RIKA FITRIANI
NIM: 4331314190120034
A. Latar Belakang
masyarakat baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu
PTM yang menyita banyak perhatian salah satunya adalah diabetes melitus
ditandai oleh peningkatan kadar gula darah yang disebabkan oleh kurang
melitus) (Smelter, Bare, Hinke, & Cheever, 2010 dalam Wahyuni dan
Arista, 2016).
dunia dan mengalami penurunan. Pada tahun 2015 menjadi 387 juta kasus.
dunia, yaitu 8,4 juta kasus dan diprediksiterus meningkat ke- 21,3 juta
Indonesia tahun 2010, dilihat dari pola 10 penyakit terbanyak pada pasien
menyerang orang – orang yang menjalankan gaya hidup yang tidak sehat,
(hiperglikemia) dan tidak diobati, banyak dari sistem tubuh bisa rusak
parah, terutama saraf dan pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan
gejala yang tampak seperti mudah lapar, haus dan sering buang air kecil.
sehingga disebut dengan the silent killer.(Isnaini Nur dan Ratnasari, 2018)
edukasi, diet atau pengaturan makan, olah raga dan obat-obatan. Faktor
kadar gula darah dalam kisaran normal. Penderita diabetes mellitus tipe 2
mengatur pola makan dan latihan fisik secara teratur seperti senam kaki,
selain itu kepatuhan minum obat sangat mempengaruhi kadar gula darah
dijumpai pada saat diagnosis pertama DM tipe 1 atau pasien lama akibat
lain pada anak dengan kontrol metabolik yang jelek, riwayat KAD
diabetes melitus pada system integumen, diawali dengan adanya rasa baal
amputasi kaki. Adanya luka dan masalah lain pada kaki merupakan
(Soegondo, 2009).
diabetes adalah komplikasi pada kaki 15% yang kini disebut kaki diabetes
cara pemeriksaan yang ada saat ini untuk mendeteksi kelainan tersebut
amputasi ekstremitas bawah 15-46 kali lebih tinggi pada penderita diabetik
berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang
kemudian
bakteri pathogen.
setelah 6 bulan latihan. Begitu pula penelitian Barnett, et al. (2003, dalam
Anonim, 2007) yang mendapati bahwa latihan fisik yang dilakukan 1 jam
per minggu selama satu tahun dapat menurunkan angka kerusakan sebesar
melitus.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan karya ilmiah akhir ini yaitu penulis
mampu :
diabetes melitus
diabetes melitus
melitus
1. Metode wawancara
diperoleh
2. Metode observasi
pemeriksaan fisik.
3. Pemeriksaan fisik
pasien.
D. Sistematika penulisan
Untuk memahami lebih jelas karya ilmiah akhir ini, maka materi-materi
yang tertera pada karya ilmiah akhir ini dikelompokan menjadi beberapa
BAB I PENDAHULUAN
telaah.
Bab ini berisikan teori yang meliputi konsep diabetes melitus, konsep
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang telah diuraikan pada bab-bab
2. Klasifikasi
a. Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM)
Di sebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses
auto imun. Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi insulin atau produksinya sangat sedikit. Penderita
tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya
ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak
atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan. (Smelter, Bare,
Hinke, & Cheever, 2010 dalam Wahyuni dan Arista, 2016).
b. Faktor-faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik ke arah
terjadinya Diabete s Melitus tipe I. Kecendrungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human
leococyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen trasplantasi dan proses imun lainnya.
c. Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing (Smeltzer
Suzanne C, 2012).
f. DM tipe II (NIDDM)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Faktor resiko yang Berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes tipe II: usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe II adalah mereka yang
kelewat gemuk. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot
akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh
atau kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut
(central obesity). Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga
glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam
peredaran darah.
Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien
menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat
untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.
