Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

DIABETES MELITUS

Disusun Oleh Kelompok 8 :


1. Dzaky Hidayat (2010070170008)
2. Syntia Eka Putri (2010070170010)
3. Muthiahtul Aslamiah (2010070170015)
4. Silvia Nindi Fitri (2010070170025)
5. Islamiati Rahim Solfia (2010070170038)

Mata kuliah : Metodologi Keperawatan Anestesi


Dosen Pengampu : Ns. Anggra Trisna Ajani, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Diabetes Melitus” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen Ns. Anggra Trisna Ajani, S.Kep., M.Kep pada mata kuliah Metodologi
Keperawatan Anestesi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Diabetes Melitus bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Ns. Anggra Trisna Ajani,
S.Kep., M.Kep selaku dosen bidang studi Metodologi Keperawatan Anestesi
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.

Padang, 26 Oktober 2021

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

HALAMAN
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teoritis ....................................................................................3
2.2 Kasus ...................................................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .........................................................................................22
3.2 Saran ...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus (DM) Adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
tingginya kadar gula dalam darah, yang disertai dengan adanya kelainan
metabolik. Normalnya kadar darah dikontrol oleh insulin, hormon yang
dihasilkan oleh pankreas, yang memungkinkan sel untuk menyerap gula dalam
darah akan tetapi pada diabetes terjadi difiisiensi insulin yang disebabkan oleh
kurang nya sekresi insulin dan hambatan kerja insulin pada reseptornya
(Handaya, 2016).
Penderita DM memiliki resiko untuk mengalami ulkus diabetik sebagai
akibat dari ketidakseimbangan glukosa darah yang berdampak pada neuropati.
Rangkaian kejadiaan yang khas dalam proses ulkus diabetik pada kaki dimulai
dengan cedera pada jaringan lunak kaki, pembentukan fisura antara jari-jari
kaki atau didaerah kulit yang kering atau pembentukan sebuah kalus. Masalah
pada kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren merupakan
penyebab umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita diabetes (Ose,
2018).
Ulkus diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu neuropati, trauma
deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit vaskuler.
Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus diabetik yang menyeluruh dan sistematik
dapat membantu memberikan arahan yang adekuat. Ulkus diabetik dapat juga
disebabkan oleh tekanan yang terus menerus atau adanya gesekan yang
mengakibatkan kerusakan pada kulit Gesekan bisa mengakibatkan terjadinya
Semua abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit (Ose, 2018).
Secara fisiologis penyembuhan luka terjadi dengan cara yang sama pada
semua pasien, dengan sel kulit dan jaringan, Pemeriksaan fisik pada kaki
diabetik melalui penilaian terhadap kulit, vaskular, neurologi, dan sistem
muskuloskeletal. Klasifikasi Wagner adalah yang paling popular dan
tervalidasi untuk klasifikasi ulkus kaki diabetik, tujuan utama dari tatalaksana
ulkus kaki diabetik adalah untuk penyembuhan luka yang lengkap. Gold

1
standar untuk terapi ulkus kaki diabetik meliputi debridemen luka, tatalaksana
infeksi, prosedur revaskularisasi atas indikasi, dan off-loading ulkus.
Debridemen harus dilakukan pada semua luka kronis untuk membuang
jaringan nekrotik dan debris. Debridemen merupakan upaya untuk
membersihkan semua jaringan nekrotik, karena luka tidak akan sembuh bila
masih terdapat jaringan nonviable, debris dan fistula, tindakan debridemen
juga dapat menghilangkan koloni bakteri pada luka, saat ini terdapat beberapa
jenis debridemen yaitu autolitik, enzimatik, mekanik, biologik dan tajam.
Debridemen dilakukan terhadap semua jaringan lunak dan tulang yang
nonviable tujuan debridemen yaitu untuk mengevaluasi jaringan yang
terkontamininasi bakteri, mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat
mempercepat penyembuhan, menghilangkan jaringan kalus serta mengurangi
resiko infeksi (Wesnawa, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan diabetes mellitus ?
1.2.2 Apakah penyebab dari diabetes mellitus ?
1.2.3 Pengkajian seperti apa yang dapat dilakukan pada kasus pasien dengan
diabetes mellitus ?
1.2.4 Diagnosa keperawatan anestesi seperti apa yang dapat ditemukan pada
kasus tersebut ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus
1.3.2 Untuk mengetahui apa penyebab diabetes mellitus
1.3.3 Untuk mengetahui pengkajian yang dilakukan pada kasus diabetes
mellitus
1.3.4 Untuk menegetahui bagaimana diagnose keperawatan anestesi pada pra,
intra, dan pasca anestesi

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teoritis


2.1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang di tandai
dengan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah dan selalu di
sertai dengan munculnya gejala utama, yakni urine yang berasa manis
dalam jumlah yang besar. Kelainan yang menjadi penyebab mendasar
diabetes melitus adalah difisiensi relatif atau absoult dari hormone
insulin (NANDA, 2015).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi diabetes berdasarkan etiologi penyakit, terdapat empat
kategori diabetes :
2.1.2.1 Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 di bagi menjadi dua jenis utama; ia atau
autoimun (sekitar 90% pasien penderita diabetes tipe 1 di Eropa
dan Amerika Utara yang merupakan penanda imun, seperti
antibody sel pulau pankreas yang bersirkulasi, menunjukan
penghancuran atau destruksi sel β dan 1 b atau idiopatik tidak
ditemukan bukti autoimun (Tandra, 2017).
2.1.2.2 Diabetes tipe 2
Diabetes tipe ini adalah jenis yang paling sering dijumpai.
Biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi biasa pula
timbul pada usia di atas 20 tahun. Sekitar 90-95% penderita
diabetes adalah tipe 2. Pada diabetes tipe 2 pankreas masih bisa
membuat insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak berfungsi
dengan baik sebagai kunci memasukan gula ke dalam sel. Pada
diabetes tipe 2 pasien biasanya tidak di suntikan insulin dalam
pengobatannya, tetapi memerlukan obat untuk memperbaiki
fungsi insulin itu (Tandra, 2017).

