Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AKHIR

INOVATION PROJECT

3J Diabetes Miletus ( Jumlah, Jenis, Jadwal )

Disusun oleh :

Ilmi Islamudin

G3A021151

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SEMARANG

TA. 2022
Bab 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit diabetes melitus semakin banyak diderita penduduk dunia. Jumlah penderita
diabetes mellitus bertambah karena usia harapan hidup (UHH) semakin meningkat,
terutama di negara-negara maju sehingga berdampak pada jumlah penderita diabetes
melitus di dunia. Banyak penderita diabetes melitus yang bertahan sampai lanjut usia
meskipun sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini
(Marewa,2015).

Gangguan penyembuhan luka pada diabetes dapat dikaitkan dengan beberapa faktor
termasuk suplai darah yang tidak memadai, penurunan potensi proliferasi fibroblas, dan
penurunan perubahan inflamasi.(Apikoglu-Rabus, Izzettin, Turan, & Ercan, 2010).
Penyakit diabetes melitus yang ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar glukosa
dalam darah jika terjadi secara terus menerus dapat berpengaruh buruk bagi tubuh kita
dan akan menyebabkan terjadinya komplikasi sehingga dibutuhkan terapi untuk
menurunkan kemungkinan terjadinya
komplikasi. Salah satu faktor untuk mencegah terjadinya komplikasi adalah patuh dalam
menjalankan diet (Risti& Isnaeni, 2017).

Data terbaru dari International Diabetes Federation (IDF) Atlas tahun 2017 menunjukkan
bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia dengan jumlah diabetes sebanyak 10,3
juta jiwa (IDF, 2017). Sekitar 90% - 95% merupakan penderita DM tipe 2. Menurut
penelitian penderita DM lebih banyak berjenis kelamin perempuan (22,4%) dibandingkan
dengan laki-laki (15,5%), hal ini berkaitan dengan metabolisme tubuh pada perempuan
lebih lambat jika di bandingkan dengan laki-laki, sehingga perempuan lebih beresiko
mengalami peningkatan berat badan atau obesitas daripada laki-laki (Hariawan, Fathoni,
& Purnamawati, 2019).

Terdapat 4 pilar yang harus dilakukan dengan tepat yaitu edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani dan intervensi farmakologis. Kendala utama pada penanganan diet DM
adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti terapi diet yang sangat diperlukan untuk
mencapai keberhasilan (Hestiana, 2017).

Pasien diabetes perlu diberikan beberapa perawatan agar tidak semakin parah dan tidak
mengalami komplikasi yang dapat menimbulkan masalah kesehatan baik makroangiopati
maupun mikroangiopati (Adi Sucipto1,) melakukan diet yang merupakan pengaturan pola
makan yang tepat ditentukan dari 3J yaitu jadwal makan, jumlah makan, dan jenis makan.
Dalam menjalankan terapi tersebut penderita diabetes melitus harus memiliki sikap yang
positif Apabila penderita diabetes melitus memiliki sikap yang positif, maka dapat
mendukung terhadap kepatuhan diet diabetes melitus itu sendiri. Selain itu jika terjadi
luka kronik pada penderita Diabetes Mellitus maka dibutuhkan Oksigen yang cukup
untuk penyembuhan luka melalui proses reparatif seperti proliferasi sel, pertahanan
bakteri, angiogenesis dan sintesis kolagen(Schreml et al., 2010).

B. Rumusan Masalah

Masalah pada pasien dengan riwayat gula darah tinggi adalah penyembuhan luka yang
lambat, dan tingkat keparahan luka menurun, Dengan dilakukaknya Diit 3 J diharapkan
dapat menstabilkan kadar gula darah, dan bila memiliki luka sesnsitifitas perawatan cepat
membaik.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
inovasi Diit 3j diharapakan kepatuhan diet diabetes mellitus meningkat. Sehingga
jika terjadi luka kronik pada penderita Diabetes Mellitus maka dibutuhkan Oksigen
yang cukup untuk penyembuhan luka melalui proses reparative.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kadar gula darah pasien
b. Mengetahui pola makan pasien
c. Mengetahui kepatuhan diit pasien
d. Mengetahui pengaruh 3j DM
D. MANFAAT
1. Bagi profesi keperawatan
Dari hasil inovasi ini dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai
pengaruh diit 3j pada pasien DM. Sehingga perawat dapat menerapkan inovasi
tersebut pada pasiennya.
2. Bagi rumah sakit
Menambah informasi mengenai pengaruh diit 3j pada pasien DM, dan menjadikan
salah satu alternatif untuk proses penyembuhan dan pengahmbatan penyebaran
luka agar tidak terlalu parah
3. Bagi peneliti
Menambah wawasan penelitian tentang riset keperawatan khususnya tentang
pengaruh diit 3j pada pasien DM
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Umum

1. Definisi
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
(kadar gula dalam darah tinggi) yang terjadi karena kegagalan kerja pangkreas dalam
menghasilkan insulin (Huang, 2018). Diabetes Melitus adalah penyakit yang
disebabkan ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormone insulin atau karena
penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin (Lisiswanti, R., & Haryanto,
2017). DM adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan kadar gula dalam
darah tinggi (hiperglikemi) yang berhubungan dengan karbohidrat, lemak, dan protein
yang di sebabkan karena penurunan sekresi insulin dan bisa menyebabkan komplikasi
kronis (Pranata, 2018).
2. Etiologi
Terdapat beberapa factor resiko diabetes melitus menurut (Prasetyani, D., 2017)
yaitu:
a. Umur
Umur sangatlah berpengaruh dengan kenaikan gula dalam darah, karena
proses menua menyebabkan perubahan anatomi,fisiologi, dan bikimia tubuh
yang berdampak pada resitensi insulin.
b. Obesitas
Obesitas juga berpengaruh terhadap DM dengan menggunakan perhitungan
IMT (indeks masa tubuh) karena semakin tinggi IMT semakin pula terkena
diabetes. Menurut penelitian webber (2004) seseorang dengan resiko tinggi
terkena DM terbesar adalah kelompok obesitas dengan resiko 5,4 kali
dibandingan dengan orang kurus.
c. Lemak
Lemak berlebihan akan membuat peningkatan asam lemak bebas dalam sel.
Asam lemak akan mebuat menurunya transpoter glukosa ke membrane
plasma dan menyebabkan resitensi insulin.lemak yang berlebih juga akan
menyebabkan otot mengunakan lemak sebagai bahan bakarnya di
bandingankan menggunakan glukosa.
d. Pola makan dan aktifitas yang tidak sehat Menurut penelitian pola makan
kurang serat menyebabkan kurangnya aktifitas oleh sebab itu perlu perubahan
gaya hidup menjadi lebih sehat karena latihan jasmani yang teratur dapat
meningkatkan efektifitas insulin.
e. Diet seimbang Pengaturan diet yang seimbang konsumsi tinggi karbohidrat,
lemak, dan protein merupakan factor resiko terkena dm tipe 2.
f. Pendidikan Seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan
memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan dan orang yang memiliki
tingkat pendidikannya rendah biasanya kurang pengetahuan. Dengan adanya
pengetahuan tersebut orang akan memiliki kesadaran untuk menjaga
kesehatan (Widyantka, Prautami, & Ramatillah, 2020).).
g. Pekerjaan Donald et al., (2013) mengemukakan bahwa diabetes berhubungan
dengan aspek non kesehatan pada kehidupan penderitanya serta aspek tersebut
juga dapat terkena dampak langsung dari penyakit.
1. Klasifikasi
Menurut (Simatupang, 2020) klasifikasi klinis diabetes melitus terdiri dari:
a. Diabetes Melitus tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya kerusakan pada sel beta pankreas ditandai
dengan kadar gula darah meningkat dan kemampuan pankreas untuk
menghasilkan insulin menurun. DM tipe ini jarang di temui pada orang
dewasa, dan sering terjadi pada anak-anak. Faktor penyebabnya adalah infeksi
virus yang merusak sistem kekebalan tubuh autoimmune yang merusak sel sel
penghasil insulin.
b. Diabetes Melitus tipe 2
DM tipe 2 terjadi karena pangkreas mampu menghasilkan insulin tetapi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh sehingga glukosa sulit masuk kedalam sel, karena
terjadinya resitensi insulin yaitu kemampuan insulin untuk merangsang
pengembalian glukosa ke jaringan perifer. DM tipe ini sering terjadi pada usia
40 tahun keatas.
c. Diabetes Melitus Gestasional
DM gestasional terjadi karena kehamilan dan sebelumnya belum di diagnosa
punya riwayat DM
2. Manifestasi klinis
diabetes melitus menurut (Kumala, 2014) yaitu:
a. Poliuri (sering buang air kecil).
b. Polidipsi (sering minum).
c. Poliphagi (sering makan).
d. Sering lelah
e. Luka sulit sembuh
f. Infeksi
B. JURNAL RUJUKAN
1. Dasar Masalah
Pasien diabetes perlu diberikan beberapa perawatan agar tidak semakin parah dan
tidak mengalami komplikasi yang dapat menimbulkan masalah kesehatan baik
makroangiopati maupun mikroangiopati melakukan diet yang merupakan
pengaturan pola makan yang tepat ditentukan dari 3J yaitu jadwal makan, jumlah
makan, dan jenis makan. Dalam menjalankan terapi tersebut penderita diabetes
melitus harus memiliki sikap yang positif Apabila penderita diabetes melitus
memiliki sikap yang positif, maka dapat mendukung terhadap kepatuhan diet
diabetes melitus itu sendiri. (Adi Sucipto1,2011)
2. Konsep terapi dan inovasi
a. Pengertian
Penderita DM tipe 2 melakukan penatalaksanaan terapi nutrisi medis yaitu diit 3J
untuk mengontrol kadar gula darah. Gambaran pola diit tepat jadwal, jenis dan
jumlah makan sudah mengikuti aturan yang sesuai yaitu makan makanan berat
dan selingan dengan interval per 3 jam, sudah mengikuti daftar makanan bahan
penukar yang di anjurkan oleh ahli gizi dan membatasi konsumsi makanan sesuai
yang di anjurkan.(Juan Farustine Khasanah dkk, 2021)
b. Manfaat
Diit 3j diabetes bermanfaat memperbaiki kadar gula darah yang tidak terkontrol,
lemak maupun kelainan metabolik lain pada pasien diabetes (Waspadji dkk.,
2011)
C. KONSEP INOVASI

