Anda di halaman 1dari 68

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN NY. R DENGAN GANGGUAN


SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELITUS TIPE I
DI RUANG BARONANG RSUD PANDEGA
KABUPATEN PANDEGA
TAHUN I0I0

AGUNG SIGIT GUNANDAR, A.MK


NIP. 19860301 I01503 1 001
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani
dengan seksama. Prevalensi DM meningkat setiap tahun, terutama dikelompok
resiko tinggi. DM yang tidak terkendali dapat menyebabkan komplikasi metabolik
ataupun komplikasi vaskuler jangka panjang, yaitu mikroangiopati, sehingga rentan
terhadap infeksi kaki luka yang kemudian dapat berkembang menjadi gangren
sehingga menimbulkan masalah gangguan integritas jaringan kulit yang apabila tidak
segera ditangani akan menimbulkan komplikasi dan hal ini akan meningkatkan kasus
amputasi (Kartika, 2017).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015 jumlah


orang yang menderita Diabetes Mellitus di dunia mencapai 415 juta orang. Pada
tahun 2040 ini akan meningkat menjadi 2015I juta. Ada 10 juta kasus diabetes di
Indonesia pada tahun 2015. World Health Organization (WHO) pada tahun I01I
disebutkan bahwa angka kematian akibat Diabetes Mellitus mencapai 1,5 juta
kematian. Indonesia menduduki peringkat ke 7 (7,6 juta penderita) dari 10 peringkat
negara dengan kasus Diabetes Mellitus terbanyak di Dunia. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2013, prevalensi penderita penyakit Diabetes Mellitus
berdasarkan diagnosa dokter di Indonesia adalah I,4%. Prevalensi penderita ulkus
diabetik di Indonesia sekitar 15% dengan risiko amputasi sebesar 30%, angka
mortalitas 32% dan ulkus diabetik merupakan penyebab terbesar perawatan di
rumah sakit yakni sebanyak 80% (Agustin, 2014).

Data terbaru di tahun 2015 yang ditunjukkan oleh Perkumpulan Endokrinologi


Indonesia (PERKENI) menyatakan bahwa jumlah penderita diabetes mellitus di
Indonesia telah mencapai 9,1 juta orang. (Fitri, 2015)

Sedangkan Menurut ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Jawa Barat


Ummi Masithah, didampingi penasihat Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia)
Jawa Barat Sri Hartini KS. Karyadi dalam acara Peringatan Hari Diabetes Sedunia
mengingatkan makin banyaknya penderita diabetes mellitus yang kini sudah
mencapai 10 juta orang. (Samapi, 2016)
3

Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit metabolik dimana kadar gula
darah tinggi yang disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, yang mengalami
peningkatan disetiap tahunnya di negara-negara seluruh dunia.(Srywahyuni,
Waluyo, & Azzam, 2019).

Diabetes mellitus(DM) atau sering di sebut sebagai kencing manis adalah


suatu keadaan dimana tubuh tidak bisa menghasilkan hormon insulin sesuai
kebutuhan atau tubuh tidak bisa memanfaatkan secara optimal insulin yang di
hasilkan, sehingga terjadi peningkatan kadar gula dalam darah melebihi normal
(Yunito & Riawan, 2017).

Diabetes mellitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan


oleh berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh diabetes
mellitus. Pada diabetes mellitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk
ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin jumlahnya kurang
atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang membantu masuknya
gula darah (WHO, I016) Diabetes mellitus (DM) merupakan kelainan heterogen yang
salah satu tandanya adalah meningkatnya kadar glukosa dalam darah
(hiperglikemia) (Fahra, Widayati, & Sutawardana, 2017).

Diabetes mempunyai I tipe, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe I. Diabetes
mellitus tipe 1 yaitu ketidakmampuan produksi insulin karena kerusakan sel
pankreas akibat reaksi autoimun (Diabetes UK, 2014), sedangkan diabetes tipe I
merupakan penyakit yang melibatkan beberapa patofisiologi, termasuk gangguan
fungsi pulau Langerhans dan resistensi insulin yang menghasilkan gangguan
toleransi glukosa dan produksi glukosa hepatik puasa yang tinggi.(Wisudanti, 2016)

Diabetes mellitus kerap disebut sebagai silent killer dan sering kali
menimbulkan berbagai komplikasi bagi penderitanya Komplikasi yang disebabkan
oleh diabetes mellitus dapat mengenai hampir seluruh organ tubuh dan dapat
terjadi secara akut maupun kronis (Rahayu, Saraswati, & Styawan, 2018).

Faktor resiko tinggi terjadinya Diabetes Mellitus antara lain dislipedemia,


hipertensi, stres, rokok, obesitas, kurang olahraga, usia, riwayat keluarga serta
kebiasaan makan yang tidak sehat (Amu, 2014). Diabetes Mellitus terjadi ketika sel
beta tidak dapat memproduksi insulin (DM tipe 1) atau memproduksi dalam jumlah
yang tidak cukup (DM tipe I). Salah satu komplikasi kronik yang biasanya ditemukan
4

pada penderita DM adalah adanya ulkus pada kaki yang sering disebut dengan kaki
diabetik, ulkus pada kaki penderita diabetes disebabkan tiga faktor yang sering
disebut trias, yaitu iskemi, neuropati, dan infeksi. DM yang tidak terkendali akan
menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membran basalis arteri)
pembuluh darah besar dan kapiler, sehingga aliran darah jaringan tepi ke kaki
terganggu dan nekrosis yang mengakibatkan ulkus diabetikum sehingga
menimbulkan masalah gangguan integritas jaringan kulit (Kartika, 2017).

Adapun cara pencegahan komplikasi pada penderita diabetes mellitus yaitu


dengan melakukan kontrol kadar gula darah, memeriksa rutin kadar gula darah,
mengkonsumsi obat, patuh dalam dIt rendah kalori dan latihan fisik ringan. Anjuran
untuk olahraga bagi penderita bukan merupakan hal yang baru, meskipun sudah ada
beberapa penelitian tentang hal ini namun para ahli yang berkecimpung di bidang ini
sadar bahwa penelitian mengenai manfaat olahraga bagi penderita masih sangat
terbatas. Olahraga yang teratur bersama dengan diet yang tepat dan penurunan
berat badan merupakan penatalaksanaan diabetes yang dianjurkan terutama bagi
diabetes mellitus tipe I (Srywahyuni et al., 2019).

Berdasarkan penelitian United Kingdom Prospective Study (UKPDS) dalam


Waspadji (2009) diketahui bahwa dengan melaksanakan pengendalian diabetes
melitus yang baik sesuai jadwal yang diberikan petugas kesehatan untuk menjaga
kadar gula darah tetap terkontrol dapat mengurangi komplikasi. Walaupun diabetes
melitus merupakan penyakit kronik yang tidak dapat menyebabkan kematian secara
langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaanya tidak tepat. Tindakan
pengendalian diabetes melitus untuk mencegah komplikasi sangat diperlukan,
khususnya dengan menjaga tingkatan gula darah sedekat mungkin dengan normal.
Pengendalian gula darah ini sangat sulit untuk dipertahankan, kejadian ini
disebabkan karena tidak disiplinnya penderita dalam pelaksanaan diabetes melitus
(Waspadji, 2009). Hal yang perlu dilakukan agar penyandang diabetes melitus dapat
hidup sehat sehingga tidak terjadi peningkatan gula darah dan komplikasi, yang
disebut dengan 4 pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus meliputi edukasi,
perencanaan diet, aktivitas fisik atau olahraga, dan intervensi farmakologis
(PERKENI, 2011).

Penangan perawatan diabetes pada umumnya di lakukan, seperti pengaturan


diet penderita diabetes merupakan orang yang mempunyai masalah pada
5

pengaturan kadar gula dalam tubuhnya. Oleh karena itu, terapi yang dilakukan
untuk mengatasi hal tersebut salah satunya mengonsumsi jenis karbohidrat yang
tepat, mengkonsumsi lemak yang tepat, mengkonsumsi makanan tinggi serat,
mengkonsumsi protein yang tepat, menghindari konsumsi garam, dan pada semua
penderita diabetes dianjurkan melakukan latihan fisik atau olahraga secara teratur
setiap harinya kurang lebih 30 menit, olahraga yang di lakukan cukup berupa
olahraga ringan seperti jalan kaki, namun harus di lakukan dengan rutin, pada
penderita diabetes mellitus penyuluhan kesehatan itu penting dan harus sering di
berikan oleh dokter atau perawat kepada penderita Diabetes Melitus. (Yunito &
Riawan, 2017)

Penyuluhan yang diberikan kepada orang yang menderita diabetes melitus


meliputi beberapa hal, antara lain pengetahuan mengenai perlunya diet ketat,
latihan fisik, minum obat, serta pengetahuan mengenai komplikasi, pencegahan,
maupun perawatannya. Penanganan Diabetes Mellitus dengan mengubah gaya
hidup apabila tidak berhasil maka akan diberikan obat antidiabetika semua
penderita diabetes meliputi tipe 1 membutuhkan insulin, penderita diabetes
meliputi tipe I juga membutuhkan insulin apabila kadar gula darahnya tetap tinggi.
(Yunito & Riawan, 2017)

Pencegahan pada penderita diabetes Millitus salah satunya adalah dengan


cara menjaga pola makan .Seperti yang telah di jelaskan dalam AlQuran Surah Al
A’raf Ayat 31 :

Artinya :

“Wahai anak-anak Adam! Pakailah pakaian kamu yang indah berhias pada tiap-tiap
kali kamu ke tempat ibadah (atau mengerjakan sembahyang), dan makanlah serta
minumlah, dan jangan pula kamu melampaui; sesungguhnya

Allah tidak suka akan orang-orang yang berlebih lebihan”.


6

Dalam ayat Al-quran diatas di jelaskan bahwa kita tidak boleh melampaui batas
dalam hal apapun. Seperti halnya makan berlebihan yang kemudian akan
menyebabkan berbagai penyakit yang salah satunya adalah diabetes mellitus.

Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya. Hal


ini tercapai apabila fungsi-fungsi dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan tiap
orang yang ada dalam keluarga dapat tercapai dan terpenuhi.

Diabetes dan komplikasinya membawa kerugian ekonomi yang besar bagi


penderita diabetes dan keluarga mereka, sistem kesehatan dan ekonomi nasional
melalui biaya medis langsung, kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Termasuk
komponen biaya utama adalah rumah sakit dan perawatan rawat jalan, faktor lain
yang membutuhkan biaya besar adalah kenaikan biaya untuk insulin analog 1 yang
semakin banyak diresepkan meskipun sedikit bukti bahwa insulin tipe tersebut
memberikan efek yang signifikan dibandingkan insulin manusia yang lebih murah.

Berdasarkan pentingnya peran perawat dalam penanganan penyakit diabetes


mellitus khususnya di Dusun Palumbangan Desa Cigugur Kecamatan Cigugur maka
penulis mengambil kasus tersebut yang didokumentasikan kedalam karya tulis
ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Ny. R dengan Gangguan Sistem
Endokrin : Diabetes Mellitus (DM) Tipe I di Ruang Rawat Baronang
RSUD Pandega Kabupaten Pangandaran”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Ny. R dengan Gangguan Sistem
Endokrin : Diabetes Mellitus (DM) Tipe I di Ruang Rawat Baronang RSUD
Pandega Kabupaten Pangandaran”.?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman secara nyata dan mampu melaksanakan serta
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan diabetes melitus
secara komprehensif meliputi aspek bio-psikososial dan spiritual dengan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
7

2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan penulis dapat:
a. Mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif pada pasien dengan
diabetes melitus tipe 1 secara bio-psiko-sosial-spiritual.