3
2.1.2.3 Diabetes pada kehamilan
Diabetes yang muncul hanya pada saat hamil disebut diabetes
tipe gestasi atau gestational diabetes. Keadaan ini terjadi karena
pembentukan beberapa hormone pada ibu hamil yang
menyebabkan resistensi insulin. Diabetes semacam ini
biasannya di ketahui setelah kehamilan bulan keempat ke atas,
kebanyakan pada trimester ke tiga (tiga bulan terakhir
kehamilan). Setelah persalinan, pada umumnya gula darah
kembali normal (Tandra, 2017).
2.1.2.4 Diabetes lain
Diabetes yang tidak termasuk dalam kelompok di atas yaitu
diabetes sekunder atau akibat dari penyakit lain, yang
mengganggu produksi insulin atau mempengaruhi kerja insulin
(Bilous, 2014) Penyebab diabetes semacam ini adalah :
a. Radang pancreas (pankreatitis)
b. Gagguan kelenjar adrenal atau hipofisis
c. Penggunaan hormone kortikosteroid
d. Pemakaian beberapa obat antihipertensi atau antikolestrol
e. Malnutrisi
f. Infeksi

2.1.3 Etiologi
Diabetes melitus dapat terjadi karena adanya kekurangan insulin
yang absolut atau relatif dan menyebabkan gangguan pada fungsi kerja
insulin (Decroli, 2019). Gula darah yang meningkat konsisten akan
menimbulkan kondisi serius yang menyebabkan kerusakan sistem saraf.
Gula darah yang meningkat konsisten akan menimbulkan kondisi serius
yang menyebabkan kerusakan sistem saraf. Pasien diabetes memiliki
resiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan (International
Diabetes Federation [IDF], 2015)

4
2.1.4 Patofisiologi
Pankreas memiliki sel-sel beta yang menghasilkan insulin untuk
mengatur metabolisme karbohidrat dan membawa glukosa ke sel tubuh.
Gangguan reproduksi insulin di pancreas akibat kerusakan sel pancreas
atau kemampuan tubuh bereaksi terhadap insulin itu sendiri menjadi
faktor penyabab terjadinya diabetes melitus. Faktor genetik bukan
menjadi faktor utama penyebab diabetes, melainkan faktor kebiasaan
hidup dan lingkungan juga dapat memengaruhi (Wijaya, 2018).
Pada diabetes tipe 2 disebabkan oleh kombinasi resisten insulin
perifer dan keadekuatan sekresi insulin dari sel beta pancreas di sebut
sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau tidak
tergantung insulin. Resisten insulin dapat di pengaruhi oleh adannya
asam lemak bebas yang meningkat dan proinflammatory cytokines
dalam plasma darah, sehingga memicu penurunan transport glukosa ke
sel otot, peningkatan produksi glukosa dan pemecahan lemak juga
meningkat. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinnya diabetes
tipe 2, antara lain obesitas, riwayat keluarga, etnik minoritas, sosial
ekonomi rendah dan aktivitas fisik rendah (Wijaya, 2018).

2.1.5 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus


Menurut (Nanda, 2015)
2.1.5.1 Banyak kencing
Ginjal tidak dapat menyerap kembali gula yang berlebihan di
dalam darah sehingga gula akan menarik air ke luar jaringan.
Selain kencing menjadi sering dan banyak mengalami dehidrasi
atau kekurangan cairan.
2.1.5.2 Rasa haus
Untuk mengatasi dehidrasi, rasa haus timbul dan anda akan
banyak minum, dan terus minum.
2.1.5.3 Berat badan turun
Sebagai kompensasi dehidrasi dan harus banyak minum, bisa
jadi anda mulai banyak makan. Memang pada mulanya berat

5
badan makin meningkat, tetapi lama-kelamaan otot tidak
mendapat cukup gula dan energi untuk tubuh sehingga mau tak
mau jaringan otot dan lemak harus dipecah untuk memenuhi
kebutuhan energi. Efeknya berat badan menjadi turun walaupin
makanya banyak.
2.1.5.4 Rasa seperti flu dan lemah
Keluhan diabetes dapat menyerupai sakit flu, rasa capek, lemah,
dan nafsu makan menurun. Pada diabetes, gula tidak lagi
menjadi sumber energi karena glukosa tidak dapat diangkut ke
dalam sel untuk menjadi energi.
2.1.5.5 Mata kabur
Gula darah yang tinggi akan menarik ke luar cairan dari lensa
mata sehingga lensa menjadi tipis. Akibatnya mata penderita
diabetes mengalami kesulitan focus, selanjutnya membuat
penglihatan jadi kabur. 10 Apabila anda mengontrol glukosa
darah dengan baik, penglihatan jadi baik karena lensa kembali
normal.
2.1.5.6 Luka sukar sembuh
Penyebab luka sukar sembuh adalah pertama, akibat infeksi
hebat sehingga kuman dan jamur mudah tumbuh pada kondisi
gula darah tinggi, kedua karena kerusakan dinding pembuluh
darah sehingga aliran darah yang tidak lancer pada kapiler
(pembuluh darah kecil) menghambat penyembuhan luka, dan
yang ketiga adalah kerusakan saraf, luka yang tidak terasa
menyebabkan diabetesi tidak menaruh perhatian pada luka dan
membiarkannya semakin busuk.
2.1.5.7 Rasa semutan
Kerusakan saraf yang disebabkan glukosa tinggi akan merusak
dinding pembuluh darah. Yang kemudian mengganggu nutrisis
bagi saraf. Karena yang rusak saraf sensoris maka keluhan yang
paling sering muncul adalah rasa kesemutan atau baal (tidak
terasa), terutama pada tangan dan kaki. Kemudian bisa timbul

6
rasa nyeri pada anggota tubuh, betis, lali, tangan, dan lengan,
bahkan bisa terasa seperti terbakar.
2.1.5.8 Gusi merah dan bengkak
Kemampuan rongga mulut penderita diabetesi menjadi lemah
dalam melawan infeksi sehingga terjadilah gusi bengkak dan
merah, infeksi, serta gigi yang tampak tidak rata dan mudah
tanggal.
2.1.5.9 Kulit kering dan gatal
Kulit terasa kering, sering gatal, dan infeksi. Keluhan ini
biasanya menjadi penyebab pasien datang memeriksakan diri ke
dokter. Pada pemeriksaan dokter kulit barulah di temukan
adanya diabetes.
2.1.5.10 Mudah kena infeksi
Leukosit (sel darah putih) yang biasanya dipakai untuk
melawan infeksi tidak dapat berfungsi dengan baik pada
keadaan gula daraf tinggi. Diabetes membuat anda mudah
terkena infeksi.
2.1.5.11 Gatal pada kemaluan
Infeksi jamur menyukai suasana gula darah tinggi. Vagina
mudah terkena infeksi jamur sehingga mengeluarkan cairan
kental putih kekuningan serta timbul rasa gatal (Tandra, 2015).

2.1.6 Konsep Luka


2.1.6.1 Pengertian Luka
Luka diabetikum adalah jenis luka yang ditemukan pada
penderita diabetes. Luka mula-mula tergolong biasa dan seperti
pada umumnya tetapi luka yang ada pada penderita diabetes
melitus jika salah penanganan dan perawatan akan menjadi
terinfeksi, luka kronis dapat menjadi luka ganggren (Maghfuri,
2016).

7
2.1.6.2 Penampilan Luka
Berdasarkan penampilan luka menurut (Maghfuri, 2016) :
a. Nekrotik (hitam), eskar yang mengeras dan nekrotik, dapat
kering atau lembab.
b. Sloughy (kuning), jaringan mati yang fibrous.
c. Terinfeksi (kehijauan), adanya tanda-tanda klinis infeksi
(nyeri, bengkak, panas, kemerahan) dan peningkatan eksudat.
d. Epitelisasi (merah jambu), terjadi epitelisasi proses
petrumbuhan jaringan baru.
e. Granulasi (merah), tumbuhnya jaringan baru yang kaya akan
pembuluh darah dalam tahap ini luka riskan terkena gesekan,
karena akan mudah pendarahan (Maghfuri, 2016).

2.1.7 Debridemen
2.1.7.1 Pengertian
Pengertian debridemen adalah menghilangkan jaringan
mati juga membersihkan luka dari kotoran yang berasal dari luar
yang termasuk benda asing bagi tubuh.Caranya yaitu dengan
mengompres luka menggunakan cairan atau beberapa material
perwatan luka yang fungsinya utuk menyerap dan mengangkat
bagian-bagian luka yang nekrotik (Wesnawa, 2015).
2.1.7.2 Tujuan Debridemen
Tujuan dilakukannya debridement yaitu untuk
mengeluarkan kontaminan dengan rasa nyeri yang minimal pada
pasien serta trauma jaringan yang minimal pula. Untuk luka
yang kotor, mencelupkan bagian yang cidera ke dalam air yang
sama dengan suhu tubuh, dapat meredakan nyeri dan dapat
membantu menghilangka debris (Wesnawa, 2015).
2.1.7.3 Macam-Macam Debridemen
Terdapat 4 metode debridemen, yaitu autolitik, mekanikal,
enzimatik dan surgikal. Metode debridemen yang dipilih
tergantung pada jumlah jaringan nekrotik, luasnya luka, riwayat

8
medis pasien, lokasi luka dan penyakit sistemik (Wesnawa,
2015).
a. Debridement Otolitik
Otolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk
rehidrasi, melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan
nekrotik. Debridemen otolitik bersifat selektif, hanya jaringan
nekrotik yang dihilangkan. Proses ini juga tidak nyeri bagi
pasien. Debridemen otolitik dapat dilakukan dengan
menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang
mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan
nekrotik. Debridemen otolitik dapat dilakukan dengan
hidrokoloid, hidrogel (Wesnawa, 2015)
b. Debridemen Enzymatik
Debridemen enzimatik meliputi penggunaan salep topikal
untuk merangsang debridemen, seperti kolagenase. Seperti
otolisis, debridemen enzimatik dilakukan setelah debridemen
surgical atau debridemen otolitik dan mekanikal. Debridemen
enzimatik direkomendasikan untuk luka kronis (Wesnawa,
2015)
c. Debridemen Mekanik
Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman
yang melekat pada luka. Lapisan luar dari luka mengering
dan melekat pada balutan anyaman. Selama proses
pengangkatan, jaringan yang melekat pada anyaman akan
diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-viable,
sementara beberapa yang lain viable. Debridemen ini
nonselektif karena tidak membedakan antara jaringan sehat
dan tidak sehat. Debridemen mekanikal memerlukan ganti
balutan yang sering. Proses ini bermanfaat sebagai bentuk
awal debridemen atau sebagai persiapan untuk pembedahan.
Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridemen mekanik.

9
Keuntungan dan risikonya masih diperdebatkan (Wesnawa,
2015)
d. Debridemen Surgikal
Debridemen surgikal adalah pengangkatan jaringan avital
dengan menggunakan skalpel, gunting atau instrumen tajam
lain Debridemen surgikal merupakan standar perawatan
untuk mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan
debridemen surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya
bagian avital yang dibuang. Debridemen surgikal dengan
cepat mengangkat jaringan mati dan dapat mengurangi
waktu. Debridemen surgikal dapat dilakukan di tempat tidur
pasien atau di dalam ruang operasi setelah pembedahan
(Wesnawa, 2015).

2.2 Kasus
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan 1 bulan lalu
tersandung batu setelah itu luka tampak memerah lama kelamaan menjadi
merah gatal dan panas serta mengeluarkan puss semakin hari luka tampak
lebih banyak mengeluarkan puss. Keluarga pasien mengatakan ada riwayat
penyakit dahulu diabetes melitus. Pada tanggal 02 Oktober 2019 Pukul : 10.20
WIB pasien melakaukan pemeriksaan fisik, didapatkan hasil pemeriksaan
yaitu, Kesadaran : Composmentis, GCS : 15, Orientasi : Baik, TD : 130/90
mmHG, Nadi : 98 x/m, Suhu : 36,8 ℃, Pernafasan 20 x/m. Pasien
direncanakan akan melakukan tindakan operasi, karena terdapat luka pedis
sebelak kanan, terdapat luka ulkus dengan diameter ± 5cm dengana kedalaman
± 1cm terdapat jaringan nekrotik warna putih pada luka, terdapat edema pada
tungkai tampak merah dan mengeluarkan puss ( nanah dan darah ). Dari
pengkajian yang sudah dilakukan pasien akan dilakukan tindakan operasi
debridement untuk membuang jaringan yang mengalami kerusakan ataua
mati.

10
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Margatiga
Diagnosa : Ulkus Diabetikum
b. Keluhan Utama
Luka tampak merah, gatal dan mengeluarkan puss
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien tersandung batu 1 bulan lalu setelah itu luka tampak memerah
lama kelamaan menjadi merah gatal dan panas serta mengeluarkan
puss semakin hari luka tampak lebih banyak mengeluarkan puss.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengatakan ada riwayat penyakit dahulu diabetes
melitus.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga.

2.2.2 Pre Operatif


Pada saat dilakukan pengkajian 02 oktober 2019 Pasien
mengatakan 1bulan lalu tersandung batu setelah itu luka tampak
memerah lama kelamaan menjadi merah gatal dan panas serta
mengeluarkan puss semakin hari luka tampak lebih banyak
mengeluarkan puss.
a. Hasil Pemeriksaan Fisik
Tanggal : 02 oktober 2019
Pukul : 10.20 WIB
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15
Orientasi : Baik
TD : 130/90 mmHg

11
Nadi : 98 x/m
Suhu : 36,8 ℃
Pernafasan : 20 x/m
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan Leher
Kepala pasien tampak simetris, tidak ada luka atau lesi, pupil
ishokor, fungsi pendengaran (+), fungsi penciuman (+), pada
leher tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembengkaan kelenjar thyroid.
2. Thorax (Jantung dan Paru) :
a. Pemeriksaan paru
➢ Inspeksi : pengembangan dada kanan kiri sama, tidak ada
bekas luka, tidak nampak penggunaan otot bantu nafas dan
retraksi
➢ Palpasi : pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak
ada krepitasi tulang iga,
➢ Perkusi : sonor lapang paru,
➢ Auskultasi : bunyi paru vesikuler tanpa adanya bunyi paru
tambahan.
b. Pemeriksaan jantung
➢ Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
➢ Palpasi : ictus cordis teraba
➢ Perkusi : pekak seluruh lapang jantung,
➢ Auskultasi : bunyi jantung reguler S1 dan S2 tanpa adanya
bunyi jantung tambahan.
c. Abdomen
➢ Inspeksi : perut datar, tidak ada luka bekas operasi,
➢ Auskultasi : bisingusus12x/menit
➢ Perkusi : timpani
➢ Palpasi : tidak ada disteni abdomen.

