DIABETES MELITUS
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Diabetes Melitus” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen Ns. Anggra Trisna Ajani, S.Kep., M.Kep pada mata kuliah Metodologi
Keperawatan Anestesi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Diabetes Melitus bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Ns. Anggra Trisna Ajani,
S.Kep., M.Kep selaku dosen bidang studi Metodologi Keperawatan Anestesi
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teoritis ....................................................................................3
2.2 Kasus ...................................................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .........................................................................................22
3.2 Saran ...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
standar untuk terapi ulkus kaki diabetik meliputi debridemen luka, tatalaksana
infeksi, prosedur revaskularisasi atas indikasi, dan off-loading ulkus.
Debridemen harus dilakukan pada semua luka kronis untuk membuang
jaringan nekrotik dan debris. Debridemen merupakan upaya untuk
membersihkan semua jaringan nekrotik, karena luka tidak akan sembuh bila
masih terdapat jaringan nonviable, debris dan fistula, tindakan debridemen
juga dapat menghilangkan koloni bakteri pada luka, saat ini terdapat beberapa
jenis debridemen yaitu autolitik, enzimatik, mekanik, biologik dan tajam.
Debridemen dilakukan terhadap semua jaringan lunak dan tulang yang
nonviable tujuan debridemen yaitu untuk mengevaluasi jaringan yang
terkontamininasi bakteri, mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat
mempercepat penyembuhan, menghilangkan jaringan kalus serta mengurangi
resiko infeksi (Wesnawa, 2015).
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus
1.3.2 Untuk mengetahui apa penyebab diabetes mellitus
1.3.3 Untuk mengetahui pengkajian yang dilakukan pada kasus diabetes
mellitus
1.3.4 Untuk menegetahui bagaimana diagnose keperawatan anestesi pada pra,
intra, dan pasca anestesi
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
2.1.2.3 Diabetes pada kehamilan
Diabetes yang muncul hanya pada saat hamil disebut diabetes
tipe gestasi atau gestational diabetes. Keadaan ini terjadi karena
pembentukan beberapa hormone pada ibu hamil yang
menyebabkan resistensi insulin. Diabetes semacam ini
biasannya di ketahui setelah kehamilan bulan keempat ke atas,
kebanyakan pada trimester ke tiga (tiga bulan terakhir
kehamilan). Setelah persalinan, pada umumnya gula darah
kembali normal (Tandra, 2017).
2.1.2.4 Diabetes lain
Diabetes yang tidak termasuk dalam kelompok di atas yaitu
diabetes sekunder atau akibat dari penyakit lain, yang
mengganggu produksi insulin atau mempengaruhi kerja insulin
(Bilous, 2014) Penyebab diabetes semacam ini adalah :
a. Radang pancreas (pankreatitis)
b. Gagguan kelenjar adrenal atau hipofisis
c. Penggunaan hormone kortikosteroid
d. Pemakaian beberapa obat antihipertensi atau antikolestrol
e. Malnutrisi
f. Infeksi
2.1.3 Etiologi
Diabetes melitus dapat terjadi karena adanya kekurangan insulin
yang absolut atau relatif dan menyebabkan gangguan pada fungsi kerja
insulin (Decroli, 2019). Gula darah yang meningkat konsisten akan
menimbulkan kondisi serius yang menyebabkan kerusakan sistem saraf.
Gula darah yang meningkat konsisten akan menimbulkan kondisi serius
yang menyebabkan kerusakan sistem saraf. Pasien diabetes memiliki
resiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan (International
Diabetes Federation [IDF], 2015)
4
2.1.4 Patofisiologi
Pankreas memiliki sel-sel beta yang menghasilkan insulin untuk
mengatur metabolisme karbohidrat dan membawa glukosa ke sel tubuh.
