KAKI DIABETES
Oleh:
dr LIDIA OKTAVIENI
Segala puji dan syukur penulis sembahkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan nikmat
dan rahmatNya kepada kita semua sehingga penulis dapat juga menyelesaikan makalah ini yang
berjudul KAKI DIABETES
Dalam penyelesaian makalah ini penulis mengambil dari berbagai bahan bacaan.
Terima kasih.
dr Lidia Oktavieni
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN .
3.1 Kesimpulan .
3.2 Saran .
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus ( DM ) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai oleh
adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin,defek kerja insulin atau
keduanya.Dengan memperhatikan mekanisme asal terjadinya hiperglikemi ini, dapat
ditempuh berbagai langkah yang tepat dalam usaha untuk menurunkan konsentrasi glukosa
darah sampai batas aman untuk menghindari komplikasi kronik DM.
Komplikasi DM dapat terjadi pada semua tingkat sel dan semua tingkat pembuluh darah
kecil ( mikrovaskuler ) berupa kelainan pada retina mata, glomerulus ginjal, syaraf dan pada
otot jantung ( kardiomiopati ).Pada pembuluh darah besar, manifestasi komplikasi kronik
DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi dengan akibat mudahnya terjadi
infeksi saluran kemih, tuberculosis paru dan infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang
menjadi ulkus/gangrene diabetes.Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik
DM yang paling ditakuti. Hasil pengelolaan kaki diabetes sering mengecewakan baik bagi
dokter pengelola maupun penyandang DM dan keluarganya.Sering kaki diabetes berakhir
dengan kecatatan dan kematian. Sampai saat ini, di Indonesia kaki diabetes masih
merupakan masalah yang rumit dan belum terkelola dengan maksimal disamping
ketidaktahuan masyarakat mengenai kaki diabetes dan permasalahan biaya yang besar yang
tidak terjangkau oleh masyarakat pada umumnya.
Di negara maju kaki diabetes juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
besar, tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan dan adanya klinik kaki diabetes yang aktif
mengelola sejak pencegan primer, nasib penyandang kaki diabetes menjadi lebih cerah.
Di RSUPN dr Ciptomangukusumo, masalah kaki diabetes masih merupakan masalah besar.
Sebagian besar perawatan penyandang DM selalu menyangkut kaki diabetes. Angka
kematian dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar 16 % dan 25 % ( data
RSUPNCM tahun 2003 ). Nasib para penyandang pasca amputasipun masih sangat buruk.
Sebanyak 14,3 % akan meninggal dalam setahun pasca amputasi dan sebanyak 37 % akan
meninggal 3 tahun pasca amputasi.
Oleh karena itu penulis tertarik memilih makalah dengan judul KAKI DIABEES
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang sederhana
Liverpool yang sedikit lebih ruwet, sampai klasifikasi Wagner yang lebih
terkait dengan pengelolaan kaki diabetes, dan juga klasifikasi Texas yang
Adanya klasifikasi kaki diabetes yang dapat diterima semua pihak akan
europatik, sehingga arah pengelolaan pun dapat tertuju dengan lebih baik.
Misalnya suatu ulkus gangren dengan critical limb ischermia (P3) tentu
diutamakan.
Suatu klasifikasi lain yang juga sangat praktis dan sangat erat dengan
pelayanan specialist.
Untuk stage 5 apalagi stage 6, jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas
sekali memerlukan suatu kerja sama tim yang sangat erat, dimana harus
ada dokter bedah, utamanya dokter ahli bedah vascular/ahli bedah plastik
dan rekonstruksi.
Pada tahap yang berbeda diperlukan optimalisasi hala yang berbeda pula.
Misalnya pada stadium 1 dan 2 tentu saja faktor wound control dan
stadium 1 dan 2, peran usaha pencegahan untuk tidak terjadi ulkus sangat
plantar kaki memakai alas kaki khusus, serta berbagai usaha untuk non
weight beraring lain merupakan contoh usaha yang sangat bermanfaat
diabetes.
primer sebelum terjadi perlukaan kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi
PENCEGAHAN PRIMER
diingatkan kembali tanpa bosan. Anjuran ini berlaku untuk semua pihak
terkait pengelolaan DM, baik ners, ahli gizi, ahli perawatan kaki, maupun
kausnya.