12
d. Ekstremitas (atas dan bawah)
Pasien terpasang infus pada tangan sebelah kiri, tidak terdapat
lesi. Dan terdapat luka pedis sebelah kanan, terdapat luka ulkus
dengan diameter ± 5 cmdengan kedalam 1 ± cm terdapat
jaringan nekrotik warna putih pada luka, terdapat edema pada
tungkai tampak merah dan mengeluarkan puss (nanah dan
darah).
e. Genetalia dan Rectum
Tidak ada masalah pada genetalia dan rectum, pasien terpasang
kateter urine berwarna kuning

c. Pemeriksaan Laboratorium
Nama Pasien : Ny. A
Tgl pemeriksaan : 30 – 09 2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
- Hematologi
- Hemoglobin 11,6 g/dl 10,50-12,90 g/dl
- Leukosit 7,600 /ul 4,800-10.800 /ul
- Eritrosit 4,8 juta/ul P : 4,2-5,4 juta/ul
- Hematokrit 35 P : 37-37
- Trombosit 253,000/ul 150,000-450,000/ul
- MCV 71 fl 79-99 fl
- MCH 24 pg 27-31 pg
- MCHC 34 G/Dl 30-35 g/dL
- LED 10 mm/jam 0-10 mm/jam

2.2.3 Intra Operatif


Tanda – tanda vital
Tanggal : 02 Oktober 2019
Pukul : 10.45 WIB
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 90 x/m

13
Suhu : 36 ℃
Pernafasan : 18 x/m
Posisi pasien di meja operasi : Supine
Jenis operasi : Minor
Nama operasi : Debridemen
Area atau bagian tubuh yang dibedah : kaki sebelah kanan

2.2.4 Pasca Operatif


a. Pasien dipindahkan keruang PACU/RR pukul 11.45
Keluhan saat di RR/PACU: -
Airway : Tidak ada masalah pada jalan nafas
Breathing : Pasien terpasang O2 nasal kanul 3 l/m
Sirkulasi : pasien terpasang infus RL 28 tt/m
Keadaan Umum : BAIK

b. Tanda-tanda vital
TD : 130/ 80 mmHg
Nadi : 82x/m
Suhu : 35,0 ℃
Pernafasan : 22 x/m
Saturasi O2 : 98 %
Kesadaran : composmetis
c. Pemberian Obat – Obatan
1. Obat Premedikasi ( diberikan sebelum hari pembedahan )
Tgl / Jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rate
30-09-2019 Ceftriaxone Antibiotic 1gr/12 jam IV
30-09-2019 Katerolac Analgetik 30mg/8 jam IV
01-10-2019 Ceftriaxone Antibiotic 1gr/12 jam IV
01-10-2019 Katerolac Analgetik 30mg/8 jam IV
2. Obat Pra-pembedahan ( diberikan 1-2 jam sebelum pembedahan )
Tgl / Jam Nama obat Jenis obat Dosis Rate
02-10-2019 Anbacim Antibiotic 1gr IV

14
3. Obat Anestesi
Tgl / Jam Nama obat Dosis Rute
02-10-2019 Injeksi di ruas
Bupicaine 15 – 20 mg
10.45 tulang belakang
11.00 Fentanil 20 – 25 mg
11.00 Klonidin 15 – 30 mg

2.2.5 Analisa Data


Pre Operasi
Data Masalah Keperawatan Etiologi
DS : Kerusakan integritas Patofisiologis
- Pasien mengatakan 1 bulan yang kulit berhubungan dengan
lalu tersandung batu inflamasi taut dermal-
- pasien mengatakan terdapat luka epidermal, sekunder :
memerah, gatal dan panas serta perubahan metabolik dan
mengeluarkan puss endokrin
DO :
- Terdapat luka medis sebelah
kanan
- Terdapat luka ulkus berdiameter
± 5 cm dengan kedalaman ± 1 cm
- TTV :
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 98 x/m
- Suhu : 36,2 ℃
- Pernafasan : 20 x/m
DS : Risiko infeksi Patofisiologis
- Pasien mengatakan luka terasa berhubungan dengan
gatal dan mengeluarkan nanah melemahnya daya tahan
dan darah semakin banyak hospes, sekunder : diabetes
setiap hari nya. melitus
DO :

15
- Terdapat jaringan nekrotik
warna putih ada luka
- Terdapat puss (nanah dan
darah)
-TTV :
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 98 x/m
- Suhu : 36,2 ℃
- Pernafasan : 20 x/m
DS : Ansietas Emosional : kekhawatiran
- Pasien mengatakan cemas
- Pasien mengatakan khawatir
dengan akibat yang akan
dialaminya
- Pasien mengatakan ini adalah
operasinya yang pertama
DO :
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak menanyakan terus
menerus prosedur yang akan
dilakukan
- TTV :
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 98 x/m
- Suhu : 36,2 ℃
- Pernafasan : 20 x/m

Intra Operasi
DS : - Resiko Perdarahan Tindakan Pembedahan
DO :
- Pasien dilakukan pembedahan
pada

16
kaki kanan pedis
- Pasien mengalami perdarahan
±500 cc
- Akral dingin
-TTV
- TD : 130/80
- Nadi : 88 x/m
- Suhu : 37℃
- Pernafasan : 18 x/m
- Balance cairan : 68 cc
DS : - Kerusakan integritas Kerusakan integritas kulit
DO : kulit yang berhubungan dengan
- Terdapat luka pedis sebelah lesi dan inflamasi
kanan
- Terdapat luka ulkus dengan
diameter ± 5 cm dengan kedalam
± 1 cm
- Terdapat jaringan nekrotik warna
putih pada luka
-TTV
- TD : 130/80
- Nadi : 88 x/m
- Suhu : 37℃
- Pernafasan : 18 x/m
- Balance cairan : 68 cc
DS : - Resiko Infeksi Berhubungan dengan
DO : tempat masuknya
- Terdapat jaringan nekrotik organisme akibat
- Tungkai tampak merah pembedahan
dan menegluarkan puss
- TD : 130/80
- Nadi : 88x/m

