BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani
dengan seksama. Prevalensi DM meningkat setiap tahun, terutama dikelompok
resiko tinggi. DM yang tidak terkendali dapat menyebabkan komplikasi metabolik
ataupun komplikasi vaskuler jangka panjang, yaitu mikroangiopati, sehingga rentan
terhadap infeksi kaki luka yang kemudian dapat berkembang menjadi gangren
sehingga menimbulkan masalah gangguan integritas jaringan kulit yang apabila tidak
segera ditangani akan menimbulkan komplikasi dan hal ini akan meningkatkan kasus
amputasi (Kartika, 2017).
Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit metabolik dimana kadar gula
darah tinggi yang disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, yang mengalami
peningkatan disetiap tahunnya di negara-negara seluruh dunia.(Srywahyuni,
Waluyo, & Azzam, 2019).
Diabetes mempunyai I tipe, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe I. Diabetes
mellitus tipe 1 yaitu ketidakmampuan produksi insulin karena kerusakan sel
pankreas akibat reaksi autoimun (Diabetes UK, 2014), sedangkan diabetes tipe I
merupakan penyakit yang melibatkan beberapa patofisiologi, termasuk gangguan
fungsi pulau Langerhans dan resistensi insulin yang menghasilkan gangguan
toleransi glukosa dan produksi glukosa hepatik puasa yang tinggi.(Wisudanti, 2016)
Diabetes mellitus kerap disebut sebagai silent killer dan sering kali
menimbulkan berbagai komplikasi bagi penderitanya Komplikasi yang disebabkan
oleh diabetes mellitus dapat mengenai hampir seluruh organ tubuh dan dapat
terjadi secara akut maupun kronis (Rahayu, Saraswati, & Styawan, 2018).
pada penderita DM adalah adanya ulkus pada kaki yang sering disebut dengan kaki
diabetik, ulkus pada kaki penderita diabetes disebabkan tiga faktor yang sering
disebut trias, yaitu iskemi, neuropati, dan infeksi. DM yang tidak terkendali akan
menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membran basalis arteri)
pembuluh darah besar dan kapiler, sehingga aliran darah jaringan tepi ke kaki
terganggu dan nekrosis yang mengakibatkan ulkus diabetikum sehingga
menimbulkan masalah gangguan integritas jaringan kulit (Kartika, 2017).
pengaturan kadar gula dalam tubuhnya. Oleh karena itu, terapi yang dilakukan
untuk mengatasi hal tersebut salah satunya mengonsumsi jenis karbohidrat yang
tepat, mengkonsumsi lemak yang tepat, mengkonsumsi makanan tinggi serat,
mengkonsumsi protein yang tepat, menghindari konsumsi garam, dan pada semua
penderita diabetes dianjurkan melakukan latihan fisik atau olahraga secara teratur
setiap harinya kurang lebih 30 menit, olahraga yang di lakukan cukup berupa
olahraga ringan seperti jalan kaki, namun harus di lakukan dengan rutin, pada
penderita diabetes mellitus penyuluhan kesehatan itu penting dan harus sering di
berikan oleh dokter atau perawat kepada penderita Diabetes Melitus. (Yunito &
Riawan, 2017)
Artinya :
“Wahai anak-anak Adam! Pakailah pakaian kamu yang indah berhias pada tiap-tiap
kali kamu ke tempat ibadah (atau mengerjakan sembahyang), dan makanlah serta
minumlah, dan jangan pula kamu melampaui; sesungguhnya
Dalam ayat Al-quran diatas di jelaskan bahwa kita tidak boleh melampaui batas
dalam hal apapun. Seperti halnya makan berlebihan yang kemudian akan
menyebabkan berbagai penyakit yang salah satunya adalah diabetes mellitus.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Ny. R dengan Gangguan Sistem
Endokrin : Diabetes Mellitus (DM) Tipe I di Ruang Rawat Baronang RSUD
Pandega Kabupaten Pangandaran”.?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman secara nyata dan mampu melaksanakan serta
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan diabetes melitus
secara komprehensif meliputi aspek bio-psikososial dan spiritual dengan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
7
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan penulis dapat:
a. Mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif pada pasien dengan
diabetes melitus tipe 1 secara bio-psiko-sosial-spiritual.
D. Manfaat
1. Bagi Perawat
Hasil studi kasus ini juga diharapkan dapat memberikan inspirasi perawat untuk
menggali ide-ide kritis dan upaya-upaya rasional yang mampu dikembangkan
sebagai intervensi untuk mengurangi gejala gangguan integritas jaringan kulit
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan
kematian jaringan yang luas disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman
saprofit tersebut menyebabkan ulkus bebau, ulkus dibetikum juga merupakan
9
satu gejala klinik dan perjalanan penyakit Diabetes Melitus dengan neuropati
perifer (Guntur, 2013).
Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa diabetes melitus
adalah keterbatasan insulin di dalam tubuh sehingga mengakibatkan kelebihan
kadar glukosa di dalam darah, dalam arti lain kadar gula dalam tubuh tidak bisa
terkontrol karena kurangnya insulin di dalam tubuh.
Sedangkan ulkus diabetes meletus adalah luka terbuka pada bagian kulit
atau selaput lendir atau keruksakan jaringan yang disebabkan karena kelebihan
kadar gula di dalam darah yang tidak bisa terkontrol oleh insulin.
1) Diabetes mellitus
Tabel I.1
Klasifikasi Kaki Diabetes
Derajat Klasifikasi
0 Simptom pada kaki seperti nyeri
1 Ulkus superfisial
2 Ulkus dalam
3 Ulkus sampai mengenai tulang
4 Gangren telapak kaki
5 Gangren seluruh kaki
11
Sumber : Kartika (I017)
3. Anatomi Fisiologi
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda, stukturnya sangat mirip
dengan kelenjar lunak (Evelyn, I009). Panjangnya kiri-kira 15 cm, mulai dari
doedunum sampai limpa dan dilukiskan terdiri atas 3 bagian, yaitu :
(Evelyn, 2009).
a. Kepala pankeas yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen
dan didalam lekukan duodenum dan yang paling praktis melingkarinya.
b. Badan pankreas merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di
belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas adalah bagian yang runcing disebelah kiri dan yang
sebenarnya menyentuh limpa.
Pulau langenhars manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa,
beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dari struktur dan sipat
pewarnaannya. Sel beta menyekresi insulin, sel beta menyekresi glukagon dan
sel–sel delta menyekresi somatostamin. (Evelyn, 2009).
Fungsi pankreas ada dua, oleh karena itu di sebut organ rangka yaitu:
(Evelyn ,2009)
4. Etiologi
a. Faktor Genetik
Penderita Diabetes mellitus tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Pada Diabetes mellitus tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta pankreas,
sebagai hasil contoh penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi
sel beta pankreas.
13
d. Diabetes mellitus tak Tergantung Insulin
Secara pasti penyebab dari Diabetes mellitus Tipe I ini belum diketahui,
faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Diabetes mellitus tipe I penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat, ditandai dengan kelainan pada sekresi insulin maupun
dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptorreseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel.
Pada pasien dengan diabetes mellitus tipe I terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran
sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor
insulin dengan sistem transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes mellitus tipe I disebut juga
diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentukbentuk diabetesmellitus yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanakkanak.
5. Patofisiologi
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan
mengalami metabolisme sempurna menjadi COI dan air, 10% menjadi glikogen
dan I0% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus semua
proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa
kedalam sel macet dan proses metabolisme yang terjadi menjadi terganggu.
Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi
darah sehingga terjadi hiperglikemia (Rendy, 2012).
7. Manisfestasi Klinis
Manisfestasi Klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan konsekuensi
metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
glukosa setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi
ambang ginjal untuk zat ini maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluarab urin (poliuri)
dan timbul rasa haus (polidipsi). Karena glukosa hilang bersama urine, maka
pasien mengalami kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar
16
(polifagi) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien
mengeluh lelah dan mengantuk (Tarwoto, I01I).
8. Manajemen Medik
Tujuan utama diabetes melitus adalah mencoba menormalkan fungsi
dari insulin dan menurunkan kadar glukosa darah, mencegah komplikasi vaskuler
dan neuropatik, mencegah terjadinya hipoglikemi dan ketoasidosis. Untuik
mengontrol gula darah, ada 5 faktor penting yang harus diperhatikan yaitu :
(Tarwoto, I01I) a) Manajemen Diet Diabetes Melitus
2) Kebutuhan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari kalori tubuh yaitu
sekitar 50 - 60%.
3) Kebutuhan Protein
Untuk adekuatnyan cadangan protein, diperlukan kira-kira 10 - I0% dari
kebutuhan kalori atau 0,8 g/kg/hari.
4) Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak kurang dari 30% dari total kalori, sebaiknya dari
lemak nabati dan sedikit dari lemak hewani.
5) Kebutuhan serat
Serat dibutuhkan sekitar I0 – 35 g/hari dari berbagai bahan makanan
atau rata-rata I5 g/hari.
b) Latihan Fisik
Latihan fisik bagi penderita Diabetes Melitus sangat dibutuhkan, karena
pada saat latihan fisik energi yang di pakai adalah glukosa dan lemak bebas.