Peran ahli rehabilitasi medis terutama dari segi ortotik sangat besar pada
baik, berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena faktor mekanik akan
dapat dicegah.
tekanan kaki.
Untuk kasus dengan kategori resiko 4 (permasalahan vaskular), latihan
Untuk ulkus yang complicated, tentu saja semua usaha dan dana
usaha ini masuk ke usaha pencegahan sekunder yang akan dibahas lebih
PENCEGAHAN SEKUNDER
diperlukan. Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh
dibawah ini merupakan penjabaran lebih rinci dari keenam aspek tersebut
luka. Berbagai hal lain harus juga diperhatikan dan diperbaiki, seperti
jaringan. Demikian juga fungsi ginjalnya. Semua faktor tersebut tentu akan
tidak diperbaiki.
sederhana seperti : warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis pedis
disamping itu saat ini juga tersedia berbagai fasilitas mutakhir untuk
yaitu berupa :
Stop merokok
Memperbaiki berbagai faktor resiko terkait aterosklerosis
Hiperglikemia
Hipertensi
- Dislipidemia
Terapi Farmakologis
seperti aspirin dan lain sebagainya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan
sampai saat ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan
Revaskularisasi
Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika kalau ada klaudikasio
jelas, sehingga dokter ahli bedah vaskular dapat lebih mudah melakukan
Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka. Untuk
jumlahnya.
diabetes.
merupakan hal yang harus dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka
setelah debridemen yang adekuat. Saat ini terdapat banyak sekali macam
dengan keadaan luka, dan juga letak luka tersebut. Dressing yang
bermanfaat untuk luka produktif dan terinfeksi. Tetapi jangan lupa bahwa
pada luka, seperti cairan salin sebagai pembersih luka, atau yodine encer,
senyawa silver sebagai bagian dari dressing, dll. Demikian pula berbagai
Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi, dressing seperti
digunakan. Tentu saja untuk kesembuhan luka kronik seperti pada luka kaki
Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan
epiteliasasi.
Untuk menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai
kasa yang dibasahi dengan salin. Cara tersebut saat ini dipakai di banyak
terbukti secara luas untuk dapat diterapkan dalam pengelolaan yang rutin
kaki diabetes.
berkala untuk setiap daerah yang berbeda. DiRS. Dr. Cipto Mangunkusumo
gram positif dan gram negatif serta kuman anaerob untuk lini pertama
Pressure control. Jika tetap dipakai untuk berjalan (berarti kaki dipakai
untuk menahan berat badan weight bearing), luka yang selalu mendapat
terletak dibagian plantar seperti luka pada kaki charcot. Peran jajaran
rehabilitasi medis pada usaha pressure control ini juga mencolok ini juga
sangat mencolok.
luka seperti: 1). Dekompresi ulkus/abses dengan insisi abses, 2). Prosedur
koreksi bedah seperti operasi operasi untuk hammer toe, metatarsal head
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DM yang tidak dikelola dengan baik akan terjadi komplikasi pada semua tingkat sel
dan semua tingkatan Aangrene. Komplikasi kronik pada pembuluh darah besar dapat
terjadi diantaranya pada pembuluh darah perifir ( tungkai bawah ) yang dapat berupa
3.2 Saran
- Diusahakan kadar gula darah pada penderita DM dalam keadaan terkontrol untuk
DAFTAR PUSTAKA
Kusmardi Sumarjo. Hubungan Gambaran Klinis pasien dan jenis kuman penyebab
infeksi kaki diabetes. Tesis PPDS ILmu Penyakit Dalam FKUI 2005
Perkeni. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta 2002
Retno Gustavi. Data Perawatan kaki diabetes di Ruang Rawat Inap Kelas 2 dan 3
HolistikDi BIdang Ilmu Penyakit Dalam. Pidato pada Upacara Pengukuhan sebagai