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan serta menentukan prioritas


masalah dengan pasien dengan diabetes melitus tipe 1

c. Mampu membuat perencanaan tindakan keperawatan yang tepat dan


sesuai dengan prioritas pada pasien dengan diabetes melitus tipe 1.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah


ditetapkan pada pasien dengan diabetes melitus tipe 1.

e. Mempu mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang telah


ditetapkan pada pasien dengan diabetes melitus tipe 1.

f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan


diabetes melitus tipe 1.

D. Manfaat
1. Bagi Perawat
Hasil studi kasus ini juga diharapkan dapat memberikan inspirasi perawat untuk
menggali ide-ide kritis dan upaya-upaya rasional yang mampu dikembangkan
sebagai intervensi untuk mengurangi gejala gangguan integritas jaringan kulit

2. Bagi pasien dan keluarga


Diharapkan klien dan keluarga dapat melakukan pencegahan dan perawatan
kaki diabetik secara mandiri di rumah.
BAB I
TINJAUN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Diabetes melitus merupakan penyakit dimana kadar glukosa meningkat
dan lebih dari batas normalnya. Apabila kadar gula darah tinggi, maka air kencing
pengidap diabetes dapat mengandung gula. Karena orang awam sering
menyebutkan diabetes dengan istilah “kencing manis atau penyakit gula”
(Garnadi, 2012).

Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai


berbagai macam kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluh
darah, Diabetes mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme
dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defesiensi
sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
(Rendi, 2012)

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh tingginya


kadar gula dalam darah, yang disertai dengan adanya kelainan metabolik.
Normalnya, gula darah dikontrol oleh insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh
Pankreas, yang memungkinkan sel untuk menyerap gula di dalam darah. Akan
tetapi pada Diabetes terjadi defesiensi insulin yang disebabkan oleh kurangnya
sekresi insulin dan hambatan kerja insulin pada reseptornya. (Handaya, 2016)

Diabetes melitus atau sering disebut dengan DM merupakan kumpulan


gejala yang timbul pada seseorang yang disebabakan oleh kadar glukosa darah
akibatnya kekurangannya insulin pada absolut maupun relatif. Diabetes melitus
merupakan penyakit dimana kadar glukosa meningkat dan lebih dari batas
normalnya (Fransisca, 2012).

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan
kematian jaringan yang luas disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman
saprofit tersebut menyebabkan ulkus bebau, ulkus dibetikum juga merupakan
9
satu gejala klinik dan perjalanan penyakit Diabetes Melitus dengan neuropati
perifer (Guntur, 2013).
Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa diabetes melitus
adalah keterbatasan insulin di dalam tubuh sehingga mengakibatkan kelebihan
kadar glukosa di dalam darah, dalam arti lain kadar gula dalam tubuh tidak bisa
terkontrol karena kurangnya insulin di dalam tubuh.
Sedangkan ulkus diabetes meletus adalah luka terbuka pada bagian kulit
atau selaput lendir atau keruksakan jaringan yang disebabkan karena kelebihan
kadar gula di dalam darah yang tidak bisa terkontrol oleh insulin.

I. Klasifikasi Diabetes Melitus


Menurut Tarwoto (2012) klasifikasi dari Diabetes Mellitus antara lain: a. Klasifikasi
klinis

1) Diabetes mellitus

a) Tipe tergantung insulin (DM Tipe 1): IDDM (insulin-dependent


diabetes mellitus)

Diabetes tipe 1 disebabkan karena kerusakan sel beta pangkreas


yang menghasilkan insulin. Ketidakmampuan sel beta menghasilkan
insulin mengakibatkan glukosa yang berasal makanan dan tidak
dapat disimpan dalam hati dan tetap berada dalam darah sehingga
menimbulkan hiperglikemia.

b) Tipe tak tergantung insulin (DM Tipe I): NIDDM (non-


insulindependent diabetes mellitus)

DM tipe I terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin


(resistensi insulin) atau akibat penurunan produksi insulin.
Normalnya insulin terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel
dan mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme glukosa.
Pada diabetes tipe I reaksi dalam sel kurang efektif karena
kurangnya insulin yang berperan dalam menstimulasi glukosa
masuk ke jaringan dan pengaturan pelepasan glukosa dihati.
Adanya insulin juga dapat mencegah pemecahan lemak yang
menghasilkan badan keton.
2) Diabetes karena malnutrisi
Golongan diabetes ini terjadi akibat malnutrisi, biasanya pada
penduduk yang miskin. Diabetes tipe ini dapat ditegakkan jika ada
gejala dari 3 gejala yang mungkin yaitu: adanya gejala malnutrisi seperti
10
badan kurus, berat badan kurang dari 80% berat badan ideal, adanya
tanda-tanda malabsorbsi makanan, usia antara 15-40 tahun,
memerlukan insulin untuk regulasi DM dan menaikkan berat badan,
nyeri perut berulang.

3) Dibaetes mellitus gestasional (Diabetes kehamilan)


Diabetes mellitus gestasional yaitu DM yang terjadi pada masa
kehamilan, dapat didiagnosa dengan menggunakan test toleran
glukosa, terjadi pada kira-kira 24 minggu kehamilan. Individu dengan
DM gestasional 25% akan berkembang menjadi DM.

b. Klasifikasi risiko statistik


Klasifikasi risiko statistik menurut Rendy (2012) antara lain:

1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa


2) Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa ada diabetes mellitus
tipe1 sel-sel β pangkreas yang secara normal menghasilkan hormon
insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya
penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa
darah. Diabetes melitus tipe 1 ditandai oleh awitan mendadak yang
biasanya terjadi pada usia 30 tahun.

Diabetes melitus tipe I terjadi akibat penuruna sensitivitas terhadap


insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi
insulin.

c. Klasifikasi kaki diabetes


Klasifikasi Wagner-Meggit dikembangkan pada tahun 1970-an, digunakan
secara luas untuk mengklasifikasi lesi pada kaki diabetes.

Tabel I.1
Klasifikasi Kaki Diabetes

Derajat Klasifikasi
0 Simptom pada kaki seperti nyeri
1 Ulkus superfisial
2 Ulkus dalam
3 Ulkus sampai mengenai tulang
4 Gangren telapak kaki
5 Gangren seluruh kaki
11
Sumber : Kartika (I017)

3. Anatomi Fisiologi
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda, stukturnya sangat mirip
dengan kelenjar lunak (Evelyn, I009). Panjangnya kiri-kira 15 cm, mulai dari
doedunum sampai limpa dan dilukiskan terdiri atas 3 bagian, yaitu :

(Evelyn, 2009).

a. Kepala pankeas yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen
dan didalam lekukan duodenum dan yang paling praktis melingkarinya.

b. Badan pankreas merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di
belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.

c. Ekor pankreas adalah bagian yang runcing disebelah kiri dan yang
sebenarnya menyentuh limpa.

Pankreas terdiri dari dua jaringan, yaitu : (Evelyn , 2009)

a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.


b. Pulau langerhars yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.

Pulau langenhars manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa,
beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dari struktur dan sipat
pewarnaannya. Sel beta menyekresi insulin, sel beta menyekresi glukagon dan
sel–sel delta menyekresi somatostamin. (Evelyn, 2009).
Fungsi pankreas ada dua, oleh karena itu di sebut organ rangka yaitu:
(Evelyn ,2009)

a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang


membentuk getah pankreas berisi enzim dan elektrolit. Jenisjenis enzim
dari pankreas adalah : (Evelyn, I009)

1) Amylase : menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa


menjadi polisakarida dan polisakarida dijadikan disakarida
kemudian dijadikan mono sakarida.

2) Tripsin : menganalisa peptone menjadi poli peptida kemudian


menjadi asam amino.

3) Lipase : menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam


lemak dan gliseron gliserin.
12
b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormone
dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang terbesar
antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.

Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans


langsung diserap kedalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang
membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh
pankreas adalah insulin dan glukagon (Evelyn, 2009).

Gambar I.1 Anatomi Pankreas


Sumber : Evelyn, (2009)

4. Etiologi
a. Faktor Genetik
Penderita Diabetes mellitus tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor Imunologi
Pada Diabetes mellitus tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta pankreas,
sebagai hasil contoh penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi
sel beta pankreas.
13
d. Diabetes mellitus tak Tergantung Insulin
Secara pasti penyebab dari Diabetes mellitus Tipe I ini belum diketahui,
faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Diabetes mellitus tipe I penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat, ditandai dengan kelainan pada sekresi insulin maupun
dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptorreseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel.
Pada pasien dengan diabetes mellitus tipe I terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran
sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor
insulin dengan sistem transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes mellitus tipe I disebut juga
diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentukbentuk diabetesmellitus yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanakkanak.

Factor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe I,


diantaranya adalah Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di
atas 65 tahun), obesitas, riwayat keluarga, dan kelompok etnik. (Rendy,
2012)

5. Patofisiologi
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan
mengalami metabolisme sempurna menjadi COI dan air, 10% menjadi glikogen
dan I0% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus semua
proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa
kedalam sel macet dan proses metabolisme yang terjadi menjadi terganggu.
Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi
darah sehingga terjadi hiperglikemia (Rendy, 2012).

Penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon


insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
14
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemia. Saat
kadar glukosa darah meningkat, jumlah yang difiltrasi oleh glomelurus ginjal
melampaui kemampuan tubulus untuk melakukan reabsorbsi glukosa. Akibatnya
terjadi ekskresi glukosa kedalam urine yang disebut glikosuria. Kandungan
glukosa yang tinggi juga menimbulkan tekanan osmotik yang tinggi secara
abnormal dalam filtrat ginjal sehingga terjadi diuresis osmotik, yang
menyebabkan ekskresi air dan elektrolit secara berlebihan. Produksi insulin yang
kurang juga dapat menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel
sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan
protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukaan pembakaran
dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak
makan yang disebut poliphagia. Terlau banyak lemak yang dibakar maka akan
terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah
meningkat atau asidosis (Casanova, I014).

Penderita diabetes juga menderita kelainan vaskular berupa iskemi. Hal


ini disebabkan proses makroangiopati dan menurunnya sirkulasi jaringan yang
ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi artri dorsalis pedis, arteri
tibialis, dan arteri poplitea; menyebabkan kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku
menebal. Selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang
biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai (Kartika, I017)
15
6. Pathway

Gambar I.I Pathofisiologi Diabetes Mellitus


Sumber : Rendy (2014); Kartika (2017)

7. Manisfestasi Klinis
Manisfestasi Klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan konsekuensi
metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
glukosa setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi
ambang ginjal untuk zat ini maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluarab urin (poliuri)
dan timbul rasa haus (polidipsi). Karena glukosa hilang bersama urine, maka
pasien mengalami kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar
16
(polifagi) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien
mengeluh lelah dan mengantuk (Tarwoto, I01I).

