Anda di halaman 1dari 25

DIABETES

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas projek Ujian Tengah Semester pada
mata kuliah Kimia Farmasi Medisinal

Dosen Pembimbing:

Dr. apt. Sumantri, M.Sc

Disusun oleh:

Kelompok 2

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA


FAKULTAS FARMASI
2024
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 Pengertian Diabetes.............................................................................................6
2.2 Tanda dan Gejala Penyakit Diabetes...................................................................8
2.3 Pengobatan Penyakit Diabetes...........................................................................12
BAB III........................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16

2
3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang
prevalensinya semakin meningkat secara global. Muliani dan Leonita (2015)
menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang menduduki rangking
keempat dari jumlah penyandang diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat,
China dan India. Selain itu, penderita DM di Indonesia diperkirakan akan
meningkat pesat hingga 2-3 kali lipat pada tahun 2030 dibandingkan tahun 2000.
Ditambah penjelasan data WHO (World Health Organization) bahwa, dunia kini
didiami oleh 171 juta penderita DM (2000) dan akan meningkat 2 kali lipat, 366
juta pada tahun 2030.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI juga menyebutkan
bahwa estimasi terakhir IDF (International Diabetes Federation) pada tahun 2035
terdapat 592 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia. Hal ini menjadi
perhatian serius karena diabetes bukan hanya menyebabkan masalah kesehatan
langsung seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan kebutaan, tetapi juga
berdampak pada kualitas hidup dan produktivitas individu yang terkena serta
membebani sistem kesehatan.
Diabetes memiliki 2 tipe yakni diabetes melitus tipe 1 yang merupakan hasil
dari reaksi autoimun terhadap protein sel pulau pankreas, kemudian diabetes tipe
2 yang mana disebabkan oleh kombinasi faktor genetik yang berhubungan dengan
gangguan sekresi insulin, resistensi insulin dan faktor lingkungan seperti obesitas,
makan berlebihan, kurang makan, olahraga dan stres, serta penuaan (Ozougwu et
al., 2013). Olahraga atau aktivitas fisik berguna sebagai pengendali kadar gula
darah dan penurunan berat badan pada penderita diabetes melitus. Manfaat besar
dari berolahraga pada diabetes melitus antara lain menurunkan kadar glukosa
darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi terjadinya
komplikasi, gangguan lipid darah dan peningkatan tekanan darah (Rondonuwu
dkk, 2016).

3
4

Prevalensi diabetes juga dipengaruhi oleh faktor genetik, usia, dan


obesitas. Menurut data WHO, sekitar 80% penderita diabetes adalah orang
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 25, yang menunjukkan adanya
masalah obesitas. Hal ini menggarisbawahi pentingnya edukasi mengenai pola
makan sehat dan pentingnya aktivitas fisik dalam mencegah dan mengelola
diabetes. Selain itu, diabetes juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan.
Biaya perawatan medis bagi penderita diabetes cenderung tinggi, terutama dalam
hal pengobatan jangka panjang dan komplikasi yang mungkin timbul. Hal ini
tidak hanya membebani individu dan keluarganya secara finansial, tetapi juga
menimbulkan beban ekonomi bagi sistem kesehatan dan pemerintah.
Di Indonesia, masalah diabetes juga semakin memprihatinkan. Menurut
data Kementerian Kesehatan Indonesia, prevalensi diabetes di Indonesia
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020, terdapat sekitar 10
juta penduduk Indonesia yang menderita diabetes, dan angka ini diperkirakan
akan terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan
masyarakat yang cenderung tidak sehat.
Oleh karena itu, pemahaman yang lebih baik mengenai diabetes, termasuk
faktor risiko, gejala, pengelolaan, dan pencegahan, sangat penting untuk
mengatasi masalah ini secara efektif. Edukasi kepada masyarakat mengenai
pentingnya gaya hidup sehat, deteksi dini, dan pengelolaan diabetes dengan baik
dapat membantu mengurangi beban penyakit ini secara keseluruhan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah
1. Apa pengertian atau deskripsi dari penyakit diabetes?
2. Bagaimana gejala penyakit diabetes?
3. Bagaimana cara pengobatan penyakit diabetes?
4. Bagaimana Penggolongan obat penyakit diabetes?
5. Bagaimana mekanisme kerja dari obat penyakit diabetes?