Latihan fisik bertujuan : (Tarwoto, I01I)
c) Obat-obatan
Jika pasien telah melakukan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani
yang teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik,
dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik oral dan
suntikan. Obat hipoglikemik oral yaitu : Sulfonilurea, Biguanid, Inhibitor, dan
glukosidase, insulin Sensitizing, pemberian insulin dimulai dengan dosis
rendah.
d) Pendidikan Kesehatan
Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan Diabetes Melitus
adalah pendidikan kesehatan. Beberapa hal penting yang perlu disampaikan
pada pasien Diabetes Melitus adalah : (Tarwoto,
I01I)
1) Penyakit Diabetes Melitus yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, patofisiologi dan tes diagnostik.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien DM diantaranya: a) Pemeriksaan
Gula Darah Puasa
Pembatasan : tidak makan selama 1I jam sebelum tes biasanya jam 8 pagi
sampai jam I0.
glikosa
Pembatasan : pasien tidak makan 1I jam sebelum tesdan selama
b) Kebutuhan Nutrisi
Penurunan insulin menyebabkan glikosa tidak dapat melewati membran sel
yang disebabkan oleh starpasi seluler sehingga merangsang pusat lapar
dihipotalamus dan menyebabkan rasa lapar terus menerus.
c) Eliminasi
Eliminasi mengalami perubahan, baik dalam perubahan eliminasi urine atau
konstipasi. Perubahan eliminasi urine berkaitan dengan adanya glukosurya
yang disebabkan oleh yuresis osmotik sehingga timbul poliuri.
1. Pengkajian
21
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatau proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, I014).
a. Pengumpulan data
1. Identitas
a) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal pengkajian,
nomor register, diagnosa medis, dan alamat.
2. Riwayat Penyakit
a) Keluhan Utama
Menanyakan apa yang yang dirasakan atau keluhan yang
mengganggu klien. Keluhan utama ini biasanya klien mengeluh badan
lemas napsu makan maupun minum meningkat. b) Riwayat Kesehatan
Sekarang
3. Pemeriksaan fisik
a. Penampilan umum
Pada klien Diabetes Melitus biasanya, klien lemah, mengalami
penurunan berat badan, namun tinggi badan tetap.
b. Tanda-tanda vital
Pada klien Diabetes Melitus tekanan darah meningkat, nadi
normal, respirasi normal, suhu normal.
c. Sistem saraf/neurogika
Meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran fungsi cranial dan
keluhan yang di rasakan klien berhungan dengan fungsi persyarafan.
Pada klien Diabetes Melitus sering di temukannya adanya
kesemutan, baal/mti rasa pada tangan dan kaki.
d. Sistem pernapasan
Bentuk hidung simetris,penciuman baik, pernapasan melalui hidung,
tidang terdapat cuping hidung.
e. Sitem cardiovaskuler
Meliputi pemeriksaan tekanan darah, pengamatan terhadap vena
jugularis yang mungkin ada pembesaran atau tidak
f. Sistem endokrin
Meliputi pengkajian terhadap tinggi badan, pembesaran kelenjar.
g. Sistem pencernaan
Meliputi pemhkajian pada organ seperti mulut, kerongkongan,
abdomen, lambung, usus dan bising usus, serta keluhan yang di
rasakan klien pada sistem pencernnaan. Pada klien Diabetes Melitus
dapat di temukan adanya mual akibat penurunan mobilisasi gaster,
penurunan berat badan.
h. Sistem Perkemihan
Pada klien Diabetes Melitus biasanya mengalami sering berkemih
(poliuri).
i. Sistem muskuloskeletal
Adanya penurunan kekuatan otot atau kelemahan, kram otot.
j. Sistem integumen
Pengkajian dalam warna kulit, tekstur, turgor kulit, kebersihan, suhu
tubuh, keadaan luka bila ada, lesi, keadaan rambut, keadaan kuku.
Pada klien Diabetes Melitus bila mengalami luka akan sulit sembuh,
sehingga akan menimbulkan ganggren.
k. Sistem genetalia
24
Pada genetalia dan daerah anus tidak terdapat lesi, masa, maupun
pembekakan.
l. Data Sosial
Meliputi hubungan klien dengan orang lain di lingkungan, keluarga,
perawat, serta sesama klien dan masyarakat.
m. Data Psikologis
Klien akan merasa cemas karena trauma yang dialaminya serta
karena penyakit Diabetes Melitus yang membutuhkan perawat yang
cukup lama, sehingga dengan klien mengalami frustasi akan
keadaan dirinya yang tidak mencapai kesembuhan.
n. Data Spiritual
Keyakinan dan kepercayaan terhadap agama dan Tuhan, harapan
dan keyakinan serta cara yang digunakan untuk memenuhu
kebutuhan secara spiritual.
o. Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan glukosa darah sewaktu
˃I00 mg/dl dan pemeriksaan gula darah puasa ˃1I6 mg/dl sudah
dapat dikatakan sebagai diagnosa Diabetes
Melitus.
4. Analisa Data
b. Resiko Syok
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis
kerusakan jaringan (nekrosis luka gangren)
d. Resiko infeksi
e. Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung kemih,
sfingter kuat dan poliuri
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang dIdentifikasi pada diagnosa
keperawatan. Secara tradional, rencana keperawatan diartikan sebagai suatu
dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi
(Nursalam, I014)
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1) Monitor status sirkulasi BP, warna kuku, suhu kulit, denyut jantung,
Hr, dan ritme, nadi perifer dan kapiler refill
Kriteri hasil :
Intervensi :
1) Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan, berat
jenis urin normal, Ht normal
Intervensi :
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan (Nursalam, I014).