Gangguan reproduksi insulin di pancreas akibat kerusakan sel pancreas
atau kemampuan tubuh bereaksi terhadap insulin itu sendiri menjadi
faktor penyabab terjadinya diabetes melitus. Faktor genetik bukan
menjadi faktor utama penyebab diabetes, melainkan faktor kebiasaan
hidup dan lingkungan juga dapat memengaruhi (Wijaya, 2018).
Pada diabetes tipe 2 disebabkan oleh kombinasi resisten insulin
perifer dan keadekuatan sekresi insulin dari sel beta pancreas di sebut
sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau tidak
tergantung insulin. Resisten insulin dapat di pengaruhi oleh adannya
asam lemak bebas yang meningkat dan proinflammatory cytokines
dalam plasma darah, sehingga memicu penurunan transport glukosa ke
sel otot, peningkatan produksi glukosa dan pemecahan lemak juga
meningkat. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinnya diabetes
tipe 2, antara lain obesitas, riwayat keluarga, etnik minoritas, sosial
ekonomi rendah dan aktivitas fisik rendah (Wijaya, 2018).
5
badan makin meningkat, tetapi lama-kelamaan otot tidak
mendapat cukup gula dan energi untuk tubuh sehingga mau tak
mau jaringan otot dan lemak harus dipecah untuk memenuhi
kebutuhan energi. Efeknya berat badan menjadi turun walaupin
makanya banyak.
2.1.5.4 Rasa seperti flu dan lemah
Keluhan diabetes dapat menyerupai sakit flu, rasa capek, lemah,
dan nafsu makan menurun. Pada diabetes, gula tidak lagi
menjadi sumber energi karena glukosa tidak dapat diangkut ke
dalam sel untuk menjadi energi.
2.1.5.5 Mata kabur
Gula darah yang tinggi akan menarik ke luar cairan dari lensa
mata sehingga lensa menjadi tipis. Akibatnya mata penderita
diabetes mengalami kesulitan focus, selanjutnya membuat
penglihatan jadi kabur. 10 Apabila anda mengontrol glukosa
darah dengan baik, penglihatan jadi baik karena lensa kembali
normal.
2.1.5.6 Luka sukar sembuh
Penyebab luka sukar sembuh adalah pertama, akibat infeksi
hebat sehingga kuman dan jamur mudah tumbuh pada kondisi
gula darah tinggi, kedua karena kerusakan dinding pembuluh
darah sehingga aliran darah yang tidak lancer pada kapiler
(pembuluh darah kecil) menghambat penyembuhan luka, dan
yang ketiga adalah kerusakan saraf, luka yang tidak terasa
menyebabkan diabetesi tidak menaruh perhatian pada luka dan
membiarkannya semakin busuk.
2.1.5.7 Rasa semutan
Kerusakan saraf yang disebabkan glukosa tinggi akan merusak
dinding pembuluh darah. Yang kemudian mengganggu nutrisis
bagi saraf. Karena yang rusak saraf sensoris maka keluhan yang
paling sering muncul adalah rasa kesemutan atau baal (tidak
terasa), terutama pada tangan dan kaki. Kemudian bisa timbul
6
rasa nyeri pada anggota tubuh, betis, lali, tangan, dan lengan,
bahkan bisa terasa seperti terbakar.
2.1.5.8 Gusi merah dan bengkak
Kemampuan rongga mulut penderita diabetesi menjadi lemah
dalam melawan infeksi sehingga terjadilah gusi bengkak dan
merah, infeksi, serta gigi yang tampak tidak rata dan mudah
tanggal.
2.1.5.9 Kulit kering dan gatal
Kulit terasa kering, sering gatal, dan infeksi. Keluhan ini
biasanya menjadi penyebab pasien datang memeriksakan diri ke
dokter. Pada pemeriksaan dokter kulit barulah di temukan
adanya diabetes.
2.1.5.10 Mudah kena infeksi
Leukosit (sel darah putih) yang biasanya dipakai untuk
melawan infeksi tidak dapat berfungsi dengan baik pada
keadaan gula daraf tinggi. Diabetes membuat anda mudah
terkena infeksi.
