Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pelaksanaan Tugas Perawat Dalam Melakukan Perawatan Kaki Pada
Pasien Diabetus Militus Di Ruang Asoka RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto”
09 Agustus 2019
Penulis
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, pada tahun 2018 terdapat ……penderita
diabetes militus
1
berlangsung lama sehingga gula darah banyak menumpuk di pembuluh darah,
keadaan tersebut menyebabkan sirkulasi darah di jaringan kurang termasuk kaki.
( Alfiyah dan Virgianti,2011, Ariyanti, 2012)
2
BAB III
PEMBAHASAN
Perawatan kaki seharusnya dilakukan oleh setiap orang, terutama juga harus
dilakukan penderita diabetes militus. Hal ini dikarenakan penderita diabetes
militus sangatlah rentan terkena luka pada kaki, dimana proses penyembuhan luka
tersebut juga membutuhkan waktu yang lama. Sehingga apabila setiap orang mau
melakukan perawatan kaki dengan baik, akan mengurangi resiko terjadinya
komplikasi pada kaki.
Kaki adalah bagian paling sensitif pada penderita diabetes melitus. Tanda-tanda
terjadi gangguan pada kaki:
1. Angiopati
3
Penderita penyakit diabetes mellitus pada umumnya mengalami angiopati perifer
atau gangguan sirkulasi darah pada bagian ujung/tepi tubuh yang lazim disebut
dengan angiopati diabetik. Peredaran darah kurang lancar karena darah terlalu
kental, banyak mengandung gula. Penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah
perifer (yang utama), sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki).
2. Neuropati
Gejala neuropati ini paling terasa pada tungkai bawah dan kaki sebelah kanan dan
kiri. Yang paling menyiksa dapat meyebabkan nyeri berdenyut terus- menerus.
Pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak
dirasakannya. Luka timbul spontan sering disebabkan karena trauma misalnya
kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal yang sempit
dan bahan yang keras. Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam waktu yang
tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau yang disebut
gas gangren.
3. Paraestesi
Kurang rasa atau kesemutan pada ujung anggota tubuh tangan dan kaki yang
berisiko terjadi luka pada ujung kaki tanpa terasa dan berakhir dengan gangren.
Rasa tebal terjadi di telapak kaki, penderita merasa seperti berjalan di atas kasur.
5. Gangguan imunologi
Daya tahan tubuh pasien diabetes melitus menurun, mudah infeksi pada luka
dan terserang penyakit.
1. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola berpikirnya, sehingga pengetahuan dan praktek yang diperolehnya
semakin membaik.
4
2. Jenis kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain melakukan
pekerjaan sehari-hari dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini
dimungkinkan karena factor hormonal, struktur fisik maupun norma
pembagian tugas.
3. Pendidikan
Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang.
Pengetahuan tentang perawatan kaki yang tepat secara positif dipengaruhi
oleh pendidikan klien sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya
komplikasi pada kaki
4. Pekerjaan
Jenis pekerjaan seseorang dan kondisi kerja seseorang akan mempengaruhi
kesehatan seseorang. Klien diabetes militus yang bekerja menggunakan
sepatu sangat beresiko terjadinya ulkus kaki apabila tidak memperhatikan
bentuk dan jenis sepatu yang digunakan. Menghindari penggunaan sepatu
pada bagian jari kakinya yang sempit, sepatu hak tinggi, sol keras dan tali
antara jari kaki. Sepatu harus nyaman, sepatu harus sesuai dengan bentuk
kaki dan terbuat dari bahan yang lembut.
5. Lama menderita diabetes militus
Klien yang mengalami diabetes militus lebih lama, memiliki perawatan
kesehatan diri yang lebih tinggi dibandingkan klien yang lama diabetes
militus lebih pendek. Klien yang mengalami diabetes militus yang lama
dapat mempelajari perilaku berdasarkan pengalaman yang diperolehnya
selama menjalani penyakit tersebut sehingga klien dapat memahami
tentang hal-hal terbaik yang harus dilakukannya tentang perawatan kaki
dalam kehidupannya sehari-hari dan melakukan kegiatan tersebut secara
konsisten dan penuh rasa tanggungjawab.
6. Penghasilan
Status sosial ekonomi mempengaruhi pengetahuan tentang perawatan kaki.
Peran penghasilan menunjukkan hubungan dengan pengetahuan perawatan
kaki.
7. Penyuluhan perawatan kaki
5
Penyuluhan diperlukan bagi klien diabetes militus bertujuan untuk
menunjang perubahan perilaku, meningkatkan pemahaman klien akan
perawatan kaki yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang
optimal dan penyesuaian keadaan psikologis. Edukasi diabetes yang
dilakukan secara adekuat akan meningkatkan kemampuan klien diabetes
militus untuk melakukan perawatan kesehatan diri secara konsisten
sehingga akan tercapai pengontrolan kadar gula darah secara optimal dan
komplikasi diabetes militus dapat diminimalkan.
