Anda di halaman 1dari 23

FARMAKOLOGI

“OBAT-OBAT DIABETES”

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Rizki Amelia
Silvia Nita Maharani
Sofia Aulia Khasana
Sri Martiana
Sumarni Afriani
Syintia Wulandari
Teten Permata Sari AR
Tirta Alpi Yumanti

DOSEN PEMBIMBING :

Rinda Dwi Sartika, M.Farm., Apt

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
DIV ALIH JENJANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Berkat rahmat,

taufiq, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Obat-Obat Diabetes”.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian makalah ini, dan juga kepada sumber-sumber yang

digunakan untuk menunjang penyelesaian makalah ini. Tidak lupa juga ucapan

terima kasih kepada seluruh anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam

penyelesaian makalah ini.

Demikianlah makalah yang telah kami selesaikan.Tiada gading yang tak

retak, begitu pula makalah ini yang tak luput dari kekurangan.Kritik dan saran

sangat kami harapkan untuk menunjang keberhasilan dari makalah ini.Semoga

makalah ini bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Bengkulu, Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................2

C. Tujuan Penulisan........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4

Diabetes Melitus...............................................................................................4

A. Pengertian Diabtes Militus ........................................................................4

B. Patogenesis.................................................................................................5

C. Gejala Klinis...............................................................................................6

D. Obat Antidiabetes Oral...............................................................................7

INHIBITOR ALPHA-GLUKOSIDASE..........................................................10

A. Pengertian Enzim Alpha-Glukosidase.........................................................10

B. Inhibitor Alpha-Glukosidase ......................................................................11

C. Penggolongan Inhibitor Alpha-Glukosidase ...............................................12

BAB III PENUTUP.........................................................................................18

A. Kesimpulan.................................................................................................18

B. Saran...........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik ditandai dengan keadaan

hiperglikemia yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, kerja insulin

atau kedua-duanya (Putri dkk, 2013). Ada beberapa jenis diabetes melitus

yaitu diabetes mellitus tipe I, diabetes mellitus tipe II, diabetes melitus tipe

gestasional, dan diabetes mellitus tipe lainnya. Sebagian besar yaitu sekitar

90% tergolong diabetes melitus tidak tergantung insulin atau diabetes melitus

tipe 2 dan 10% diabetes mellitus tergantung insulin atau diabetes melitus tipe

1 (Dewi, 2013). Ketidakpatuhan terhadap pengobatan sering terjadi pada

penderita penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan jangka panjang

termasuk diabetes mellitus. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius

karena dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan (Lailatusifah, 2009).

Kepatuhan terhadap pengobatan didefinisikan dan di tandai ketika perilaku

individu (yang brkaitan dengan penggunaan obat-obatan, rekomendasi

terhadap perubahan gaya hidup dan kehadiran pasien untuk perjanjian terkait

pengobataan) sesuai dengan saran dokter dan tenaga kesehatan (Osamor and

Owumi,2011).Kepatuhan merupakan salah satu bentuk dari prilaku kesehatan,

maka untuk dapat melihat variabel-variabel yang mempengaruhi dapat

digunakan teori Lawrence green yang menyatakan ada tiga faktor yang

mmpengaruhi perilaku kesehatan (behavior case), salah satu faktor adalah

1
faktor predisposisi (predisposing factors)yang meliputi pengetahuan, sikap,

kepercayaan, dan sebagainya. Dimana tingkat pendidikan merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi profil pengetahuan serta mempengaruhi

perilaku manusia dari tingkat kesehatan (Hussar,2005). Kemungkinan yang

terjadi pada penyakit diabetes mellitus apabila ketidakpatuhan dalam

pengobatan terjadi adalah terjadinya komplikasi mikrovaskular,

makrovaskular dan neurologik. Pencegahan komplikasi bergantung pada

tercapainya kontrol glikemik (Dewi, 2013).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan diabetes melitus ?

