Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KAKI DIABETES

Oleh:

dr LIDIA OKTAVIENI

NIP : 1964 10211996032001


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sembahkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan nikmat
dan rahmatNya kepada kita semua sehingga penulis dapat juga menyelesaikan makalah ini yang
berjudul KAKI DIABETES

Dalam penyelesaian makalah ini penulis mengambil dari berbagai bahan bacaan.

Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Terima kasih.

Pekanbaru, Januari 2015

dr Lidia Oktavieni
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....

1.1 Latar Belakang ..


1.2 Rumusan Masalah .
1.3 Tujuan Penulisan ...
1.4 Kegunaan Penulisan .

BAB II PEMBAHASAN .

2.1 Patofisiologo Kaki Diabetes

2.2 Klasifikasi Kaki Diabetes .

2.3 Pengelolaan Kaki Diabetes

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .

3.2 Saran .

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus ( DM ) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai oleh
adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin,defek kerja insulin atau
keduanya.Dengan memperhatikan mekanisme asal terjadinya hiperglikemi ini, dapat
ditempuh berbagai langkah yang tepat dalam usaha untuk menurunkan konsentrasi glukosa
darah sampai batas aman untuk menghindari komplikasi kronik DM.
Komplikasi DM dapat terjadi pada semua tingkat sel dan semua tingkat pembuluh darah
kecil ( mikrovaskuler ) berupa kelainan pada retina mata, glomerulus ginjal, syaraf dan pada
otot jantung ( kardiomiopati ).Pada pembuluh darah besar, manifestasi komplikasi kronik
DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi dengan akibat mudahnya terjadi
infeksi saluran kemih, tuberculosis paru dan infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang
menjadi ulkus/gangrene diabetes.Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik
DM yang paling ditakuti. Hasil pengelolaan kaki diabetes sering mengecewakan baik bagi
dokter pengelola maupun penyandang DM dan keluarganya.Sering kaki diabetes berakhir
dengan kecatatan dan kematian. Sampai saat ini, di Indonesia kaki diabetes masih
merupakan masalah yang rumit dan belum terkelola dengan maksimal disamping
ketidaktahuan masyarakat mengenai kaki diabetes dan permasalahan biaya yang besar yang
tidak terjangkau oleh masyarakat pada umumnya.
Di negara maju kaki diabetes juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
besar, tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan dan adanya klinik kaki diabetes yang aktif
mengelola sejak pencegan primer, nasib penyandang kaki diabetes menjadi lebih cerah.
Di RSUPN dr Ciptomangukusumo, masalah kaki diabetes masih merupakan masalah besar.
Sebagian besar perawatan penyandang DM selalu menyangkut kaki diabetes. Angka
kematian dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar 16 % dan 25 % ( data
RSUPNCM tahun 2003 ). Nasib para penyandang pasca amputasipun masih sangat buruk.
Sebanyak 14,3 % akan meninggal dalam setahun pasca amputasi dan sebanyak 37 % akan
meninggal 3 tahun pasca amputasi.
Oleh karena itu penulis tertarik memilih makalah dengan judul KAKI DIABEES

1.2 Rumusan masalah


Beberapa masalah dalam Kaki Diabetes yang akan dibahas atara lain :
1. Patofisiologi Kaki Diabetes
2. Klasifikasi Kaki Diabets
3. Pengelolaan Kaki Diabetes

1.3 Tujuan penulisan:


1. Mengetahui patofisiologi Kaki Diabetes
2. Mengetahui klasifikasi Kaki Diabetes
3. Mengetahui pengelolaan Kaki Diabetes

1.4 Kegunaan Penulisan


1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai yang berhubungan dengan Kaki
Diabetes.
2. Sebagai salah satu syarat dalam pengajuan kenaikan pangkat ke golongan IV c.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Patofisiologi Kaki Diabetes


Terjadinya masalah kaki awali adanya hiperglikemia pada penyandang

DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh

darah. Neuropati baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomic

akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang

kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada

telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya

kerentanan terhadap infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas.

Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya

pengelolaan kaki diabetes

2.2 Klasifikasi Kaki Diabetes

Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang sederhana

seperti klasifikasi Edmondsdari Kings Collage Hospital London, Klasifikasi

Liverpool yang sedikit lebih ruwet, sampai klasifikasi Wagner yang lebih
terkait dengan pengelolaan kaki diabetes, dan juga klasifikasi Texas yang

lebih kompleks tetapi juga lebih mengacu kepada pengelolaan kaki

diabetes. Suatu klasifikasi mutakhir dianjurkan oleh internasional.