17
- Suhu : 37◦C
- Pernafasan : 18x/mnt
- Balance cairan : 68cc

Post Operasi / di RR
DS : Kerusakan integritas Penanganan berhubungan
- pasien mengatakan terdapat luka kulit dengan penurunan suplain
dibagian kaki sebelah kanan dan darah dan nutrisi ke
sudah melakukan operasi jaringan, sekunder akibat
DO : pembedahan
- terdapat ulkus diabetikum pada
kaki
kanan ( luka post op debridemen )
- Terdapat balutan kassa dikaki
sebelah kanan
- TTV :
-TD : 139/90 mmhg
-N : 82 x/m
-S : 36,0 ℃
-RR : 22 x/m
Ds :- Resiko Infeksi Berhubungan dengan
Do : tempat masuknya
- Terdapat jaringan nekrotik organisme, sekunder
berwarna putih pada luka akibat pembedahan
- Tungkai tampak merah
dan mengeluarkan puss
- TTV :
- TD : 139/90 mmhg
- N : 82 x/m
- S : 36,0 ℃
- RR : 22 x/m

18
DS :- Resiko Perdarahan Trauma : pembedahan
DO :
- Pasien dilakukan pembedahan
pada
kaki kanan pedis
- Pasien mengalami perdarahan
±500 cc
-TTV:
- TD : 139/90 mmHG
- N : 82 x/mnt
- S : 36,0◦C
- RR : 22x/mnt

2.2.6 Diagnosa Keperawatan


Tahapan Masalah Keperawatan Etiologi
Pre Operasi Kerusakan integritas kulit inflamasi taut dermal-
epidermal, sekunder :
perubahan metabolik dan
endokrin
Ansietas Emosional /
Kekahawatiran
Intra Operasi Resiko Perdarahan Tindakan Pembedahan
Post Operasi Resiko Infeksi Tempat Masuknya
Organisme Sekunder
Akibat Pembedahan

2.2.7 Intervensi Keperawatan Anestesi


No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
1. Kerusakan integritas Setelah dilakukan pengkajian 1. Cuci area yang kemerahan
kulit b.d inflamasi taut keperawatan anestesi Ny. A dengan lembut menggunakan
dermal-epidermal, diharapkan akan sabun yang ringan
sekunder : perubahan memperlihatkan perbaikan 2. Masase kulit yang sehat di

19
metabolik dan jaringan yang progresif. sekitar area yang sakit dengan
endokrin lembut untuk merangsang
sirkulasi
3. Lindungi permukaan kulit
yang sehat dengan salah satu
atau kombinasi langkah berikut
4. Tingkatkan asupan protein
dan karbohidrat untuk
mempertahankan keseimbangan
nitrogen positif
5. Atur rencana penatalaksanaan
ulkus dekubitus dengan
menerapkan prinsip
penyembuhan luka lembap
2. Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan pengkajian 1. Kaji apakah ada faktor yang
melemahnya daya keperawatan anestesi Ny. A mengingatkan resiko infeksi
tahan hospes, diharapkan individu akan 2. Jelaskan kepada individu dan
sekunder : diabetes melaporkan faktor resiko anggota keluarga tentang tanda
melitus yang berkaitan dengan infeksi dan gejala infeksi
dan tindak kewaspadaan yang 3. Amati manifestasi klinis
diperlukan, dapat infeksi misalnya demam
memperlihatkan teknik cuci 4. Jelaskan kepada individu dan
tangan yang sangat cermat keluarga tentang penyebab,
saat pemulangan, dapat resiko, dan derajat penularan
menjelaskan metode infeksi
penyebaran infeksi, dapat 5. Ingatkan individu untuk
menjelaskan pengaru nutrisi meminta seluruh pengunjung
dalam mencegah infeksi dan personel agar mencuci
tangan sebelum mendekatinya

20
3. Ansietas b.d Setelah dilakukan pengkajian 1. Kaji tingkat ansietas : Ringan,
Emosional / keperawatan anestesi Ny. A sedang, berat, panik
kekhawatiran diharapkan Ansietas 2. Ajarkan penghentian ansietas
berkurang. Individu akan yang dapat diterapkan jika
menyatakan peningkatan situasi yang dapat menimbulkan
kenyamanan psikologi dan stress tidak dapat dihindari
fisiologi 3. Bantu klien mengatasi rasa
marah
4. Bantu klien mengenali
ansietas untuk memulai
pembelajaran atau pemecahan
masalah
5. Singkirkan stimulasi yang
berlebihan, misalnya bawa klien
ke ruangan yang lebih tenang
4. Resiko Setelah dilakukan pengkajian 1. Mengukur tanda dan gejala
Perdarahan b.d keperawatan anaestesi Ny. A perdarahan
Tindakan diharapkan tidak terjadi 2. Monitor TTV dan CRT
Pembedahan kehilangan volume darah 3. Gunakan ESU untuk
dengan koagulasi
1. Tanda-tanda perdarahan 4. Kolaborasi dalam pemberian
minimal CRT < 3 detik terapi cairan
2. Intake dan output 5. Kolaborasi dalam pemberian
seimbang obat pengontrol prdarahan
3. Perdarahan terkntrol kalnex 1 amp/ IV

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang di tandai
dengan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah dan selalu di sertai
dengan munculnya gejala utama, yakni urine yang berasa manis dalam jumlah
yang besar. Faktor genetik bukan menjadi faktor utama penyebab diabetes,
melainkan faktor kebiasaan hidup dan lingkungan juga dapat memengaruhi
(Wijaya, 2018). Diabetes melitus dapat terjadi karena adanya kekurangan
insulin yang absolut atau relatif dan menyebabkan gangguan pada fungsi
kerja insulin (Decroli, 2019).
Pada diabetes tipe 2 pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi
kualitasnya buruk, tidak berfungsi dengan baik sebagai kunci memasukan
gula ke dalam sel. Pada diabetes tipe 2 pasien biasanya tidak di suntikan
insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat untuk memperbaiki
fungsi insulin itu (Tandra, 2017). Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinnya diabetes tipe 2, antara lain obesitas, riwayat keluarga, etnik
minoritas, sosial ekonomi rendah dan aktivitas fisik rendah.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya dapat
memahami tentang Diabetes Melitus. Kami sebagai penulis, menyadari
bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari kata
sempurna. Tentunya kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
kepada sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 13.
(terjemahan). Jakarta: Kedokteran EGC.
Sucita, Putri Ayu. 2019. ‘’ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA
PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN TINDAKAN DEBRIDEMEN
DI RUANG OPERASI JENDERAL AHMAD YANI METRO’’. Laporan
Akhir Profesi Ners. Lampung: Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

