah meningkat.[1]
Diabetes secara awam disebut penyakit kencing manis atau penyakit gula yang
menimbulkan banyak komplikasi yang diakibatkan oleh perilaku tidak sehat, kurang
aktifitas fisik, dan stres. [2]
Diabetes type 2 paling sering ditemukan, sekitar 90-95 persen menderita
Diabetes type 2 . Penderita biasanya timbul pada usia 40 tahun. Pada Diabetes type 2
organ pangkreas masih bisa membuat insulin tetapi kualitas dari insulinya buruk.
Sehingga gula darah meningkat.Pasien tidak memerlukan tambahan suntikan insulin
karna insulin sudah resisten serta kualitas insulinya sudah buruk sehingga gula
tertimbun pada peredaran darah, tetapi obat yang yang bekerja untuk memperbaiki
fungsi insulin dan menurunkan gula darah dalam darah.(Dr.Hans Tandra,2019)
Selain memeriksa kadar gula darah yang teratur dan diet, pengidap Diabetes
Melitus juga diharuskan memeriksa kondisi kulit,terutama kaki,tumit,dan jari-jari
kaki. karna gula darah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan berkurangnya
bahkan hilangnya rasa di area kaki, Akibatnya penederita Diabetes Melitus tidak sadar
jika terdapat luka di kakinya. Adanya luka di kaki, jamur dan kuman yang dapat
masuk dengan mudahnya sehingga terjadinya infeksi yang ditandai dengan kuku jari
yang tampak menebal, berwarna kunung,bentuknya berubah dan tidak tumbuh dengan
normal, pergelangan kaki atau jari kaki yang merah, membengkak, panas saat
disentuh, berubah ukuran den bentuknya, atau sakit saat melakukan gerakan normal
biasanya keseleo dan retak. Perawatan kaki dapat dilakukan dengan cara memeriksa
kuku kaki, menggunakan kaos kaki yang lembut dan tebal untuk melindungi kaki saat
berjalan, menggunakan sepatu yang nyaman dan pas, selalu menjaga kebersihan
kaki,mengeringkan kaki pada bagian selajari kaki dengan seksama setelah mandi, saat
cuaca dingin gunakan pelembab kulit. (K Safira,2018)
Perawatan kaki yang baik akan mencegah terjadinya luka kaki diabetes.
Perilaku perawatan yang baik sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan pasien diabetes.
Semakin bagus pengetahuannya tentu akan semakin bagus perilaku perawatannya.[2]
Penyulit kaki diabetes menjadi masalah rumit karena belum banyak peminat
yang termotivasi menekun perawatan kaki diabetes. Di samping itu masih terbatasnya
pendidikan yang khusus untuk mengelola kaki diabetes. Pengetahuan mengenai kaki
diabetes masyarakat khususnya diabetesi dirasakan masih rendah dan besarnya biaya
pengelolaan kaki diabetes [3].
Kaki diabetes mengalami luka dan cepat berkembang menjadi ulkus gangren
apabila tidak dirawat dengan baik. Sekitar 15% penderita diabetes melitus akan
mengalami komplikasi Infeksi Kaki Diabetik (IKD) . Pencegahan terjadinya luka kaki
diabetic diperlukan perilaku perawatan kaki (foot care behavior) , identifikasi risiko
dari kaki diabetic dan pemberian edukasi serta penatalaksanaan dini. [1]
Ulkus diabetik adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disertai adanya
kematian jaringan setempat yang merupakan komplikasi kronik diabetes. Prevalensi
penderita luka kaki diabetes kurang lebih 12 – 15% terletak pada ekstremitas bawah
dan lebih dari 90% menyebabkan komplikasi amputasi. Tingkat kematian karena
amputasi kaki diabetes setelah setahun amputasi sebanyak 11 – 41%, setelah 3 tahun
pasca amputasi 20 – 50% dan setelah 5 tahun pasca amputasi 39– 80%, di mana angka
kematian ini diperburuk oleh penyakit yang berbahaya lainnya. Prevalensi terjadinya
luka kaki diabetes di Indonesia sekitar 13% penderita di rawat di rumah sakit dan 26%
penderita rawat jalan [2].
Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015
menyebutkan bahwa jumlah penderita diabetes mencapai 415 juta jiwa, kemudian
pada tahun 2017 mencapai 425 juta
Menurut riskesdas di Indonesia dari 2013 hingga 2018 prevelnsi Diabetes
Melitus (DM) meningkat dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen artinya ada kurang 22,9
juta penduduk prevelensi Diabetes Melitus dengan kendala salah satunya adalah
kondisi demografi Indoesia.
Menurut World Health Organization (WHO) jumlah penduduk dunia yang
menderita diabetes mellitus pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat paling
sedikit menjadi 366 juta. Setiap tahun penderita diabetes di Indonesia semakin
meningkat. Saat ini, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah
penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk setelah India,
Cina, dan Amerika Serikat. Diabetes Melitus merupakan penyebab kematian nomor 6
di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia, penyakit diabetes mellitus
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius. Faktor lingkungan dan
gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas dan
stres berperan sangat besar sebagai pemicu Diabetes Mellitus. Selain itu Diabetes
Mellitus juga bisa muncul karena adanya faktor keturunan. [1]
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Imas Yoyoh (2016) dengan
menggunakan Chi-Square diperoleh p=0,036 dimana nilai p-value < 0,05, maka Ho
ditolak artinya terdapat hubungan antara perawatan kaki dengan risiko ulkus kaki
diabetes di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. Pasien DM dengan
perawatan kaki yang kurang baik berpeluang untuk terjadinya risiko ulkus tinggi
dibandingkan dengan pasien DM yang perawatan kakinya baik. [4]
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ezy Alkendhy (2018) dengan
menggunakan Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna pada neuropati sensorik (p = 0,023) dan kalus (p = 0,007). Analisis
mutivariat faktor yang paling dominan memengaruhi terjadinya luka kaki diabetes
adalah neuropati sensorik dengan nilai OR 0,298. [5]
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tini (2019) dengan menggunakan
Analisis korelasi menggunakan uji statistik sperman rho untuk melihat kemaknaan
hubungan dari dua variabel dengan taraf signifikansi 95%. Hasil penelitian diperoleh
kegiatan perawatan kaki berada pada nilai rata-rata 37,74±5,14 dan resiko kaki
diabetik 7,07±3,10. Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara
perawatan kaki dengan resiko kaki diabetik. Mengingat perawatan kaki merupakan
salah satu faktor resiko yang dapat dilakukan untuk mencegah kaki diabetik. Sehingga
dipandang perlu diaplikasikan dalam perawatan kesehatan masyarakat melalui
pengembangan model keperawatan komunitas [6].
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rina Amelia (2018) dengan
menggunakan analisis chi square menunjukkan terdapat hubungan antara perilaku
perawatan kaki diabetes dengan kejadian komplikasi luka kaki diabetes pada pasien
DM tipe 2 di Puskesmas Tuntungan Medan (p<0.05). Perilaku perawatan kaki sangat
berperan terhadap terjadinya luka kaki diabetes. Untuk membentuk perilaku yang baik
dibutuhkan edukasi oleh dokter maupun oleh petugas kesehatan kepada pasien
diabetes[2]
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shinta Arini Ayu menyimpulkan bahwa
sebagian besar responden yang tidak melakukan perawatan kaki, sebanyak 76
responden (80,9%), dan responden yang terjadi luka kaki yaitu sebanyak 55
responden (58,5%). Ada hubungan antara perawatan kaki dengan kejadian luka kaki
pada pasien diabetes melitus Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
dengan p-value = 0,000 dan OR = 10,833. Diharapkan bagi masyarakat yang
menderita diabetes mellitus untuk lebih aktif dalam usaha menambah pengetahuan
dengan mengikuti kelas perawatan kaki dan melakukan perawatan kaki dengan rutin
serta melakukan perlindungan terhadap trauma – sepatu khusus[7]
[1] S. Rohmah, “Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Luka Kaki Diabetik
Pada Pasien Diabetes,” vol. 1, pp. 23–36, 2019.