S : Data Subjektif. Yaitu informasi yang didapat dari pasien, setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
O : Data Objektif. Yaitu informasi yang didapat berdasarkan hasil pengukuran
atau observasi secara langsung kepada klien.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi memberikan catatan tentang penggunaan proses
keperawatan untuk memberikan perawatan pasien secara individu. Dokumentasi
ini merupakan persyaratan legal dan setiap lingkungan pelayanan kesehatan.
Dokumentasi juga memerlukan tanggal dan spesifik waktu dan harus
ditandatangani oleh orang yang menulisnya. Catatan perkembangan
merealisalikan implementasi rencana tindakan dengan mencatat bahwa tindakan
yang telah dilakukan (Nursalam, I014).
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 51 thn
Jenis kel : L
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Goldar : O
Tanggal Pengkajian : 10 Juli I0I0
Diagnosa Medis : DM Tipe 1
Alamat : Jln. Jurago Dusun palumbungan Rt.04
Rw.0I Desa Cigugur Kecamatan
Cigugur Kabupaten pangandaran
I) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. Y
Umur : 43 thn
Jenis kel : P
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan dengan Klien : Istri
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
32
Lemes
5) Genogram
Keterangan :
33
: Laki-laki : Pasien
c. Keadaan Umum
Tekanan Darah : 1I0/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : I0x/menit
Suhu : 360C
d. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan umum : Pasien tampak lemas I)
Kesadaran
5) Mata
Inspeksi : Bentuk simetris, pupil bulat isokhor,
6) Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi, dan tidak ada
serumen, fungsi pendengaran baik dibuktikan
dengan klien dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan pada klien.
7) Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada
lesi dan pembengkakan, kebersihan baik
8) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi,
warna bibir berwarna agak pucat, lidah putih,
kondisi gigi lengkap, kebersihan mulut terjaga,
fungsi menelan dan pengecapan baik.
9) Leher
Inspeksi : Tidak tampak pembesaran tyroid
10) Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tiadak ada jajas,
11) Abdomen
Inspeksi : Abdomen simetris
12) Ekstremitas
a) Ekstremitas atas
Bentuk simetris, tidak ada oedema
b) Ekstremitas bawah
Bentuk simetris, pergerakan tidak bebas, ada oedema, dan lesi,
reflek patella positik, reflek babinski positif.
5 5
c) Nilai Kekuatan otot Kekuatan Otot : 5
5 5
13) Genetalia
e. Pola Aktifitas
37
Tabel 3.1
Pola Aktivitas Sehari-Hari
f. Data Sosial
Klien dapat berorientasi dengan keluarga dan tetangga, terbukti dapat
kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan pengobatan yang sudah dan
akan dilakukan.
g. Data Ekonomi
Kondisi perekonomian klien cukup.
h. Data Spiritual
38
i. Data Penunjang
1) Laboratorium
Tabel 3.I
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 18 Juli I0I0
Nama : Ny. R Tgl Periksa : 18 Juli I0I0
Umur : 51 tahun Diagnosa : Diabetes
Melitus
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Hasil Satuan
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil
Pemeriksaan
Gula Darah I40 70-140 mg/dl
sewaktu Puasa
I Jam PP
I) Theraphy
a) Kimia
Metformin
b) Herbal
(1) Godog Daun Kersen
(2) Madu
2. Analisa Data
39
Tabel 3.3
Analisa Data
I DS : Hiperglikemia Kerusakan
1. Klien mengatakan ada ↓ integritas
luka pada kedua kaki Glukosuria kulit
klien ↓
2. Kaki kanan klien Deuresis osmotik
sudah 3 bulan dan kaki ↓
kiri baru 1 Dehidrasi
minggu DO :
↓
3. Tampak ada luka di
Hemokonsentrasi
kedua kaki klien
↓
Arterosklerosis
↓
Makrovaskuler
↓
Ekstremitas
↓
Kaki diabetik
↓
Diskontinuitas Jaringan
↓
Kerusakan Integritas Kulit
3. Diagnosa Keperawatan
40
1. Klien mengatakan ada luka di bagian kaki sebelah kanan dan kiri
2. Kaki kanan sudah 3 bulan dan kaki kiri baru 1 minggu DO:
4. Proses Keperawatan
Tabel 3.4
Proses Keperawatan
Nama : Ny. R Tgl. Pengkajian : 10 Juli I0I0
Umur : 51 Tahun Diagnosa Mendis : Diabetes Melitus
Jenis Kelamin : Perempuan
Perencanaan
No Diagnosa Medis
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Tentukan program dIt pola makan klien Mengidentifikasi kekurangan