3.1 Tinjauan Kasus (Pengkajian)


Identitas Pasien
Nama : Ny.A
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Gol.Darah :A
Alamat : Margatiga
Tanggungan : BPJS
No.RM : 190323
Tgl Masuk Rs : 30 September 2019
Diagnosa : Ulkus diabetikum
3.2 Pre Operatif
3.2.1 Ringkasan hasil anamnese preoperatif:
Pada saat dilakukan pengkajian 02 oktober 2019 Pasien mengatakan 1
bulan lalu tersandung batu setelah itu luka tampak memerah lama kelamaan
menjadi merah gatal dan panas serta mengeluarkan puss semakin hari luka
tampak lebih banyak mengeluarkan puss
3.2.2 Hasil pemeriksaan fisik
3.2.2.1 Tanggal 02 oktober 2019 Pukul: 10.20 WIB
Kesadaran: Composmentis GCS: 15 Orientasi: Baik
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 98 x/m
Suhu : 36,8 0C
Pernafasan: 20 x/m

31
32

3.2.2.2 Pemeriksaan Fisik


a. Kepala & Leher:
Kepala pasien tampak simetris, tidak ada luka/lesi, pupil ishokor, fungsi
pendengaran (+), fungsi penciuman (+), pada leher tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada pembengkaan kelenjar thyroid.
b. Thorax (Jantung & Paru):
1) Pemeriksaan paru
a) Inspeksi: pengembangan dada kanan kiri sama, tidak ada bekas
luka, tidak nampak penggunaan otot bantu nafas dan retraksi
b) Palpasi: pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak ada
krepitasi tulang iga,
c) Perkusi: sonor lapang paru,
d) Auskultasi: bunyi paru vesikuler tanpa adanya bunyi paru
tambahan.
2) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi: ictus cordis tidak nampak
b) Palpasi: ictus cordis teraba
c) Perkusi: pekak seluruh lapang jantung,
d) Auskultasi: bunyi jantung reguler S1 dan S2 tanpa adanya
bunyi jantung tambahan.
c. Abdomen:
1) Inspeksi: perut datar, tidak ada luka bekas operasi,
2) Auskultasi: bising usus 12x/menit,
3) Perkusi: timpani,
4) Palpasi: tidak ada disteni abdomen.
d. Ekstremitas (atas & bawah):
Pasien terpasang infus pada tangan sebelah kiri, tidak terdapat
lesi. Dan terdapat luka pedis sebelah kanan, terdapat luka ulkus dengan
diameter ± 5 cmdengan kedalam 1 ± cm terdapat jaringan nekrotik
warna putih pada luka, terdapat edema pada tungkai tampak merah dan
mengeluarkan puss (nanah dan darah)
33

Gambar 3.1 Pre operasi Gambar 3.2 Post operasi


e. Genetalia & Rectum:
Tidak ada masalah pada genetalia dan rectum, pasien terpasang
kateter urine berwarna kuning
3.2.3 Pemeriksaan Penunjang
1. ECG tgl: 02 Oktober 2019
Sinus Rhythm
3.2.3.2 Pemeriksaan Laboratorium
Nama Pasien: Ny. A Tgl pemeriksaan :30 – 09 2019
Tabel 3.1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 11,6 g/dl 10,50-12,90 g/dl
Leukosit 7,600 /ul 4,800-10.800 /ul
Eritrosit 4,8 juta/ul P:4,2-5,4 juta/ul
Hematokrit 35 P:37-37
Trombosit 253,000/ul 150,000-450,000/ul
MCV 71 fl 79-99 fl
MCH 24 pg 27-31 pg
MCHC 34 G/dL 30-35 g/dL
LED 10 mm/jam 0-10 mm/jam

3.2.4 Prosedur khusus sebelum pembedahan


Tabel 3.2 Prosedur Khusus Sebelum Pembedahan
No Prosedur Ya Tidak Waktu Keterangan
1. Tindakan persiapan  Dilalukandi
psikologis pasien ruang pre op
09.30
2. Lembar informed consent  Di lakukan di
ruangan rawat
3. Puasa  Puasa sejak
pukul 12.00
malam
4. Pembersihan kulit 
34

(pencukuran rambut)
5. Pembersihan saluran 
pencernaan (lavement/obat
pencahar)
6. Pengosongan kandung  Terpasang
kemih kateter urine
7. Transfusi darah 
8. Terapi cairan infus  Terpasang infus
RL
9. Penyimpanan perhiasan,  Sudah dilakukan
acsesoris, kacamata, pengecekan
anggota tubuh palsu 09.30
10. Memakai baju khusu  Sudah memakai
operasi baju khusus

3.2.5 Pemberian obat-obatan


a. Obat pramedikasi (diberikan sebelum hari pembedahan)
Tabel 3.3 Obat-obatan sebelum hari pembedahan
Tgl/Jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute

30-09-2019 Ceftriaxone Antibiotik 1 gr/12 jam IV

30-09-2019 Katerolac Analgetik 30 mg/8 jam IV

01-10-2019 Ceftriaxone Antibiotik 1 gr/12 jam IV

01-10-2019 Katerolac Analgetik 30 mg/ 8 jam IV

b. Obat pra-pembedahan (diberikan 1-2 jam sebelum pembedahan)


Tabel 3.4 Obat pra-pembedahan
Tgl/jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute

02-10- 2019 Anbacim Antibiotik 1 gr IV

3.2.6 Pasien dikirim ke ruang operasi


Pasien dikirim pada tanggal 02 Oktober 2019 pukul 10.20 WIB.
3.2.6.1 kesadaran: composmentis GCS E4 V5 M6
3.3 Intra Operatif
3.3.1 Tanda-tanda vital, Tanggal: 02 Oktober 2019 Pukul: 10.45 WIB
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 90 x/m
35

Suhu : 36 0C
Pernafasan : 18 x/m
3.3.2 Posisi pasien di meja operasi: Supine
3.3.3 Jenis operasi: Minor
Nama operasi: Debridemen
Area/bagian tubuh yang dibedah : kaki sebelah kanan
3.3.4 Tenaga medis dan perawat di ruang operasi :
Dokter anastesi : Dr. Yusnita Sp.An
Asisten dokter anastesi : Sekar Amd. Kep Dan Pramuji Amd.Kep
Dokter bedah : Dr. Irfan , Sp.B
Asisten bedah : Ns. Dani S. Kep
Perawat instrumentator : Cita Amd. Kep Dan Putri Ayu
Perawat sirkuler : Andika Amd.Kep
Tabel 3.5 Surgical Patient Safety Cheklist