Pasien dengan diabetes tipe 1 sering memperhatikan gejala yang


eksplosif dengan polidipsi, poliuri, turunnya berat badan, polifagi, lemah,
samnolen yang terjadi selama beberapa hari atau seminggu. Pasien dapat
menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau tidak
mendapatkan pengobatan segera. Terapi insulin biasanya diperlukan untuk
mengontrol metabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin.
Sebaliknya, pasien dengan diabetes tipe I mungkin sama sekali tidak
memperhatikan gejala apapun, dan diagnosa yang dibuat berdasarkan
pemeriksaan darah dilaboratorium dan di lakukan tes toleransi glukosa. Pada
hiperglikemia yang lebih berat, mungkin penderita poliuri, polidipsi, lemah, dan
samnolen. Biasanya mereka tidak mengalami ketoasidosis karena pasien ini
tidak defisiensi insulin secara absolut namun hanya relatip. Sejumlah insulin
tetap disekreasi dan masih cukup untuk menghambat ketoasidosis. Kalau
hiperglikemia berat dan pasien tidak merespon terhadap terapi dIt, atau
terhadap obat-obatan hiperglikemia oral, mungkin diperlukan terapi insulin
untuk memperlihatkan kehilangan sensitivitas perifer terhadap insulin. Kadar
insulin pada pasien sendiri mungkin berkurang, normal atau malah tinggi,
tetapi tetep tidak memadai untuk mempertahankan kadar glukosa normal
penderita juga resisten

terhadap insulin eksogen. (Tarwoto, 2012)

8. Manajemen Medik
Tujuan utama diabetes melitus adalah mencoba menormalkan fungsi
dari insulin dan menurunkan kadar glukosa darah, mencegah komplikasi vaskuler
dan neuropatik, mencegah terjadinya hipoglikemi dan ketoasidosis. Untuik
mengontrol gula darah, ada 5 faktor penting yang harus diperhatikan yaitu :
(Tarwoto, I01I) a) Manajemen Diet Diabetes Melitus

Kontrol nutrisi, diet dan berat badan merupakan dasar penanganan


pasien Diabetes Melitus. Tujuan yang paling penting dalam manajemen
nutrisi dan diet adalah mengontrol total kebutuhan kalori tubuh, intake
yang dibutuhkan, mencapai cadar serum lipid normal. Komposisi nutrisi
pada diet Diabetes Melitus adalah kebutuhan kalori , karbohidrat, lemak,
protein, dan serat.
17
Untuk menentukan status gizi dipakai rumus Bdy Mass Index
(BMI) atau Index Massa Tubuh (IMT) yaitu : (Tarwoto, I01I) Ketentuan :

• BB kurang =IMT ˂ 18,5


• BB (kg) BB normal =IMT 18,5 - II,9
BMI atau IMT = (TB(M)I
• BB lebih = IMT ˃ I3
• BB dengan resiko = IMT I3 - I4,9
• Obesitas 1 = IMT I5 – I9,9
• Obesitas I = IMT ˃ 30
1) Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori tergantung dari berat badan, jenis kelamin, usia,
aktivitas fisik. Untuk menentukan jumlah kalori dipakai rumus Broca
yaitu :

Berat Badan Ideal = (TB (cm) – 100) – 10)

2) Kebutuhan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari kalori tubuh yaitu
sekitar 50 - 60%.

3) Kebutuhan Protein
Untuk adekuatnyan cadangan protein, diperlukan kira-kira 10 - I0% dari
kebutuhan kalori atau 0,8 g/kg/hari.
4) Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak kurang dari 30% dari total kalori, sebaiknya dari
lemak nabati dan sedikit dari lemak hewani.

5) Kebutuhan serat
Serat dibutuhkan sekitar I0 – 35 g/hari dari berbagai bahan makanan
atau rata-rata I5 g/hari.

b) Latihan Fisik
Latihan fisik bagi penderita Diabetes Melitus sangat dibutuhkan, karena
pada saat latihan fisik energi yang di pakai adalah glukosa dan lemak bebas.
Latihan fisik bertujuan : (Tarwoto, I01I)

1) Menurunkan gula darah dengan menurunkan metabolisme


karbohidrat.

2) Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan normal.

3) Meningkatkan sensitifitas insulin


18
4) Meningkatkan kadar HDL (Higt Density Lipoprotein) dan menurunkan
kadar trigliserida.

5) Menurunkan tekanan darah.


Jenis latihan fisik adalah olahraga seperti latihan aerobik, jalan, lari,
bersepeda, berenang. Yaitu perlu diperhatikan dalan latihan fisik
Diabetes Melitus adalah frekuensi,

intensitas, durasi waktu dan jenis latihan.

c) Obat-obatan
Jika pasien telah melakukan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani
yang teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik,
dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik oral dan
suntikan. Obat hipoglikemik oral yaitu : Sulfonilurea, Biguanid, Inhibitor, dan
glukosidase, insulin Sensitizing, pemberian insulin dimulai dengan dosis
rendah.

d) Pendidikan Kesehatan
Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan Diabetes Melitus
adalah pendidikan kesehatan. Beberapa hal penting yang perlu disampaikan
pada pasien Diabetes Melitus adalah : (Tarwoto,

I01I)
1) Penyakit Diabetes Melitus yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, patofisiologi dan tes diagnostik.

2) Diet pada pasien Diabetes Melitus.


3) Aktivitas sehari-hari termasuk latihan dan olahraga.
4) Pencegahan terhadap komplikasi Diabetes Melitus diantaranya
penatalaksanaan hopoglikemia, pencegahan terjadi gangren pada kaki.

5) Pemberian obat-obatan Diabetes Melitus.


6) Cara motoring dan pengukuran glikosa darah dengan secara mandiri.

e) Monitoring Glikosa Darah


Pasien dengan Diabetes Melitus perlu diperkenalkan tanda dan gejala
hiperglikemia dan hipoglikemia serta yang paling penting adalah bagaimana
memonitor gula darah secara mandiri.

Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan secara mandiri dengan


menggunakan glikometer. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan
glukosa darah dalam keadaan stabil.
19

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien DM diantaranya: a) Pemeriksaan
Gula Darah Puasa

Tujuan : menentukan jumlah glukosa darah pada saat puasa.

Pembatasan : tidak makan selama 1I jam sebelum tes biasanya jam 8 pagi
sampai jam I0.

Prosedur : darah diambil dari vena dan kirim ke laboratorium

b) Pemeriksaan Gula Darah Posprandial


Tujuan : menentukan gula darah setelah makan

Pembatasan : tidak ada

Prosedur : pasien diberi makan kira-kira 10g karbohidrat, I jam kemudian


diambil darah dari vena

c) Pemeriksaan Toleransi Glukosa Oral


Tujuan : menentukan toleransi terhadap respon pemberian

glikosa
Pembatasan : pasien tidak makan 1I jam sebelum tesdan selama

tes, boleh minum air putih, tidak merokok, kopi atau


minum selama pemeriksaan

Prosedur : pasien diberi makan tinggi karbihidrat selama 3 hari sebelum


tes, kemudian puasa selama 1I jam, ambil darah puasa
dan urin untuk pemeriksaan.

d) Pemeriksaan Glukosa Urine


Pemeriksaan ini kurang akurat karena hasil pemeriksaan ini banyak
dipengaruhi oleh berbagai hal misalnya karena obatobatan seperti vitamin c
dan beberapa antibiotik.

e) Pemeriksaan Kolesterol dan Kadar Serum Trigliserida


f) Pemeriksaan hemoglobin glikat (HbA1c)
HbA1c digunakan untuk mengkaji kontrol glukosa jangka panjang, sehingga
dapat memprediksi komplikasi.
20

10. Dampak Diabetes Melitus tehadap Kebutuhan Dasar Manusia.


a) Cairan dan Elektrolit
Hiperglikemia meningkatkan osmolaritas darah sehingga menimbulkan
dehidrasi melalui mekanisme glukosurya.

b) Kebutuhan Nutrisi
Penurunan insulin menyebabkan glikosa tidak dapat melewati membran sel
yang disebabkan oleh starpasi seluler sehingga merangsang pusat lapar
dihipotalamus dan menyebabkan rasa lapar terus menerus.

c) Eliminasi
Eliminasi mengalami perubahan, baik dalam perubahan eliminasi urine atau
konstipasi. Perubahan eliminasi urine berkaitan dengan adanya glukosurya
yang disebabkan oleh yuresis osmotik sehingga timbul poliuri.

d) Kebutuhan Aktivitas Terganggu


Defisit insulin menyebabkan penurunan pemasukan glukosa kedalam
berbagai macam jaringan periper.

e) Rasa Aman Terganggu


Adanya peningkatan kadar glukosa dalam tubuh akan mengakibatkan mata
kabur.

B. Tinjauan Teroritis Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah rangkaian tindak asuhan keperawatan yang harus
dilakukan perawat secara sistematis, sinambung, terencana, dan professional. Mulai dari
mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, merencanakan tindakan, mengurangi atau
mencegah terjadinya masalah baru, melaksanakan tindakan keperawatan, hingga
mengevaluasi keberhasilan dari tindakan tersebut (Nursalam, I014)

Menurut standar praktik keperawatan profesional di Indonesia proses


keperawatan terdiri dari 5 standar : (1) pengkajian, (I) diagnosis keperawatan, (3)
perencanaan. ( 4) implementasi, ( 5) evaluasi.

1. Pengkajian
21
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatau proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, I014).

a. Pengumpulan data

1. Identitas
a) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal pengkajian,
nomor register, diagnosa medis, dan alamat.

b) Identitas penanggung jawat meliputi : nama, umur, pendidikan,


pekerjaan, alamat, hubungan klien.

2. Riwayat Penyakit
a) Keluhan Utama
Menanyakan apa yang yang dirasakan atau keluhan yang
mengganggu klien. Keluhan utama ini biasanya klien mengeluh badan
lemas napsu makan maupun minum meningkat. b) Riwayat Kesehatan
Sekarang

Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan


sampai dengan dibawa ke rumah sakit. Untuk pembelajaran bila
pengkajian dilakukan tidak bersamaan dengan saat klien masuk rumah
sakit, maka penjelasan pada riwayat penyakit sekarang dilanjutkan
sampai dengan saat mahasiswa melakukan pengkajian. Penjelasan
meliputi PQRST.(Nursalam, I008)

P = Paliatif. Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bisa


memperberat? Apa yang bisa mengurangi?

Q = Quality. Bagaimana gejala yang dirasakan? Sejauh mana gejala


dirasakan?

R = Region. Dimana gejala dirasakan? Apakah menyebar?


S = Skala. Seberapa tingkat keparahan dirasaan? Pada skala
berapa?

T = Time. Kapan geja;a mulai timbul? Seberapa sering gejala


dirasakan? Seberapa lama gejala dirasakan?

c) Riwayat Penyakit Dahulu


22
Kaji penyakit yang pernah diderita klien terutama yang
berhubungan dengan penyakit Diabetes Melitus. d) Riwayat Penyaki
Keluarga

Menerangkan keadaan keluarga apakah ditemukan penyakit


yang sama, seperti yang dialami klien dan catatlah riwayat adanya
keluarga dengan masalah penyakit Diabetes Melitus dan masalah
penyakit menular atau keturunan.

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan inspeksi,


auskultasi, palapasi, dan perkusi. Adanpun pengkajian fisik tersebut
dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai ujug kaki.

a. Penampilan umum
Pada klien Diabetes Melitus biasanya, klien lemah, mengalami
penurunan berat badan, namun tinggi badan tetap.

b. Tanda-tanda vital
Pada klien Diabetes Melitus tekanan darah meningkat, nadi
normal, respirasi normal, suhu normal.
c. Sistem saraf/neurogika
Meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran fungsi cranial dan
keluhan yang di rasakan klien berhungan dengan fungsi persyarafan.
Pada klien Diabetes Melitus sering di temukannya adanya
kesemutan, baal/mti rasa pada tangan dan kaki.

Tes fungsi nurvus cranial

I. Olfakttorius : Untuk penciuman


II. Opituk : Untuk penglihatan
III. Okulomotorius : Pergerakan bola mata dan mengkat
bola mata.

IV. Troklearis : Memutar bola mata dengan


pergerakan bola mata.

V. Trigeminus : Menutup dan membuka rahang atas dan


bawah

VI. Abdusen : Penggoyang sisi


mata/menggerakan bola mata ke atas
dan ke bawah
23
VII. Fasialis : Muka, pergerakan dahi dan alis,
rasa
VIII. Akustikus :Rangsangan pendengaran
IX. Glossofaringeus : Rangsangan cita rasa
X. Vagus : Reflek menelan
XI. Assorius : Leher, otot leher (dapat menoleh ke kiri dan ke
kanan) XI. Hipoglagus : Lidah dan cita rasa

d. Sistem pernapasan
Bentuk hidung simetris,penciuman baik, pernapasan melalui hidung,
tidang terdapat cuping hidung.

Dada bentuk simetris, biasanya pada klien Diabetes Melitus adanya


pernafasan kusmual (nafas cepat dan dalam).

e. Sitem cardiovaskuler
Meliputi pemeriksaan tekanan darah, pengamatan terhadap vena
jugularis yang mungkin ada pembesaran atau tidak
f. Sistem endokrin
Meliputi pengkajian terhadap tinggi badan, pembesaran kelenjar.

g. Sistem pencernaan
Meliputi pemhkajian pada organ seperti mulut, kerongkongan,
abdomen, lambung, usus dan bising usus, serta keluhan yang di
rasakan klien pada sistem pencernnaan. Pada klien Diabetes Melitus
dapat di temukan adanya mual akibat penurunan mobilisasi gaster,
penurunan berat badan.

h. Sistem Perkemihan
Pada klien Diabetes Melitus biasanya mengalami sering berkemih
(poliuri).

i. Sistem muskuloskeletal
Adanya penurunan kekuatan otot atau kelemahan, kram otot.

j. Sistem integumen
Pengkajian dalam warna kulit, tekstur, turgor kulit, kebersihan, suhu
tubuh, keadaan luka bila ada, lesi, keadaan rambut, keadaan kuku.
Pada klien Diabetes Melitus bila mengalami luka akan sulit sembuh,
sehingga akan menimbulkan ganggren.

k. Sistem genetalia
24
Pada genetalia dan daerah anus tidak terdapat lesi, masa, maupun
pembekakan.

l. Data Sosial
Meliputi hubungan klien dengan orang lain di lingkungan, keluarga,
perawat, serta sesama klien dan masyarakat.

m. Data Psikologis
Klien akan merasa cemas karena trauma yang dialaminya serta
karena penyakit Diabetes Melitus yang membutuhkan perawat yang
cukup lama, sehingga dengan klien mengalami frustasi akan
keadaan dirinya yang tidak mencapai kesembuhan.

n. Data Spiritual
Keyakinan dan kepercayaan terhadap agama dan Tuhan, harapan
dan keyakinan serta cara yang digunakan untuk memenuhu
kebutuhan secara spiritual.

o. Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan glukosa darah sewaktu
˃I00 mg/dl dan pemeriksaan gula darah puasa ˃1I6 mg/dl sudah
dapat dikatakan sebagai diagnosa Diabetes

Melitus.

4. Analisa Data

Analisa data merupakan tahap penting yang kita lakukan setelah


data klien terkumpul sehingga berguna untuk menegakkan masalah atau
kebutuhan klien (Nursalam, I014).

I. Diagnosa Keperawatan Pada Pasien DM


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial,
sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Herdman & Kamitsuru, I014).

Diagnosa keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan


keperawatan untuk mencapai hasil bagi anda, sebagai perawat, yang dapat
diandalakan. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data, dimana
menurut NANDA diartikan sebagai ”definisi karakteristik”.
25
Definisi karakteristik tersebut dinamakan ”Tanda dan gejala”, Tanda adalah
sesuatu yang dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh
klien (Herdman & Kamitsuru, I014).

Menurut diagnosa pada pasien Diabetes Melitus adalah:


a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani

b. Resiko Syok
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis
kerusakan jaringan (nekrosis luka gangren)

d. Resiko infeksi
e. Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung kemih,
sfingter kuat dan poliuri

f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit (diabetes mellitus)

g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit


h. Keletihan. (Nanda, I016)

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang dIdentifikasi pada diagnosa
keperawatan. Secara tradional, rencana keperawatan diartikan sebagai suatu
dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi
(Nursalam, I014)

a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani

Kriteria Hasil :

1) Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan


2) BB ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Intervensi :

1) Kaji adanya alergi makanan


2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien

3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe


4) Anjurkan pasien menigkatkan protein dan vitamin C
26
b) Resiko Syok
Kriteria hasil :

1) Nadi dalam batas yang diharapkan


2) Irama jantung dalam batas yang diharapkan
3) Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan
4) Irama nafas dalam batas yang diharapkan
5) Natruium serum, kalium serum, klorrida serum, kalsium serum,
magnesium serum, PH darah serum dalam batas normal.

Intervensi :

1) Monitor status sirkulasi BP, warna kuku, suhu kulit, denyut jantung,
Hr, dan ritme, nadi perifer dan kapiler refill

2) Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan


3) Monitor suhu dan penafasan
4) Monitor input dan output
5) Pantau nilai labor : HB, HT, AGD, dan elektrolit
6) Monitor hemodinamik invasi yang sesuai
c) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis
kerusakan jaringan (nekrosis luka gangren)

Kriteri hasil :

1) Perfusi jaringan normal


2) Tidak ada tanda-tanda infeksi
3) Ketebalan dan tekstur jaringan normal 4) Menunjukan terjadinya
proses penyembuhan luka

Intervensi :

1) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar


2) Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
3) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
4) Monitor kulit akan adanya kemerahan
5) Oleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah yang tertekan
6) Monitor aktifitas dan mobilitas pasien
7) Observasi luka (lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik, warna
cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi
traktus)

8) Ajarkan pada keluarga luka tentang luka dan perawatan luka


9) Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
d) Resiko Infeksi
27
Kriteria hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya

3) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi


4) Jumlah leukosit dalam batas normal Intervensi :

1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain


2) Pertahankan teknik isolasi
3) Batasi pengunjung bila perlu
4) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
dan setelah meninggalkan pasien

5) Gunakan sabun anti mikrobia untuk cuci tangan


6) Cuci tangan tiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
7) Gunakan baju, sarung tangan dan alat pelindung
e) Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung kemih,
sfingter kuat dan poliuri Kriteria hasil :

1) Kandung kemih kosong secara penuh


2) Tidak ada residu urin > 100-I00 cc
3) Bebas dari ISK 4) Balance cairan seimbang Intervensi :

1) Monitor intake dan output


2) Monitor penggunaan obat antikolinergik
3) Monitor derajat distensi bladder
4) Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mecatat outpun urin
5) Sediakan privacy untuk eliminasi
6) Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen
7) Kateterisasi jika perlu
8) Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau, dan
konsistensi urin)

f) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit (diabetes mellitus)
Kriteria hasil :

1) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan


2) Tidak ada ortostatik hipertensi
3) Tidak ada tanda-tanda peningkatan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
28
Intervensi :

1) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap


panas/dingin/taja/tumpul

2) Monitor adanya paratese


3) Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada laserasi
4) Gunakan sarung tangan untuk proteksi
5) Batasi gerakan pada kepala leher, dan punggung
6) Monitor kemampuan BAB
g) Resiko ketidakseimbangan elektrolit Kriteria hasil :

1) Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan, berat
jenis urin normal, Ht normal

2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal


3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Intervensi :

1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat


2) Monitor status dehidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ) jika diperlukan

3) Monitor vital sign


4) Kolaborasikan pemberian cairan IV
5) Monitor status nutrisi
h) Keletihan
Kriteria hasil :

1) Memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik


2) Menjelaskan penggunaaan energi untuk mengatasi kelelahan
3) Kecemasan menurun
4) Glukosa darah adekuat
Intervensi :

1) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas


2) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan

3) Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan


4) Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
5) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan.
(Nanda, I016)
29
4. Pelaksanaan (implementasi)
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan kepada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana intervensi yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.(Nursalam,I014)

5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan (Nursalam, I014).

Tujuan Evaluasi ini adalah untuk :

a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan


yang telah dicapai).

b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan


untuk mencapai tujuan)

c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu


yang lama untuk mencapai tujuan) (Nursalam, I014).

Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau


perkembangan klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIER. Yang dimaksud
dengan SOAPIER adalah:

S : Data Subjektif. Yaitu informasi yang didapat dari pasien, setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
O : Data Objektif. Yaitu informasi yang didapat berdasarkan hasil pengukuran
atau observasi secara langsung kepada klien.

A : Assesment/Analisis. Yaitu interpretasi dan data subjektif dan data objektif.

P : Planning. Yaitu perencanaan perawatan yang akan dilanjutkan,


dihentikan, diamodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan
keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.

I : Implementasi. Yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan


intruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P (Perencanaan).
Jangan lupa menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan.
30
E : Evaluasi. Yaitu respon klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.

R : Reassesment. Yaitu pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan


setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu
dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan

6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi memberikan catatan tentang penggunaan proses
keperawatan untuk memberikan perawatan pasien secara individu. Dokumentasi
ini merupakan persyaratan legal dan setiap lingkungan pelayanan kesehatan.
Dokumentasi juga memerlukan tanggal dan spesifik waktu dan harus
ditandatangani oleh orang yang menulisnya. Catatan perkembangan
merealisalikan implementasi rencana tindakan dengan mencatat bahwa tindakan
yang telah dilakukan (Nursalam, I014).

Dokumentasi memberikan catatan tentang penggunaan proses


keperawatan untuk memberikan perawatan pasien secara individu. Dokumentasi
ini merupakan persyaratan legal dan setiap lingkungan pelayanan kesehatan.
Dokumentasi juga memerlukan tanggal dan spesifik waktu dan harus
ditandatangani oleh orang yang menulisnya. Catatan perkembangan
merealisalikan implementasi rencana tindakan dengan mencatat bahwa tindakan
yang telah dilakukan (Nursalam, I014).
BAB II
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 51 thn
Jenis kel : L
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Goldar : O
Tanggal Pengkajian : 10 Juli I0I0
Diagnosa Medis : DM Tipe 1
Alamat : Jln. Jurago Dusun palumbungan Rt.04
Rw.0I Desa Cigugur Kecamatan
Cigugur Kabupaten pangandaran
I) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. Y
Umur : 43 thn
Jenis kel : P
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan dengan Klien : Istri

Alamat : Jln. Jurago Dusun palumbungan Rt.04


Rw.0I Desa Cigugur Kecamatan

Cigugur Kabupaten pangandaran

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
32

Lemes

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Pada saat pengkajian pada tanggal 10 Juli I0I0, Klien mengatakan lemas,
berat badan berkurang, sering BAK, lemas di rasakan apabila banyak
beraktifitas, lemas hilang apabila klien tidak banyak beraktifitas, klien
mengatakan kaki kanan sudah 3 bulan mengalami luka dan kaki kiri baru
seminggu mengalami luka, klien tampak lemas dan tampak ada luka di
kedua kaki klien

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Pada saat pengkajian, klien menyatakan tidak mempunyai riwayat
penyakit dahulu dan baru sekarang mengalami penyakit DM.

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Pada saat pengkajian klien dan keluarga menyatakan dalam anggota
keluarganya, tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti saat ini.

5) Genogram

Keterangan :
33

: Perempuan : Garis Keturunan

: Laki-laki : Pasien

: Meninggal : Garis Pernikahan

c. Keadaan Umum
Tekanan Darah : 1I0/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Respirasi : I0x/menit

Suhu : 360C

d. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan umum : Pasien tampak lemas I)
Kesadaran

Kualitas : Compos mentis

Kuantitas : E=4, V=5, M=6, GCS=15

3) BB/TB : BB=55Kg, TB=165


4) Kepala
Inspeksi : Bentuk simetris, warna rambut hitam

pendek dan lurus, keadaannya bersih tidak


terdapat lesi

Palpasi : Tidak terdapat benjolan

5) Mata
Inspeksi : Bentuk simetris, pupil bulat isokhor,

kunjungtiva an anemis, sklera an ikterik, fungsi


penglihatan baik
34

6) Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi, dan tidak ada
serumen, fungsi pendengaran baik dibuktikan
dengan klien dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan pada klien.

7) Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada
lesi dan pembengkakan, kebersihan baik

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, penciuman baik

dengan dapat membedakan minyak kayu putih


dan minyak wangi

8) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi,
warna bibir berwarna agak pucat, lidah putih,
kondisi gigi lengkap, kebersihan mulut terjaga,
fungsi menelan dan pengecapan baik.

9) Leher
Inspeksi : Tidak tampak pembesaran tyroid

Palpasi : Tidak terdapat pembengkakan kelenjar tyroid

10) Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tiadak ada jajas,

pergerakan saat inspirasi dan ekspirasi simetris

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan

Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat bunyi


nafas tambahan seperti wheezing/ronchi

11) Abdomen
Inspeksi : Abdomen simetris

Palpasi : Tidak terdapat pembesaran hati dan limfa,


tidak ada nyeri tekan pada abdomen.

Auskultasi : Bising usus 10x/menit


35

Perkusi : Dengar suara timpani atau normal

12) Ekstremitas
a) Ekstremitas atas
Bentuk simetris, tidak ada oedema

b) Ekstremitas bawah
Bentuk simetris, pergerakan tidak bebas, ada oedema, dan lesi,
reflek patella positik, reflek babinski positif.
5 5
c) Nilai Kekuatan otot Kekuatan Otot : 5
5 5

Klien dapat melawan gravitasi dan dapat melawan tangan


pemeriksa

13) Genetalia

Inspeksi : Klien berjenis kelamin laki-laki, tidak ada


kelainan.
14)Integume
n
Kulit : Suhu tubuh 360C, kulit lembab, warna kulit
sawo matang.
15) Neurologis

Tes fungsi nervus cranial, motorik dan sensorik

NI Alfaktorius : Letak kedua hidung simetris, tidak ada


sekret, fungsi penciuman klien baik
ditandai dengan membedakan bau kayu
putih dan minyak wangi

NI Optikus : Fungsi penglihatan baik, dibuktikan


dengan huruf berukuran kecil pada
jarak + 6 menter

NII Okulomotorius : Klien dapat mengangkat kelopak mata


atas, reflek pupil positif (mengecil bila
diberi rangsangan cahaya, pupil
membulat isokor)

NIV Trokhlearis : Klien dapat menggerakkan bola mata ke


atas dan ke bawah

NV Abdusen : Klien dapat melihat atau menggerakkan


36

mata ke samping kepala dalam posisi


pandangan ke depan

NVI Trigeminus : Klien dapat mengunyah dan


menggerakkan serta menelan
dengan baik

NVI Fasialis : Klien dapat memperlihatkan giginya,


mengembungkan pipinya dan
mengerutkan dahinya

NVII Kokhlea Vestibular : Klien dapat mendengar suara dengan


jelas ditandai dengan klien menjawab
pertanyaan yang diajukan kepada klien.
Test rinne positif dimana hantara udara
lebih besar daripada hantaran tulang,
ditandai dengan klien masih bisa
mendengar garputala tersebut di depan
lubang telinga, keadaan telinga cukup
bersih

NIX Glossofaringeus : Klien dapat membuka mulut


danmenelan air liur dengan baik

(mampu membedakan rasa


NX Vagus : Klien dapat mengatur proses menelan
di tandai dengan repleks faring positif
dengan rangsangan menekan pangkal
lidah dengan touge spatel lidah terlihat
faring terangkat lidah ditarik.

NXI Accesorius : Gerakan kepala dan bahu normal, tidak


ada gangguan

NXI Hipoglosus : Lidah klien dapat digerakkan ke


segala arah

e. Pola Aktifitas
37

Tabel 3.1
Pola Aktivitas Sehari-Hari

No Jenis pengkajian Sehat Sakit


1 Pola Nutrisi
Makan
Frekuensi 3x1 hari Nasi 3x1 hari Nasi
Jenis 1 Porsi ½ Porsi
Porsi Tidak ada Tidak ada
Keluhan
Minum + 4-5 Gelas/hari Air + 3-4 Gelas/hari
Frekuensi Putih Air Putih
Jenis Tidak Ada Tidak Ada
Keluhan
I Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi + Ix/hari Padat + Ix/hari Padat
Konsistensi Kuning Kuning
Warna Tidak ada Tidak ada
Keluhan
BAK + 3x/hari Kuning + 7x/hari
Frekuensi Tidak ada Kuning
Warna Tidak ada
Keluhan
3 Pola Istirahat
Malam Siang + 7-8 Jam/Hari + + 6-7 Jam/Hari +
1 Jam/Hari 1 Jam/Hari
4 Personal Hygiene
Mandi Ix/hari Ix/hari
Gosok Gigi Ix/hari Ix/hari
Ganti Pakaian 1x/hari 1x/hari
Gunting Kuku 1x/Minggu 1x/Minggu
5 Aktivitas Klien melakukan Klien melakukan
aktivitas tanpa aktivitas tanpa
bantuan bantuan

f. Data Sosial
Klien dapat berorientasi dengan keluarga dan tetangga, terbukti dapat
kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan pengobatan yang sudah dan
akan dilakukan.

g. Data Ekonomi
Kondisi perekonomian klien cukup.

h. Data Spiritual
38

Klien mengatakan selalu menjalankan shalat dan selalu berdoa untuk


kesembuhannya kepada Allah SWT.

i. Data Penunjang
1) Laboratorium

Tabel 3.I
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 18 Juli I0I0
Nama : Ny. R Tgl Periksa : 18 Juli I0I0
Umur : 51 tahun Diagnosa : Diabetes
Melitus
Jenis Kelamin : Laki-Laki

Hasil Satuan
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil
Pemeriksaan
Gula Darah I40 70-140 mg/dl
sewaktu Puasa
I Jam PP

I) Theraphy

a) Kimia
Metformin

b) Herbal
(1) Godog Daun Kersen
(2) Madu

2. Analisa Data
39

Tabel 3.3
Analisa Data

No Symptomp Etiologi Problem


1 DS : Hiperglikemia Ketidak
1. Klien mengatakan lemas ↓ seimbangan
2. Lemas dirasakan apabila Sel tidak dapat mendapat nutrisi
banyak beraktivitas, lemas asupan makanan
berkurang apabila tidak ↓
banyak Produksi energy menurun
beraktivitas ↓
DO : Konversi asam amino
3. Klien tampak lemas dalam hati

Folipagia

Glukosa hanya sampai ke
pembuluh darah

Berat badan Menurun

Ketidakseimbangan nutrisi

I DS : Hiperglikemia Kerusakan
1. Klien mengatakan ada ↓ integritas
luka pada kedua kaki Glukosuria kulit
klien ↓
2. Kaki kanan klien Deuresis osmotik
sudah 3 bulan dan kaki ↓
kiri baru 1 Dehidrasi
minggu DO :

3. Tampak ada luka di
Hemokonsentrasi
kedua kaki klien

Arterosklerosis

Makrovaskuler

Ekstremitas

Kaki diabetik

Diskontinuitas Jaringan

Kerusakan Integritas Kulit

3. Diagnosa Keperawatan
40

a. Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan metabolisme karbohidrat


tidak adekuat DS:

1. Klien mengatakan lemas


2. Lemas dirasakan apabila banyak beraktivitas, lemas berkurang apabila
tidak banyak beraktifitas DO:

3. Klien tampak lemas


b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi DS:

1. Klien mengatakan ada luka di bagian kaki sebelah kanan dan kiri
2. Kaki kanan sudah 3 bulan dan kaki kiri baru 1 minggu DO:

3. Tampak ada luka di kedua kaki klien


43

4. Proses Keperawatan
Tabel 3.4
Proses Keperawatan
Nama : Ny. R Tgl. Pengkajian : 10 Juli I0I0
Umur : 51 Tahun Diagnosa Mendis : Diabetes Melitus
Jenis Kelamin : Perempuan

Perencanaan
No Diagnosa Medis
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Tentukan program dIt pola makan klien Mengidentifikasi kekurangan
dengan metabolisme karbohidrat tidak keperawatan 6x I4 jam nutrisi dan penyimpangan dari
adekuat pada tubuh dalam batas normal kebutuhan
dengan K.H :
-BB normal
-Keluhan lemas berkurang Mengetahui perkembngan
Timbang berat badan
sesuai dengan indikasi berat badan klien dan salah
satu indikasi untuk
menentukan dIt

I. Kerusakan integritas jaringan berhubungan setelah dilakukan tindakan Kaji luka, adanya
dengan kadar glukosa tinggi, penurunan keperawatan selama 6xI4 epitaksis,perubahan warna, adanya Mengidentifikasi resiko
fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi jam gangguan integritas push, edema pembesaran integritas
kulit akan berkurang atau kulit
menunjukan penyembuhan
dengan KH: Lakukan perawatan luka dengan
-Kondisi luka menunjukan teknik steril
Sirkulasi periper bisa
adanya perbaikan jaringan dan terganggu yang
tidak terinfeksi menempatkan klien pada
resiko terjadinya kerusakan
kulit atau infeksi
43

5. Implementasi Keperawatan
Tabel 3.5
Implementasi Keperawatan

Nama : Ny. R Tgl. Pengkajian


Umur: 51 Tahun Diagnosa Mendis : Diabetes Melitus
Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal/
No Diagnosa Implementasi Respon Paraf
Waktu
1. Ketidakseimbangan Jumat,10 Juli Jam 08:30 Budi
nutrisi I0I0 1. Menentukan Klien mengerti Apriliana
berhubungan dengan program dIt tentang
metabolisme pola makan program dIt
karbohidrat tidak klien
adekuat
2. Menimbang Klien mau di
berat badan timbang BB:
sesuai dengan
55kg
indikasi

I. Kerusakan Jumat,10 Juli Jam 08:35 Budi


integritas jaringan I0I0 1. Mengkaji luka, Klien Apriliana
berhubungan dengan adanya mengatakan
kadar glukosa tinggi, epitaksis, luka kaki
perubahan kanan sejak 3
penurunan fungsi
warna, adanya bulan yang
leukosit, perubahan push, lalu dan kaki
pada sirkulasi edema kiri sejak
seminggu
yang lalu

