Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AKHIR

GAMBARAN KLINIS KADAR KOLESTROL TOTAL DAN


KADAR LDL PADA PASIEN PENYAKT DIABETES MELITUS
DI RSUD HAJI SURABAYA BULAN JANUARI 2019 –
JANUARI 2020

Oleh :

RISALAH ISHTAR AL ADAWIYAH


151810113039

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM


MEDIS
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2015), diabetes melitus

(DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik ditandai dengan

karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.

Penyakit diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia, pada

negara yang sedang berkembang dan negara yang telah memasuki budaya

industrialisasi penyakit ini mengalami peningkatan insidens dan prevalens

(Arisman, 2013). International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa

prevalensi diabetes melitus di dunia adalah 1,9% dan menjadikan diabetes

melitus sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia (Bustan, 2015)

dan menurut estimasi International Diabetes Federation (IDF) pada tahun

2019 diperkirakan terdapat 483 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia yang

menderita diabetes dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk

pada usia yang sama. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi diabetes di tahun

2019 sekitar 9,65% pada laki-laki dan 9% pada perempuan. Prevalensi

penyakit ini diperkirakan meningkat seiring dengan penambahan usia

penduduk yaitu pada usia 65-79 tahun menjadi 19,9% atau 11,2 juta orang.

Angka tersebut diprediksi meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030

dan 700 juta di tahun 2045 (Kemenkes RI, 2020). Menurut data International
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2019 Indonesia berada di peringkat ke-

7 di antara 10 negara dengan jumlah penderita sebanyak 10,7 juta dan

menjadikan Indonesia sebagai satu - satunya negara di Asia Tenggara yang

berkontribusi besar terhadap prevalensi kasus diabetes terbanyak (Kemenkes

RI, 2020). Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi diabetes melitus di

indonesia mencapai sekitar 20,3 juta orang. Di Indonesia penyakit diabetes

melitus merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi ketiga setelah

penyakit stroke dan jantung (Kemenkes RI, 2014). Provinsi Jawa Timur

masuk 10 besar prevalensi diabetes melitus dengan prevalensi 6, sementara

Kota Surabaya menempati posisi tertingi prevalensi diabetes melitus di Jawa

Timur dengan prevalensi 7 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2014).

Diabetes melitus umumnya diklasifikasi menjadi dua tipe yaitu diabetes

melitus tipe 1 yang disebabkan keturunan (genetis), serta diabetes melitus tipe

2 disebabkan life style atau gaya hidup. Diabetes melitus tipe 1 atau Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) merupakan diabetes yang tergantung

pada insulin, sel-sel beta pankreas yang dalam keadaan normal menghasilkan

hormon insulin, yang kemudian dihancurkan oleh suatu proses autoimun pada

diabetes melitus tipe 1 (Smeltzer & Bare, 2008). Sedangkan untuk diabetes

melitus tipe I dapat dicirikan dengan hilangnya sel penghasil insulin pada

pulau-pulau langhernas pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada

tubuh (Maulana, 2009). Sedangkan menurut Damayanti (2015) diabetes

melitus tipe 2 atau disebut juga sebagai penyakit Non Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (NIDDM) diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap


insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.

Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup (life style) tidak sehat merupakan faktor

utama penyebab dari diabetes melitus tipe 2, yang bisa diatasi dengan diet dan

olahraga teratur. Pengidap diabetes melitus tipe 2 paling banyak yaitu sekitar

90-95% dari keseluruhan pasien diabetes (Syamsiyah, 2017).