2.1.5.11 Gatal pada kemaluan
Infeksi jamur menyukai suasana gula darah tinggi. Vagina
mudah terkena infeksi jamur sehingga mengeluarkan cairan
kental putih kekuningan serta timbul rasa gatal (Tandra, 2015).
7
2.1.6.2 Penampilan Luka
Berdasarkan penampilan luka menurut (Maghfuri, 2016) :
a. Nekrotik (hitam), eskar yang mengeras dan nekrotik, dapat
kering atau lembab.
b. Sloughy (kuning), jaringan mati yang fibrous.
c. Terinfeksi (kehijauan), adanya tanda-tanda klinis infeksi
(nyeri, bengkak, panas, kemerahan) dan peningkatan eksudat.
d. Epitelisasi (merah jambu), terjadi epitelisasi proses
petrumbuhan jaringan baru.
e. Granulasi (merah), tumbuhnya jaringan baru yang kaya akan
pembuluh darah dalam tahap ini luka riskan terkena gesekan,
karena akan mudah pendarahan (Maghfuri, 2016).
2.1.7 Debridemen
2.1.7.1 Pengertian
Pengertian debridemen adalah menghilangkan jaringan
mati juga membersihkan luka dari kotoran yang berasal dari luar
yang termasuk benda asing bagi tubuh.Caranya yaitu dengan
mengompres luka menggunakan cairan atau beberapa material
perwatan luka yang fungsinya utuk menyerap dan mengangkat
bagian-bagian luka yang nekrotik (Wesnawa, 2015).
2.1.7.2 Tujuan Debridemen
Tujuan dilakukannya debridement yaitu untuk
mengeluarkan kontaminan dengan rasa nyeri yang minimal pada
pasien serta trauma jaringan yang minimal pula. Untuk luka
yang kotor, mencelupkan bagian yang cidera ke dalam air yang
sama dengan suhu tubuh, dapat meredakan nyeri dan dapat
membantu menghilangka debris (Wesnawa, 2015).
2.1.7.3 Macam-Macam Debridemen
Terdapat 4 metode debridemen, yaitu autolitik, mekanikal,
enzimatik dan surgikal. Metode debridemen yang dipilih
tergantung pada jumlah jaringan nekrotik, luasnya luka, riwayat
8
medis pasien, lokasi luka dan penyakit sistemik (Wesnawa,
2015).
a. Debridement Otolitik
Otolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk
rehidrasi, melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan
nekrotik. Debridemen otolitik bersifat selektif, hanya jaringan
nekrotik yang dihilangkan. Proses ini juga tidak nyeri bagi
pasien. Debridemen otolitik dapat dilakukan dengan
menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang
mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan
nekrotik. Debridemen otolitik dapat dilakukan dengan
hidrokoloid, hidrogel (Wesnawa, 2015)
b. Debridemen Enzymatik
Debridemen enzimatik meliputi penggunaan salep topikal
untuk merangsang debridemen, seperti kolagenase. Seperti
otolisis, debridemen enzimatik dilakukan setelah debridemen
surgical atau debridemen otolitik dan mekanikal. Debridemen
enzimatik direkomendasikan untuk luka kronis (Wesnawa,
2015)
c. Debridemen Mekanik
Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman
yang melekat pada luka. Lapisan luar dari luka mengering
dan melekat pada balutan anyaman. Selama proses
pengangkatan, jaringan yang melekat pada anyaman akan
diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-viable,
sementara beberapa yang lain viable. Debridemen ini
nonselektif karena tidak membedakan antara jaringan sehat
dan tidak sehat. Debridemen mekanikal memerlukan ganti
balutan yang sering. Proses ini bermanfaat sebagai bentuk
awal debridemen atau sebagai persiapan untuk pembedahan.
Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridemen mekanik.