Jam 08:40 Klien mau di


2. Melakukan lakukan
perawatan perawatan luka
luka dengan
teknik steril
44

6. Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.6
Evaluasi Keperawatan

Nama : Ny. R Tgl. Pengkajian


Umur: 51 Tahun Diagnosa Mendis : Diabetes Melitus
Jenis Kelamin : Perempuan

Waktu/
No. Diagnosa Perkembangan Klien Pelaksana
Tanggal
1. Jumat, 10 Ketidakseimbangan S : Klien mengerti tentang dIt pola Budi
Juli I0I0 nutrisi berhubungan makan Apriliana
Jam 16:00 dengan metabolisme O : Klien memakan apa yang di ajurkan
WIB karbohidrat tidak A : Masalah teratasi sebagian P :
adekuat Intervensi di lanjutkan 1,I
1. Tentukan program dIt pola
makan klien
2. Timbang berat badan sesuai
dengan indikasi
I : jam 16:05 WIB
a. Menentukan program dIt pola
makan klien
Hasil: Klien memakan apa yang
di anjurkan
Jam 16:10
b. Menimbang berat badan
sesuai indikasi
Hasil: BB klien 55Kg E :
R: Masalah teratasi sebagian, lanjutkan
intervensi 1,I
45

I. Jumat,10 Juli Kerusakan integritas S : Klien mengatakan luka mengering Budi


I0I0 jaringan berhubungan O : Luka tampak mengering Apriliana
Jam 16:10 dengan kadar glukosa A : Masalah teratasi sebagiam
WIB P : Lanjutkan intervensi 1,I
tinggi, penurunan
1. Kaji luka, adanya
fungsi leukosit, epitaksis,perubahan warna,
perubahan pada adanya push, edema
sirkulasi 2. Lakukan perawatan luka dengan
teknik steril
I : Jam 16:15 WIB
a. Mengkaji luka, adanya
epitaksis, perubahan warna,
adanya push, edema Hasil:
adanya luka di bagian
kaki kanan dan kaki kiri
Jam 16:I0 WIB
b. Melakukan perawatan luka
dengan teknik steril
Hasil: Luka klien mengering E :
R : Masalah teratasi sebagian, lanjutkan
intervensi 1,I
46

7. Catatan Perkembangan
Tabel 3.7
Catatan Perkembangan

Nama : Ny. R Tgl. Pengkajian


Umur: 51 Tahun Diagnosa Mendis : Diabetes Melitus
Jenis Kelamin : Perempuan

Waktu/
No. Diagnosa Perkembangan Klien Pelaksana
Tanggal
1. Sabtu, 11 Ketidakseimbangan S : Klien mengerti tentang dIt pola Budi
Juli I0I0 nutrisi b.d makan Aprililana
Jam 16:00 metabolisme O : Klien memakan apa yang di
WIB karbohidrat tidak ajurkan
adekuat A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan 1,I
1. Tentukan program dIt pola
makan klien
2. Timbang berat badan
sesuai dengan indikasi
I : jam 16:05 WIB
a. Menentukan program
dIt pola makan klien Hasil:
Klien memakan apa yang
di anjurkan
Jam 16:10
b. Menimbang berat badan
sesuai indikasi
Hasil: BB klien 55Kg E :
R: Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi 1,I
47

I. Sabtu, 11 Kerusakan S : Klien mengatakan luka Budi


Juli I0I0 integritas jaringan mengering Apriliana
Jam 16:1I berhubungan dengan O : Luka tampak mengering
WIB kadar glukosa tinggi, A : Masalah teratasi sebagiam
P : Lanjutkan intervensi 1,I
penurunan fungsi
1. Kaji luka, adanya
leukosit, perubahan epitaksis,perubahan
pada sirkulasi warna, adanya push,
edema
2. Lakukan perawatan luka
dengan teknik
steril
I : Jam 16:15 WIB
a. Mengkaji luka, adanya
epitaksis, perubahan
warna, adanya push,
edema
Hasil: adanya luka di
bagian kaki kanan dan
kaki kiri
Jam 16:I0 WIB
b. Melakukan perawatan luka
dengan teknik
steril
48

Waktu/
No. Diagnosa Perkembangan Klien Pelaksana
Tanggal
Hasil: Luka klien mengering
E:
R : Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi 1,I

1. Minggu, Ketidakseimbangan S : Klien mengerti tentang dIt pola Agung Sigit


1I Juli nutrisi b.d makan Gunandar
I0I0 metabolisme O : Klien memakan apa yang di
Jam 15:30 karbohidrat tidak ajurkan
adekuat A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan 1,I
1. Tentukan program dIt pola
makan klien
2. Timbang berat badan
sesuai dengan indikasi
I : jam 15:33 WIB
a. Menentukan program
dIt pola makan klien Hasil:
Klien memakan apa yang
di anjurkan
Jam 15:37
b. Menimbang berat badan
sesuai indikasi
Hasil: BB klien 55Kg E :
R: Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi 1,I

I. Minggu, Kerusakan S : Klien mengatakan luka Agung Sigit


1I Juli integritas jaringan mengering Gunandar
I0I0 berhubungan dengan O : Luka tampak mengering
Jam 15:40 kadar glukosa tinggi, A : Masalah teratasi sebagiam
P : Lanjutkan intervensi 1,I
penurunan fungsi
1. Kaji luka, adanya
leukosit, perubahan epitaksis,perubahan
pada sirkulasi warna, adanya push,
edema
2. Lakukan perawatan luka
dengan teknik
steril
I : Jam 15:4I WIB
a. Mengkaji luka, adanya
epitaksis, perubahan
warna, adanya push,
edema
Hasil: adanya luka di
bagian kaki kanan dan kaki
kiri
Jam 15:47 WIB
b. Melakukan perawatan luka
dengan teknik
steril
Hasil: Luka klien
mengering
49

Waktu/
No. Diagnosa Perkembangan Klien Pelaksana
Tanggal
E:
R : Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi 1,I

1. Senin, 13 Ketidakseimbangan S : Klien mengerti tentang dIt pola Agung Sigit


Juli I0I0 nutrisi b.d makan Gunandar
Jam 16:00 metabolisme O : Klien memakan apa yang di
karbohidrat tidak ajurkan
adekuat A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan 1,I
1. Tentukan program dIt pola
makan klien
2. Timbang berat badan
sesuai dengan indikasi
I : jam 16:0I WIB
a. Menentukan program
dIt pola makan klien Hasil:
Klien memakan apa yang
di anjurkan
Jam 16:07
b. Menimbang berat badan
sesuai indikasi
Hasil: BB klien 55Kg E :
R: Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi 1,I
50

I. Senin, 13 Kerusakan S : Klien mengatakan luka Agung Sigit


Juli I0I0 integritas jaringan mengering Gunandar
Jam 16:10 berhubungan dengan O : Luka tampak mengering
kadar glukosa tinggi, A : Masalah teratasi sebagiam
P : Lanjutkan intervensi 1,I
penurunan fungsi
1. Kaji luka, adanya
leukosit, perubahan epitaksis,perubahan
pada sirkulasi warna, adanya push,
edema
2. Lakukan perawatan luka
dengan teknik steril
I : Jam 16:15 WIB
a. Mengkaji luka, adanya
epitaksis, perubahan
warna, adanya push,
edema
Hasil: adanya luka di
bagian kaki kanan dan
kaki kiri
Jam 16:I0 WIB
b. Melakukan perawatan luka
dengan teknik
steril
Hasil: Luka klien mengering
E:
R : Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi 1,I

No. Waktu/ Tanggal Diagnosa Perkembangan Klien Pelaksana


1. Selasa, S : Klien mengerti tentang dIt pola Agung Sigit
14 Juli makan Gunandar
I0I0 O : Klien memakan apa yang di
Jam 13:00 ajurkan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi I di lanjutkan
3. Timbang berat badan sesuai
dengan indikasi
I : jam 13:0I WIB
c. Menimbang berat badan
sesuai indikasi
Hasil: BB klien 55,IKg E :
R: Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi I
51

I. Selasa, S : Klien mengatakan luka Agung Sigit


14 Juli mengering Gunandar
I0I0 O : Luka tampak mengering
Jam 13:04 A : Masalah teratasi sebagiam P :
Lanjutkan intervensi 1,I
3. Kaji luka, adanya
epitaksis,perubahan
warna, adanya push,
edema
4. Lakukan perawatan luka
dengan teknik
steril
I : Jam 13:07 WIB
c. Mengkaji luka, adanya
epitaksis, perubahan
warna, adanya push,
edema
Hasil: adanya luka di
bagian kaki kanan dan
kaki kiri
Jam 13:10 WIB
d. Melakukan perawatan luka
dengan teknik
steril
Hasil: Luka klien mengering
E:
R : Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi 1,I

1. Rabu, 15 S : Klien mengerti tentang dIt pola Agung Sigit


Juli I0I0 makan Gunandar
Jam 16:00 O : Klien memakan apa yang di
ajurkan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi I di lanjutkan
1. Timbang berat badan sesuai
dengan indikasi
I : Jam 16:07
d. Menimbang berat

No. Waktu/ Tanggal Diagnosa Perkembangan Klien Pelaksana


badan sesuai indikasi
Hasil: BB klien 55,7Kg E :
R: Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi I
52

I. Rabu, 15 S : Klien mengatakan luka Agung Sigit


Juli I0I0 mengering Gunandar
Jam 16:10 O : Luka tampak mengering
A : Masalah teratasi sebagiam
P : Lanjutkan intervensi 1,I
1. Kaji luka, adanya
epitaksis,perubahan
warna, adanya push,
edema
2. Lakukan perawatan luka
dengan teknik
steril
I : Jam 16:15 WIB
e. Mengkaji luka, adanya
epitaksis, perubahan
warna, adanya push,
edema
Hasil: adanya luka di
bagian kaki kanan dan
kaki kiri
Jam 16:I0 WIB
f. Melakukan perawatan luka
dengan teknik
steril
Hasil: Luka klien mengering
E:
R : Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi 1,I

B. Pembahasan
Dalam pembahasan diuraikan proses asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan
pada keluarga Ny. R dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi dan
membandingkan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus selama melakukan
asuhan keperawatan. Proses keperawatan yang dilakukan penulis terdiri dari tahap
pengkajian, perencanaan, Implementasi dan evaluasi. Asuhan keperawatan dilakukan
secara komprehensif mencakup biopsiko-sosial-spiritual. Hasil kajian antara tinjauan
teoritis dengan tinjauan kasus akan muncul kesenjangan yang akan diuraikan sesuai
tahapan dalam asuhan keperawatan di bawah ini :
1. Tahap pengkajian
Selama pengkajian klien maupun keluarga terlihat kooperatif dan mau
mengungkapkan masalah kesehatan yang dihadapi. Hasil pengkajian didapat
Klien mengatakan lemas, berat badan berkurang, sering BAK, lemas di rasakan
apabila banyak beraktifitas, lemas hilang apabila klien tidak banyak beraktifitas,
klien mengatakan kaki kanan sudah 3 bulan mengalami luka dan kaki kiri baru
53

seminggu mengalami luka, klien tampak lemas dan tampak ada luka di kedua
kaki klien.

Sedangkan tanda dan gejala klien Diabetes Mellitus berdasarkan teori


adalah Hiperglikemia berat, pada kasus Diabetes yang memiliki luka tentu ini
akan berpengaruh terhadap kondisi luka yang lebih memerlukan perhatian
dalam perawatan luka. Hiperglikemia berat juga berakibat glukosuria yang akan
menjadi dieresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan
timbul rasa haus (polidipsia), Rasa lapar yg semakin besar (polifagia), BB
berkurang, Lelah dan mengantuk dan gejala lain seperti kesemutan, gatal, mata
kabur, impotensi, peruritas vulva. (Nanda, I016).