Tahap Tindakan

1. Ucapkan salam
2. Memberikan lembar balik
3. Pemberian pendkes 3 j
4. Mengajarkan membuat jadwal
makanan pendamping.
BAB III

METEOLOGI PENELITIAN

A. RANCANGAN
1. Populasi
Diit 3 J di lakukan di klinik foid. efektifitas diit 3 J dapat di lihat dari 3 indikator yaitu
kadar glukosa darah,. Desain penelitian adalah suatu rancangan atau strategi untuk
mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan dan memberikan arahan atau
penuntun kepada peneliti selama proses penelitian berlangsung (Arikunto, 2010).
Desain penelitian yang akan digunakan digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah populasi (Sugiyono, 2019). Sampel dalam
penelitian ini adalah pasien DM di klinik Foid sebanyak 3 pasien.
a. Kriteria inklusi
1) Gula darah tinggi
2) tidak memiliki komplikasi ekstremitas bawah seperti ulkus diabetikum
3) tidak patah tulang di kaki
4) Pasien yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien yang terdapat luka di bagian kaki
2) Pasie yang tidak mau menjadi responden

1. Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive
sampling adalah tekhnik pengambilan sampel sumber data dengan ditekankan
menjadi sampel karena adanya pertimbangan karakteristik atau ciri-ciri untuk
dijadikan responden (Arikunto, 2010).

A. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


Tempat yang digunakan untuk penelitian yaitu di klinik Foid. Estimasi waktu
pengaplikasian dilakukan selama 1 minggu 16 - 21 mei 2022.
B. ALAT PENELITIAN DAN CARA PENGUMPULAN DATA
1. Alat penelitian
a. Data Karakteristik Responden
Data karakteristik responden yang digunakan meliputi Nama, Jenis Kelamin,
Umur dan diagnosa medis.
b. Metode eksperimen
eksperimen yaitu penelitian dengan adanya perlakuan atau intervensi yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan setelah
dilakukannya intervensi pada suatu kelompok atau populasi tertentu
(Mastuhor, I. 2018).
c. Alat diit 3 j
1. Lembar balik
2. Leaflet
2. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan terhadap pasien yang memenuhi kriteria untuk
dijadikan sampel di klinik Foid.
a. Setelah proposal sudah disetujui dosen pembimbing, maka peneliti
melanjutkan dengan mengajukan permohonan izin kepada Clinical Instruktur
(CI)
b. Setelah mendapatkan izin dari CI, peneliti mengunjungi responden dan
memberikan penjelasan mengenai penelitian dan juga meminta untuk menjadi
responden.
c. Peneliti mengakhiri pertemuan dengan responden setelah observasi lengkap.
Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan responden atas
partisipasinya dalam penelitian.