9
Keuntungan dan risikonya masih diperdebatkan (Wesnawa,
2015)
d. Debridemen Surgikal
Debridemen surgikal adalah pengangkatan jaringan avital
dengan menggunakan skalpel, gunting atau instrumen tajam
lain Debridemen surgikal merupakan standar perawatan
untuk mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan
debridemen surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya
bagian avital yang dibuang. Debridemen surgikal dengan
cepat mengangkat jaringan mati dan dapat mengurangi
waktu. Debridemen surgikal dapat dilakukan di tempat tidur
pasien atau di dalam ruang operasi setelah pembedahan
(Wesnawa, 2015).
2.2 Kasus
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan 1 bulan lalu
tersandung batu setelah itu luka tampak memerah lama kelamaan menjadi
merah gatal dan panas serta mengeluarkan puss semakin hari luka tampak
lebih banyak mengeluarkan puss. Keluarga pasien mengatakan ada riwayat
penyakit dahulu diabetes melitus. Pada tanggal 02 Oktober 2019 Pukul : 10.20
WIB pasien melakaukan pemeriksaan fisik, didapatkan hasil pemeriksaan
yaitu, Kesadaran : Composmentis, GCS : 15, Orientasi : Baik, TD : 130/90
mmHG, Nadi : 98 x/m, Suhu : 36,8 ℃, Pernafasan 20 x/m. Pasien
direncanakan akan melakukan tindakan operasi, karena terdapat luka pedis
sebelak kanan, terdapat luka ulkus dengan diameter ± 5cm dengana kedalaman
± 1cm terdapat jaringan nekrotik warna putih pada luka, terdapat edema pada
tungkai tampak merah dan mengeluarkan puss ( nanah dan darah ). Dari
pengkajian yang sudah dilakukan pasien akan dilakukan tindakan operasi
debridement untuk membuang jaringan yang mengalami kerusakan ataua
mati.
10
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Margatiga
Diagnosa : Ulkus Diabetikum
b. Keluhan Utama
Luka tampak merah, gatal dan mengeluarkan puss
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien tersandung batu 1 bulan lalu setelah itu luka tampak memerah
lama kelamaan menjadi merah gatal dan panas serta mengeluarkan
puss semakin hari luka tampak lebih banyak mengeluarkan puss.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengatakan ada riwayat penyakit dahulu diabetes
melitus.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga.
11
Nadi : 98 x/m
Suhu : 36,8 ℃
Pernafasan : 20 x/m
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan Leher
Kepala pasien tampak simetris, tidak ada luka atau lesi, pupil
ishokor, fungsi pendengaran (+), fungsi penciuman (+), pada
leher tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembengkaan kelenjar thyroid.
2. Thorax (Jantung dan Paru) :
a. Pemeriksaan paru
➢ Inspeksi : pengembangan dada kanan kiri sama, tidak ada
bekas luka, tidak nampak penggunaan otot bantu nafas dan
retraksi
➢ Palpasi : pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak
ada krepitasi tulang iga,
➢ Perkusi : sonor lapang paru,
➢ Auskultasi : bunyi paru vesikuler tanpa adanya bunyi paru
tambahan.
b. Pemeriksaan jantung
➢ Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
➢ Palpasi : ictus cordis teraba
➢ Perkusi : pekak seluruh lapang jantung,
➢ Auskultasi : bunyi jantung reguler S1 dan S2 tanpa adanya
bunyi jantung tambahan.
c. Abdomen
➢ Inspeksi : perut datar, tidak ada luka bekas operasi,
➢ Auskultasi : bisingusus12x/menit
➢ Perkusi : timpani
➢ Palpasi : tidak ada disteni abdomen.