Surgical Patient Safety Cheklist


Sign In Time Out Sign Out
Pasien telah dikonfirmasi:  Setiap anggota tim Melakukan pengecekan:
 Identitas pasien operasi memperkenalkan  Prosedur sudah dicatat
 Prosedur diri dan peran masing-  Kelengkapan spons
 Sisi operasi sudah benar masing
 Persetujuan operasi  Penghitungan
terlah diberikan  Tim operasi memastikan instrumen
 Sisi yang akan dioperasi bahwa semua orang di  Pemberian lab Pl pada
sudah ditandai ruang operasi saling spesimen
 Ceklist keamanan kenal  Kerusakan alat atau
anastesi telah dilengkapi masalah lain yang
 Oksimeter puls pada perlu ditangani
pasien berfungsi Sebelum melakukan sayatan  Tim bedah membuat
Apakah pasien memiliki pertama pada kulit: perencanaan post
alergi? Tim mengkonfirmasi dengan operasi sebelum
 Ya suara yang keras mereka memindahkan pasien
 Tidak melakukan: dari kamar operasi
Apakah risiko kesulitan jalan  Operasi yang benar
nafas/aspirasi?  Pada pasien yang benar
 Tidak  Antibiotik profilaksis
 Ya, telah disiapkan telah diberikan dalam 60
peralatan menit sebelumnya
Risiko kehilangan darah >  Penghitungan instrumen
500 ml pada orang dewasa (lengkap), jarum (3), dan
atau > 7 ml/kg BB pada anak- kasa (70)
anak
 Tidak
36

 Ya, peralatan akses


cairan telah direncanakan

3.3.5 Pemberian obat anastesi


Tabel 3.6 Obat-Obat Anastesi
Tgl/Jam Nama Obat Dosis Rute
02-10-2019 Bupicaine 15-20 mg Injeksi di ruas
10.45 tulang belakang
11:00 Fentanil 20-25 mcg
11.00 klonidin 15-30 cg

3.3.6 Tahap-tahap/kronologis pembedahan


Tabel 3.7 Tahap-tahap/kronologis pembedahan
Waktu/Tahap Kegiatan
02–10-2019 Alat-alat
Linen set :
- - Duk besar 2
- - Duk sedang 2
-Jas operasi 4
- Duk meja mayo 2
Instrumen:
Nama instrument Jumlah
Scapel 1
Gunting menzebaum 1
Gunting benang 2
Pinset Anatomi 2
Piset cirurgis 2
Pean no 16 4
Pean no 18 2
Klem desinfeksi 1
Sponge holding forcep 4
Kanule suction 1
Senur diatermi 1
Towel clem 5
Kocher 4
Needle holder 3
Langen back 2
Bengkok 1
Tempat jarum 1
Kom 3

Bahan habis pakai:


Nama alat Jumlah
Kasa 20
Kasa besar atau big guaza 1
Bisturi no 15 1
Povidon iodin ± 100 cc
Alkohol 705 ±100 cc
Nacl 0,9% 4 buah
37

Under pad 1 buah


Hand scond 4 buah
Gentamicin 2 buah

Tahapan prosedur operasi:


1. Perawat sirkuler serah terima pasien dengan perawat ruangan
konfirmasi (identitas pasien, prosedur operasi, infomconsen,
tindakan pemebedahan, riwayat alergi)
2. Perawat sirkuler melskuksn sign in
3. Mengantarkan pasien kekamar operasi
4. Setelah pasien dilakukan anastesi spinal, posisikan pasien supine
(pasien sudah terpasang kateter infus dll)
5. Perawat melakukan teknik scrubing, gowning, gloving
6. Perawat instrumen mempersiapkan alat instrumen yang akan
digunakan di meja mayo
7. Perawat instrumen melakukan teknik aseptik dan antiseptik
dengan menggunakan providon iodine 10% pada daerah yang
dilakukan insisi secara melingkar sekitar ± 20 cm dari daerah
insisi yang dilakkukan masing masing 3 kali
8. Perawat instrumen dan asisten melakukan tindakan tindakan
draping daerah operasi dengan memakai duk besar di jepit
menggunakan duk klem sehingga daerah yang akan di insisi
terlihat
9. Berikan tisssu forcep (pinset chirugis) terlebih dulu pada operator
untuk memberikan rangsangan efek anastesi di bagian kulit.
10. Berikan gunting jaringan dan pinset chirugis pada operator
untuk memotong jaringan mati atau abses yang berada di dalam
kulit , dan asisten sambil memegang suction mengrahkan ke
bagian pus dan nanah.
11. Setelah diperkirakan sudah bersih dari pus dan nanah jaringan
mati kemudian dibersihkan menggunakan nacl/ bilas dengan
cairan nacl dan povidion iodin 12%
12. Masukan kasaa rol yang steril dicampurkan providion iodine 10%
dengan gentamicin salep dan tutup dengan menggunakan kassa
steril dan tutup menggunakan kassa gulung.
13. Pindahkan pasien ke brangkar dan antar keruangan pemulihan
bersihkan instrumen dan operasi selesai.

3.3.7 Tindakan bantuan yang diberikan selama pembedahan


a) Pemberian oksigen
b) Pemberian suction
3.3.8 Pembedahan berlangsung selama 1 jam
3.3.9 Komplikasi dini setelah pembedahan (saat pasien masih berada diruang
operasi): Tidak terdapat komplikasi saat pembedahan
3.4 Post Operasi
3.4.1 Pasien dipindahkan keruang PACU/RR pukul 11.45
3.4.2 Keluhan saat di RR/PACU: -
38

3.4.3 Airway : Tidak ada masalah pada jalan nafas


3.4.4 Breathing : Pasien terpasang O2 nasal kanul 3 l/m
SPO2 : 97%
3.4.5 Sirkulasi : pasien terpasang infus RL 28 tt/m
3.4.6 Observasi Recovery Room : bromage score
Tabel 3.8 Bromage Score
No Kriteria Score Score
1 Dapat mengangkat tungkai bawah Kriteria 0

2 Tidak dapat menekuk lutut tetapi dapat 1


mengangkat kaki
3 Tidak dapat mengangkat tungkai bawah 2 2
tetapi masih dapat mengangkat lutut

4 Tidak dapat mengangkat kaki sama sekali 3


Jumlah 2

Keterangan: Pasien dapat dipindah kebangsal apabila score kurang dari 2


3.4.7 Keadaan Umum : BAIK
3.4.8 Tanda-tanda vital
TD : 130/ 80 mmHg
Nadi : 82 x/m
Suhu : 35,0 0C
Pernafasan : 22 x/m
Saturasi O2: 98 %
Kesadaran : composmetis
3.4.9 Balance cairan:
Tabel 3.9 Balance cairan
Pukul Intake Jml (cc) Output Jml (cc)
11.45 o Oral o Urine 600 cc
o Enteral o Perdara 500
o Parentera 1500 cc han
l
o .....
Jumlah 1500 cc 250 cc
39

3.4.10 Survey sekunder, lakukan secara Head To Toe secara prioritas


Tabel 3.10 Survey Sekunder
Normal Jika tidak normal, jelaskan
Ya Tidak
Kepala 
Leher 

Dada 
Abdomen 
Genetalia  Pasien terpasang kateter , urine ±500 cc
Integumen  Terhadap luka post operasi dan dibalut
menggunakan kassa gulung