2. Bagaimana patogenesis diabetes melitus ?

3. Apa saja gelaja klinis dari diabete melitus ?

4. Apa saja obat oral diabetes melitus ?

5. Apa yang dimaksud dengan Enzim Alpha-Glukosidase ?

6. Apa yang dimaksud Inhibitor Inhibitor Alpha-Glukosidase ?

7. Apa saja penggolongan Inhibitor Alpha-Glukosidase ?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diabetes melitus ?

2. Untuk mengetahui bagaimana patogenesis diabetes melitus ?

2
3. Untuk mengetahui apa saja gelaja klinis dari diabete melitus ?

4. Untuk mengetahui apa saja obat oral diabetes melitus ?

5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Enzim Alpha-Glukosidase ?

6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Inhibitor Inhibitor Alpha-

Glukosidase ?

7. Untuk mengetahui apa saja penggolongan Inhibitor Alpha-Glukosidase ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) merupakan satu sindroma hiperglikemia

kronis yang disebabkan oleh defisiensi insulin, resistensi insulin atau

keduanya. Lebih dari 120 juta penduduk di seluruh dunia menderita DM

dan diperkirakan jumlah ini akan meningkat sehingga 370 juta penduduk

menjelang tahun 2030. DM biasanya ireversibel, walaupun pasien masih

bisa menjalani cara hidup secara normal tetapi komplikasi akhir dari

penyakit DM ini bisa menurunkan harapan hidup (Gale dan Anderson,

2009).

Menurut American Diabetes Association (ADA) (2005), dalam

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2006), DM

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO (1980) dikatakan bahwa

DM merupakan sesuatu yang tidak dapat diterangkan dalam satu jawaban

yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu

kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari

sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan

gangguan fungsi insulin.


2. Patogenesis

a. Diabetes melitus tipe 1

DM tipe 1 biasanya didiagnosa pada anak-anak dan dewasa

muda, dansebelumnya dikenali sebagai DM Juvenil. Pada DM tipe 1,

tubuh tidak bisa memproduksi insulin yaitu satu hormon yang

diperlukan untuk mengobah gula, kanji dan makanan lain kepada

bentuk energi yang diperlukan untuk menjalani kehidupan seharian

(ADA, 2010).

Diabetes mellitus tipe 1 ini merupakan hasil daripada interaksi

dari genetik,persekitaran dan faktor imunologi yang menyebabkan

destruksi sel beta pankreas dan defisiensi insulin. Ia juga disebabkan

oleh destruksi sel beta akibat autoimun. Ini dibuktikan apabila

individu yang mempunyai fenotip DM tipe 1 tidak mempunyai marker

imunologi yang menunjukkan proses autoimun terhadap sel beta.

Proses autoimun ini menyebabkan massa sel beta makin berkurang

sehingga penghasilan insulin juga terganggu (Powers, 2008).

b. Diabetes melitus tipe 2

Resistensi insulin dan sekresi insulin yang abnormal merupaka

penyebab berkembangnya DM tipe 2 ini. DM tipe 2 ini ditandai

dengan sekresi insulin yang terganggu, resistensi insulin, produksi

glukosa oleh hepar yang berlebihan dan metabolisme lemak yang

abnormal. Pada individu yang obes, toleransi glukosa masih normal

pada awal terjadinya DM tanpa mengira resistensi insulin karena sel

beta mengkompensasi dengan meningkatkan produksi insulin. Namun,


apabila resistensi insulin dan hiperinsulinemi akibat proses

kompensasi berlanjutan, pankreas sudah tidak dapat bertahan dengan

keadaan hiperinsulinemi sehingga KGD meningkat (Powers, 2008).

3. Gejala klinis

Gejala klinis diabetes terbahagi kepada :

a. Gejala akut

Orang muda biasanya mengeluhkan trias simptom – simptom ini

selama 2 hingga 6 minggu yaitu :

1) Poliuria : oleh karena diuresis osmotik akibat peningkatan kadar

glukosa darah yang melebihi ambang renal.