7. Pemeriksaan diagnostik
Menurut (Smelter, Bare, Hinke, & Cheever, 2010 dalam Wahyuni dan Arista,
2016) pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis
antara lain :
a. Pemeriksaan gula darah
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan
kadar gula darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi
asupan makanan yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan
sesudah makan serta pada waktu tidur.
b. Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb
minor sebagai hasil dari glikolisis normal
c. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah
untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara
pemeriksaan darah. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang
menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek
peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam
darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering
dilebung atau dikerubuti semut. (Smelter, Bare, Hinke, & Cheever,
2010 dalam Wahyuni dan Arista, 2016).
8. Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek pelaksanaan diabetes mellitus bertujuan untuk
menghilangkan keluhan gejala diabetes mellitus. Sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk mencegah kadar glukosa lipid dan insulin. Untuk
mempermudahkan tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam
bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri,
untuk pasien berumur 60 tahun keatas sasaran glukosa darah lebih tinggi dari
biasa (puasa < 150 mg/dl dan sesudah makan < 200 mg/dl). Kerangka ukuran
pelaksanaan diabetes mellitus adalah Diit, latihan jasmani, obat hipoglikemik,
penyuluhan, pemantauan dan pendidikan. (Smelter, Bare, Hinke, & Cheever,
2010 dalam Wahyuni dan Arista, 2016).
B. Konsep Dasar sensitivitas kaki
1. Pengertian
Sensitivitas kaki adalah rangsangan di daerah telapak kaki yang dipengaruhi
oleh saraf dan menyebabkan beragam masalah yang disebut neuropati.
Bertambahnya reativitas ekstremitas bawah akan menyebabkan tingginya
agresi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah (Rusandi dkk, 2015). Sedangkan
menurut Rohana, 2014, sensitivitas kaki adalah meningkatkan sensitivitas sel-
sel tubuh terhadap insulin sehingga menurunkan kadar gula dan kadar lemak
darah. Ditambahkan Echeverry 2007 dalam Damilis 2013, bahwa salah satu
komplikasi Diabetes Melitus adalah neuropati, yang dapat menyebabkan
pasien diabetes mengalami penurunan sensitivitas di kaki. Jadi, sensitivitas
kaki adalah komplikasi diabetes mellitus yang diakibatkan tingginya insulin
dalam tubuh sehingga sirkulasi darah pada kaki terganggu dan menyebabkan
kurangnya rangsangan pada daerah telapak kaki.
Gambar 2.1
Cara Melakukan Test Monofilamen
g. Gunakan monofilamen pada 10 titik lokasi di kaki kiri atau kanan seperti
gambar dibawah ini.
- Hasil positif skor =1, hasil negatif skor =0. Sehingga skor total pada
satu kaki bervariasi anatara 0-10
Sumber : Damayanti,201
Gambar 2.3
Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki dangkat
Gambar 2.5
Jari-jari kaki di lantai
Sumber : Damayanti,2015
- Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan
kaki,tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10
lakukan secarabergantian . Gerakan ini sama dengan posisi tidur.
Gambar 2.6
Kaki diluruskan dan diangkat
Sumber : Damayanti,2015
- Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti
boladengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi
lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini
dilakukan sekalisaja, lalu robek Koran menjadi 2 bagian, pisahkan
kedua bagian Koran.Sebagian Koran di sobek- sobek menjadi
kecil-kecil dengan kedua kaki dengan kedua kaki menjadi bentuk
bola.
Gambar 2.7
Robek kertas koran kecil kecil dengan menggunakan jari jarikaki lalu lipat
menjadi bentuk bola
b. Persiapan Klien :
Lakukan kontrak topik , waktu, tempat, dan tujuan dilaksanakan
senam kaki
c. Prosedur
- Luruskan salah satu kaki dan angkat , putar kaki pada pergelangan
kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10
lakukan secara bergantian.
2. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan utama yang
berbeda-beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit dengan gejala
khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
3. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi
apakah terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya
riwayat obesitas, hipertensi, atau juga aterosclerosis
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM,
penyebab terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita
untuk mengatasinya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini
berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan diabetes
mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
4. Pola Aktivitas
1) Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan
sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
2) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu
tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita
4) Pola Aktivitas
Adanya kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan penderita tidak
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan
dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
6) Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati/mati rasa
pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
7) Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
8) Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
5. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda - tanda vital. Biasanya pada penderita diabetes didapatkan
berat badan yang diatas normal / obesitas.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada leher,
kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada pendengaran.