12
d. Ekstremitas (atas dan bawah)
Pasien terpasang infus pada tangan sebelah kiri, tidak terdapat
lesi. Dan terdapat luka pedis sebelah kanan, terdapat luka ulkus
dengan diameter ± 5 cmdengan kedalam 1 ± cm terdapat
jaringan nekrotik warna putih pada luka, terdapat edema pada
tungkai tampak merah dan mengeluarkan puss (nanah dan
darah).
e. Genetalia dan Rectum
Tidak ada masalah pada genetalia dan rectum, pasien terpasang
kateter urine berwarna kuning
c. Pemeriksaan Laboratorium
Nama Pasien : Ny. A
Tgl pemeriksaan : 30 – 09 2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
- Hematologi
- Hemoglobin 11,6 g/dl 10,50-12,90 g/dl
- Leukosit 7,600 /ul 4,800-10.800 /ul
- Eritrosit 4,8 juta/ul P : 4,2-5,4 juta/ul
- Hematokrit 35 P : 37-37
- Trombosit 253,000/ul 150,000-450,000/ul
- MCV 71 fl 79-99 fl
- MCH 24 pg 27-31 pg
- MCHC 34 G/Dl 30-35 g/dL
- LED 10 mm/jam 0-10 mm/jam
13
Suhu : 36 ℃
Pernafasan : 18 x/m
Posisi pasien di meja operasi : Supine
Jenis operasi : Minor
Nama operasi : Debridemen
Area atau bagian tubuh yang dibedah : kaki sebelah kanan
b. Tanda-tanda vital
TD : 130/ 80 mmHg
Nadi : 82x/m
Suhu : 35,0 ℃
Pernafasan : 22 x/m
Saturasi O2 : 98 %
Kesadaran : composmetis
c. Pemberian Obat – Obatan
1. Obat Premedikasi ( diberikan sebelum hari pembedahan )
Tgl / Jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rate
30-09-2019 Ceftriaxone Antibiotic 1gr/12 jam IV
30-09-2019 Katerolac Analgetik 30mg/8 jam IV
01-10-2019 Ceftriaxone Antibiotic 1gr/12 jam IV
01-10-2019 Katerolac Analgetik 30mg/8 jam IV
2. Obat Pra-pembedahan ( diberikan 1-2 jam sebelum pembedahan )
Tgl / Jam Nama obat Jenis obat Dosis Rate
02-10-2019 Anbacim Antibiotic 1gr IV
14
3. Obat Anestesi
Tgl / Jam Nama obat Dosis Rute
02-10-2019 Injeksi di ruas
Bupicaine 15 – 20 mg
10.45 tulang belakang
11.00 Fentanil 20 – 25 mg
11.00 Klonidin 15 – 30 mg
15
- Terdapat jaringan nekrotik
warna putih ada luka
- Terdapat puss (nanah dan
darah)
-TTV :
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 98 x/m
- Suhu : 36,2 ℃
- Pernafasan : 20 x/m
DS : Ansietas Emosional : kekhawatiran
- Pasien mengatakan cemas
- Pasien mengatakan khawatir
dengan akibat yang akan
dialaminya
- Pasien mengatakan ini adalah
operasinya yang pertama
DO :
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak menanyakan terus
menerus prosedur yang akan
dilakukan
- TTV :
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 98 x/m
- Suhu : 36,2 ℃
- Pernafasan : 20 x/m
Intra Operasi
DS : - Resiko Perdarahan Tindakan Pembedahan
DO :
- Pasien dilakukan pembedahan
pada
16
kaki kanan pedis
- Pasien mengalami perdarahan
±500 cc
- Akral dingin
-TTV
- TD : 130/80
- Nadi : 88 x/m
- Suhu : 37℃
- Pernafasan : 18 x/m
- Balance cairan : 68 cc
DS : - Kerusakan integritas Kerusakan integritas kulit
DO : kulit yang berhubungan dengan
- Terdapat luka pedis sebelah lesi dan inflamasi
kanan
- Terdapat luka ulkus dengan
diameter ± 5 cm dengan kedalam
± 1 cm
- Terdapat jaringan nekrotik warna
putih pada luka
-TTV
- TD : 130/80
- Nadi : 88 x/m
- Suhu : 37℃
- Pernafasan : 18 x/m
- Balance cairan : 68 cc
DS : - Resiko Infeksi Berhubungan dengan
DO : tempat masuknya
- Terdapat jaringan nekrotik organisme akibat
- Tungkai tampak merah pembedahan
dan menegluarkan puss
- TD : 130/80
- Nadi : 88x/m
17
- Suhu : 37◦C
- Pernafasan : 18x/mnt
- Balance cairan : 68cc
Post Operasi / di RR
DS : Kerusakan integritas Penanganan berhubungan
- pasien mengatakan terdapat luka kulit dengan penurunan suplain
dibagian kaki sebelah kanan dan darah dan nutrisi ke
sudah melakukan operasi jaringan, sekunder akibat
DO : pembedahan
- terdapat ulkus diabetikum pada
kaki
kanan ( luka post op debridemen )
- Terdapat balutan kassa dikaki
sebelah kanan
- TTV :
-TD : 139/90 mmhg
-N : 82 x/m
-S : 36,0 ℃
-RR : 22 x/m
Ds :- Resiko Infeksi Berhubungan dengan
Do : tempat masuknya
- Terdapat jaringan nekrotik organisme, sekunder
berwarna putih pada luka akibat pembedahan
- Tungkai tampak merah
dan mengeluarkan puss
- TTV :
- TD : 139/90 mmhg
- N : 82 x/m
- S : 36,0 ℃
- RR : 22 x/m
18
DS :- Resiko Perdarahan Trauma : pembedahan
DO :
- Pasien dilakukan pembedahan
pada
kaki kanan pedis
- Pasien mengalami perdarahan
±500 cc
-TTV:
- TD : 139/90 mmHG
- N : 82 x/mnt
- S : 36,0◦C
- RR : 22x/mnt
19
metabolik dan jaringan yang progresif. sekitar area yang sakit dengan
endokrin lembut untuk merangsang
sirkulasi
3. Lindungi permukaan kulit
yang sehat dengan salah satu
atau kombinasi langkah berikut
4. Tingkatkan asupan protein
dan karbohidrat untuk
mempertahankan keseimbangan
nitrogen positif
5. Atur rencana penatalaksanaan
ulkus dekubitus dengan
menerapkan prinsip
penyembuhan luka lembap
2. Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan pengkajian 1. Kaji apakah ada faktor yang
melemahnya daya keperawatan anestesi Ny. A mengingatkan resiko infeksi
tahan hospes, diharapkan individu akan 2. Jelaskan kepada individu dan
sekunder : diabetes melaporkan faktor resiko anggota keluarga tentang tanda
melitus yang berkaitan dengan infeksi dan gejala infeksi
dan tindak kewaspadaan yang 3. Amati manifestasi klinis
diperlukan, dapat infeksi misalnya demam
memperlihatkan teknik cuci 4. Jelaskan kepada individu dan
tangan yang sangat cermat keluarga tentang penyebab,
saat pemulangan, dapat resiko, dan derajat penularan
menjelaskan metode infeksi
penyebaran infeksi, dapat 5. Ingatkan individu untuk
menjelaskan pengaru nutrisi meminta seluruh pengunjung
dalam mencegah infeksi dan personel agar mencuci
tangan sebelum mendekatinya
20
3. Ansietas b.d Setelah dilakukan pengkajian 1. Kaji tingkat ansietas : Ringan,
Emosional / keperawatan anestesi Ny. A sedang, berat, panik
kekhawatiran diharapkan Ansietas 2. Ajarkan penghentian ansietas
berkurang. Individu akan yang dapat diterapkan jika
menyatakan peningkatan situasi yang dapat menimbulkan
kenyamanan psikologi dan stress tidak dapat dihindari
fisiologi 3. Bantu klien mengatasi rasa
marah
4. Bantu klien mengenali
ansietas untuk memulai
pembelajaran atau pemecahan
masalah
5. Singkirkan stimulasi yang
berlebihan, misalnya bawa klien
ke ruangan yang lebih tenang
4. Resiko Setelah dilakukan pengkajian 1. Mengukur tanda dan gejala
Perdarahan b.d keperawatan anaestesi Ny. A perdarahan
Tindakan diharapkan tidak terjadi 2. Monitor TTV dan CRT