2) Polidpsi : akibat hilangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh.

3) Berat badan berkurang : apabila terjadi insulin defisiensi

menyebabkan berkurangnya cairan dalam tubuh dan cepatnya

pemecahan lemak dan otot.

Jika simptom awal ini tidak diobati akan menyebabkan ketouria yang

berlanjutan menjadi ketoasidosis (Gale dan Anderson, 2009).

b. Gejala Subakut

Onset klinis bisa terjadi dalam masa beberapa bulan mahupun tahun

dan biasanya terjadi pada pasien usia lanjut. Polidipsi, poliuria dan

berat badan menurun biasanya terjadi namun pasien sering

mengeluhkan lemah akibat kurang tenaga dan penglihatan yang

kabur akibat perubahan refraksi pada mata yang diinduksi oleh

glukosa (Gale dan Anderson, 2009).


c. Asimptomatik

Glikosuria atau peningkatan kadar gula dalam darah sehingga

terdapat gula dalam urin yang normalnya tidak ada biasanya

dideteksi pada pasien tanpa gejala. Namun, harus diingatkan bahawa

glikosuria bukan merupakan diagnostik diabetes tetapi merupakan

indikasi bahawa pasien perlu diperiksa dengan lebih mendalam

(Gale dan Anderson, 2009).

B. Obat Antidiabetes Oral

Terdapat 4 kategori agen diabetes oral yaitu (Katzung,2007):

1. Insulin sekretagogues yang terdiri daripada 3 jenis yaitu :

a. Sulfonilurea

Mekanisme kerja utamanya adalah untuk meningkatkan

pengeluaran insulin daripada pankreas. Obat ini akan berikatan dengan

reseptor sulfonilurea yang akan menginhibisi efluks ion kalium melalui

kanalnya sehingga menyebabkan depolarisasi. Depolarisasi akan

membuka kanal kalsium yang menyebabkan influx kalsium dan

pelepasan insulin.

b. Meglitinid

Obat ini memodulasi pelepasan insulin oleh sel beta pankreas

dengan meregulasi efluks kalium melalui kanal kalium seperti yang

dibincangkan di atas. Jadi, ada tumpang tindih dengan sulfonylurea

dalam menempati tempat kerja dari obat- obat tersebut karena


megtilinid mempunyai dua tempat berikatan yaitu sama seperti

sulfonilurea dan tempat berikatan yang unik.

c. Derivat D-Fenilalanin

Nateglinid yang merupakan derivat D-Fenilalanin memstimulasi

sel beta melalui penutupan kanal kalium yang sensitive terhadap ATP

dengan cepat dan transien. Ia juga menyebabkan pelepasan insulin

sebagai respons inisial terhadap tes glukosa toleransi intravena. Ini

merupakan kelebihan utamanya karena diabetes tipe 2 ini tiada respons

insulin inisial. Pelepasan insulin yang melebihi normal ini akan

mensuppresi pelepasan glukagon pada awal waktu saat makan dan

menyebabkan berkurangnya produksi glukosa dari hepar. Nateglinid

sangat efektif apabila diberikan sebagai monoterapi atau dikominasikan

dengan agen lain seperti metformin. Obat ini meningkatkan pelepasan

insulin hanya apabila tingginya kadar insulin namun tidak pada

normoglikemi. Jadi insidensi hipoglikemi sangat rendah berbanding

dengan insulin sekretagogue lain.

2. Biguanida

Biguanida yaitu metformin yang cara kerjanya tidak bergantung kepada

sel beta namun bekerja dengan :

a. Menurunkan glukoneogenesis renal dan hepar

b. Memperlahankan absorpsi glukosa dari gastrointestinal dengan

meningkatkan konversi glukosa pada laktat oleh enterosit

c. Stimulasi glikolisis secara direk dengan meningkatkan pembuangan

glukosa dari darah


d. Menurunkan kadar glukagon dalam plasma.

3. Thiazolidinedion

Thiazolidinedion bekerja dengan menurunkan resistens insulin.

Kerja primer obat ini adalah meregulasi gen yang terlibat dalam

metabolism glukosa dan lipid serta diferensiasi adiposa. Ia merupakan

ligan pada ‘peroxisome proliferator-activated receptor-gamma (PPAR-γ)’.

PPAR-γ dijumpai pada otot, lemak dan hepar dan bertindak metabolisme

glukosa dan lemak, transduksi signal insulin dan diferensiasi adiposa. Obat

ini meningkatkan pengambilan dan utilisasi glukosa serta memodulasi

sintesa hormone lipid atau sitokin.

4. Inhibitor alpha-glukosidase

Kanji kompleks, oligosakarida dan disakarida harus di pecahkan

menjadi monosakarida untuk diabsorpsi di duodenum dan jejunum. Proses

ini difasilitasi oleh enzim enterik termasuklah α-amilase dan α-glukosidase

yang berlengketan dengan sel intestinal. Akarbose dan miglitol merupakan

kompetitif inhibitor pada α-glukosidase dan menurunkan absorpsi post

prandial. Ini akan menurunkan kadar glukosa darah post prandial.

C. Inhibitor Alpha-Glukosidase

1. Inhibitor Alpha-Glukosidase

Obat ini termasuk kelompok obat baru, yang berdasarkan pada

persaingan inhibisi enzim alpha-glukosidase di mukosa, duodenum

sehingga penguraian polisakarida menjadi monosakarida menjadi

terhambat. Dengan demmikian, glukosa dilepaskan lebih lambat dan


absorpsinya kedalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata,

sehingga memuncaknya kadar gula dalam darah dihindarkan. Kerja ini

mirip dengan efek makanan yang kaya akan serat gizi. Tidak ada

kemungkinan hipoglikemia dan terutama berguna pada penderita

kegemukan, kombinasi dengan obat-obat lain memperkuat efeknya (Tjay,

2002).

2. Pengertian Enzim Alpha-Glukosidase

Enzim alpha-glukosidase adalah enzim yang berperan dalam

konversi karbohidrat menjadi glukosa. Karbohidrat akan dicerna oleh

enzim didalam mulut dan usus menjadi gula yang lebih sederhana

kemudian diserap ke dalam tubuh dan meningkatkan kadar gula darah.

Proses pencernaan karbohidrat tersebut menyebabkan pankreas

melepaskan enzim alpha-glukosidase ke ddalam usus yang akan mencerna

karbohidrat menjadi menjadi oligosakarida yang kemudian akan diubah

lagi menjadi glukosa oleh enzim alpha-glukosidase yang dikeluarkan oleh

sel-sel usus halus yang kemudian diserap ke dalam tubuh. Dengan

dihambatnya kerja enzim alpha-glukosidase, kadar glukosa dalam darah

dapat dikembalikan dalam batas normal (Bosenberg, 2008).

Senyawa penghambat alpha-glukosidase bekerja menghambat

enzim alpha-glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim-

enzim alpha-glukosidase (maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase)

berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida pada dinding usus halus.

Penghambatan kerja enzim ini secara efektif mengurangi pencernaan

karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi


peningkatan kadar glukosa post-pradial pada penderita diabetes. Efek

samping ppenghambatan alpha-glukosidase yaitu kembung, buang angin

dan diare. Supaya lebih efektif harus dikonsumsi bersama makanan. Obat

yang termasuk penghambat enzim alpha-glukosidase adalah akarbose,

Miglitol dan Voglibose (Bosenberg, 2008).

3. Mekanisme Kerja

Obat golongan inhibitor alfa glukosidase (Acarbose) mempunyai

mekanisme kerja menghambat kerja enzim alfa glukosidase yang terdapat

pada “brush border” dipermukaan membran usus halus. Enzim alfa

glukosidase berfungsi sebagai enzim pemecah karbohidrat menjadi

glukosa diusus halus. Dengan pemberian acarbose maka pemecahan

karbohidrat menjadi glukosa di usus akan menjadi berkurang, dengan

sendirinya kadar glukosa darah akan berkurang (Adam, JMF. 1997).

4. Farmakokinetik

Mekanisme aksi dari a-Glukosidase inhibitor hanya terbatas dalam

saluran cerna beberapa metabolit acarbose diabsorpsi secara sistemik dan

diekskresikan melalui renal. Sedangkan sebagian besar miglitol tidak

mengalami metabolisme.

D. Penggolongan Inhibitor Alpha-Glukosidase

1. Acarbose

Acarbose adalah suatu oligosakarida yang diperoleh dari proses

fermentasi mikroorganisme, Actinoplnes utahensis, dengan nama kimia

O¬-4,6-dideoxdy-4[[(1S,4R,5S,6S)-4,5,6-trihydroxy-3-(hydroxymethyl)
2-cyclohexene-1-yl]amino]-α-D-glucopyranosyl-1(1–>4)-O-α-D

glucopyranosyl-(1–>4)-D-glucose. Acarbose merupakan serbuk

berwarna putih dengan berat molekul 645,6 bersifat larut dalam air dan

memiliki pKa 5,1. Rumus empiriknya adalah C25H43NO18.

Kelas terapi : Hormon, Obat Endokrin Lain dan Kontraseptik

Nama Dagang : Glucobay, Precose, Eclid

Bentuk Sediaan : Tablet 25 mg, 50 mg, dan 100 mg

Indikasi : Sebagai tambahan pada terapi OHO sulfonilurea atau

biguanida pada Diabetes mellitus yang tak dapat dikendalikan dengan

diet dan obat-obat tersebut. Acarbose terutama sangat bermanfaat bagi

pasien DM yang cenderung meningkat

Dosis : Obat ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan

dinaikkan secara bertahap sampai 150-600 mg/hari. Dianjurkan untuk

mengkonsumsinya bersama segelas penuh air pada suap pertama

sarapan/makan.

Bentuk Sediaan : Tablet 25 mg, 50 mg, dan 100 mg

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap acarbose, Obstruksi usus, parsial

ataupun keseluruhan, Radang atau luka/borok pada kolon, Penyakit usus

kronis lainnya atau penyakit-penyakit lain yang akan bertambah parah

jika terjadi pembentukan gas berlebihan di saluran pencernaan

Penyimpanan : Jangan simpan di atas 25°C. Jauhkan dari lembab, wadah

sebaiknya selalu tertutup rapat.


a. Mekanisme Kerja

Obat ini menghambat enzim alfa glukosidase yang terletak pada

dinding usus halus dan  menghambat enzim alfa-amilase pankreas,

sehingga secara keseluruhan menghambat pencernaan dan absorpsi

karbohidrat.Acarbose tidak merangsang sekresi insulin oleh sel-sel ß-

Langerhans kelenjar pankreas.

b. Farmakokinetik

Resorpsinya dari usus buruk, hanya ca 2% dan naik sampai lebih

kurang 35% setelah dirombak secara enzimatis oleh kuman usus.

Ekskresinya berlangsung cepat lewat kemih.

c. Farmakodinamik

Senyawa-senyawa inhibitor alpha-glukosidase bekerja menghambat

enzim alfa glukosidase yang terletak pada dinding usus halus. Enzim-

enzim alpha glukosidase (maltase, isomaltase, glukomaltase dan

sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida,pada dinding

usus halus. Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat mengurangi

pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat

mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada pasien

diabetes. Senyawa inhibitor alpha-glukosidase juga menghambat

enzim a-amilase pankreas yang bekerja menghidrolisis polisakarida  di

dalam lumen usus halus. Acarbose tidak merangsang sekresi insulin

oleh sel-sel ß-Langerhans kelenjar pankreas. Oleh sebab itu tidak

menyebabkan hipoglikemia, kecuali diberikan bersama-sama dengan

OHO yang lain atau dengan insulin. Obat ini efektif bagi pasien
dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar glukosa plasma puasa kurang

dari 180 mg/dl. Pasien yang mendapat terapi acarbose saja umumnya

tidak akan meningkat berat badannya, bahkan akan sedikit

menurun.Acarbose dapat diberikan dalam terapi kombinasi dengan 

sulfonilurea, metformin, atau insulin.

d. Efeksamping

Acarbose tidak diserap ke dalam darah, oleh sebab itu efek samping

sistemiknya minimal. Efek samping yg sering terjadi, terutama

gangguan lambung, lebih banyak gas, lebih sering flatus dan kadang-

kadang diare, yg akan berkurang setelah pengobatan berlangsung

lebih lama. Efek samping ini dapat berkurang dgn mengurangi

konsumsi karbohidrat. Kadang-kadang dapat terjadi gatal-gatal dan

bintik-bintik merah pada kulit, sesak nafas, tenggorokan serasa

tersumbat, pembengkakan pada bibir, lidah atau wajah. Bila diminum

bersama-sama obat golongan sulfonilurea atau dengan insulin, dapat

terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa murni,

jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian sukrosa (gula pasir).

e. Interaksi dengan obat lain

Adapun interaksi dengan obat lain:

1) Alkohol: dapat menambah efek hipoglikemik.

2) Suplemen enzim pencernaan seperti pancreatin (amilase, protease,

lipase) dapat mengurangi efek acarbose apabila dikonsumsi secara

bersamaan.
3) Antagonis kalsium: misalnya nifedipin kadang-kadang

mengganggu toleransi glukosa.

4) Antihipertensi diazoksid: melawan efek hipoglikemik.

5) Obat-obat yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah, seperti

obat-obat diuretika (misalnya hidroklortiazida, klorotiazida,

klortalidon, indapamid, dan lain-lain), senyawa steroid (misalnya

prednisone, metilprednisolon, estrogen), senyawa-senyawa

fenotiazin (misalnya  klorpromazin, proklorperazin, prometazin),

hormone-hormon tiroid, fenitoin, calcium channel blocker

(misalnya verapamil, diltiazem, nifedipin)

f. Informasi Untuk Pasien : 

1) Jangan konsumsi obat lain tanpa seizin dokter atau apoteker. 

2) Obat ini hanya berperan sebagai pengendali diabetes, bukan

penyembuh.

3) Obat ini hanya faktor pendukung dalam pengelolaan diabetes,

faktor utamanya adalah pengendalian diet (pola makan) dan

olahraga.

4) Konsumsi obat sesuai dosis dan aturan pakai yang diberikan dokter.

5) Jika Anda merasakan gejala-gejala hipoglikemia (pusing, lemas,

gemetar, pandangan berkunang-kunang), pitam (pandangan

menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat,

segera hubungi dokter.

6) Obat ini tidak boleh dikonsumsi semasa hamil atau menyusui,

kecuali sudah diizinkan oleh dokter


2. Miglitol

a. Dosis : Obat ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan

dinaikkan secara bertahap sampai 100 mg dalam waktu 4-12

minggu. Dianjurkan untuk mengkonsumsinya bersama segelas penuh

air pada suap pertama sarapan/makan.

b. Farmakokinetik

Resorpsinya dalam saluran cerna lebih baik dari pada akarbose (60-

70%). Sehingga efeksampingnya mengenai ganngguan lambung dan

usus jauh lebih sedikit.

3. Voglibose

Voglibose adalah inhibitor alpha-glucosaide yang digunakan untuk

mengurangi kadar gula darah post-prandial pada orang yang menderita

diabetes mellitus. Voglibose menunda penyerapan glukosa sehingga

mengurangi risiko komplikasi makrovaskular. 

Dosis : Melalui mulut (per oral) 0.2 mg sebelum makan. Boleh

tingkatkan dosis hingga 0.3 mg melalui mulut (per oral), 3 kali sehari

sebelum makan 1. Melalui mulut (per oral) 0.2 mg sebelum makan.

Indikasi : Untuk mengobati diabetes mellitus.

Efek Samping : Efek Gi seperti flatulence, bengkak. Hepatotoxicity

mungkin terjadi dengan Acarbose. Mungkin memberikan dorongan

terhadap munculnya reaksi GI yang merugikan.


Daftar Nama Obat-Obatan Diabetes Melitus

Acarbose Formell Glumin


Actaryl Forxiga Glumin xr
Actos Friladar Glurenorm
Actosmet Galvus Gluvas
Actrapid hm Galvusmet Humalog mix
Actrapid novolet Glamarol Inlacin
syringe Gliabetes Insulatard
Actrapid penfill Glibenclamide Insulatard hm
Adecco Glicab Janumet
Amadiab Gliclazide Janumet xr
Amaryl Glicolock xr Januvia
Anpiride Glidanil Jardiance
Benofomin Gliformin Kombiglyze xr
Cinula Glikamel Lantus injeksi
Condiabet Glikos Lantus solostar 1
Daonil Glimepiride flexpen
Deculin Glimetic Latibet
Dexanorm Gliquidone Levemir 1 flexpen
Diabemed Glucobay Linodiab
Diabex Glucodex Lodem
Diabex forte Gluconic Metformin
Diabit Glucophage Metformin xr
Diafac Glucophage xr Metrix
Diaglime Glucored Mixtard
Diamicron mr GLUCORYL Nevox xr
Eclid Glucotika Norizec
Efomet Glucotrol xl Novomix 30 flexpen
Eraphage Glucovance Novorapid flexpen
Ezelin injeksi Gludepatic Nufamicron
Fimediab Glufor Onglyza
Forbetes Glukolos Paride
Pedab
Pioglitazone hcl
Pionix
Pionix m
Renabetic
Sansulin r catridge
Simryl
Starlix
Trajenta
Trajenta duo
Tudiab
Velacom plus
Victoza
Xepabet
Zendiab
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah diatas dapat disimpulkan :

1. Diabetes Melitus (DM) merupakan satu sindroma hiperglikemia kronis

yang disebabkan oleh defisiensi insulin, resistensi insulin atau keduanya.

2. Enzim alpha-glukosidase adalah enzim yang berperan dalam konversi

karbohidrat menjadi glukosa. Karbohidrat akan dicerna oleh enzim

didalam mulut dan usus menjadi gula yang lebih sederhana kemudian

diserap ke dalam tubuh dan meningkatkan kadar gula darah.

B. Saran

Sebaiknya mahasiswa(i) harus lebih memahami mengenai penyakit diabetes

mellitus, beserta dengan gejala dan pengobatannya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Obat-Obat Penting Untuk Pelayanan Kefarmasian edisi revisi.

Fakultas Farmasi UGM.Yogyakarta.

Baxter, K. (2008). Stockley’s Drug Interaction. Eighth Edition. London :

Pharmaceutical Press.

Drug Digest, Drug Comparisons, Alpha-glucosidase Inhibitors Mount Auburn

Hospital - Alpha-glucosidase inhibitors for type 2 diabetes,  1995-2004.

Healthwise, Incorporated, P.O. Box 1989, Boise, ID 83701

Price, A. S dan Wilson, M. L. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses

Penyakit Edisi IV. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Precose,

Clinical Pharmacology, Rx List Internet Drug Index

Anda mungkin juga menyukai