Biasanya pada penderita diabetes mellitus ditemui penglihatan yang kabur /
ganda serta diplopia dan lensa mata yang keruh, telinga kadang-kadang
berdenging, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah.
3) Sistem Integumen
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor kulit
menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka atau maka warna
sekitar luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman jika sudah
kering. Pada luka yang susah kering biasanya akan menjadi ganggren.
4) Sistem Pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya pada
penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada sistem pernafasan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi jaringan
menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi / bradikardi,
hipertensi / hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem Gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi, mual, muntah,
diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen dan obesitas.
7) Sistem Perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya poliuri, retensio
urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem Muskuluskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penyebaran
lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan
nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem Neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penurunan
sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki.
6. Diagnosa Keperawatan
7. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan pada intervensi
keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI,
2018) Menurut Nurarif & Kusuma (2016) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
.
Edukasi
1. Anjurkan menghindari olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dl.
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri.
3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga.
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine, jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan diabetes (Mis.
Penggunaan insulin,obat oral,monitor
asupan cairan,penggantian
karbohidrat,dan bantuan professional
kesehatan).
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV, Jika
perlu
3. Kolaborasi pemberian kalium, JIka
perlu
Manajemen Hipoglikemi
Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala
hipoglikemia.
2. Identifikasi kemungkinan penyebab
hipoglikemia.
Terapeutik
1. Berikan karbohidrat sederhana , Jika
Perlu.
2. Berikan Glukagon, Jika Perlu.
3. Berikan karbohidrat kompleks dan
protein sesuai diet.
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
5. Pertahankan akses IV, Jika perlu.
6. Hubungi akses layanan medis darurat,
Jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan membawa karbohidrat
sederhana , Jika perlu.
2. Anjurkan memakai identitas darurat
yang tepat.
3. Anjurkan monitor kadar glukosa darah.
4. Anjurkan berdiskusi dengan tim
perawatan diabetes dengan
penyesuaian program pengobatan.
5. Jelaskan interaksi antara
diet,insulin/agen oral,dan olahraga.
6. Ajarkan pengelolaan hipoglikemia
(Mis. Tanda dan gejala,factor
risiko,dan pengobatan hipoglikemia).
7. Ajarkan perawatan mandiri untuk
mencegah Hipoglikemia
(Mis.megurangi insulin/agen oral
dan/atau meningkatkan asupan
makanan untuk berolahraga).
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian Dektrose, Jika
perlu.
2. Kolaborasi pemberian Glukagon, JIka
Perlu.
2 Nyeri akut b.d Tingkat nyeri (L. Manajemen nyeri
agen 08066) Observasi :
pemcedera Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi,
fisiologis tindakan keperawatan kualitas, intensitas nyeri
2x24 jam diharapkan 2. Identifikasi skala nyeri
tingkat nyeri klien 3. Identifikasi faktor yang memperberat
menurun, dengan kriteria dan memperingan nyeri
hasil : 4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
1. Keluhan nyeri tentang nyeri
menurun dari derajat 5. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
1 (meningkat) ke respon nyeri
derajat 4 (cukup 6. Idenifikasi pengaruh nyeri pada
menurun) kualitas hidup
2. Muntah dan mual 7. Monitor keberhasilan terapi komplenter
menurun dari derajat yang sudah diberikan
1 (meningkat) ke 8. Monitor efek samping penggunaan
derajat 4 (cukup analgetik
menurun)
3. Tekanan darah Terapeutik :
membaik dari derajat 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
1 (meburuk) ke mengurangi rasa nyeri (mis .TENS
derajat 4 (cukup ,tipnosis , akupresur , terapi musik,
membaik) biofeedback, terapi pijat, aromat terapi,
4. Frekuensi nadi teknik imajinasi terbimbing, komres
membaik dari derajat hangat atau dingin, terapi bermain )
1 (meburuk) ke 2. Kontrol lingkungan yang memperberat
derajat 4 (cukup rasa nyeri (mis. Suhu ruangan ,
membaik) pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan stategi meredakan
nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan
memicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasikan pemberian analgesik ,
jika perlu
3 Resiko infeksi Pencegahan infeksi
b.d penyakit Observasi
kronis 1. monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistemik
Terapeutik
1. batasi jumlah pengunjung
2. berikan perawatan kulit pada area
edema
3. cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4. pertahankan teknik aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
1. jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3. ajarkan etika batuk
4. ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
5. anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. anjurkan meningkatkan asupan cairan.
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu.
4 Deficit nutrisi Status Nutrisi Manajemen nutrisi
b.d gangguan (L.03030 ) Observasi
keseimbangan 1. identifikasi status nutrisi
Setelah dilakukan
insulin, 2. identifikasi alergi dan intoleransi
tindakan keperawatan
makanan, dan makanan
3x24 jam diharapkan
aktivitas 3. identifikasi makanan yang disukai
Status Nutrisi klien
jasmani 4. identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
membaik, dengan kriteria
nutrient
hasil :
5. identifikasi perlunya penggunaan
1. Porsi makanan yang
selang nasogastric
dihabiskan
6. monitor asupan makanan
meningkat dari
7. monitor berat badan
derajat 1 (menurun) 8. monitor hasil pemeriksaan
ke derajat 4 (cukup laboratorium
meningkat)
2. Pengetahuan tentang Terapeutik
pilihan makanan 1. lakukan oral hygiene sebelum makan,
yang sehat jika perlu
meningkat dari 2. fasilitasi menentukan pedoman diet
derajat 1 (menurun) 3. sajikan makanan secara menarik dan
ke derajat 4 (cukup suhu yang sesuai
meningkat) 4. berikan makanan tinggi serat untuk
3. Pengetahuan tentang mencegah konstipasi
minuman yang sehat 5. berikan makanan tinggi kalori dan
meningkat dari tinggi protein
derajat 1 (menurun) 6. berikan suplemen makanan, jika perlu
ke derajat 4 (cukup 7. hentikan pemberian makan melalui
meningkat) selang nasogastric jika asupan oral
4. Pengetahuan tentang dapat ditoleransi
standar asupan
nutrisi yang tepat Edukasi
meningkat dari 1. anjurkan posisi duduk, jika perlu
derajat 1 (menurun) 2. anjurkan diet yang di programkan
ke derajat 4 (cukup
meningkat) Kolaborasi
5. Makanan/minuman 1. kolaborasi pemberian kolaborasi
sesuai dengan tujuan sebelum makan (mis, pereda nyeri),
kesehatan jika perlu
meningkat dari 2. kolaborasi dengan ahli gizi unutk
derajat 1 (menurun) menentukan jumlah kaloridan jenis
ke derajat 4 (cukup nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
meningkat)
5 Resiko syok Tingkat Syok (L.03032) 1. Memantau status kardiopulmonal
b.d Setelah dilakukan (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
ketidakmampu tindakan keperawatan bernapas, TD, MAP)
an elektrolit 3x24 jam diharapkan 2. Memantau status oksigenasi (oksimetri
kedalam sel Status Nutrisi klien nadi, AGD)
tubuh membaik, dengan kriteria 3. Memantau status cairan (masukan dan
hasil : haluaran, turgor kulit, CRT)
4. Periksa riwayat oksigen
- Tingkat
kesadaran
Terapeutik
menurun (1),
1. Berikan oksigen untuk
menjadi
mempertahankan saturasi oksigen>
meningkat (5)
94%
- Mean Arterial
2. Persiapkan intubasi dan operasi
Presure dari
mekanis, jika perlu
memburuk (1)
3. Pasang jalur IV, jika perlu
menjadi
4. Pasang kateter urin untuk
membaik (5)
meningkatkan produksi urin, jika perlu
- Tekanan darah
5. lakukan tes kulit untuk perbaikan yang
sistolik dari
dilakukan
memburuk (1)
menjadi
Edukasi
membaik (5)
1. Jelaskan penggunaan / faktor risiko
- Frekuensi nadi
syok ( hipovolemik, anafilatik,
dari memburuk
kardiogenik, sepsis, neurogenik )
(1) menjadi
2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
membaik (5)
( sepsis (demam,nyeri otot),
hipovolemik (diare, muntah,
pendarahan), kardiogenik ( denyut
jantung lemah, urin sedikit,nyeri dada),
neurogenik(nyeri dada, irama jantung
lambat, hipotermia), anafilatik (sulit
menelan dan nafas, hidung berair ,
bersin, lidah atau bibir bengkak,
kesemutan tangan, kaki,mulut,kulit
kepala).