dengan metabolisme karbohidrat tidak keperawatan 6x I4 jam nutrisi dan penyimpangan dari
adekuat pada tubuh dalam batas normal kebutuhan
dengan K.H :
-BB normal
-Keluhan lemas berkurang Mengetahui perkembngan
Timbang berat badan
sesuai dengan indikasi berat badan klien dan salah
satu indikasi untuk
menentukan dIt
I. Kerusakan integritas jaringan berhubungan setelah dilakukan tindakan Kaji luka, adanya
dengan kadar glukosa tinggi, penurunan keperawatan selama 6xI4 epitaksis,perubahan warna, adanya Mengidentifikasi resiko
fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi jam gangguan integritas push, edema pembesaran integritas
kulit akan berkurang atau kulit
menunjukan penyembuhan
dengan KH: Lakukan perawatan luka dengan
-Kondisi luka menunjukan teknik steril
Sirkulasi periper bisa
adanya perbaikan jaringan dan terganggu yang
tidak terinfeksi menempatkan klien pada
resiko terjadinya kerusakan
kulit atau infeksi
43
5. Implementasi Keperawatan
Tabel 3.5
Implementasi Keperawatan
Tanggal/
No Diagnosa Implementasi Respon Paraf
Waktu
1. Ketidakseimbangan Jumat,10 Juli Jam 08:30 Budi
nutrisi I0I0 1. Menentukan Klien mengerti Apriliana
berhubungan dengan program dIt tentang
metabolisme pola makan program dIt
karbohidrat tidak klien
adekuat
2. Menimbang Klien mau di
berat badan timbang BB:
sesuai dengan
55kg
indikasi
6. Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.6
Evaluasi Keperawatan
Waktu/
No. Diagnosa Perkembangan Klien Pelaksana
Tanggal
1. Jumat, 10 Ketidakseimbangan S : Klien mengerti tentang dIt pola Budi
Juli I0I0 nutrisi berhubungan makan Apriliana
Jam 16:00 dengan metabolisme O : Klien memakan apa yang di ajurkan
WIB karbohidrat tidak A : Masalah teratasi sebagian P :
adekuat Intervensi di lanjutkan 1,I
1. Tentukan program dIt pola
makan klien
2. Timbang berat badan sesuai
dengan indikasi
I : jam 16:05 WIB
a. Menentukan program dIt pola
makan klien
Hasil: Klien memakan apa yang
di anjurkan
Jam 16:10
b. Menimbang berat badan
sesuai indikasi
Hasil: BB klien 55Kg E :
R: Masalah teratasi sebagian, lanjutkan
intervensi 1,I
45
7. Catatan Perkembangan
Tabel 3.7
Catatan Perkembangan
Waktu/
No. Diagnosa Perkembangan Klien Pelaksana
Tanggal
1. Sabtu, 11 Ketidakseimbangan S : Klien mengerti tentang dIt pola Budi
Juli I0I0 nutrisi b.d makan Aprililana
Jam 16:00 metabolisme O : Klien memakan apa yang di
WIB karbohidrat tidak ajurkan
adekuat A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan 1,I
1. Tentukan program dIt pola
makan klien
2. Timbang berat badan
sesuai dengan indikasi
I : jam 16:05 WIB
a. Menentukan program
dIt pola makan klien Hasil:
Klien memakan apa yang
di anjurkan
Jam 16:10
b. Menimbang berat badan
sesuai indikasi
Hasil: BB klien 55Kg E :
R: Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi 1,I
47
Waktu/
No. Diagnosa Perkembangan Klien Pelaksana
Tanggal
Hasil: Luka klien mengering
E:
R : Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi 1,I
Waktu/
No. Diagnosa Perkembangan Klien Pelaksana
Tanggal
E:
R : Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi 1,I
B. Pembahasan
Dalam pembahasan diuraikan proses asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan
pada keluarga Ny. R dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi dan
membandingkan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus selama melakukan
asuhan keperawatan. Proses keperawatan yang dilakukan penulis terdiri dari tahap
pengkajian, perencanaan, Implementasi dan evaluasi. Asuhan keperawatan dilakukan
secara komprehensif mencakup biopsiko-sosial-spiritual. Hasil kajian antara tinjauan
teoritis dengan tinjauan kasus akan muncul kesenjangan yang akan diuraikan sesuai
tahapan dalam asuhan keperawatan di bawah ini :
1. Tahap pengkajian
Selama pengkajian klien maupun keluarga terlihat kooperatif dan mau
mengungkapkan masalah kesehatan yang dihadapi. Hasil pengkajian didapat
Klien mengatakan lemas, berat badan berkurang, sering BAK, lemas di rasakan
apabila banyak beraktifitas, lemas hilang apabila klien tidak banyak beraktifitas,
klien mengatakan kaki kanan sudah 3 bulan mengalami luka dan kaki kiri baru
53
seminggu mengalami luka, klien tampak lemas dan tampak ada luka di kedua
kaki klien.