6
A. LATAR BELAKANG MASALAH
7
kebagian otak, kehilangan sementara atau permanen gerakan berfikir,
memori, bicara atau sensasi dan mobilisasi ( Black,2005). Stroke merupakan
penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, serta
merupakan penyakit penyebab kecatatan tertinggi di dunia. Menurut WHO,
setiap tahun 15 juta diseluruh dunia mengalami penyakit stroke dan sekitar 5
juta penderita mengalami kelumpuhan permanen. Di Indonesia penyakit
stroke menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat setiap tahunnya.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi stroke di Indonesia
12.1 per 1.000 penduduk. Jumlah penderita stroke di Jawa Tengah pada
tahun 2013 sebanyak 40.972 kasus terdiri dari stroke hemoragik sebanyak
12.542 dan stroke non hemoragik sebanyak 28.430 kasus. Di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo, pada tahun 2017 terdapat 2005 penderita stroke ( stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik). (Rekam medis RSUD Prof. Dr
Margono Soekarjo,Purwokerto)
8
mengganggu sistem metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, gangguan kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal,
perubahan kulit, gangguan eliminasi, perubahan sisitem muskuloskeletal,
perubahan perilaku dan sebagainya (Hidayat, 2006).
9
mengalami defisit kemampuan akan semakin kecil (National Stroke
Association,1999).
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, adapun rumusan masalah
yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Apa sajakah tugas dan fungsi perawat assosiet di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
10
D. MANFAAT PENULISAN
11
BAB II
PERMASALAHAN
A. Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Pelaksana di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
12
5. Memberikan nutrisi parenteral
16. Mendampingi pasien untuk tindakan bone marrow punction (BMP) dan
lumbal punction (LP)
20. Melakukan range of motion (ROM) pada pasien dgn berbagai kondisi
dalam rangka upaya rehabilitatif pd individu
21. Melatih mobilisasi pada pasien dhb berbagai kondisi dalam rangka
melakukan upaya rehabilitatif pada individu
13
22. Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal
1. Stroke
1.1. Pengertian
1.2. Klasifikasi
14
1.2.2. Stroke Haemoragik
- Usia
- Jenis kelamin
- Stress
- Hipertensi
- Diabetes melitus
- Hiperklolestromia
15
- Merokok
- Konsumsi alkohol
1.5.1. Dekubitus.
1.5.2. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah tejadi pada
kaki yang lumpuh dan penumpukan cairan.
1.5.5. Depresi.
1.6. Penatalaksanaan
16
1.6.4. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai
kateter.
1. Pengkajian
17
1.2. Pengkajian Sekunder
2. Pemeriksaan Penunjang
2.1. CT Scan
2.1. Pengertian
18
2.2.4. Merangsang sirkulasi darah.
19
2.3.2. ROM Pasif
2.4. Indikasi
2.5. Kontraindikasi
20
2.5.5 Klien dengan fase imobilisasi karena kasus penyakit(jantung)
2.6.1. Latihan 1
- Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang
sehat ke atas.
- Letakkan kedua tangan diatas kepala.
- Kembalikan tangan ke posisi semula.
2.6.2. Latihan 2
- Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan
yang sehat.
- Kembalikan ke posisi semula.
2.6.3. Latihan 3
- Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat.
- Luruskan siku kemudian angkat ke atas
- Letakkan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur.
2.6.4. Latihan 4
- Tekuk siku yang kontraktur menggunakan tangan yang
sehat angkat ke dada.
- Putar pergelangan tangan ke arah dalam dan ke arah
keluar.
2.6.5. Latihan 5
- Pegang pergelangan tangan yang kontraktur
menggunakan tangan yang sehat angkat ke dada,
- Putar pergelangan tangan ke arah dalam dan ke arah
keluar.
2.6.6. Latihan 6
- Tekuk jari-jari kontraktur dengan tangan yang sehat
kemudian luruskan.
- Putar ibu jari yang lemah menggunakan tangan yang
sehat.
2.6.7. Latihan 7
- Letakkan kaki yang sehat dibawah yang kontraktur
21
- Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang
sehat dibawah pergelangan kaki yang kontarktur.
- Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang
sehat, kemudian turunkan pelan-pelan.
2.6.8 Latihan 8
- Angkat kaki yang kontraktur menggunakan kaki yang
sehat ke atas sekitar 3 cm.
- Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi
kemudian ke sisi yang satunya lagi.
- Kembalikan ke posisi semula dan ulang sekali lagi.