Berdasarkan uraian di atas maka ditemukan perbedaan hasil pengkajian


kasus dengan tinjauan teori karena beberapa factor seperti gaya hidup yang tak
sehat yang terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang bagaimana
seharusnya yang dilakukan oleh para penderita diabetes atau juga karena
lambatnya penanganan pada kasus diabetes tersebut yang disertai kurangnya
pula pengetahuan dalam melakukan perawatan luka akibatnya pada kasus
Diabetes Melitus yang terjadi pada Ny. R ini disertai dengan adanya luka di kaki.

2. Tahap diagnosa
Berdasarkan tinjauan teoritis yang terdapat pada BAB I diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada masalah kesehatan dengan diabetes
mellitus (Nanda, I016) dalam Amin Huda Nurarif, I016 adalah :

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani

b. Resiko Syok
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan
jaringan (nekrosis luka gangren)

d. Resiko infeksi
e. Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung kemih,
sfingter kuat dan poliuri

f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit

(diabetes mellitus)
54

g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit


h. Keletihan. (Nanda, I016)
Tetapi setelah melakukan pengkajian pada Ny. R berdasarkan analisa
data terdapat ketidaksesuaian diagnosa keperawatan anatar tinjauan teoritis
dan kenyataan yang ditemukan penulis, yaitu :

a. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan metabolisme karbohidrat


tidak adekuat

b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,


penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi

Fenomena ini dapat terjadi karena adanya perbedaan gaya hidup setiap
manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar manusianya, dan juga perbedaan
pada sistem kekebalan tubuh pada setiap manusia sehingga terdapat
kesenjangan antara konsep pada teori dengan kenyataan di lapangan.
Terutama pada penyakit diabetes Mellitus ini tentu gaya hidup yang tak sehat
sangat berpengaruh dan akan memperburuk kondisi kesehatan yang
kemungkinan dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang tidak diharapkan.

3. Tahap perencanaan
Perencanaan dibuat bersama klien dan keluarga yang berfokus pada
tujuan asuhan keperawatan, perencanaan yang dibuat dalam kasus sama
dengan teori yaitu : menentukan program dIt pola makan klien, timbang berat
badan sesuai dengan indikasi, Kaji luka, adanya epitaksis, perubahan warna,
adanya push, edema, melakukan perawatan luka dengan teknik steril.

4. Tahap implementasi
Pada saat dilakukan asuhan keperawatan klien dan keluarga dapat
bekerja sama sehingga semua tindakan bisa dilakukan. Tindakan yang dilakukan
pada diagnosa pertama adalah Menentukan program dIt pola makan klien,
menimbang berat badan sesuai dengan indikasi. Sedangkan untuk diagnosa
yang kedua ialah Mengkaji luka, adanya epitaksis, perubahan warna, adanya
push, edema dan melakukan perawatan luka dengan teknik steril.
55

5. Tahap evaluasi
Secara garis besar pada kasus Diabetes mellitus yang dialami oleh Ny. R
pada hari pertama pengkajian ialah klien mengatakan lemas, berat badan
berkurang, sering BAK, lemas di rasakan apabila banyak beraktifitas, lemas
hilang apabila klien tidak banyak beraktifitas, klien mengatakan kaki kanan
sudah 3 bulan mengalami luka dan kaki kiri baru seminggu mengalami luka,
klien tampak lemas dan tampak ada luka di kedua kaki klien. Dari data
pengakajian tersebut ditemukan adanya I masalah yang dialami oleh Ny. R yang
kemudian pada setiap masalah tersebut telah dilakukan implementasi
keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan perencaan keperawatan yang
telah disusun.

Sehingga kondisi di hari terakhir pada Ny. R menunjukan adanya


perbaikan keadaan yaitu Menimbang berat badan sesuai indikas dengan hasil
BB klien 55Kg dan setelah meelakukan perawatan luka dengan teknik steri luka
klien tampak mengering. Dari uraian di atas maka secara garis besar masalah
yang dialami oleh Ny. R ini belum sepenuhnya teratasi karena masih
diperlukannya perawatan yang harus diberikan kepada Ny. R secara
berkesinambungan. Hal ini tentunya dapat terlaksana dengan adanya
kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien maupun
keluarga.
56

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. R dengan Gangguan
Sistem Endokrin Diabetes Mellitus (DM) Tipe 1 di Ruang Baronang RSUD Pandega
Kabupaten Pangandaran dengan melalui pendekatan proses keperawatan, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian pada tanggal 10 Juli 2020, Klien mengatakan lemas, berat badan
berkurang, sering BAK, lemas di rasakan apabila banyak beraktifitas, lemas hilang apabila
klien tidak banyak beraktifitas, klien mengatakan kaki kanan sudah 3 bulan mengalami
luka dan kaki kiri baru seminggu mengalami luka, klien tampak lemas dan tampak ada
luka di kedua kaki klien

2. Penulis berhasil menemukan beberapa diagnosa keperawatan yang berfokus pada


pengkajian : Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan metabolisme karbohidrat
tidak adekuat dan Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi

3. Penulis dalam membuat perencanaan yang berfokus pada tujuan berdasarkan


kemungkinan yang muncul dari suatu permasalahan .

4. Dalam mengevaluasi hasil asuhan keperawatan didapatkan bahwa hampir semua


masalah belum teratasi sepenuhnya sehingga memerlukan tindak lanjut yang
berkesinambungan.

B. Saran
Upaya untuk mewujudkan perbaikan dan peningkatan pelayanan keperawatan kepada
klien dengan diabetes melitus, maka penulis ingin menyampaikan beberapa pemikiran
57

sebagai berikut :

1. Bagi klien dan keluarga


Perlu di tingkatkan keaktifan serta peran klien dalam upaya hendakanya memahami
anjuran yang diberikan perawat serta melakukan check up kesehatan secara rutin ke
pelayanan kesehatan terdekat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Surat Al-A’raf ayat 31.

Agustin, M.T. (2014). Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh pada pasien dengan diabetes mellitus. Prodi DII keperawatan Akademi kesehatan
Rustida. Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan

Evelyn. C. P. (2009). Anatoomi dan Fisiologi untuk para medis. Jakarta : Gramedia.
58

Fahra, R. U., Widayati, N., & Sutawardana, J. H. (2017). Hubungan Peran Perawat Sebagai
Edukator Dengan Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe I Di Poli Penyakit Dalam
Rumah Sakit Bina Sehat Jember. Nurseline Journal, I(1), 6I–7I.

Fransisca, K. (2012). Awas Pankreas Rusak Dengan Penyebab Diabetes. Jakarta: Cerdas Sehat.

Garnadi, Y. (2012). Hidup Nyaman Dengan Diabetes Melitus. Jakarta.

Kartika, R.W. (2012). Pengelolaan gangren kaki diabetik. Jurnal CDK-I48, 44(1), 18-II

Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia I016. Jakarta : Kemenkes RI

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: Salemba Medika.

PERKENI, (2011). Konsensus Penglolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe I di Indonesia.
Jakarta : PERKENI

Rahayu, K. B., Saraswati, L. D., & Styawan, H. (I018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe I (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungmundu Kota Semarang, 6(April), 19–I8.

Rendy, M.C. (2012). Asuhan keperawaatan medikal bedah penyakit dalam. Yogyakarta :
Nuha medika

Riskesdas. (2018). Laporan Hasil Riskesdas I018. Jakarta : Litbang Kemenkes RI.

Rohmah, N. (2009). Proses keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

Srywahyuni, R., Waluyo, A., & Azzam, R. (2019). Perbandingan Senam Tai Chi Dan Senam
Diabetes Mellitus Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe I. Journal Of Telenursing (Joting), 1(1), 131– 144.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Diabetes Melitus Tipe I


Sasaran : Pasien Ny. R dan Keluarga
Tempat : Ruang Rawat Inap Baronang RSUD Pandega
Hari/Tanggal : 2020
Waktu : 1 x 30 menit

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan Penyuluhan selama 30 menit, peserta mampu memahami tentang penyakit
diabetes mellitus tipe I.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan dilakukan peserta dapat :
a. Menjelaskan pengertian diabetes mellitus tipe I
b. Menyebutkan penyebab diabetes mellitus tipe I
c. Menyebutkan faktor resiko diabetes mellitus tipe I
d. Menyebutkan tanda dan gejala diabetes mellitus tipe I
e. Menjelaskan pengobatan diabetes mellitus tipe I
f. Menyebutkan komplikasi diabetes mellitus tipe I
C. MATERI
1. Pengertian diabetes mellitus tipe I
2. Penyebab diabetes mellitus tipe I
3. Tanda dan gejala diabetes mellitus tipe I
4. Pengobatan diabetes mellitus tipe I
5. Komplikasi diabetes mellitus tipe I
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. ALAT DAN MEDIA
1. Leaflet
F. SUSUNAN ACARA PENYULUHAN

KEGIATAN
NO TAHAP
PENYULUH PESERTA

1. Menjawab Salam
1. Menyampaikan salam pembuka
2. Mendengarkan
Pembukaan 2. Memperkenalkan diri
1. 3. Memperhatikan
5 menit 3. Menyampaikan tujuan penyuluhan
4. Kontrak waktu

1. Menggali pengetahuan peserta tentang 1. Menjawab


diabetes mellitus pertanyaan
2. Menyampaikan materi tentang : 2. Memperhatikan

Pelaksanaan a. Pengertian diabetes mellitus tipe I dan mendengarkan


I. b. Penyebab diabetes mellitus tipe I
15 menit
c. Faktor resiko diabetes mellitus tipe I
d. Tanda dan gejala klinis mellitus tipe I
e. Pengobatan diabetes mellitus tipe I
f. Komplikasi diabetes mellitus tipe I
1. Tanya jawab tentang materi yang telah 1. Bertanya dan
diberikan menjawab
2. Menanyakan kepada peserta : pertanyaan
a. Pengertian diabetes mellitus tipe I
Diskusi dan
3. Evaluasi b. Penyebab diabetes mellitus tipe I
c. Faktor resiko diabetes mellitus tipe I
8 menit
d. Tanda dan gejala diabetes mellitus tipe I
e. Pengobatan diabetes mellitus tipe I
f. Komplikasi diabetes mellitus tipe I
3. Membagikan Leaflet
1. Menyimpulkan kegiatan penyuluhan 1. Mendengarkan
Terminasi 2. Mengucapkan terima kasih atas peran serta 2. Menjawab salam
4.
I menit peserta
3. Menyampaikan salam penutup
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Diabetes Mellitus Tipe I


Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh
pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif.
Hiperglikemia atau peninggian kadar gula darah adalah suatu efek yang sering dijumpai pada diabetes
yang tidak terkontrol dan jika dibiarkan, dalam jangka masa panjang dapat menyebabkan kerusakan
pelbagai sistem tubuh terutama sistem persarafan dan pembuluh darah (WHO, I006).

Diabetes tipe I adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini
dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin
atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

Diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Diabetes mellitus primer yaitu
IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Tipe 1 dan diabetes mellitus sekunder yaitu NIDDM (Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Tipe I. Dalam makalah ini penulis akan secara rinci membahas
mengenai diabetes melitus tipe I atau yang dulu disebut sebagai NIDDM.

Diabetes Melitus Tipe I merupakan keadaan meingkatnya gula darah dalam tubuh (hiperglikemia)
akibat dari insensitivitas seluler terhadap insulin dan terjadinya defek sekresi insulin akibat
ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan glukosa
plasma yang normal. Lebih dari 90-95% penderita DM adalah diabetes tipe ini.