2. Tahap diagnosa
Berdasarkan tinjauan teoritis yang terdapat pada BAB I diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada masalah kesehatan dengan diabetes
mellitus (Nanda, I016) dalam Amin Huda Nurarif, I016 adalah :
b. Resiko Syok
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan
jaringan (nekrosis luka gangren)
d. Resiko infeksi
e. Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung kemih,
sfingter kuat dan poliuri
(diabetes mellitus)
54
Fenomena ini dapat terjadi karena adanya perbedaan gaya hidup setiap
manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar manusianya, dan juga perbedaan
pada sistem kekebalan tubuh pada setiap manusia sehingga terdapat
kesenjangan antara konsep pada teori dengan kenyataan di lapangan.
Terutama pada penyakit diabetes Mellitus ini tentu gaya hidup yang tak sehat
sangat berpengaruh dan akan memperburuk kondisi kesehatan yang
kemungkinan dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang tidak diharapkan.
3. Tahap perencanaan
Perencanaan dibuat bersama klien dan keluarga yang berfokus pada
tujuan asuhan keperawatan, perencanaan yang dibuat dalam kasus sama
dengan teori yaitu : menentukan program dIt pola makan klien, timbang berat
badan sesuai dengan indikasi, Kaji luka, adanya epitaksis, perubahan warna,
adanya push, edema, melakukan perawatan luka dengan teknik steril.
4. Tahap implementasi
Pada saat dilakukan asuhan keperawatan klien dan keluarga dapat
bekerja sama sehingga semua tindakan bisa dilakukan. Tindakan yang dilakukan
pada diagnosa pertama adalah Menentukan program dIt pola makan klien,
menimbang berat badan sesuai dengan indikasi. Sedangkan untuk diagnosa
yang kedua ialah Mengkaji luka, adanya epitaksis, perubahan warna, adanya
push, edema dan melakukan perawatan luka dengan teknik steril.
55
5. Tahap evaluasi
Secara garis besar pada kasus Diabetes mellitus yang dialami oleh Ny. R
pada hari pertama pengkajian ialah klien mengatakan lemas, berat badan
berkurang, sering BAK, lemas di rasakan apabila banyak beraktifitas, lemas
hilang apabila klien tidak banyak beraktifitas, klien mengatakan kaki kanan
sudah 3 bulan mengalami luka dan kaki kiri baru seminggu mengalami luka,
klien tampak lemas dan tampak ada luka di kedua kaki klien. Dari data
pengakajian tersebut ditemukan adanya I masalah yang dialami oleh Ny. R yang
kemudian pada setiap masalah tersebut telah dilakukan implementasi
keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan perencaan keperawatan yang
telah disusun.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. R dengan Gangguan
Sistem Endokrin Diabetes Mellitus (DM) Tipe 1 di Ruang Baronang RSUD Pandega
Kabupaten Pangandaran dengan melalui pendekatan proses keperawatan, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian pada tanggal 10 Juli 2020, Klien mengatakan lemas, berat badan
berkurang, sering BAK, lemas di rasakan apabila banyak beraktifitas, lemas hilang apabila
klien tidak banyak beraktifitas, klien mengatakan kaki kanan sudah 3 bulan mengalami
luka dan kaki kiri baru seminggu mengalami luka, klien tampak lemas dan tampak ada
luka di kedua kaki klien
B. Saran
Upaya untuk mewujudkan perbaikan dan peningkatan pelayanan keperawatan kepada
klien dengan diabetes melitus, maka penulis ingin menyampaikan beberapa pemikiran
57
sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, M.T. (2014). Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh pada pasien dengan diabetes mellitus. Prodi DII keperawatan Akademi kesehatan
Rustida. Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan
Evelyn. C. P. (2009). Anatoomi dan Fisiologi untuk para medis. Jakarta : Gramedia.
58
Fahra, R. U., Widayati, N., & Sutawardana, J. H. (2017). Hubungan Peran Perawat Sebagai
Edukator Dengan Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe I Di Poli Penyakit Dalam
Rumah Sakit Bina Sehat Jember. Nurseline Journal, I(1), 6I–7I.
Fransisca, K. (2012). Awas Pankreas Rusak Dengan Penyebab Diabetes. Jakarta: Cerdas Sehat.
Kartika, R.W. (2012). Pengelolaan gangren kaki diabetik. Jurnal CDK-I48, 44(1), 18-II
PERKENI, (2011). Konsensus Penglolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe I di Indonesia.
Jakarta : PERKENI
Rahayu, K. B., Saraswati, L. D., & Styawan, H. (I018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe I (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungmundu Kota Semarang, 6(April), 19–I8.
Rendy, M.C. (2012). Asuhan keperawaatan medikal bedah penyakit dalam. Yogyakarta :
Nuha medika
Riskesdas. (2018). Laporan Hasil Riskesdas I018. Jakarta : Litbang Kemenkes RI.