2.6.9. Latihan 9
- Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang
pada lutut yang kontraktur dengan tangan yang lain.
- Dengan tangan yang lainnya penokong memegang
pinggang pasien.
- Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya.
- Kembalikan ke posisi semula dan ulangi sekali lagi.
3. Pelaksanaan Peran Perawat
Penderita stroke perlu penanganan yang baik untuk mencegah kecacatan
fisik dan mental. Stroke pada penderita dewasa akan berdampak pada
menurunnya produktivitas dan bahkan menjadi beban bagi orang lain.
Penderita post stroke membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan
dan memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal, dan akibat
buruknya dapat saja terjadi cacat fisik, mental, ataupun sosial, untuk itu
penderita stroke membutuhkan program salah satunya mobilisasi
persendian yaitu dengan latihan range of motion ( Sugiarto, 2008 ).
Program latihan ROM dapat mengoptimalkan kekuatan otot sehingga
meningkatkan perawatan diri secara maksimal ( Smeltzer & Bare.2004).
Perawat mempunyai peranan sangat besar dalam memberikan asuhan
keperawatan dan dukungan pada pasien stroke dan keluarganya. Peran
perawat dimulai dari tahap akut hingga tahap rehabilitasi serta
pencegahan terjadinya komplikasi pada pasien stroke ( National Institute
22
of Neurological Disorder and Stroke, 2008 ). Pada tahap rehabilitasi
dirumah sakit, fokus perawatannya adalah langsung membantu pasien
belajar kembali ketrampilan yang hilang dan dapat membantu kembali
kemungkinan kemandirian pasien. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap ini adalah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan
melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan
kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi (Asmadi,
2008). Pada fase ini pasien akan dimonitor secara hati-hati
berkembangnya komplikasi yang lebih lanjut.
Saat pembuatan makalah ini, penulis sebagai perawat juga melakukan
latihan ROM untuk melihat kefektifan peningkatan kekuatan otot pada
pasien stroke. Latihan ROM dilakukan sehari 2X selama 15 menit dan
dilakukan selama 10 hari. Untuk evaluasi pada tindakan rom ini adalah
ekstremitas atas bagian kanan. Pemeriksaan kekuatan otot dilakukan
dengan menggunakan pengujian otot secars manual (Manual Muscle
Testing) dan didapatkan data sebagai berikut:
No. Pasien Sebelum ROM Sesudah ROM
1 2 3
2 0 1
3 2 4
4 1 1
5 2 3
6 2 2
7 1 1
8 3 4
Kriteria hasil MMT:
Normal(5):Mampu bergerak, melawan gravitasi, melawan tahanan maksimal.
Good(4): Mampu bergerak,melawan gravitasi,melawan tahanan sedang.
Fair (3): Mampu bergerak ,melawan gravitasi, tanpa tahanan.
Poor(2): Mampu bergerak, tanpa melawan gravitasi
Trace(1):Tidak ada gerakan sendi
23
Zero(0): Kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh
disebabkan oleh karena penurunan tonus otot sehingga pasien tidak mampu
menggerakkan tubuhnya (imobilisasi). Imobilisasi yang tidak dapat mendapatkan
penanganan yang tepat akan menimbulkan komplikasi, salah satunya adalah
kontraktur. Kontraktur dapat menyebabkan terjadinya gangguan fungsional,
gangguan mobilisasi, gangguan aktivitas sehari-hari dan cacat yang tidak dapat
disembuhkan(Asmadi,2008). Oleh sebab itulah maka program rehabilitasi medik
sangat dianjurkan bagi penderita pasca stroke (Junaidi,2011). Salah satu latihan
rehabilitasi yang dinilai cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada
pasien stroke adalah ROM.
Karena pentingnya ROM pada pasien stroke, maka perawat harus mempunyai
pengetahuan yang baik tentang penatalaksanaan latihan ROM, karena ROM yang
dilakukan sedini mungkin akan efektif mencegah kecacatan pada pasien stroke.
Selain itu perawat juga diharapkan dapat memberikan edukasi kepada keluarga
pasien stroke, edukasi tersebut tentang latihan ROM maupun tentang perawatan
24
pasien pasca stroke, baik tentang akibat yang ditimbulkan oleh penyakit stroke
maupun komplikasi pasien pasca stroke.
BA B IV
PENUTUP
1. KESIMPULA N
25
c. Pelaksanaan ROM pada pasien stroke sebaiknya dilakukan secara intens,
terarah dan teratur sehingga dapat mempengaruhi kemampuan motorik
pasien untuk meningkatkan kemandirian.
2. SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan (Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien). Jakarta: Salemba Medika
Perry, & Potter. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
Praktik Volume 2, Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran. EGC.
28
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI tahun 2013.
29