C. PROSEDUR TINDAKAN
1. Ucapkan salam
2. Memposisikan pasien senyaman mungkin
3. Jelaskan tentang diit 3 j
4. Lakukan pendkes diit 3 j pada pasien (posisi disesuaikan)

D. ETIKA PENELITIAN
Saat dilakukan penelitian harus memiliki rekomendasi dari institute terkait dan
dibawa ke dalam intitusi yang akan dilakukan penelitian. Setelah peneliti
mendapatkan persetujuan dari institusi tersebut peneliti dapat melakukan penelitian
dengan etika penelitian yang meliputi (Susila dan Suyanto 2014)
1. Informed consent
Persetujuan pendidikan adalah untuk bertanggung jawab untuk memahami
rencana dan motivasi di balik ujian, pemberitahuan. Jika bukan responden, analis
harus memperhatikan hak pasien. Sebagian data yang harus diingat untuk
persetujuan pendidikan meliputi: kerjasama pasien, perolehan kegiatan, jenis
informasi yang diperlukan, tanggung jawab, metode pelaksanaan, potensi masalah
yang akan terjadi, manfaat, privasi, data yang tidak sulit untuk dihubungi, dan
lain-lain.
2. Rahasia (nama hanya menggunakan inisial)
Memberikan kepastian tidak mencantumkan nama responden pada lembar
instrument taksiran dan hanya mencatat kode atau inisial pada kumpulan
informasi atau hasil eksplorasi yang akan diperkenalkan.
3. Klasifikasi (privasi)
Masalah ini merupakan masalah moral dengan memastikan klasifikasi hasi
pemeriksaan, baik data maupun masalah yang berbeda. Semua data yang
dirahasiakan dijamin oleh analis, hanya pengumpulan informasi tertentu yang
akan diperhitungkan dalam hasil eksplorasi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. HASIL APLIKASI
B. Karakteristik responden
Nama Jenis kelamin
Ny. Faridi Perempuan

Berdasarkan table responden berjumlah 1 pasien, dengan jenis kelamin 1


perempuan, Ketiga responden mmeiliki kurangnya pengetahuan diabetes
mellitus.
C. Efektifitas pemberian Foot SPA pada pasien DM

Nama Minggu 1 Minggu 2 Minggu3


Ny. faridi Gds 140 110 -

pasien mendapatkan tindakan cek GDS sebelum dan sesudah dilakukan diit 3 j
Dari hasil perlakukan pendkes diit 3 j didapatkan hasil GDS pada pasien
mengalami penurunan, serta pasien merasa lebih nyaman dan rileks.
B. EVALUASI
Pengaplikasian dilakukan pada pasien dengan durasi waktu selama
10 menit dengan posisi pasien duduk. Diit 3 j dapat berfungsi
dengan baik dan dinilai dapat memberikan pengetahuan ke pasien.
C. KETERBATASAN PELAKSANAAN
1. Tidak semua pasien DM dapat dilakukan foot spa
2. Keterbatasan pasien yang sesuai kritria
3. Penyesuaian waktu pada pasien
Jarak tempuh anar pasien jauh
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diit 3 J mampu mengontrol peningkatan kadar gula darah pada pasien diabetes
melitus dengan cara memperhatikan makanan dan minuman yang dikomsumsi,
hasil penelitian pasien dapat menghindari makanan atau minuman yang manis-
manis yang dikonsumsi setiap hari, memperbanyak mengonsumsi buah dan
sayuran.

B. SARAN
1. Bagi perawat menerapkan pengaplikasian diit 3 j pada pasien DM.
2. Bagi klinik bisa menambahkan foot spa dalam terapi.
Bagi peneliti lain di harapkan banyak peneliti yang melakukan penelitian
mengenai diit 3 j
Daftar pustaka

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik / Suharsimi Arikunto |


OPAC Perpustakaan Nasional RI.

Huang, I. (2018). Patofisiologi dan Diagnosis Penurunan Kesadaran pada Penderita Diabetes
Mellitus. Medicinus, 5(2), 48–57.

Kumala, dewi R. (2014). Diabetes Bukan Untuk Ditakuti.

Lisiswanti, R., & Haryanto, F. P. (2017). Allicin Pada Bawang Putih (Allium sativum)
Sebagai Terapi Alternatif Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Majority, 6(2), 33–38.

Pranata, D. (2018). APLIKASI MINYAK ZAITUN PADA Ny. I DENGAN GANGGUAN


KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS. 1–56.

Prasetyani, D., & S. (2017). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus
(Dm) Tipe 2. 10(2), 1–9.

Simatupang, R. (2020). PEDOMAN DIET PENDERITA DIABETES MELITUS. Yayasan


Pendidikan Dan Sosial.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Anda mungkin juga menyukai