3. Anjurkan melapor jika ditemukan /
bayangkan tanda dan gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
5. Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi bantuan IV, jika perlu
2. Kolaborasi bantuan transfusi, jika perlu
3. Kolaborasi bantu antinfalamasi, jika
perlu
6 Gangguan Integritas Kulit dan Perawatan integritas kulit
integritas Jaringan Observasi
jaringan b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab gangguan
nueropati tindakan keperawatan integritas kulit
perifer 3x24 jam diharapkan
Status Nutrisi klien Terapeutik
membaik, dengan 1. Ubah posisi setiap 2 jam, jika tirah
baring
Kriteria Hasil :
2. Lakukan pemijatan pada area
- Elastisitas
penonjolan tulang, jika perlu
menurun (1),
3. Bersihkan perineal dengan air hangat,
menjadi
terutama selama periode diare
meningkat (5)
4. Gunakan produk berbahan pertrolium
- Hidrasi menurun
atau minyak pada kulit kering
(1), menjadi
5. Gunakan produk berbahan
meningkat (5)
ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
- Perfusi jaringan
sensitive
menurun (1),
6. Hindari produk berbahan dasar alcohol
menjadi
pada kulit kering
meningkat (5)
- Kerusakan
Edukasi
jaringan
1. Anjurkan menggunakan pelembab
meningkat (1),
2. Anjurkan minum air yang cukup
menjadi
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
menurun (5)
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah
- Kerusakan
dan sayur
lapisan kulit
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu
meningkat (1),
ekstrem
menjadi
6. Anjurkan menggunakan tabir surya
menurun (5)
SPF minimal 30 saat berada diluar
- Nyeri meningkat
rumah
(1), menjadi
7. Anjurkan mandi dan menggunakan
menurun (5)
sabun secukupnya
- Kemerahan
8. Implementasi
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti,
2017). Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat tiga
jenis implementasi keperawatan, yaitu:
1. .Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai
sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi
masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam
memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri,
mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-
kultural, dan lain-lain.
2. Interdependen/Collaborative Implementations Adalah tindakan
keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan
tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian
obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan
lain-lain.
3. Dependent Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar
rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan
sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai
dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi
fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
9. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil
dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi. Evaluasi keperawatan merupakan
tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien
(Dinarti &Muryanti, 2017) terdapat 2 jenis evaluasi :
1. Evaluasi formatif (proses) Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas
proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif
ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanaan.
Evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan
istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data
hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori) dan
perencanaan. Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai
berikut: Kartu SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment,
dan perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan
evaluasi dan pengkajian ulang.
- S ( Subjektif ):
data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia.
- O (Objektif):
data objektif yang siperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tanda-
tanda akibat penyimpangan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau
akibat pengobatan.
- A (Analisis/):
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang
meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, dimana
analisis ada 3, yaitu (teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi)
sehingga perlu tidaknya dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu, seing
memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis,
rencana, dan tindakan.
- P (Perencanaan):
perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan, baik
yang sekarang maupun yang akan dating (hasil modifikasi rencana
keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.
Proses ini berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan priode yang telah
ditentukan.