DM tipe I terjadi akibat resistensi insulin atau akibat penurunan produksi insulin. Normalnya insulin
terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel dan mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme
glukosa. Pada DM tipe I reaksi dalam sel kurang efektif karena kurangnya insulin yang berperan dalam
menstimulasi glukosa masuk ke jaringan dan pengaturan pelepasan glukosa dihati. Adanya insulin juga
mencegah pemecahan lemak yang menghasilkan badan keton.

Individu yang mengidap DM tipe I tetap menghasilkan insulin. Akan tetapi, sering terjadi
keterlambatan awal dalam sekresi dan penurunan jumlah total insulin yang dilepaskan. Hal ini cenderung
semakin parah seiring dengan petambAhan usia pasien. Selain itu sel-sel tubuh, terutama sel otot dan
adiposa, memperlihatkan resistensi terhadap insulin yang bersikulasi dalam darah. Akibatnya, pembawa
glukosa (transporter glukosa glut-4) yang di sel tidak adekuat.
Karena sel kekurangan glukosa, hati memulai proses glukoneogenesis, yang selanjutnya makin
meningkatkan kadar glukosa darah serta menstimulasi penguraian simpanan trigliserida, protein, dan
glikogen untuk menghasilkan sumber bahan bakar alternatif, sehingga menigkatkan zat-zat dalam darah.
Hanya sel-sel otak dan sel darah merh yang terus mnggunakan glukosa sebagai sumber energi yang
efektif. Karena masih terdapat insulin, individu dengan diabetes tipe I jarang hanya mengandalkan asam
lemak untuk menghasilkan energy dan rentan terhadap ketosis.

Untuk menilai prestasi diabetesi menjalankan diet, olahraga dan obat dengan baik dapat
dilihat di Rapor Diabetisi pada butir a, b, c, dan d. Ada 4 pedoman untuk mengetahui Rapor
Diabetisi, yaitu (Tjokroprawiro, 2011) :
1. Kadar Gula Darah sebelum Makan atau Puasa (GDP), target antara 70 - 130 mg/dl
2. Kadar Gula Darah 1 Jam Post Prandial (G1JPP) = 1 jam sesudah makan, target < 180 mg/dl
3. Gula Darah Rerata dalam 1 hari (GDR), target < 170 mg/dl
4. Rapor I – 3 bulan terakhir (atau sering disebut ‖rapor akhir‖), yaitu A1C (dulu namanya
HbA1C) normal < 7 %.
B. Penyebab Diabetes Melitus Tipe I
Diabetes melitus tipe I disebabkan kegagalan relatif sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya
sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang
sekrasi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe I disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukagon dalam darah harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes mellitus
tipe I.
C. Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe I
Faktor-faktor resiko berhubungan dengan terjadinya diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua
(WHO,I006), yaitu, :

1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah (non -modifiable) :


a. Usia.
Resistensi insulin lebih cenderung terjadi seiring pertambahan usia.

b. Ras atau latar belakang etnis


Resiko diabetes melitus tipe I lebih besar pada hispanik, kulit hitam, penduduk asli HawaI. Hal
ini disebabkan oleh nilai rata -rata tekanan darah yang lebih tinggi, obesitas, dan pengaruh gaya
hidup yang kurang sehat.

c. Riwayat penyakit diabetes melitus dalam keluarga.


Seseorang dengan ahli keluarga yang menderita deabetes melitus mempunyai resiko yang lebih
besar untuk menderita penyakit yang sama ini dikarenakan gen penyebab diabetes melitus dapat
diwarisi orang tua kepada anaknya (Colledge et al, I006)

2. Faktor resiko yang dapat diubah (modifiable) :


a. Obesitas
b. Gaya hidup
c. Hipertensi
d. Kadar glukosa darah
D. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus Tipe I
1. Sering kencing/miksi atau meningkatnya frekuensi buang air kecil (poliuria)
Adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh ginjal bersama urin karena
keterbatasan kemampuan filtrasi ginjal dan kemampuan reabsorpsi dari tubulus ginjal. Untuk
mempermudah pengeluaran glukosa maka diperlukan banyak air, sehingga frekuensi miksi menjadi
meningkat.
2. Meningkatnya rasa haus (polidipsia)
Banyaknya miksi menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi), hal ini merangsang pusat haus
yang mengakibatkan peningkatan rasa haus.
3. Meningkatnya rasa lapar (polipagia)
Meningkatnya katabolisme, pemecahan glikogen untuk energi menyebabkan cadangan energi
berkurang, keadaan ini menstimulasi pusat lapar.
4. Penurunan berat badan
Hal ini disebabkan karena tubuh kehilangan banyak cairan, glikogen dan cadangan trigliserida serta
massa otot.
5. Kelainan pada mata, penglihatan kabur
Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran darah menjadi lambat, sirkulasi ke
vaskuler tidak lancar, termasuk pada mata yang dapat merusak retina serta kekeruhan pada lensa.
6. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina
Peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan gula pada kulit sehingga menjadi gatal, jamur
dan bekteri mudah menyerang kulit.
7. Ketonuria
Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka akan digunakan asam lemak untuk energi,
asam lemak akan dipecah menjadi keton yang kemudian berada pada darah dan dikeluarkan melalui
ginjal.
8. Kelemahan dan keletihan
Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan potassium menjadi akibat pasien mudah
lelah dan letih.

9. Terkadang dan tanpa gejala


Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat beradaptasi dengan peningkatan glukosa darah.

10. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus, gangguan fungsi
imun, dan penurunan aliran darah.
11. Paretesia, atau abnormalitas sensasi
12. Pelisutan otot dapat terjadi karena protein otot digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh.
E. Pengobatan Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes melitus tipe I fase awal dapat ditangani dengan diet dan olahraga tetapi seiring dengan
berkembangya perjalanan penyakit diabetes melitus tipe I ini intervensi medika mentosa menjadi perlu
untuk menangani hiperglikemia.

1. Non-farmakologi
Cara yang paling efektif untuk meningkatkan sensitivitas insulin adalah penurunan berat badan bagi
pasien diabetes melitus tipe I dengan berat badan berlebih dan mempertahankan berat badan ideal
(Gilby, I007). Langkah ini dapat dicapai dengan melakukan perubahan gaya hidup yaitu melakukan
olahraga dan kontrol diet. Kedua modalitas ini sangat efektif dalam meningkatkan kerja insulin dengan
cara memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes
melitus tipe I (Meeking, I011).
2. Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi dalam rangka untuk menurunkan kadar gula darah adalah perlu apabila
perubahan gaya hidup dan diet gagal untuk mencapai atau mempertahankan kontrol glikemik normal
(Gilby, I007). Obatan antidiabetik

dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, oral dan suntikan.

a. Obat antidiabetik oral.


Terdapat beberapa klasifikasi obatan antidiabetik oral dan yang paling sering digunakan adalah
dari golongan metformin, thiazolidinedio nes (TZD), sulfonilurea, analog meglitidin, alpha
glucosidase inhib itors, insulin dan terapi GLP-1 (Meeking, I011)

1) Metformin
Metformin adalah dari golongan insulin-sensitizing agents dimana ia tidak menstimulasi
perlepasan insulin dari pankreas sebaliknya hanya meningkatkan sensitivitas hepar terhadap
insulin. Metformin menurunkan kadar glukosa darah tanpa menyebabkan hipoglikemi
dengan cara meransang pembentukan cadangan glikogen di otot rangka.

2) Thiazolidinedione (TZD)
TZD juga adalah dari golongan insulin-sensitizing agents dan berfungsi sebagai Peroxisome
Proliferator Activated Receptor -gamma (PPARγ ) agonist. TZD meningkatkan sensivitas
insulin dengan cara menstimulasi reseptor PPARγ pada jaringan lemak dimana TZD
membantu dalam meningkatkan transkripsi gene sensitif insulin seperti GLUT 4, dan
lipoprotein lipase.

3) Sulfonilurea
Obatan sulfonilurea menstimulasi sekresi insulin dari sel beta pankreas untuk memberikan
kesan hipoglikemi langsung. Obatan golongan ini berikatan dengan reseptor sulfonilurea
pada sel beta pankreas. Hal ini menyebabkan ATP-sensitive potassium channel menutup dan
menyebabkan influks kalsium ke dalam sel dan menyebabkan pengaktifan protein yang
mengontrol granul insulin melalui aktivasi dari protein kinase C.

4) Analog Meglitidine
Analog meglitidine menstimulasi fase pertama dari perlepasan insulin. Sama seperti
golongan sulfonilurea, golongan analog megdlitidine ini berikatan dengan reseptor
sulfonilurea pada sel beta pankreas. Obatan golongan ini dapat diberikan secara kombinasi
dengan agen hipoglikemi yang lain kecuali sulfonilurea kerana cara keduanya akan berikatan
pada reseptor yang sama.

b. Obat antidiabetik non-oral


1) Insulin
Karena fungsi sel beta pankreas cenderung memburuk pada penyakit diabetes melitus tipe I,
banyak pasien akhirnya akan memerlukan terapi insulin. Terdapat tiga jenis insulin yaitu
short-acting, long-acting dan mixed insulin preparations.

2) Terapi GLP-1
GLP-1 dihasilkan dari gene proglukagon di L-cell pada usus halus dan disekresikan sebagai
respons terhadap nutrisi. GLP-1 memberikan efek dengan cara menstimulasi perlepasan
glucose-dependent insulin dari sel islet pankreas.

F. Komplikasi Diabetes Mellitus


Atherosklerosis adalah penyempitan pembuluh darah, yang pada diabetesi sering terjadi pada
otak, mata, jantung, ginjal, dan tungkai bawah. Apabila penyempitan pembuluh dara terjadi
pada (Tjokroprawiro, I01I):
1. Otak, timbullah stroke (lumuh separo)
2. Mata, mudah buta karena timbulnya retinopati diabetik (penyempitan dan kerusakan
pembuluh darah di retina)
3. Jantung, mudah timbul penyakit jantung koroner atau infark jantung (mati jantung
mendadak), atau payah jantung akibat dari adanya kardiomiopati
4. Ginjal, mudah timbul gagal ginjal kronik (nefropati diabetik)
5. Tungkai bawah, mudah terjadi selulitis (radang kulit) atau gangrene (kaki busuk).
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA) I010, Diabetes Basic : Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus, diakses pada tanggal 14 Maret I015 di <http://www.diabetes.org/>

Anthony S. Fauci, I008. Harrison’s Internal Medicine, 17th Edition, USA, McGraw – Hill

Colledge, N.R., Walker, B.R. and Ralston, S.H. 2006. Davidson’s Principles and Practise of Medicine.
I0th Ed. Edinburgh : Churchill Livingstone

Gilby, S I007.Endocrinology. In : Longmore, M., Wilkinson, I., Turmezei, T.et al . Oxford Handbook of
Clinical Medicine . 7th Ed. New york : Oxford University Press Inc.

Kumar, P.P.J. and Clark, M.L. 2005. Kumar & Clark : Clinical Medicine . Edinburgh : Saunders Ltd

Meeking, D.R. I011.Understanding Diabetes & Endocrinology: A Problem-Oriented Approach. London,


UK : Manson Publishing Ltd.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2011, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan


Diabetes Melitus Tipe I di Indonesia

Tjokroprawiro, Askandar 201I, Garis Besar Pola Makan dan Pola Hidup sebagai Pendukung
Terapi Diabetes Mellitus, Pusat Diabetes dan Nutrisi Surabaya, RSUD Dr. Soetomo
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga: Surabaya
World Helath Organization (WHO) I006 Definition And Diagnosis Of Diabetes Mellitus And
Intermediate Hyperglycemia, diakses pad atanggal 14 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai