Disusun Oleh :
Kelompok II
KELAS lll-A1
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAPUA
(STIKES) PAPUA 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta dan pengatur alam semesta, terkait Ridho-nya
penulis akhirnya mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “ Ulkus Diabetik ”
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun
berkat dukungan dan dorongan dari orang-orang terdekat dan teman-teman kelompok yang
sudah membantu, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah tersebut.oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih untuk semuanya yang sudah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
segala keritikkan dan saran yang akan penulis terima dengan baik. Penulis berharap makalah
“Ulkus Diabetik” kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Kelompok II
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………..
Daftar isi…………………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………..
C. Tujuan ……………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………
Kesimpulan……………………………………………………………………………………..
Saran………..
Daftar pustaka…………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MSALAH
Berdasarkan rumusan masalah pada latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah penelitian
yaitu “untuk mendeskripsikan sistem hematologi” bgimana cara pemeriksaan, bagaimana cara
pencegahan,bagaimana pengobatan dan bagaimana proses pelaksanaan pada Ulkus Diabetik”
TUJUAN
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan hetero- gen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersir-
kulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa diben- tuk di hati dari makanan yang
dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas. mengendalikan kadar
glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.
Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi ter- hadap insulin dapat menurun,
atau pankreas dapat nang- hentikan sama sekali produksi insulinKeadaan ini me-
nimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan kom- plikasi metabolik akut seperti
diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik
(HHNK)Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi
mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit
pada saraf). Diabetes juga disertai dengan peningkatan insidens penya- kit makrovaskuler
yang mencakup infark miokard stroke dan penyakit vaskuler perifer
Tipe Diabetes
Ada beberapa tipe diabetes melitus yang berbeda; penya- kit ini dibedakan berdasarkan
penyebab, perjalanan klinik dan terapinyaKlasifikasi diabetes yang utama adalah:
Kurang lebih 5% hingga 10% penderita mengalami diabetes tipe 1. yaitu diabetes yang
tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas yang dalam keadaan
normal menghasilkan hormon insulin dihancur- kan oleh suatu proses otoimun. Sebagai
akibatnya, pe- nyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
Diabetes tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
Kurang lebih 90% hingga 95% penderita mengalami diabetes tipe II, yaitu diabetes yang
tidak tergantung insu- lin Diabetes tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap
insulin (yang disebut resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi
insulinDiabetes tipe II pada mulanya diatasi dengan diet dan latihan. Jika kenaikan
glukosa darah tetap terjadi, terapi diet dan latihan tersebut dilengkapi dengan obat
hipoglikemik oralPada sebagian penyandang diabetes tipe II. obat oral tidak
mengendalikan keadaan hiperglikemia sehingga diperlu- kan penyuntikan insulin. Di
samping itu, sebagian pe- nyandang diabetes tipe II yang dapat mengendalikan penyakit
diabetesnya dengan diet. latihan dan obat hipo glikemia oral mungkin memerlukan
penyuntikan insulin dalam periode stres fisiologik akut (seperti sakit atau
pembedahun)Diabetes tipe II paling sering ditemukan pada individu yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitasiq
Komplikasi diabetes dapat terjadi pada setiap individu dengan diabetes tipe I atau tipe
II-dan bukan hanya pada pasien yang memerlukan insulin. Sebagian penyandang
diabetes tipe II yang mendapat terapi obat oral mempu- nyai kesan bahwa mereka
tidak sungguh-sungguh mende- rita diabetes atau hanya memiliki diabetes
"borderline." Penyandang diabetes ini mungkin beranggapan bahwa penyakit diabetes
yang mereka derita bukanlah suatu masalah "serius" jika dibandingkan dengan pasien
diabe- tes yang memerlukan penyuntikan insulin. Di sini perawat mempunyai tugas
penting untuk menekankan kepada orang-orang tersebut bahwa mereka sesungguhnya
men- derita diabetes dan bukan sekedar diabetes "borderline" yang berhubungan
dengan masalah toleransi gula (TGT = toleransi glukosa terganggu), dan merupakan
keadaan di mana kadar glukosa darah berada di antara kadar normal dan kadar yang
dianggap sebagai tanda diagnostik.
1. Red/Merah
Merupakan luka bersih, dengan banyak vaskularisasi, karena mudah berdarah. Tujuan
perawatan luka dengan warna dasar merah adalah mempertahankan lingkungan luka
dalam keadaan lembab dan mencegah terjadinya trauma dan perdarahan.
2. Yellow/Kuning
Luka dengan warna dasar kuning atau kuning kehijauan adalah jaringan nekrosis.
Tujuan perawatannya adalah dengan meningkatkan sistem autolisis debridement agar
luka berwarna merah, absorb eksudate, menghilangkan bau tidak sedap dan
mengurangi kejadian infeksi
3. Black/Hitam
Luka dengan warna dasar hitam adalah jaringan nekrosis, merupakan jaringan
avaskularisasi. Tujuan perawatannya adalah sama dengan warna dasar kuning yaitu
warna dasar luka menjadi merah
Sel-sel yang memerlukan insulin sebagai pembawa glukosa dapat hanya mengambil kira-kira
25% dari glukosa yang sel-sel perlukan untuk bahan bakar. Jaringan saraf, eritrosit, serta sel-sel
saluran pencernaan, hati, dan tubulus ginjal tidak memerlukan insulin untuk transpor glukosa.
Namun demikian, jaringan lemak, sepanjang otot jantung dan tulang, memerlukan insulin untuk
transpor glukosa. Tanpa jumlah insulin yang adekuat, banyak dari glukosa yang dimakan tidak
dapat digunakan (Black, M. Joyce, 2014).
Dengan jumlah insulin yang tidak adekuat, kadar glukosa darah meningkat. Peningkatan ini
berlanjut karena hati tidak dapat menyimpan glukosa sebagai glikogen tanpa kadar insulin yang
cukup. Di dalam upaya mengembalikan keseimbangan dan mengembalikan kadar glukosa darah
menjadi normal, ginjal mengeluarkan glukosa berlebihan. Glukosa muncul dalam urine
(glukosuria)Glukosa dikeluarkan dalam urine bertindak sebagai diuresis osmotik dan
menyebabkan pengeluaran Jumlah air meningkat, mengakibatkan denslt volume cairan (Black,
M. Joyce, 2014).
Peningkatan Mobilisasi Lemak
DM tipe 1 dan kadang-kadang dengan stres berat pada DM tipe 2, tubuh mengubah simpanan
lemak untuk produksi energi ketika glukosa tidak tersedia. Metabolisme lemak menyebabkan
pemecahan produk yang disebut keton terbentuk. Keton terakumulasi dalam darah dan
dikeluarkan melalui ginjal dan paru-paru. Kadar keton dapat diukur di dalam darah dan urine;
kadar tinggi mengindikasikan tidak terkontrolnya DM (Black, M. Joyce, 2014).
Keton mengganggu keseimbangan asam basa tubuh dengan menghasilkan ion hidrogenSelain
itu, ketika keton diekskresikan, natrium juga keluar, mengakibatkan kehabisan natrium serta
asidosisPengeluaran keton juga meningkatkan tekanan osmotikmengarah kepada peningkatan
kehilangan cairan. Juga, ketika lemak merupakan sumber primer energi, kadar lemak tubuh dapat
meningkat menjadi 5 kali normal, mengarah kepada peningkatan aterosklerosis (BlackMJoyce,
2014)
Kekurangan insulin mengarah kepada pemborosan protein. Pada orang sehat, protein akan
dipecah dan dibangun ulangPada orang dengan DM tipe 1, tanpa insulin untuk menstimulasi
sintesis protein, keseimbangan berubah, mengarah kepada peningkatan katabolisme
(pembongkaran)Asam amino diubah menjadi glukosa di dalam hati, sehingga meningkatkan
kadar glukosaJika kondisi ini tidak diobati, klien dengan DM tipe 1 tampak kurusProses
patofisiologis DM berlanjutmengarah ke komplikasi akut dan kronis, yang akan dibahas
kemudian (BlackMJoyce2014).
Peningkatan kadar glukosa darah, disebut hiperglikemia, mengarah kepada manifestasi klinis
umum yang berhubungan dengan DMPada DM Tipe 1, onset manifestasi klinis mungkin tidak
kentara dengan kemungkinan situasi yang mengancam hidup yang biasanya terjadi (misal,
ketoasidosis diabetikum)Pada DM tipe 2, onset manifestasi klinis mungkin berkembang secara
bertahap yang klien mungkin mencatat sedikit atau tanpa manifestasi klinis selama beberapa
tahun. Manifestasi klinis DM
Adalah peningkatan frekuensi buang air kecil (poliuria), peningkatan rasa haus dan minum
(polidipsi) dan karena penyakit berkembang, penurunan berat badan meskipun lapar dan
peningkatan makan (polifagi) (Black, M. Joyce, 2014).
Manifestasi Klinis Dasar Patofisiologi DM Tipe 1 DM Tipe 2
Nyeri akut Nyeri akut dengan kriteria hasil: Manajemen nyeri Observasi
1. Frekuensi nadi membaik 1. Identifikasi lokasi,
2. Pola nafas membaik karakteristik, durasi,
3. Keluhan nyeri menurun frekuensi nyeri
4. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
5. Gelisah menurun 3. Identifikasi respons nyeri
6. Kesulian tidur menurun non verbal
4. Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
7. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan tekhnik
nonfarmakologi
untuk mengurangii rasa
nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dantidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan
strategimeredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan meredakan nyeri
3. Ajarkan nonfarmakologis
Strategi tekhnik untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi untuk pemberian
analgetik
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN