Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

STUDI LITERATUR: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PROSES PENYEMBUHAN LUKA GANGREN DIABETIK
Dosen pengampuh: Dr. Rosmin Ilham, S.Kep., Ns., MM

Disusun Oleh:
ELSA HABI
C0142030
Keperawatan B 2020

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya saya dapat menulis proposal ini yang
berjudul “STUDI LITERATUR: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
PENYEMBUHAN LUKA GANGREN DIABETIK” hingga selesai. Meskipun dalam
proposal ini pasti terdapat berbagai macam kesalahan dan kekurangan
namun saya telah berusaha menyelesaikan proposal ini dengan sebaik
mungkin yang di bantu dari berbagai pihak
Oleh karena itu, saya menghanturkan terima kasih kepada dosen
pembimbing serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan dan
saran atas selesainya penulisan makalah ini. Di dalam penulisan makalah
ini, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan-kekurangan
mengingat keterbatasannya pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki. Oleh sebab itu, sangat di harapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun untuk melengkapkan makalah ini dan
berikutnya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kumpulan
penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena ketidaknormalan sekresi insulin dan
kerja insulin (ADA, 2014). World Health Organization
(WHO) sebelumnya pernah merumuskan DM menjadi
suatu hal yang penting dan secara umum dapat dikatakan
seperti suatu kumpulan masalah anatomic dan kimiawi
akibat dari sejumlah faktor yang didapat defisiensi insulin
absolut dan gangguan fungsi insulin. Penyakit diabetes
mengakibatkan kegagalan penyembuhan pada ulkus
tersebut, yang disebabkan oleh infeksi sebagai akibat dari
tingginya glukosa, sehingga mendorong proliferasi bakteri
dan pada penderita diabetes melitus sering dijumpai
penurunan sistem imun. Selain itu, tidak sesuainya
penanganan luka pada ulkus diabetikum juga dapat
mempengaruhi proses penyembuhan luka yang terjadi
(Ekaputra, 2013).
Diabetes Melitus umumnya diklasifikasi menjadi dua
tipe yaitu Diabetes Melitus (DM) tipe 1, yang disebabkan
keturunan dan Diabetes Melitus (DM) tipe 2 disebabkan
life style atau gaya hidup. Sekitar 90-95% dari keseluruhan
pasien diabetes merupakan pengidap Diabetes Melitus
tipe 2 (Syamsiyah, 2017). Diabetes Melitus tipe 1 atau
insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) merupakan
diabetes yang tergantung pada insulin, pada diabetes tipe
1 ini sel-sel 2 beta pankreas yang dalam keadaan normal
menghasilkan hormon insulin, yang kemudian dihancurkan
oleh suatu proses autoimun. Sedangkan Diabetes Melitus
tipe 2 atau disebut juga sebagai penyakit non insulin
dependent diabetes melitus (NIDDM) diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin)
atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Faktor utama penyebabnya yaitu kegemukan (obesitas)
dan gaya hidup tidak sehat yang bisa diatasi dengan diet
dan olahraga teratur (Damayanti, 2015).
Menurut Internasional of Diabetic Federation, bahwa
telah terjadi peningkatan kasus Diabetes Melitus di dunia
dari tahun 2013 sampai tahun 2017 terjadi peningkatan.
Dimana pada tahun 2013 terdapat sekitar 382 juta kasus
Diabetes Melitus. Tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi
415 juta kasus Diabetes Melitus. Lalu pada tahun 2017
terjadi peningkatan kasus Diabetes Melitus menjadi 425
juta kasus (IDF, 2013, 2015, dan 2017). Global Report on
Diabetes (2016) melaporkan bahwa diabetes melitus
menyebabkan 1,5 juta orang meninggal pada tahun 2012.
Diabetes melitus bertanggung jawab dalam 2,2 juta
kematian sebagai akibat dari peningkatan risiko penyakit
kardiovaskuler dan lainnya, dengan total 3,7 juta orang
meninggal dimana sebesar 43% meninggal sebelum usia
70 tahun (WHO, 2016).
Berdasarkan hasil survey dari Internasional of
Diabetic Federation (IDF) (2017) tingkat prevalensi global
penderita diabetes melitus di Asia Tenggara pada tahun
2017 adalah sebesar 8,5%. Diperkirakan akan mengalami
peningkatan menjadi 11,1% pada tahun 2045 dimana
Indonesia menempati urutan ke-6 setelah Cina, India,
Amerika Serikat, Brazil, dan Mexico dengan jumlah
penderita diabetes melitus sebesar 10,3 juta penderita
(IDF, 2017). Dan menurut Data Sample Registration Survey
tahun 2014 menunjukkan bahwa Diabetes merupakan
penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan
persentase sebesar 6,7%, setelah penyakit Jantung
Koroner (12,9%) dan Stroke (21,1%). Bila tidak
ditanggulangi, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan
produktivitas, disabilitias, dan kematian dini. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 secara nasional
menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus adalah
2,0%. Prevalensi diabetes melitus berdasarkan hasil
pengukuran gula darah pada penduduk umur ≥15 tahun
yang bertempat tinggal di perkotaan adalah 10,6%
(Riskesdas, 2018).
Prevelensi DM yang terdiagnosis dokter tertinggi
terdapat di Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi
Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur sebanyak (2,3%).
Sedangkan prevalensi Diabetes yang terdiagnosis dokter
berdasarkan gejala tertinggi berada di Sulawesi Tengah
(3,7%), Sulawesi Utara (3,6%) dan Sulawesi Selatan (3,4%)
(Kemenkes, 2015). Berdasarkan survey Dinas Kesehatan
kota Makassar jumlah penderita DM mengalami
peningkatan pada tahun 2014 sebanyak 1.894 orang, pada
tahun 2015 menjadi 5.700 orang, sedangkan data terakhir
pada tahun 2016 sebanyak 4.555 penderita DM (Dinkes
Prov Sul-Sel, 2016).
Menurut laporan United Kingdom Prospective
Diabetes Study (UKPDS) Komplikasi kronis paling utama
dari Diabetes Melitus adalah penyakit Kardiovaskuler dan
Stroke, Diabetic foot ulcer, Retinopati, serta Nefropati
Diabetic. Dengan demikian sebetulnya kematian pada
Diabetes terjadi tidak secara langsung akibat
hiperglikemia, melainkan berhubungan dengan komplikasi
yang terjadi. Apabila dibandingkan dengan orang normal,
maka penderita DM 5 kali lebih besar untuk timbul
gangren, 17 kali lebih besar untuk menderita kelainan
ginjal dan 25 kali lebih besar untuk terjadinya kebutaan.
Kadar gula darah yang tinggi dan terus menerus dapat
menyebabkan suatu keadaan gangguan pada berbagai
organ tubuh. Akibat keracunan yang menetap ini, timbul
perubahan-perubahan pada organ-organ tubuh sehingga
timbul berbagai komplikasi. Jadi, komplikasi umumnya
timbul pada semua penderita baik dalam derajat ringan
atau berat setelah penyakit berjalan 10-15 tahun. Diabetes
mellitus jika tidak terkontrol dengan baik dan berlangsung
lama akan mengakibatkan timbulnya komplikasi kronis.
Semua organ tubuh mudah terkena, mulai dari rambut,
mata, paru, jantung, hati, ginjal, pencernaan, saraf, kulit,
sampai pada luka borok di kaki dan stroke. Gambaran
komplikasi menahun dari Diabetes Melitus yang tersering
ditemukan adalah neuropati perifer yang jumlahnya
berkisar antara 10%-60% dari jumlah pasien Diabetes
Melitus. Akibat dari neuropati perifer ini adalah timbulnya
ulkus (Tandra, 2009: 44; Suyono, 2015: 22).
Sedangkan menurut Sulistyowati (2015) memaparkan
bahwa, untuk prevalensi penderita ulkus kaki diabetik
sekitar 15% dengan risiko amputasi 30 %, angka mortalitas
32%, dan di Indonesia ulkus kaki diabetik merupakan
penyebab paling besar untuk dilakukan perawatan di
rumah sakit sebesar 80%. Kewaspadaan terhadap
persoalan kesehatan kaki diabetes di Indonesia juga masih
sangat kurang. Sarana pelayanan kaki diabetik yang masih
terbatas dan kurangnya tenaga kesehatan terlatih tentang
pelayanan kaki diabetik menyebabkan pelayanan kaki
pada pasien diabetes di Indonesia masih kurang
diperhatikan.
Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik
Diabetes Melitus yang paling ditakuti oleh para penderita
Diabetes Melitus karena dapat mengakibatkan terjadinya
cacat bahkan kematian. Hampir sepertiga dari kasus
Diabetes Melitus yang di rawat punya masalah dengan
kakinya (Wijoseno, 2016: 20). Amputasi tungkai bawah
paling banyak karena luka kaki diabetes, jumlah penderita
Diabetes Melitus dengan luka kaki terus meningkat dan
resiko 15-16 kali lebih besar untuk amputasi. Deteksi dini
dan penanganan yang tepat pada luka dapat mencegah 85
% amputasi. Observasi yang dilihat selama ini bahwa
penyakit Diabetes Melitus terus mengalami peningkatan
jumlah penderita dari tahun ketahun, kemudian pada
sebagian besar kasus Diabetes Melitus disertai dengan
timbulnya luka pada kaki. Kebanyakan pada penderita
Diabetes Melitus yang mengalami luka jika tidak dilakukan
perawatan luka dengan baik dan benar, sehingga
meningkatkan kasus amputasi bahkan kematian (Adi,
2014: 5).
Berdasarkan prevalensi terhadap penderita luka
(ulkus) diabetik pada kaki perkembangan akan perawatan
luka pun semakin berkembang di dunia keperawatan.
Perawatan luka (wound care) berkembang dengan sangat
pesat di dunia kesehatan. Metode perawatan luka yang
berkembang saat ini adalah perawatan luka dengan
menggunakan prinsip moisture balance, dimana
disebutkan dalam beberapa literature lebih efektif untuk
proses penyembuhan luka bila dibandingkan dengan
metode konvensional (Rosyadi, 2015: 5).
Banyak faktor yang berperan terhadap proses
penyembuhan ulkus diabetik di antaranya dapat berasal
dari perawatan luka, pengendalian infeksi, vaskularisasi,
usia, nutrisi, penyakit komplikasi, adanya riwayat merokok,
pengobatan, psikologis, dll (Yadi, 2014: 93). WHO
mengatakan individu yang berusia setelah 30 tahun akan
mengalami kenaikan kadar glukosa darah 1-2 mg/dl pada
saat puasa dan akan naik 5,6-13 mg/dl pada 2 jam setelah
makan. Taylor (2013) mengemukakan penyebab
banyaknya angka kejadian DM pada perempuan karena
terjadinya penurunan hormone estrogen akibat
menopause. Penyakit penyerta lain yang terjadi pada
pasien ulkus diabetikum dapat meningkatkan keparahan,
dan menyebabkan semakin lama waktu yang diperlukan
untuk sembuh (Hastuti, 2016). Komplikasi yang dialami
(penyakit lain) yang muncul dalam penelitian ini antara
lain: hipertensi, katarak, jantung, CKD, gastritis dan stroke
yang diurutkan berdasarkan frekuensi tertinggi (Desni,
dkk., 2014: 44).
Berdasarkan penelitian Soep dan Triwibowo (2015),
pada penderita DM di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi
Medan faktor yang memengaruhi proses penyembuhan
luka gangren adalah usia. Responden dalam penelitian
tersebut berjumlah 20 dengan rentan usia 40-50 tahun.
Hasil penelitian menunjukan sebanyak 10 orang (50%)
mengalami penyembuhan dengan kriteria sembuh.
Penyembuhan luka membutuhkan nutrisi yang tinggi. Dari
20 responden paling banyak 14 orang (70%) mengalami
penyembuhan 7 dengan kriteria sembuh. Selain usia dan
nutrisi, perawatan luka juga merupakan salah satu faktor
dalam penyembuhan luka. Dari 20 reponden yang
melakukan perawatan luka ada 17 orang (85%) mengalami
penyembuhan luka dengan kriteria sembuh (Soep dan
Triwibowo, 2015).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian ringkas dalam latar belakang diatas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian literature review
bahwa” FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
PENYEMBUHAN LUKA GANGREN DIABETIK”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum Diketahuinya faktor-faktor yang
mempengaruhi penyebuhan luka pada pasien Diabetes Melitus.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya faktor internal yang mempengaruhi
penyembuhan luka pada pasien DM.
b. Diketahuinya faktor eksternal yang mempengaruhi
penyembuhan luka pada pasien DM.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi ilmu keperawatan medikal bedah terutama
tentang faktor dominan yang memengaruhi proses
penyembuhan luka gangren pada penderita diabetes melitus.
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan terutama pada Rumah Rawat Luka
yang menjadi subjek penelitian terkait dengan faktor dominan
yang memengaruhi proses penyembuhan luka gangren pada
penderita diabetes melitus sehingga dapat menentukan
intervensi yang tepat.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan
sebagai data dasar, bahan perbandingan dan informasi untuk
melakukan penelitian lebih mengenai proses penyembuhan
luka pada pasien Diabetes Melitus.
c. Bagi Institusi Pendidikan Diharapakan dapat bermanfaat
sehingga bisa menambah kepustakaan mengenai faktor y ang
mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien Diabetes
melitus.

Anda mungkin juga menyukai