Diabetes melitus dikatakan terkendali dengan baik bila parameter

pemeriksaan kadar glukosa darah, lipid, dan HbA1c mencapai kadar yang

diharapkan demikian pula status gizi dan tekanan darah (Wah Cheung et al,

2009). Lebih dari 50% pasien tidak memahami tentang penyakit diabetes

melitus yang dapat menyebabkan terjadi komplikasi akut dan kronik jika tidak

tertangani dengan baik. Diantara komplikasi kronik diabetes melitus adalah

gangguan metabolisme lemak. Kelainan utama metabolisme lemak pada

diabetes melitus yaitu terjadinya dislipidemia. Dislipidemia sering menyertai

diabetes melitus, baik dislipidemia primer (akibat kelainan genetik) maupun

dislipidemia sekunder (akibat diabetes melitus, baik karena resistensi maupun

defisiensi insulin). Proses aterogenesis menjadi lebih progresif yang

disebabkan oleh toksisitas lipid. Perubahan metabolik pada diabetes melitus

seperti proses glikasi serta oksidasi yang menyebabkan perubahan pada

lipoprotein. Hal ini merupakan salah satu penyebab penting meningkatnya

risiko resistensi insulin yang kemudian menjadi diabetes melitus tipe 2 (Mirza,

2009). Terjadinya kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low

Density Lipoprotein), TG (trigliserida), serta menurunnya kolesterol HDL

(High Density Lipoprotein) menjadi kelainan komponen lipid yang paling


utama (Indrisari, 2012). Meningkatnya kolesterol dapat terjadi jika seseorang

memiliki faktor risiko lainnya seperti diabetes melitus, sehingga menimbulkan

suatu kondisi dimana kolesterol menumpuk di dinding pembuluh darah arteri

(aterosklerosis). LDL kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat

aterosklerotik. Semakin besar risikonya untuk menumpuk di dinding

pembuluh darah maka kadar kolesterol ini semakin tinggi, sebaliknya HDL

kolesterol merupakan jenis pengangkut kolesterol yang baik karena mampu

menyapu kolesterol yang berada di dinding pembuluh darah. HDL

mengangkut kolesterol dan dibawa ke hati untuk diolah dan diubah menjadi

garam empedu (Aisyah, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winardi (2019), didapatkan

bahwa hasil data penelitian dari 83 orang yang menderita diabetes melitus, 64

orang (77,10%) kadar kolesterolnya tinggi sedangkan 19 orang (22,90%)

kadar kolesterolnya normal. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pasien

yang menderita diabetes melitus memiliki kecenderungan mempunyai kadar

kolesterol yang tinggi. Di sisi lain, penelitian yang dilakukan oleh Deni (2017)

didapatkan hasil data penelitian kadar kolesterol LDL pada pasien diabetes

melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung menunjukkan bahwa hampir setengah

responden memiliki kadar kolesterol LDL normal yaitu sebanyak 6 responden

(40 %) dan sebagian besar responden memiliki kadar kolesterol LDL

abnormal yaitu sebanyak 9 responden (60 %).

Dari data penelitian diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan kadar

kolestrol total dan kadar LDL pada pasien diabetes melitus. oleh karena itu
penulis ingin mengetahui gambaran klinis dari kadar kolestrol total dan kadar

LDL pada pasien diabetes melitus sekaligus di RSU Haji Surabaya bulan

Januari 2019 – Januari 2020.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran klinis dari kadar kolestrol total dan kadar LDL pada

pasien diabetes melitus di RSU Haji Surabaya bulan Januari 2019 –

Januari 2020.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran klinis dari kadar kolestrol total dan kadar LDL

pada pasien diabetes melitus berdasarkan jenis kelamin.

2. Mengetahui gambaran klinis dari kadar kolestrol total dan kadar LDL

pada pasien diabetes melitus berdasarkan rentang usia.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran klinis dari kadar kolestrol total dan kadar LDL pada

pasien diabetes melitus di RSU Haji Surabaya?

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Akademik

Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana gambaran

klinis kadar kolestrol total dan kadar LDL pada pasien diabetes melitus

dan menambah kepustakaan bagi akademik dan referensi untuk penelitian

selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktisi


1. Memberikan wawasan tentang gambaran klinis pada kasus yang

terjadi.

2. Memberikan pengetahuan tentang gejala penyakit tersebut.

3. Memberikan pengetahuan tentang resiko terjadinya komplikasi pada

penderita diabetes melitus.

4. Memberikan pengetahuan tentang gambaran klinis berdasarkan

rentang usia dan jenis kelamin.

5. Memberikan informasi mengenai bahaya tingginya kadar kolesterol

total dan kadar LDL yang berisiko terjadinya diabetes melitus.

Anda mungkin juga menyukai