2. Evaluasi sumatif
Evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan
selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan
memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode
yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan
wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon klien dan
keluarga terkait pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada
akhir layanan. Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait
dengan pencapaian tujuan keperawatan pada tahap evaluasi meliputi:
- Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan
perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
- Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika klien
menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
- Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi : jika klien tidak
menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau
bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan baru.
BAB III
A. LAPORAN KASUS
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Klien mengeluh lemas tidak mau makan sejak 4 hari SMRS, klien
ingin buang air kecil, dan sering merasa haus dan klien
dalam 4 hari dari berat badan sebelum sakit 61 dan berat badan
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Saat Ini
buang air kecil, dan sering merasa haus dan klien mengatakan
dari berat badan sebelum sakit 61 dan berat badan sesudah sakit
Tb ; 162 cm
seperti klien.
Skema 3.1
Genogram
49 58
20 13
Keterangan :
= laki-laki
= Perempuan = Tinggal
satu rumah
d. Pola Aktivitas
1) Pola Makan
habis dalam satu porsi. Setelah sakit klien hanya mkan ¼ porsi,
mual.
2) Pola Eliminasi
lembek dan warna kuning. Klien BAK ± 4-5 kali sehari dengan
kuning. Klien BAK ± 8-10 kali dalam sehari wrna kuning dan bau
khas
tidak pernah tidur siang. Setelah sakit klien sulit tidur karena
kepala klien terasa pusing, Klien tidur hanya 3-4 jam sehari, klien
4) Pola Kebersihan
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
terlihat pucat
2) Integumen
Kulit klien berwarna coklat, turgor kulit tidak elastis,tampak
terlihat pucat
3) Kepala
dan distribusi tidak merata, mata simetris, terdapat bulu mata, mata
mulut simetris dan agak kering, tidak ada kelainan pada mulut,
4) Leher
5) Dada
otot bantu napas, terdapat bunyi jantung I dan II, tidak ada bunyi
6) Perut
Simetris, lembek, tidak kembung, dan tidak ada masa, tidak
7) Ekstremitas
Jari tangan dan kaki normal, pergerakan normal dan lemah, posisi
4/4
8) Genitalia
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Table 3.1
ABO
Creatinin 29,4 Mg/dl 15.0-50.0
Golongan darah Positif
resus
Golongan darah 259 71 70-110
sewaktu
h. Analisa Data
Tabel 3.2
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
DS: Ketidakmampuan Defisit Nutrisi
mengabsorbsi nutrien
- Klien sebelum sakit (D.0019)
- klien mengatakan
mengalami penurunan
sakit 53 kg
Do :
- TTV :
TD 120/90 mmHg
Nadi 102x/menit
RR 22 X/menit
Suhu 36, 5 derajat
- Klien terlihat lemas
- Tb ; 162 cm
- IMT : 20
- Albumin 34 g/dL (37-52)
pusing,
nyenyak.
Do : -
i. Diagnosis Keperawatan
Table 3.3
Intervensi Pendukung :
1. Pemberian Obat Subkutan
(I.03129)
Definisi : menyiapkan dan
memberikan obat melalui jalur
subkutan
Tindakan :
Observasi
- Identifiksi kemungkinan alergi,
interaksi, dan kontraindikasi obat
- Verifikasi order obat sesuai
dengan indikasi
- Periksa tanggal kadaluwarsa obat
- Monitor efek terapeutik obat
- Monitor efek samping, toksisitas,
dan interaksi obat
Terapeutik
- Lakukan prinsip enam benar
(pasien, obat, dosis, waktu, rute,
dokumentasi)
- Lakukan teknik aseptic
- Pilih jarum suntik yang sesuai
- Rotasikan lokasi injeksi secara
sistematis
- Hindari daerah penyuntikan yang
mengalami edema, massa, luka,
memar, abrasi, atau infeksi
- Gunakan daerah perut saat
memberikan heparin secara