Pembedahan kehilangan volume darah 3. Gunakan ESU untuk
dengan koagulasi
1. Tanda-tanda perdarahan 4. Kolaborasi dalam pemberian
minimal CRT < 3 detik terapi cairan
2. Intake dan output 5. Kolaborasi dalam pemberian
seimbang obat pengontrol prdarahan
3. Perdarahan terkntrol kalnex 1 amp/ IV
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang di tandai
dengan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah dan selalu di sertai
dengan munculnya gejala utama, yakni urine yang berasa manis dalam jumlah
yang besar. Faktor genetik bukan menjadi faktor utama penyebab diabetes,
melainkan faktor kebiasaan hidup dan lingkungan juga dapat memengaruhi
(Wijaya, 2018). Diabetes melitus dapat terjadi karena adanya kekurangan
insulin yang absolut atau relatif dan menyebabkan gangguan pada fungsi
kerja insulin (Decroli, 2019).
Pada diabetes tipe 2 pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi
kualitasnya buruk, tidak berfungsi dengan baik sebagai kunci memasukan
gula ke dalam sel. Pada diabetes tipe 2 pasien biasanya tidak di suntikan
insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat untuk memperbaiki
fungsi insulin itu (Tandra, 2017). Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinnya diabetes tipe 2, antara lain obesitas, riwayat keluarga, etnik
minoritas, sosial ekonomi rendah dan aktivitas fisik rendah.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya dapat
memahami tentang Diabetes Melitus. Kami sebagai penulis, menyadari
bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari kata
sempurna. Tentunya kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
kepada sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 13.
(terjemahan). Jakarta: Kedokteran EGC.
Sucita, Putri Ayu. 2019. ‘’ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA
PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN TINDAKAN DEBRIDEMEN
DI RUANG OPERASI JENDERAL AHMAD YANI METRO’’. Laporan
Akhir Profesi Ners. Lampung: Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
31
32
(pencukuran rambut)
5. Pembersihan saluran
pencernaan (lavement/obat
pencahar)
6. Pengosongan kandung Terpasang
kemih kateter urine
7. Transfusi darah
8. Terapi cairan infus Terpasang infus
RL
9. Penyimpanan perhiasan, Sudah dilakukan
acsesoris, kacamata, pengecekan
anggota tubuh palsu 09.30
10. Memakai baju khusu Sudah memakai
operasi baju khusus
Suhu : 36 0C
Pernafasan : 18 x/m
3.3.2 Posisi pasien di meja operasi: Supine
3.3.3 Jenis operasi: Minor
Nama operasi: Debridemen
Area/bagian tubuh yang dibedah : kaki sebelah kanan
3.3.4 Tenaga medis dan perawat di ruang operasi :
Dokter anastesi : Dr. Yusnita Sp.An
Asisten dokter anastesi : Sekar Amd. Kep Dan Pramuji Amd.Kep
Dokter bedah : Dr. Irfan , Sp.B
Asisten bedah : Ns. Dani S. Kep
Perawat instrumentator : Cita Amd. Kep Dan Putri Ayu
Perawat sirkuler : Andika Amd.Kep
Tabel 3.5 Surgical Patient Safety Cheklist
Dada
Abdomen
Genetalia Pasien terpasang kateter , urine ±500 cc
Integumen Terhadap luka post operasi dan dibalut
menggunakan kassa gulung
- TTV TD : 130/80
Nadi : 88 x/m
Suhu : 37 0C
Pernafasan : 18 x/m
Balance cairan :68 cc