Ekstremitas  Terdapt luka post debridemen pada kaki


sebelah kanan

3.5 Analisa Data


Tabel 3.11 Analisa Data
Data Subyektif Dan Obyektif Masalah Etiologi
Keperawatan
Pre Operasi Ansietas Krisis situasional
DS :
- Pasien mengatakan cemas
- Pasien mengatakan khawatir dengan
akibat yang akan dialaminya
- Pasien mengatakan ini adalah
operasinya yang pertama
DO :
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak menanyakan terus
menerus prosedur yang akan dilakukan
- TTV :
TD : 130/90 mmHg
Nadi :98 x/m
Suhu : 36,2 0C
Pernafasan : 20 x/m

Intra Operasi Resiko Tindakan Pembedahan


DS : - Perdarahan
DO :
- Pasien dilakukan pembedahan pada
kaki kanan pedis
- Pasien mengalami perdarahan ±500
cc
- Pasien tampak terpasang infus RL
28 tt/menit
- Akral dingin
40

- TTV TD : 130/80
Nadi : 88 x/m
Suhu : 37 0C
Pernafasan : 18 x/m
Balance cairan :68 cc

Post Operasi / di RR Kerusakan Luka post op


DS : integritas kulit debridemen
- pasien mengatakan terdapat luka
dibagian kaki sebelah kanan dan sudah
melakukan operasi
DO :
- terdapat ulkus diabetikum pada kaki
kanan ( luka post op debridemen )
- Terdapat balutan kassa dikaki sebelah
kanan
- TTV :
TD : 139/90 mmhg
N : 82 x/m
S : 36,0 c
RR :22 x/m

3.6 Daftar Diagnosa Keperawatan


Tebel 3.12 Diagnosa Keperawatan
Tahapan Masalah Keperawatan Etiologi
Pre Operasi Ansietas Krisis situasional
Intra Operasi Resiko Perdarahan Tindakan Pembedahan
Post Operasi Kerusakan integritas kulit Luka post op debridemen

3.7 Rencana Keperawatan


Tabel 3.13 Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
keperawatan
1. Ansietas b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Mengukur tanda-tanda
Krisis keperawatan diharapkan ansietas
Situasional Ansietas berkurang dengan 2. Anjurkan pasien
KH: mengungkapkan apa yang
1. Pasien tampak rileks dirasakan
2. Pasien mengatakan tidak 3. Mengajarkan teknik relaksasi
cemas lagi nafas dalam
3. TTV dalam batas normal 4. Mengajurkan keluarga
menemani selama diruang
tunggu dan beri dukungan
5. Jelaskan prosedur termasuk
sensasi yang mungkin dialami
41

2. Resiko Setelah dilakukan asuhan 1. Mengukur tanda dan gejala


Perdarahan b.d keperawatan diharapkan perdarahan
Tindakan tidak terjadi kehilangan 2. Monitor TTV dan CRT
Pembedahan volume darah dengan 3. Gunakan ESU untuk
KH : koagulasi
1. Tanda-tanda perdarahan 4. Kolaborasi dalam pemberian
minimal CRT < 3 detik terapi cairan
2. Intake dan output 5. Kolaborasi dalam pemberian
seimbang obat pengontrol prdarahan
3. Perdarahan terkntrol kalnex 1 amp/ IV
3. Kerusakan Setelah dilakukan asuhan 1. Bersihkan dresing dan plaster
integritas kulit keperawatan diharapkan perekat
b.d luka post op kerusakan integritas kulit 2. Pantau karakteristik luka
debridemen berkurang terjadi dengan termaksud drainase, warna,
KH: ukuran, bau
3. Membersihkan luka dengan
1. Integritas kulit yang baik Nacl atau pembersih
bisa di pertahankan nontoksik
2. Menunjukan proses 4. Lakukan dresing sesuai
perbaikan kulit yang dengan tipe luka
baik mencegah 5. Pertahankan teknik steril saat
terjadinya cedera melakukan perawtan luka
berulang 6. Bandingkan dan catata
3. Mampu melindungi kulit perubahan pada luka
dan kelembapan kulit

3.8 Catatan perkembangan


Tabel 3.14 Catatan Perkembangan
No Implementasi Evaluasi
1. 1. Mengukur tanda-tanda ansietas S:
2. Memonitor TTV - Pasien mengatakan cemas
3. Menciptakan suasana teraupetik berkurang dan sudah lebih rileks
untuk menumbuhkan kepercayaan O:
4. Menemani pasien untuk mengurangi - TTV
kecemasan TD : 130/80 mmHg
5. Menganjurkan pasien Nadi : 98 x/m
mengungkapkan apa ang dirasakan Suhu : 36,8 0C
6. Menggunakan pendekatan yang Pernafasan : 20 x/m
tenang dan meyakinkan - Pasien tampak lebih rileks
7. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam - Pasien mengungkapkan apa yang
8. Jelaskan prosedur termasuk sensasi diraskan
yang mungkin dialami - Pasien sudah melakukan relaksasi
nafas dalam
- Pasien sudah mengerti tentang
prosedur dan sensasi yang mungkin
dialami
A : Masalah ansietas sebagian
teratasi
P:
1. Monitor TTV
42

2. Anjurkan pasien melakukan teknik


distraksi dan relaksasi
3. Anjurkan pasien untukk berdoa

2. 1. Mengukur tanda dan gejala S :-


perdarahan O:
2. Memonitor TTV dan CRT - Pasien tampak mengalami
3. Menggunakan ESU untuk koagulasi perarahan ±850 cc
4. Berkolaborasi dalam pemberian - TTV
terapi cairan TD : 130/80 mmHg
5. Berkolaborasi dalam pemberian obat Nadi : 88 x/m
pengontrol prdarahan kalnex 1 amp/ Suhu : 37,0 0C
IV Pernafasan : 20 x/m
- Akral dingin
- CRT 3 detik
- Pasien diberi kalnex 1 amp/IV
- Pasien terpasang infus RL 28 tt/m
A : Masalah reesiko perdarahan tidak
terjadi
P:
1. Mengukur tanda dan gejala
perdarahan
2. Monitor TTV dan CRT
3. Gunakan ESU ubtuk koagulasi
4. Pertahankan terapi cairan
3. 1. Membersihkan dresing dan plaster S :
perekat
2. Memantau karakteristik luka O:
termaksud drainase, warna, ukuran,
bau - terdapat ulkus diabetikum pada
3. Membersihkan luka dengan Nacl kaki kanan ( luka post op
atau pembersih nontoksik debridemen )
4. Melaakukan dresing sesuai dengan - Terdapat balutan kassa dikaki
tipe luka sebelah kanan
5. Mempertahankan teknik steril saat - TTV :
melakukan perawtan luka TD : 139/90 mmhg
6. Membandingkan dan catata N : 82 x/m
perubahan pada luka S : 36,0 c
RR :22 x/m
A:Keruskan integritas kulit sebagian
teratasi
P:
1. Melakukan perawatan luka
2. Melakukan pengkajian luka
3. Membersihkan lingkungan sekitar
luka

Anda mungkin juga menyukai