Working group on diabetic foot (Klasifikasi PEDIS 2003 lihat lampiran).

Adanya klasifikasi kaki diabetes yang dapat diterima semua pihak akan

mempermudah para peneliti dalam membandingkan hasil penelitian dari

berbagai tempat di muka bumi. Dengan klasifikasi PEDIS akan dapat

ditentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular, infeksi atau

europatik, sehingga arah pengelolaan pun dapat tertuju dengan lebih baik.

Misalnya suatu ulkus gangren dengan critical limb ischermia (P3) tentu

lebih memerlukan tindakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki keadaan

vaskularnya dahulu. Sebaliknya kalau faktor infeksi menonjol (14), tentu

pemberian antiobiotik harus kuat. Demikian juga faktor mekanik dominan

(insentive foot,S2), tentu koreksi untuk mengurangi tekanan plantar harus

diutamakan.

Suatu klasifikasi lain yang juga sangat praktis dan sangat erat dengan

pengelolaan adalah klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah kaki

diabetes (Edmonds 2004-2005) :

Stage 1 : Normal Foot


Stage 2 : High Risk Foot
Stage 3 : Ulcerated Foot
Stage 4 : infected Foot
Stage 5 : Necrotic Foot
Stage 6 : Unsalvable Foot
Untuk stage 1 dan 2, peran pencegahan primer sangat penting, dan

semuanya dapat dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh

podiatrist / chiropodist maupun oleh dokter umum / dokter keluarga.

Untuk stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat

pelayanan kesehatan yang lebih memadai umumnya sudah memerlukan

pelayanan specialist.

Untuk stage 5 apalagi stage 6, jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas

sekali memerlukan suatu kerja sama tim yang sangat erat, dimana harus

ada dokter bedah, utamanya dokter ahli bedah vascular/ahli bedah plastik

dan rekonstruksi.

Untuk optimalisasi pengelolaan pengelolaan kaki diabetes, pada setiap

tahap harus diingat berbagai faktor yang harus dikendalikan, yaitu ;

Mechanical control pressure control


Metabolic control
Vascular control
Educational control
Wound control
Microbiological control infection control

Pada tahap yang berbeda diperlukan optimalisasi hala yang berbeda pula.

Misalnya pada stadium 1 dan 2 tentu saja faktor wound control dan

infection control belum diperlukan, sedangkan untuk stadium 3 dan

selanjutnya tentu semua faktor tersebut harus dikendalikan, disertai

keharusan adanya kerjasama multidisipliner yang baik. Sebaliknya, untuk

stadium 1 dan 2, peran usaha pencegahan untuk tidak terjadi ulkus sangat

mencolok. Peran rehabilitasi medis dalam usaha mendistribusikan tekanan

plantar kaki memakai alas kaki khusus, serta berbagai usaha untuk non
weight beraring lain merupakan contoh usaha yang sangat bermanfaat

untuk mengurangi kecacatan akibat deformatis yang terjadi pada kaki

diabetes.

2.3 Pengelolaan Kaki Diabetes

Pengelolaan kaki diabetes dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu

pencegahan terjadinya kaki diabetes dan terjadinya ulkus (pencegahan

primer sebelum terjadi perlukaan kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi

kecacatan yang lebih parah (pencegahan sekunder dan pengelolaan ulkus /

gangren diabetik yang sudah terjadi).

PENCEGAHAN PRIMER

Kiat Kiat Pencegahan Terjadinya Kaki Diabetes

Penyuluhan mengenai tejadinya kaki diabetes sangat penting untuk

pencegahan kaki diabetes. Penyuluhan ini harus selalu dilakukan pada

setiap kesempatan pertemuan dengan penyandang DM, dan harus selalu

diingatkan kembali tanpa bosan. Anjuran ini berlaku untuk semua pihak

terkait pengelolaan DM, baik ners, ahli gizi, ahli perawatan kaki, maupun

dokter sebagai dirigen pengelolaan. Khusus untuk dokter, sempatkan

selalu melihat dan memeriksa kaki penyandang DM sambil mengingatkan

kembali mengenai pencegahan dan cara perawatan kaki yang baik.

Berbagai kejadian atau tindakan kecil yang tampak sepele dapat

mengakibatkan kejadian yang mungkin fatal. Demikian pula pemeriksaan

yang tampaknya sepele dapat memberikan manfaat yang sangat besar.


Periksalah selalu kaki pasien setelah mereka melepaskan sepatu dan

kausnya.

Keadaan kaki penyandang diabetes digolongkan berdasar resiko terjadinya

dan resiko besarnya masalah yang mungkin timbul. Penggolongan kaki

diabetes berdasar resiko terjadi masalah (fryberg): 1). Sensasi normal

tanpa deformitas, 2). Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan

plantar tinggi 3). Insensitivitas tanpa deformitas 4). Iskemia tanpa

deformitas 5). Kombinasi / complicated (a) kombinasi insensitivitas,

iskemia dan deformitas (b) riwayat adanya tukak, deformitas charcot.

Pengelolaan kaki diabetes terutama ditujukan untuk pencegahan

terjadinya tukak, disesuaikan dengan keadaan resiko kaki. Berbagai usaha

pencegahan dilakukan sesuai dengan tingkat besarnya resiko tersebut.

Peran ahli rehabilitasi medis terutama dari segi ortotik sangat besar pada

usaha pencegahan terjadinya ulkus. Dengan memberikan alas kaki yang

baik, berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena faktor mekanik akan

dapat dicegah.

Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori resiko tersebut : untuk kaki

yang kurang merasa / insensitif (kategori 3 dan 5) , alas kaki perlu

diperhatikan benar, untuk melindungi kaki yang insensitif tesebut.

Kalau sudah deformatis (kategori 2 dan 5), perlu diperhatikan khusus

mengenai sepatu / alas kaki yang dipakai, untuk meratakan penyebaran

tekanan kaki.
Untuk kasus dengan kategori resiko 4 (permasalahan vaskular), latihan

kaki perlu diperhatikan benar untuk memperbaiki vaskularisasi kaki.

Untuk ulkus yang complicated, tentu saja semua usaha dan dana

seyogyanya perlu dikerahkan untuk mencoba menyelamatkan kaki dan

usaha ini masuk ke usaha pencegahan sekunder yang akan dibahas lebih

lanjut dibawah ini.

PENCEGAHAN SEKUNDER

Pengelolaan Holistik Ulkus atau Gangren Diabetik

Dalam pengelolaan kaki diabetes, kerja sama multi-displiner sangat

diperlukan. Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh

hasil pengelolaan yang maksimal dapat digolongkan sebagai berikut, dan

semuanya harus dikelola bersama :

Mechanical control pressure control


Wound control
Microbiological control infection control
Vascular control
Metabolic control
Educational control

Untuk pengelolaan ulkus / gangrene diabetik yang optimal, berbagai hal

dibawah ini merupakan penjabaran lebih rinci dari keenam aspek tersebut

pada tingkat pencegahan sekunder dan tersier, yaitu pengelolaan optimal

ulkus / gangren diabetic.

Kontrol metabolik, keadaan umum pasien harus diperhatikan dan

diperbaikik. Konsentrasi glukosa darah diusahakan agar selalu senormal

mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia yang


dapat menghambat penyembuhan luka. Umumnya diperlukan insuilin

untuk menormalisasi konsentrasi glukosa darah. Status nutrisi harus

diperhatikan dan diperbaiki. Nutrisi yang baik jelas membantu kesembuhan

luka. Berbagai hal lain harus juga diperhatikan dan diperbaiki, seperti

konsentrasi albumin serum, konsentrasi Hb dan derajat oksigenisasi

jaringan. Demikian juga fungsi ginjalnya. Semua faktor tersebut tentu akan

dapat menghambat kesembuhan luka sekiranya tidak diperhatikan dan

tidak diperbaiki.

Kontrol vascular, keadaan vascular yang buruk tentu akan menghambat

kesembuhan luka. Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan

sesuai keadaan pasien dan juga sesuai keadaan pasien. Umumnya

kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai cara

sederhana seperti : warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis pedis

dan arteri tibialis posterior serta tambah pengukuran tekanan darah

disamping itu saat ini juga tersedia berbagai fasilitas mutakhir untuk

mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara non inovasif

maupun invasive dan semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial

index, ankle pressure, toe pressure, TcPO2, dan pemeriksaan ekhodopler

dan kemudian pemeriksaan arteriografi.

Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan

pengelolaan untuk kelainan pembuluh dara perifer dari sudut vaskular,

yaitu berupa :

Modifikasi Faktor Resiko

Stop merokok
Memperbaiki berbagai faktor resiko terkait aterosklerosis
Hiperglikemia
Hipertensi
- Dislipidemia

Terapi Farmakologis

Kalau mengacau pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada

kelainan akibat aterosklerosis di tempat lain (jantung, otak), mungkin obat

seperti aspirin dan lain sebagainya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan

bermanfaat pula untuk pembuluh darah kaki penyandang DM. Tetapi

sampai saat ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan

pemakaian obat secara rutin guna memperbaiki potensi pada penyakit

pembuluh darah kaki penyandang DM.

Revaskularisasi

Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika kalau ada klaudikasio

intermiten yang hebat, tindakan revaskularisasi diperlukan pemeriksaan

arteriografi untuk mendapatkan gambaran pembuluh darah yang lebih

jelas, sehingga dokter ahli bedah vaskular dapat lebih mudah melakukan

rencana tindakan dan mengejarkannya.

Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka. Untuk

oklusi prosedur endosvascular-PTCA. Pada keadaan sumbatan akut dapat

pula dilakukan trombo-arterektomi.

Dengan berbagai teknik bedah tersebut,vaskularisasi daerah distal dapat

diperbaiki, sehingga hasil pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik. Paling

tidak faktor vaskular sudah lebih memadai, sehingga kesembuhan luka


tinggal bergantung pada berbagai faktor lain yang juga masih banyak

jumlahnya.

Terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk memperbaiki

vaskularisasi dan oksigenisasi jaringan luka pada kaki diabetes sebagai

terapi ajuvan. Walaupun demikian masih banyak kendala untuk

menerapkan terapi hiperbarik secara rutin pada pengelolaan umum kaki

diabetes.

Wound control, perawatan luka sejak pertama kali pasien datang

merupakan hal yang harus dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka

harus dikerjakan secermat mungkin. Klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan

setelah debridemen yang adekuat. Saat ini terdapat banyak sekali macam

dressing (pembalut) yang masing masing tentu dapat dimanfaatkan

dengan keadaan luka, dan juga letak luka tersebut. Dressing yang

mengandung komponen zat penyerap seperti carbonated dressing akan

bermanfaat pada keadaan luka yang masih produktif. Demikian pula

hydrophilic fiber dressing atau silver impregnated dressing akan dapat

bermanfaat untuk luka produktif dan terinfeksi. Tetapi jangan lupa bahwa

tindakan bahwa tindakan debridemen yang adekuat merupakan syarat

mutlak yang harus dikerjakan dahulu sebelum menilai dan

mengklasifikasikan luka. Debridement yang baik dan adekuat tentu akan

sangat membantu mengurangi jaringan netrotik yang harus dikeluarkan

tubuh, dengan demikian tentu sangat mengurangi produksi pus / cairan

dari ulkus / gangren.


Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba

pada luka, seperti cairan salin sebagai pembersih luka, atau yodine encer,

senyawa silver sebagai bagian dari dressing, dll. Demikian pula berbagai

cara debridemen non surgical dapat dimanfaatkan untuk mempercepat

pembersihan jaringan nektotik luka, seperti preparat enzim.

Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi, dressing seperti

hydrocolloid dressing yang dapat dipertahakan beberapa hari dapat

digunakan. Tentu saja untuk kesembuhan luka kronik seperti pada luka kaki

diabetes, suasana sekitar luka yang kondusif untuk penyembuhan harus

dipertahankan. Yakinlah bahwa luka selalu dalam keadaan optimal, dengan

demikian penyembuhan luka akan terjadi sesuai dengan tahapan yang

harus selalu dilewati dalam rangka proses penyembuhan.

Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan

beranjak pada proses selanjutnya yaitu proses granulasi dan kemudian

epiteliasasi.

Untuk menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai

kasa yang dibasahi dengan salin. Cara tersebut saat ini dipakai di banyak

sekali tempat perawatan kaki diabetes.

Berbagai sarana dan penemuan baru dapat dimanfaatkan untuk wound

control seperti: dermagraft, apligraft, growth factor, protease inhibitor dsb,

untuk mempercepat kesembuhan luka. Bahkan ada dilaporkan terapi gen

untuk mendapatkan bakteri E coli dapat menghasilkan berbagai faktor

pertumbuhan. Ada pula dilaporkan pemakaian manggot (belatung) lalat

(lalat hijau) untuk membantu membersihkan luka. Berbagai laporan


tersebut umumnya belum berdasar penelitian besar dan belum cukup

terbukti secara luas untuk dapat diterapkan dalam pengelolaan yang rutin

kaki diabetes.