[2] A. Rina, “Hubungan Perilaku Perawatan Kaki dengan Terjadinya Komplikasi Luka
Kaki Diabetes pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Tuntungan Kota
Medan TALENTA Conference Series Hubungan Perilaku Perawatan Kaki dengan
Terjadinya Komplikasi Luka Kaki Diabet,” vol. 1, no. 1, pp. 124–131, 2018.

[3] Srimiyanti, “PENGETAHUAN PENCEGAHAN KAKI DIABETIK PENDERITA


DIABETES MELITUS BERPENGARUH TERHADAP PERAWATAN KAKI
Srimiyati 1 1,” vol. 16, no. 2, pp. 76–82, 2018.

[4] I. Yoyoh, “KAKI DIABETES DI RUANG RAWAT INAP RSU KABUPATEN


Organ tubuh merupakan suatu sistem yang terintegrasi , apabila salah satu sistem
terganggu akan menyebabkan gangguan terhadap organ lainnya , salah satunya sistem
organ yang kompleks dalam tubuh manusia adal,” pp. 8–15.

[5] D. Alkendhy Ezy, “1 1 2 3,” vol. 94, pp. 1–14, 2018.

[6] D. Tini, “Jurnal Citra Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjaramasin,” vol. 7, no. 1,
2019.

[7] S. Ayu, Arini, “HUBUNGAN PERAWATAN KAKI DENGAN KEJADIAN LUKA


KAKI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI RSUD Dr . H . ABDUL
MOELOEK Jurnal Kesehatan Holistik ( The Journal of Holistic Healthcare ), Volume
11 , No . 2 , April 2017 : 95-100,” vol. 11, no. 2, pp. 95–100, 2017.

Anda mungkin juga menyukai