subkutan
- Tusukkan jarum dengan cepat
pada sudut 45-90°, tergantung
pada ukuran tubuh
- Hindari memijat area suntikan
Edukasi
- Jelaskan jenis obat, alasan
pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek samping
sebelum pemberian
- Ajarkan pasien dan keluarga
tentang cara injeksi obat secara
mandiri
Utama
2. Promosi berat badan (I.03136)
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
- Monitor adanya mual dan muntah
- Monitor jumlah kalori dikonsumsi sehari-hari
- Monitor BB
- Monitor albumin limfosit dan elektrolit
serum
Terapeutik
- Berikan perawatan mulut sebelum pemberian
makan, jika perlu
- Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien
- Hidangkan maknan secara menarik
- Berikan suplemen jika perlu
Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
namun tetp terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
Intevensi pendukung :
1. Dukungan kepatuhan program pengobatan
2. Foto terapi gangguan mood/tidur
3. Pengaturan posisi
4. Terapi musik
5. Terapi relaksasi
B. PEMBAHASAN KASUS
Pada pembahasan ini penulis akan membahas tinjauan kasus dan tinjauan teori,
penulis membahas sesuai dengan langkah proses keperawatan yang terdiri dari
1. Pengkajian
untuk menentukan serta kesehatan dan fungsional pada saat ini dan waktu
sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien ini dan waktu
lemas tidak mau makan selama 4 hari SMRS, klien mengeluh sering mual,
120/90 mmHg, N : 102 x/menit, S : 37’5, Tb : 162 cm, dari pengkajian pola
makan klien mengalami penurunan nafsu makan sebelum sakit 3x sehari dan
habis 1 porsi tetapi pada saat sakit hanya makan ¼ porsi saja, dan pola
klien hanya 4-5 kali sehari, sedagkan saat sakit 8-10 kali sehari. Terdapat
penurunan sedikit pada eksteritas bawah klien yakni nilai nya 4. Hasil
Hal ini sesuai dengan pernyataan(Smelter, Bare, Hinke, & Cheever, 2010
dalam Wahyuni dan Arista, 2016). Diabetes melitus yaitu suatu penyakit
darah yang disebabkan oleh kurang nya insulin, tidak mampu insulin bekerja
insulin diabetes melitus). dan Faktor yang berpengaruh pada kasus Diabetes
Mellitus terbagi menjadi 2 macam yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
antara lain adalah kegemukan atau obesitas, pola makan yang salah, minum
obat yang bisa menaikkan kadar gula darah, proses menua, stress pola tidur
2. Diagnosa keperawatan
tidak efektif (D.0009) b.d hiperglikemi , gangguan pola tidur (D.005) b.d
sesuai dengan teori yaitu , ketidak stabilan kadar glukosa darah (D.0027) b.d
makanan.
intrvensi yang dipakai sesuai ebp yakni pada diagnose kedua yaitu perfusi
lemas dan mengeluh baal pada area kaki dan ditandai dengan data pengisian
kapiler >3 detik, akral dingin, klien terlihat pucat, nilai lab hb : 10g/dL dan
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada kasus ini menggunakan SIKI (Standar
Keperawatan Indonesia) dan Kriteria hasil pada kasus ini menggunakan SLKI
berada pada rentang normal , kriteria hasil : dari menurun (1) menjadi
kering, Rasa haus : dar meningkat (1) menjadi Menurun (5) Kadar
glukosa dalam darah, kadar glukosa dalam urine, jumlah urine : dari
hiperglikemi (I.03115).
menelan, lemas, mual :dari nilai memburuk (1) menjadi membaik (5).
badan (I.03136)
meningkat (5) Warna kulit pucat : dari meningkat (1) menjadi menurun
(5) Pengisian kapiler, akral, turgor kulit, tekanan darah sistolik dan
Keluhan tidak puas tidur, Keluhan pola tidur berubah, Keluhan istirahat
tidak cukup : dari nilai menurun (1) menjadi meningkat (5) Kemampuan
aktivitas/istirahat.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Data-data yang sudah ditemukan pada kasus pasien diabetes mellitus
dengan landasan teori yang ada sebagian besar sesuai, mulai dari tanda
lapar,haus,dan rasa ingin buang air kecil secara terus menerus, dan juga
B. SARAN
pelayanan keperawatan.