Microbiological control. Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara

berkala untuk setiap daerah yang berbeda. DiRS. Dr. Cipto Mangunkusumo

Jakarta, umumnya didapatkan pola kuman yang polimikrobial, campuran

gram positif dan gram negatif serta kuman anaerob untuk lini pertama

pemberian antibiotik harus diberikan antibiotik dengan spectrum luas.

Mencakup kuman gram positif dan negatif seperti misalnya golongan

sefalosporin, dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap

kuman anaerob (seperti misalnya metronidazol).

Pressure control. Jika tetap dipakai untuk berjalan (berarti kaki dipakai

untuk menahan berat badan weight bearing), luka yang selalu mendapat

tekanan tidak akan sempat menyembuh, apalagi kalau luka tersebut

terletak dibagian plantar seperti luka pada kaki charcot. Peran jajaran

rehabilitasi medis pada usaha pressure control ini juga mencolok ini juga

sangat mencolok.

Berbagai cara untuk mencapai keadaan non weight bearing dapat

dilakukan antara lain dengan:

Removable cast walker


Total contact casting
Temporary shoes
Felt padding
Crutches
Wheelchair
Electric carts
Craddled insoles
Berbagai cara Cangrene dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada

luka seperti: 1). Dekompresi ulkus/abses dengan insisi abses, 2). Prosedur

koreksi bedah seperti operasi operasi untuk hammer toe, metatarsal head

resection, achiles tendon lengthening, partial calcanectomy.

Education control. Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan

kaki diabetes. Dengan penyuluhan yang baik penyandang DM dan Ulkus /

Cangrene Cangrene maupun keluarganya diharapkan akan dapat

membantu dan mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk

kesembuhan luka yang optimal.

Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting yang harus

dilaksanakan untuk pengelolaan kaki diabetes. Bahkan sejak pencegahan

terjadinya ulkus Cangrene dan kemudian segera setelah perawatan,

keterlibatan ahli rehabilitasi medis sangat diperlukan untuk mengurangi

kecacatan yang mungkin timbul pasien. Keterlibatan ahli rehabilitasi medis

berlanjut sampai sesudah amputasi, untuk memberikan bantuan bagi para

amputee menghindari terjadinya ulkus baru. Pemakaian alas kaki/sepatu

khusus untuk mengurangi tekanan plantar akan sangat membantu

mencegah terjadinya ulkus baru. Ulkus yang terjadi berikut memberikan

prognosis yang jauh lebih buruk daripada ulkus yang pertama

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DM yang tidak dikelola dengan baik akan terjadi komplikasi pada semua tingkat sel

dan semua tingkatan Aangrene. Komplikasi kronik pada pembuluh darah besar dapat

terjadi diantaranya pada pembuluh darah perifir ( tungkai bawah ) yang dapat berupa

kerentanan berlebih terhadap infeksi (ulkus/Aangrene diabetes).


Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti karena

sering berakhir dengan kecacatan dan kematian.


Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes yang dapat digunakan dalam

mempermudah pengelolaan kaki diabetes untuk mencegah terjadinya ulkus/gangrene


Pengelolaan kaki diabetes meliputi pencegahan primer dan sekunder dengan

melibatkan ahli rehabilitasi medis yang sangat diperlukan untuk mengurangi

kecacatan yang mungkin timbul.

3.2 Saran
- Diusahakan kadar gula darah pada penderita DM dalam keadaan terkontrol untuk

mencegah komplikasi kronik pada kaki.


- Melibatkan ahli rehabilitasi medis dalam mengurangi kecacatan yang mungkin

terjadi pada pasien DM.

DAFTAR PUSTAKA

Kusmardi Sumarjo. Hubungan Gambaran Klinis pasien dan jenis kuman penyebab

infeksi kaki diabetes. Tesis PPDS ILmu Penyakit Dalam FKUI 2005
Perkeni. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta 2002
Retno Gustavi. Data Perawatan kaki diabetes di Ruang Rawat Inap Kelas 2 dan 3

RSUPN dr Cipto Mangunkusumo 2003


Sarwono Waspadji. Ilmu Penyakit Dalam . FKUI 2014
Sarwono Waspadji. Pengelolaan Kaki Diabetes Sebagai Suatu Model Pengelolaan

HolistikDi BIdang Ilmu Penyakit Dalam. Pidato pada Upacara Pengukuhan sebagai

Guru Besar Tetap IPD FKUI 2014

Anda mungkin juga menyukai