Rohmah, N. (2009). Proses keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Srywahyuni, R., Waluyo, A., & Azzam, R. (2019). Perbandingan Senam Tai Chi Dan Senam
Diabetes Mellitus Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe I. Journal Of Telenursing (Joting), 1(1), 131– 144.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan Penyuluhan selama 30 menit, peserta mampu memahami tentang penyakit
diabetes mellitus tipe I.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan dilakukan peserta dapat :
a. Menjelaskan pengertian diabetes mellitus tipe I
b. Menyebutkan penyebab diabetes mellitus tipe I
c. Menyebutkan faktor resiko diabetes mellitus tipe I
d. Menyebutkan tanda dan gejala diabetes mellitus tipe I
e. Menjelaskan pengobatan diabetes mellitus tipe I
f. Menyebutkan komplikasi diabetes mellitus tipe I
C. MATERI
1. Pengertian diabetes mellitus tipe I
2. Penyebab diabetes mellitus tipe I
3. Tanda dan gejala diabetes mellitus tipe I
4. Pengobatan diabetes mellitus tipe I
5. Komplikasi diabetes mellitus tipe I
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. ALAT DAN MEDIA
1. Leaflet
F. SUSUNAN ACARA PENYULUHAN
KEGIATAN
NO TAHAP
PENYULUH PESERTA
1. Menjawab Salam
1. Menyampaikan salam pembuka
2. Mendengarkan
Pembukaan 2. Memperkenalkan diri
1. 3. Memperhatikan
5 menit 3. Menyampaikan tujuan penyuluhan
4. Kontrak waktu
Diabetes tipe I adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini
dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin
atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Diabetes mellitus primer yaitu
IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Tipe 1 dan diabetes mellitus sekunder yaitu NIDDM (Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Tipe I. Dalam makalah ini penulis akan secara rinci membahas
mengenai diabetes melitus tipe I atau yang dulu disebut sebagai NIDDM.
Diabetes Melitus Tipe I merupakan keadaan meingkatnya gula darah dalam tubuh (hiperglikemia)
akibat dari insensitivitas seluler terhadap insulin dan terjadinya defek sekresi insulin akibat
ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan glukosa
plasma yang normal. Lebih dari 90-95% penderita DM adalah diabetes tipe ini.
DM tipe I terjadi akibat resistensi insulin atau akibat penurunan produksi insulin. Normalnya insulin
terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel dan mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme
glukosa. Pada DM tipe I reaksi dalam sel kurang efektif karena kurangnya insulin yang berperan dalam
menstimulasi glukosa masuk ke jaringan dan pengaturan pelepasan glukosa dihati. Adanya insulin juga
mencegah pemecahan lemak yang menghasilkan badan keton.
Individu yang mengidap DM tipe I tetap menghasilkan insulin. Akan tetapi, sering terjadi
keterlambatan awal dalam sekresi dan penurunan jumlah total insulin yang dilepaskan. Hal ini cenderung
semakin parah seiring dengan petambAhan usia pasien. Selain itu sel-sel tubuh, terutama sel otot dan
adiposa, memperlihatkan resistensi terhadap insulin yang bersikulasi dalam darah. Akibatnya, pembawa
glukosa (transporter glukosa glut-4) yang di sel tidak adekuat.
Karena sel kekurangan glukosa, hati memulai proses glukoneogenesis, yang selanjutnya makin
meningkatkan kadar glukosa darah serta menstimulasi penguraian simpanan trigliserida, protein, dan
glikogen untuk menghasilkan sumber bahan bakar alternatif, sehingga menigkatkan zat-zat dalam darah.
Hanya sel-sel otak dan sel darah merh yang terus mnggunakan glukosa sebagai sumber energi yang
efektif. Karena masih terdapat insulin, individu dengan diabetes tipe I jarang hanya mengandalkan asam
lemak untuk menghasilkan energy dan rentan terhadap ketosis.
Untuk menilai prestasi diabetesi menjalankan diet, olahraga dan obat dengan baik dapat
dilihat di Rapor Diabetisi pada butir a, b, c, dan d. Ada 4 pedoman untuk mengetahui Rapor
Diabetisi, yaitu (Tjokroprawiro, 2011) :
1. Kadar Gula Darah sebelum Makan atau Puasa (GDP), target antara 70 - 130 mg/dl
2. Kadar Gula Darah 1 Jam Post Prandial (G1JPP) = 1 jam sesudah makan, target < 180 mg/dl
3. Gula Darah Rerata dalam 1 hari (GDR), target < 170 mg/dl
4. Rapor I – 3 bulan terakhir (atau sering disebut ‖rapor akhir‖), yaitu A1C (dulu namanya
HbA1C) normal < 7 %.
B. Penyebab Diabetes Melitus Tipe I
Diabetes melitus tipe I disebabkan kegagalan relatif sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya
sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang
sekrasi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe I disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukagon dalam darah harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes mellitus
tipe I.
C. Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe I
Faktor-faktor resiko berhubungan dengan terjadinya diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua
(WHO,I006), yaitu, :
10. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus, gangguan fungsi
imun, dan penurunan aliran darah.
11. Paretesia, atau abnormalitas sensasi
12. Pelisutan otot dapat terjadi karena protein otot digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh.
E. Pengobatan Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes melitus tipe I fase awal dapat ditangani dengan diet dan olahraga tetapi seiring dengan
berkembangya perjalanan penyakit diabetes melitus tipe I ini intervensi medika mentosa menjadi perlu
untuk menangani hiperglikemia.
1. Non-farmakologi
Cara yang paling efektif untuk meningkatkan sensitivitas insulin adalah penurunan berat badan bagi
pasien diabetes melitus tipe I dengan berat badan berlebih dan mempertahankan berat badan ideal
(Gilby, I007). Langkah ini dapat dicapai dengan melakukan perubahan gaya hidup yaitu melakukan
olahraga dan kontrol diet. Kedua modalitas ini sangat efektif dalam meningkatkan kerja insulin dengan
cara memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes
melitus tipe I (Meeking, I011).
2. Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi dalam rangka untuk menurunkan kadar gula darah adalah perlu apabila
perubahan gaya hidup dan diet gagal untuk mencapai atau mempertahankan kontrol glikemik normal
(Gilby, I007). Obatan antidiabetik
1) Metformin
Metformin adalah dari golongan insulin-sensitizing agents dimana ia tidak menstimulasi
perlepasan insulin dari pankreas sebaliknya hanya meningkatkan sensitivitas hepar terhadap
insulin. Metformin menurunkan kadar glukosa darah tanpa menyebabkan hipoglikemi
dengan cara meransang pembentukan cadangan glikogen di otot rangka.
2) Thiazolidinedione (TZD)
TZD juga adalah dari golongan insulin-sensitizing agents dan berfungsi sebagai Peroxisome
Proliferator Activated Receptor -gamma (PPARγ ) agonist. TZD meningkatkan sensivitas
insulin dengan cara menstimulasi reseptor PPARγ pada jaringan lemak dimana TZD
membantu dalam meningkatkan transkripsi gene sensitif insulin seperti GLUT 4, dan
lipoprotein lipase.
3) Sulfonilurea
Obatan sulfonilurea menstimulasi sekresi insulin dari sel beta pankreas untuk memberikan
kesan hipoglikemi langsung. Obatan golongan ini berikatan dengan reseptor sulfonilurea
pada sel beta pankreas. Hal ini menyebabkan ATP-sensitive potassium channel menutup dan
menyebabkan influks kalsium ke dalam sel dan menyebabkan pengaktifan protein yang
mengontrol granul insulin melalui aktivasi dari protein kinase C.
4) Analog Meglitidine
Analog meglitidine menstimulasi fase pertama dari perlepasan insulin. Sama seperti
golongan sulfonilurea, golongan analog megdlitidine ini berikatan dengan reseptor
sulfonilurea pada sel beta pankreas. Obatan golongan ini dapat diberikan secara kombinasi
dengan agen hipoglikemi yang lain kecuali sulfonilurea kerana cara keduanya akan berikatan
pada reseptor yang sama.
2) Terapi GLP-1
GLP-1 dihasilkan dari gene proglukagon di L-cell pada usus halus dan disekresikan sebagai
respons terhadap nutrisi. GLP-1 memberikan efek dengan cara menstimulasi perlepasan
glucose-dependent insulin dari sel islet pankreas.
American Diabetes Association (ADA) I010, Diabetes Basic : Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus, diakses pada tanggal 14 Maret I015 di <http://www.diabetes.org/>
Anthony S. Fauci, I008. Harrison’s Internal Medicine, 17th Edition, USA, McGraw – Hill
Colledge, N.R., Walker, B.R. and Ralston, S.H. 2006. Davidson’s Principles and Practise of Medicine.
I0th Ed. Edinburgh : Churchill Livingstone
Gilby, S I007.Endocrinology. In : Longmore, M., Wilkinson, I., Turmezei, T.et al . Oxford Handbook of
Clinical Medicine . 7th Ed. New york : Oxford University Press Inc.
Kumar, P.P.J. and Clark, M.L. 2005. Kumar & Clark : Clinical Medicine . Edinburgh : Saunders Ltd
Tjokroprawiro, Askandar 201I, Garis Besar Pola Makan dan Pola Hidup sebagai Pendukung
Terapi Diabetes Mellitus, Pusat Diabetes dan Nutrisi Surabaya, RSUD Dr. Soetomo
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga: Surabaya
World Helath Organization (WHO) I006 Definition And Diagnosis Of Diabetes Mellitus And
Intermediate Hyperglycemia, diakses pad atanggal 14 Maret 2015