4
5

6. Bagaimana pola penyakit diabetes di Jakarta?


7. Bagaimana Hubungan struktur umum penyakit diabetes?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian atau deskripsi dari penyakit diabetes
2. Untuk mengetahui gejala penyakit diabetes
3. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit diabetes
4. Untuk mengetahui Penggolongan obat penyakit diabetes
5. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari obat penyakit diabetes
6. Untuk mengetahui pola penyakit diabetes di Jakarta
7. Untuk mengetahui Hubungan struktur umum penyakit diabetes

5
6

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diabetes
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan
penggunaan gula di dalam tubuh. Gangguan penggunaan gula ini disebabkan
oleh gangguan pada kerja insulin, suatu hormon yang terutama berfungsi untuk
mengatur penggunaan gula. (Erniati, 2021). Diabetes Melitus (DM) merupakan
salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia merupakan salah satu
tanda khas penyakit diabetes melitus yaitu berupa peningkatan kadar glukosa
dalam darah (PERKENI, 2015).
Menurut WHO (2016), diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang
terjadi ketika pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup atau
ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif.
Klasifikasi Diabetes Melitus dibagi menjadi empat tipe yaitu DM tipe 1, DM
tipe 2, DM kehamilan (gestasional), dan DM tipe lainnya. DM tipe 2 dimulai
dengan dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai
yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin (PERKENI, 2015).
American Diabetes Association (2014) mendefinisikan diabetes mellitus
adalah salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Keadaan
hiperglikemia kronis dari diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung, dan pembuluh darah. Berdasarkan beberapa pengertian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh jumlah hormon insulin yang tidak mencukupi atau tidak dapat
bekerja secara normal, padahal hormon ini memiliki peran utama dalam
mengatur kadar glukosa (gula) didalam darah.
Diabetes mellitus terdiri dari dua jenis, yaitu diabetes mellitus yang
tergantung pada insulin (IDMM) atau diabetes tipe 1, dan diabetes mellitus yang

6
7

tidak tergantung pada insulin (NIDMM) atau diabetes tipe 2 (Maulana, 2009).
1. Diabetes mellitus yang tergantung pada insulin (IDDM) atau diabetes tipe 1 :
Diabetes mellitus tipe 1 terjadi karena kekurangan insulin pada tubuh.
Diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan
pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor
penguji darah. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa
menyebabkn koma bahkan dapat mengakibatkan kematian (Maulana, 2009).
2. Diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin (NIDDM) atau diabetes
tipe 2 :
Diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam
darah. Dengan pola hidup sehat, yaitu mengkonsumsi makanan bergizi
seimbang dan olahraga secara teratur biasanya penderita berangsur pulih
(Maulana, 2009).
Sedangkan dalam PERKENI (2015) klasifikasi diabetes mellitus dapat dilihat
dalam tabel berikut
Tabel 2.1. Klasifikasi Diabetes mellitus
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut
1. Autoimun
2. Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain  Defek genetik fumgsi sel beta
 Defek genetik kerja insulin
 Penyakit eksokrin pakreas
 Endokrinopati Karena obat atau zat kimia
 Infeksi Sebab imunologi yang jarang
 Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

Diabetes
mellitus
gestasional

7
8

Sumber : PERKENI (2015)

2.2 Tanda dan Gejala Penyakit Diabetes


Insulin berfungsi untuk memasukkan gula dari peredaran darah ke dalam
sel. Pada keadaan normal, karbohidrat yang kita makan akan dipecah menjadi
gula di dalam saluran cerna. Gula yang terbentuk akan diserap pembuluh darah
lalu dimasukkan ke dalam sel untuk selanjutnya digunakan sebagai sumber energi
oleh sel. Bila kita tidak mempunyai cukup insulin, atau insulin tidak bekerja
dengan baik, gula tidak dapat masuk ke dalam sel. Kadar gula di dalam darah
semakin lama menjadi semakin tinggi, apalagi kalau kita terus mengkonsumsi
karbohidrat atau bahkan, mengkonsumsi gula. Sebagian dari gula tersebut akan
dibuang melalui kencing sehingga kencing kita menjadi manis. Inilah asal dari
nama diabetes mellitus, kencing yang manis. (Erniati, 2021)
Pada DM, kencing tidak hanya menjadi manis, tetapi juga menjadi sangat
banyak. Karena secara osmosis, kadar gula yang tinggi di dalam kencing akan
menarik lebih banyak cairan. Penderita DM akan lebih sering kencing, suatu
gejala yang dalam bahasa kedokteran disebut dengan istilah poliuria. Pada anak-
anak yang masih kecil, DM juga sering ditandai dengan mengompol kembali pada
anak-anak yang tadinya sudah tidak mengompol.
Karena sering kencing, penderita DM juga akan mudah merasa haus
sehingga ingin minum lebih banyak, atau polidipsia. Tidak dapat masuknya gula
ke dalam sel mengakibatkan sel 'kelaparan', dia tidak dapat memproduksi energi
yang dibutuhkan. Untuk bertahan hidup, sel terpaksa menggunakan sumber energi
alternatif, lemak dan protein. Pertama-tama, penderita DM akan memecah lemak
tubuhnya sehingga dia akan bertambah kurus. Seringkali dia juga tampak 'tua'
karena pemecahan lemak di bawah kulit akan membuat kulit menjadi tidak kenyal
dan keriput. Selanjutnya, dia akan memecah protein.
Karena cadangan protein terbanyak kita adalah pada otot, semakin lama
otot penderita diabetes juga semakin tipis dan lemah. Hilangnya lemak dan otot
mengakibatkan penurunan berat badan yang seringkali relatif drastis. Sel yang
'kelaparan' akan mengirim signal ke otak, meminta kita untuk makan lebih

8
9

banyak. Akibatnya, penderita DM akan makan lebih banyak (polifagia). Lebih


banyak karbohidrat berarti kadar gula semakin tinggi, ditunjukkan dengan
kencing yang semakin banyak (poliuria), minum lebih banyak (polidipsia), namun
berat badan tetap saja turun. Inilah gejala klasik DM : poliuria, polidipsia,
polifagia dan berat badan turun. Bila kombinasi gejala klasik DM ini berlanjut
terus tanpa disadari, dia akan menjadi lingkaran setan yang bisa berakibat sangat
buruk. Banyak penderita DM yang datang ke rumah sakit dalam keadaan syok
dan tidak sadar. Dia syok karena kehilangan terlalu banyak cairan dari kencing,
tidak sadar karena kadar gula darah yang terlalu tinggi.
Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa
gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala
tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang
air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar).
Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak
anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal
yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa
sebab yang jelas. Tanda atau gejala penyakit Diabetes Melitus (DM) sebagai
berikut (Perkeni,2015):
a. Pada Diabetes Melitus Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah
poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah
(fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).
b. Pada Diabetes Melitus Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak
ada. Diabetes Melitus Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan
penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah
berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya
lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin
buruk, dan umumnya menderita hipertensi, hyperlipidemia obesitas, dan juga
komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.
Selain itu, Menurut Mahendra gejala yang umumnya dirasakan penderita diabetes
mellitus adalah :

9
10

1) Sering buang air kecil / poliuri. Tingginya kadar gula dalam darah yang
dikeluarkan lewat ginjal selalu diiringi oleh air atau cairan tubuh maka buang
air kecil menjadi banyak. Bahkan saat tidur di malam hari kerap terganggu
karena harus nb\\bolak balik ke kamar kecil.
2) Haus dan banyak minum / polidipsi. Banyaknya urin yang keluar
menyebabkan cairan tubuh berkurang sehingga kebutuhan akan air (minum)
meningkat.
3) Fatigue (lelah). Rasa lelah muncul karena energi menurun akibat
berkurangnya glukosa dalam jaringan/sel. Kadar gula dalam darah yang
tinggi tidak bisa optimal masuk dalam sel disebabkan oleh menurunnya
fungsi insulin sehingga orang tersebut kekurangan energi.
4) Rasa lelah, pusing, keringat dingin, tidak bisa konsentrasi, disebabkan oleh
menurunnya kadar gula. Setelah seseorang mengonsumsi gula, reaksi
pankreas meningkat (produksi insulin meningkat), menimbulkan
hipoglikemik (kadar gula rendah).
5) Meningkatnya rasa lapar / polifagia. Sel tubuh mengalami kekurangan bahan
bakar (cell starvation), pasien merasa sering lapar dan ada peningkatan
asupan makanan.
6) Meningkatnya berat badan. Berbeda dengan diabetes mellitus tipe 1 yang
kebanyakan mengalami penurunan berat badan, penderita tipe 2 sering kali
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini disebabkan karena
terganggunya metabolisme karbohidrat karena hormon lainnya juga
terganggu.
7) Gangguan mata. Penglihatan berkurang disebabkan oleh perubahan cairan
dalam lensa mata. Pandangan akan tampak berbayang disebabkan adanya
kemumpuhan pada otot mata.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari dkk, 2021 dengan judul
Diabetes Melitus : Review Etiologi, Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara
Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara Pencegahan, menjelaskan penyebab dan
gejala diabetes mellitus. Diabetes sering disebabkan oleh faktor genetik dan

10
11

perilaku atau gaya hidup seseorang. Selain itu faktor lingkungan sosial dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan juga menimbulkan penyakit diabetes dan
komplikasinya. Diabetes dapat memengaruhi berbagai sistem organ tubuh
manusia dalam jangka waktu tertentu, yang disebut komplikasi. Komplikasi
diabetes dapat dibagi menjadi pembuluh darah mikrovaskular dan makrovaskuler.
Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan sistem saraf (neuropati),
kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata (retinopat) .
Faktor risiko kejadian penyakit diabetes melitus tipe 2 antara lain usia,
aktivitas fisik, terpapar asap, Indeks Massa Tubuh (IMT), tekanan darah, stres,
gaya hidup, adanya riwayat keluarga, kolesterol HDL, trigliserida, DM
kehamilan, riwayat ketidak normalan glukosa dan kelainan lainnya. Gejala dari
penyakit DM yaitu antara lain:
1. Poliuri (sering buang air kecil)
Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam hari (poliuria),
hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang ginjal (>180mg/dL),
sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine. Guna menurunkan konsentrasi
urine yang dikeluarkan, tubuh akan menyerap air sebanyak mungkin ke dalam
urine sehingga urine dalam jumlah besar dapat dikeluarkan dan sering buang
air kecil. Dalam keadaan normal, keluaran urine harian sekitar 1,5 liter, tetapi
pada pasien DM yang tidak terkontrol, keluaran urine lima kali lipat dari
jumlah ini. Sering merasa haus dan ingin minum air putih sebanyak mungkin
(poliploidi). Dengan adanya ekskresi urine, tubuh akan mengalami dehidrasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka tubuh akan menghasilkan rasa haus
sehingga penderita selalu ingin minum air terutama air dingin, manis, segar dan
air dalam jumlah banyak.
2. Polifagi (cepat merasa lapar)
Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga. Insulin menjadi
bermasalah pada penderita DM sehingga pemasukan gula ke dalam sel-sel
tubuh kurang dan energi yang dibentuk pun menjadi kurang. Ini adalah
penyebab mengapa penderita merasa kurang tenaga. Selain itu, sel juga

11
12

menjadi miskin gula sehingga otak juga berfikir bahwa kurang energi itu
karena kurang makan, maka tubuh kemudian berusaha meningkatkan asupan
makanan dengan menimbulkan alarm rasa lapar.
3. Berat badan menurun
Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi yang cukup dari gula karena
kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan protein yang ada
di dalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Dalam sistem pembuangan urine,
penderita DM yang tidak terkendali bisa kehilangan sebanyak 500 gram
glukosa dalam urine per 24 jam (setara dengan 2000 kalori perhari hilang dari
tubuh). Kemudian gejala lain atau gejala tambahan yang dapat timbul yang
umumnya ditunjukkan karena komplikasi adalah kaki kesemutan, gatal-gatal,
atau luka yang tidak kunjung sembuh, pada wanita kadang disertai gatal di
daerah selangkangan (pruritus vulva) dan pada pria ujung penis terasa sakit
(balanitis) (Simatupang, 2017).

2.3 Pengobatan Penyakit Diabetes


Terdapat lima pilar utama dalam keberhasilan pengobatan penyakit
Diabetes, yaitu edukasi tentang DM, terapi gizi medis, aktifitas fisik, intervensi
obat-obatan dan evaluasi/monitoring. (Erniati, 2021) Berikut adalah penjelasan
dengan lebih lengkap:
a. Edukasi/Pengetahuan tentang mengapa seseorang dapat menjadi diabetes,
gejala dan tanda, tatalaksana, pemantauan gula darah mandiri, tanda dan gejala
hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada penyandang
DM.
b. Terapi gizi medis Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari
penatalaksanaan diabetes secara keseluruhan. Diperlukan keterlibatan secara
menyeluruh anggota tim yaitu dokter, ahli gizi, petugas medis lain serta pasien
dan keluarganya. TGM yang diberikan berupa makanan gizi seimbang sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu dengan
penekanan pada jadwal, jenis, dan jumlah makanan terutama pada pasien yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.

12
13

c. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik yang dibagi menjadi kegiatan sehari-hari dan latihan fisik
sebaiknya dilakukan secara teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30
menit per hari atau 150 menit perminggu. Kegiatan sehari-hari meliputi
berjalan kaki, menuruni tangga, berkebun, dll. Sedangkan latihan fisik bersifat
aerobik seperti bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan fisik dapat
menjaga kebugaran, menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas
insulin sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
d. Intervensi obat-obatan
Terapi farmakologis harus diiringi oleh pengaturan makan dan aktivitas fisik.
Terapi dapat berupa obat oral dan suntikan. Jenis obat yang dikonsumsi
haruslah sesuai dengan anjuran dokter karena masing-masing penyandang DM
memiliki kondisi yang berbeda-beda sehingga obat-obatan yang diberikan baik
jenis maupun dosis tidak sama. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dibagi
menjadi beberapa golongan, yaitu pemicu sekresi insulin (sulfonilurea dan
glinid), peningkat sensitivitas terhadap insulin (metformin dan tiazolidindion),
penghambat glukoneogenesis (metformin), dan penghambat absorpsi
karbohidrat di usus (penghambat glukosidase alfa). Dewasa ini telah tersedia
obat-obatan yang lebih kompleks dan beragam bagi penyandang DM seperti
penghambat DPP4, penghambat SGLT2 di ginjal dan juga obat dalam bentuk
injeksi seperti insulin dan agonis reseptor GLP1.

13
14

e. Evaluasi/Monitoring Pemantauan berat badan, pemeriksaan gula darah, dan


profil lemak serta tekanan darah secara teratur sangat penting untuk
menghindari risiko komplikasi.

2.4 Penggolongan Antidiabetika Oral


a. Turunan Sulfonilurea
Contoh : Tolbutamid, klorpropamid, Gliklazid, Glibenklamid, Glipizid,
Glikuidon dan Glimepirid.
b. Turunan Biguanida
Contoh : Metformin
c. Turunan Metiglinida

14
15

Contoh : Repaglinid, Nateglinid


d. Turunan Tiazolidindion
Contoh : Rosiglitazon, Pioglitazon
e. Turunan Penghambat Dipeptidil peptidase tipe 4 (DPP-4)
Contoh : Sitaglipin, Vlidaglipin, Saxaglipin, dan Linagliptin
f. Penghambat enzim α-Glukosidase
Contoh : Akarbosa, Miglitol
2.5 Hubungan Struktur dan Aktivitas Turunan Sulfonilurea
Struktur umum: R-C6H5-SO2-NH-CO-NH-R1
R = gugus alifatik (asetil, amino, kloro, metil, metil-tio, dan trifluorometil)
berpengaruh terhadap durasi/masa kerja obat, dan meningkatkan aktivitas
hipoglikemik.
R = aril, toksisitas senyawa cukup besar.
R1 = gugus β-aril karbonamidoetil seperti pada glibenklamid dan glipizid
memiliki aktivitas lebih besar dibanding senyawa awal.
2.6 Mekanisme kerja obat
1. Metformin
Metformin umumnya menjadi obat pertama yang diresepkan untuk penderita
diabetes tipe 2. Obat diabetes ini bekerja dengan mengurangi pembentukan
glukosa di organ hati dan meningkatkan fungsi insulin dalam mengendalikan
kadar gula darah.
Konsumsi metformin dapat menimbulkan efek samping, seperti mual, sakit perut,
perut kembung, dan diare. Namun, efek samping tersebut akan berkurang seiring
tubuh beradaptasi dengan obat diabetes ini. Metformin bisa dikombinasikan
dengan obat diabetes lainnya atas anjuran dokter.
2. Sulfonilurea
Sulfonilurea merupakan obat diabetes tipe 2 yang berfungsi untuk menurunkan
kadar gula darah dengan cara merangsang pankreas memproduksi lebih banyak
insulin.

15
16

Jumlah insulin yang terlalu banyak dalam tubuh terkadang menimbulkan efek
samping, yaitu hipoglikemia atau rendahnya gula darah yang ditandai dengan
pusing, banyak berkeringat, tubuh gemetaran, dan kesemutan.

Untuk mengurangi keparahan efek sampingnya, penderita diabetes yang


mengonsumsi sulfonilurea dianjurkan selalu makan dengan teratur. Jenis obat
diabetes ini biasanya dijadikan sebagai alternatif metformin atau bisa juga
dikombinasikan dengan metformin.

3. Meglitinide

Cara kerja meglitinide sebenarnya sama dengan sulfonilurea, yaitu


merangsang pankreas agar menghasilkan lebih banyak insulin. Bedanya,
meglitinide bekerja lebih cepat daripada sulfonilurea dan tidak bertahan
lama di dalam tubuh.

Efek samping yang dapat muncul dari obat diabetes ini pun mirip dengan
sulfonilurea, yaitu cepat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan
berat badan.

4. Thiazolidinediones

Obat diabetes yang satu ini memiliki cara kerja yang mirip dengan metformin,
yaitu mengurangi pembentukan glukosa di hati dan meningkatkan aktivitas
insulin. Salah satu contoh jenis obat golongan ini adalah pioglitazone.

Konsumsi thiazolidinediones diketahui dapat meningkatkan risiko terkena


penyakit jantung. Oleh karena itu, dokter juga akan memantau kesehatan
jantung penderita diabetes yang mengonsumsi obat ini.

5. Inhibitor DPP-4

Inhibitor DPP-4 mampu merangsang pelepasan insulin ketika gula darah


meningkat yang terjadi setelah makan dan menghambat pelepasan glukosa
dari hati. Kabar baiknya, obat diabetes ini jarang menyebabkan hipoglikemia.

Namun, inhibitor DPP-4 tetap mungkin untuk menimbulkan efek samping,


misalnya sakit tenggorokan, sakit perut, hidung tersumbat, diare, hingga
pankreatitis akut. Beberapa contoh obat diabetes dari golongan penghambat
DPP-4 adalah alogliptin, sitagliptin, dan linagliptin.

16
17

6. Inhibitor SGLT2

Obat diabetes ini memengaruhi fungsi penyaringan darah di ginjal dengan


menghambat kembalinya glukosa ke aliran darah. Glukosa yang berlebihan
kemudian akan keluar dari tubuh melalui urine. Contoh obat diabetes dari
golongan ini adalah empagliflozin dan dapagliflozin.

Konsumsi inhibitor SGLT2 bisa menimbulkan beberapa efek samping, seperti


infeksi saluran kemih dan infeksi jamur vagina. Namun, obat diabetes jenis ini
diketahui bisa mengurangi risiko terjadinya penyakit ginjal.

7. Agonis reseptor GLP-1 (Inkretin Mimetik)

Agonis reseptor GLP-1 (golongan obat inkretin mimetik) diresepkan dokter


jika obat-obatan diabetes melitus seperti yang sudah disebutkan di atas belum
mampu mengontrol kadar gula darah.

Obat kencing manis ini diberikan melalui suntikan maupun oral. GLP-1
merupakan salah satu jenis hormon inkretin yang dihasilkan tubuh. GLP-1
bekerja dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas setelah
makan. Obat agonis reseptor GLP-1 bekerja dengan cara meniru kerja GLP-1
tersebut.

Hormon inkretin dapat merangsang pelepasan insulin setelah makan sehingga


meningkatkan produksi insulin dan menurunkan glukagon.

glukagon bekerja dengan cara merangsang hati mengeluarkan cadangan


glukosa saat tubuh sedang kekurangan glukosa, misalnya saat berpuasa.

Obat diabetes ini juga membantu memperlambat pencernaan sehingga


mencegah lambung cepat kosong dan menahan nafsu makan.

8. Inhibitor Alfa-Glukosidase

Cara kerja inhibitor alfa-glukosidase agak berbeda dengan obat diabetes


lainnya. Inhibitor alfa-glukosidase bekerja dengan menghambat pemecahan
karbohidrat dari makanan menjadi glukosa untuk mengendalikan kadar gula
darah.

Contoh dari obat diabetes ini adalah acarbose dan miglitol. Efek samping
yang umumnya ditimbulkan berupa sakit perut, diare, dan perut kembung.

17
18

9. Insulin

Pankreas penderita diabetes tipe 1 tidak bisa lagi memproduksi insulin,


sehingga insulin diberikan melalui suntikan untuk menjaga kadar gula darah
dalam kondisi normal.

Suntik insulin adalah satu-satunya obat diabetes yang diberikan kepada


penderita diabetes tipe 1. Selain itu, penderita diabetes tipe 2 dan diabetes
gestasional juga dapat diberikan suntik insulin jika dibutuhkan.

2.7 Pola penyakit di jakarta

DKI Jakarta menjadi salah satu wilayah dengan prevalensi diabetes tertinggi
di Indonesia. Prevalensi diabetes di Jakarta berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
tahun 2018 meningkat dari 2,5% menjadi 3,4% dari total 10,5 juta jiwa atau sekitar
250 ribu penduduk di. DKI Jakarta menderita diabetes. Prevalensi diabetes secara
Nasional 10,9%, DKI Jakarta menjadi provinsi tertinggi karena banyaknya jumlah
penduduk dan sudah banyak tersedia sarana pemeriksaan gula darah. Penelitian yang
dilakukan dr. Dicky L. Tahapary, Sp.PD dan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018
berkaitan dengan Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), FKUI,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan perusahaan farmasi untuk pengobatan diabetes.
Penggambaran ini dilakukan dengan mengumpulkan data Diabetes

Surveilance dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dan didapatkan hasil
pasien diabetes yang terdaftar di fasilitas kesehatan berjumlah 12.775 jiwa sehingga
dapat disimpulkan walaupun angka penderita diabetes terus meningkat, tetapi masih
banyak penderita diabetes yang tidak terdiagnosa karena kurangnya pemahaman
masyarakat tentang diabetes dan penangananya. Itu dikarenakan kesadaran
masyarakat untuk memeriksakan kadar gula darah secara rutin di fasilitas pelayanan
kesehatan masih rendah yakni hanya 53% yang mengetahui adanya skrining diabetes
bisa dilakukan di Puskesmas Wilayah DKI Jakarta.

Kejadian Dibetes Melitus pada anak-anak dan remaja usia produktif semakin
meningkat.Diabetes Melitus sering juga disebut Diabetes Life Style karena
penyebabnya selain faktor keturunan ada juga faktor lingkungan yang meliputi usia,
obesitas, resistensi insulin makanan, aktifitas fisik, dan gaya hidup penderita yang
tidak sehat pun ikut berperan.Berdasarkan fakta tersebut, maka sangat diperlukan
usaha untuk pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 yang cepat dan tepat. Diabetes
Melitus dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya. Faktor Risiko

Diabetes Melitus Tipe 2 berdasarkan teori Isnaini dan Ratnasari (2018)


terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus,

18
19

yaitu faktor sosio demografi, perilaku, dan keadaan klinis atau mental individu.8
Faktor sosio demografi diantaranya adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat
Pendidikan dan status perkawinan. Perilaku atau gaya hidup yang dimaksud adalah
kebiasaan makan, merokok, dan aktifitas fisik. Sedangkan keadaan klinis atau mental
adalah indeks masaa tubuh, lingkar perut, dan stress, maka sangat penting karena
ketika informasi mengenai level dari faktor risiko diketahui sejak dini maka akan
dapat menyusun intervensi dan program yang tepat. Cara yang tepat untuk mencegah
terjadinya Diabetes Melitus yaitu, meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan
masyarakat terhadap kondisi kesehatannya dengan melakukan pemeriksaan kadar
glukosa secara rutin, meningkatkan aktifitas fisik terutama bagi masyarakat yang
beraktifitas rendah, menerapkan pola makan yang sehat dan juga bergizi seimbang.
Dan bagi penderita Diabetes Melitus Tipe 2 bisa melakukan pengobatan secara rutin
dan selalu berkonsultasi serta menjaga pola makan dan menerapkan cara hidup sehat.

Salah satu penyebab tingginya DM Tipe 2 di DKI Jakarta adalah faktor


genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang diperkirakan membuat DM
meningkat adalah karena perubahan gaya hidup, seperti kebiasaan makan yang tidak
teratur yang dapat menyebabkan obesitas. Selain karena pola makan yang tidak
seimbang, kurangnya aktivitas fisik juga merupakan salah satu penyebab faktor risiko
DM Tipe 2 di Kota DKI Jakarta. Olahraga yang teratur dapat meningkatkan kualitas
pembuluh sarah dan memperbaiki metabolesme dalam tubuh termasuk meningkatkan
kepekaan insulin dan memperbaiki risiko Diabetes Melitus.

Apabila hal ini dibiarkan dan tidak segera diatasi akan berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia.Dampak yang lain juga
mengakibatkan berbagai macam komplikasi. Ada dua komplikasi pada DM yaitu
komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut termasuk diabetes
ketoasidosis, sedangkan salah satu komplikasi kronik adalah penyakit jantung
koroner dan penyakit pembuluh darah otak.

Sebagai upaya peran aktif Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat


UIMA terutama kelompok mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan lapangan
sebagai pelaksana dan pemimpin Program Kesehatan Masyarakat maka mahasiswa
selain dibekali teori-teori kesehatan masyarakat, juga diperkenalkan dengan masalah-
masalah kesehatan masyarakat secara nyata melalui mata kuliah Praktek Belajar
Lapangan 1. Melalui Praktek Belajar

Lapangan 1 mahasiswa memperoleh pengalaman untuk melakukan observasi


dan Analisa. Derajat Kesehatan di wilayah Kota DKI Jakarta dengan menggunakan
Kuesioner (Google Form). Dengan berbagai keterbatasan sehingga pada akhirnya
diharapkan dapat mengintervensi serta memberikan pemecahan masalah kesehatan di
wilayah Kota DKI Jakarta yang dititikberatkan pada gambaran kesehatan masyarakat
akibat pola perilaku yang tidak baik, faktor genetik dan pelayanan kesehatan.

19
20

Gambar 1. Karakteristik Responden bersadarkan Usia dan Riwayat Risiko Penyakit


Keturunan di Wilayah DKI Jakarta

Karakteristik Responden Bersadarkan Usia (Tabel 1) mengamati berdasarkan


hasil observasi dari 599 populasi terdapat 441 (73,6%) rentang usia kelompok remaja
(12-25 tahun), terdapat 136 (22,7%) rentang usia kelompok dewasa (26-45 tahun),
terdapat 20 (3,33%) rentang usia kelompok lanjut usia (46-65 tahun), dan terdapat 2
(0,33%) rentang usia kelompok manula (>65tahun). Menurut Aspek Derajat
Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Riwayat Risiko Penyakit (Tabel 1) mengamati
berdasarkan hasil observasi dari 599 populasi terdapat 360 (60%) yang tidak memiliki
riwayat keturunan, terdapat 139 (23%) penyakit hipertensi, terdapat 43 (7%) penyakit
diabetes melitus, terdapat 31 (5%) penyakit asma.

Gambaran 2 Analisa Situasi Kesehatan Skala Rumah Tangga berdasarkan Upaya


Pencegahan Penyakit Melalui Germas

20
21

Berdasarkan hasil Analisa Situasi Kesehatan Skala Rumah Tangga


berdasarkan upaya pencegahan penyakit melalui Germas Tahun 2021 dengan
indikator melakukan aktifitas fisik terdapat hasil yang berdasarkan upaya pencegahan
penyakit melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), dari 599 populasi
dengan indikator melakukan aktifitas fisik terdapat 215 (36%) responden melakukan
aktifitas fisik Olahraga secara rutin, terdapat 184 (31%) responden melakukan
peregangan disela-sela melakukan aktifitas, terdapat 56 (9%) responden Melakukan
kegiatan fisik di luar ruangan/ruang terbuka, terdapat 18 (3%) responden Berjalan
kaki minimal 1000 langkah per hari, terdapat 99 (16%) responden Melakukan
pekerjaan rumah (mencuci, mengepel, berkebun, dll), terdapat 8 (1%) responden
Menggunakan tangga, terdapat

2 (0%) responden Memarkir kendaraan agak jauh, terdapat 2 (0%) responden


Mengunakan sepeda sebagai alat transportasi dan terdapat 15 (2%) responden
Membersihkan lingkungan.

21
22

Berdasarkan hasil observasi (Google Form) diatas mengenai Gambaran


Derajat Kesehatan Masyarakat berdasarkan Analisis Risiko dan Perilaku Pencegahan
Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Usia Produktif di Wilayah DKI Jakarta, dapat
diketahui Gambaran Derajat Kesehatan Masyarakat berdasarkan 10 penyakit
tertinggi, berdasarkan aspek genetik, aspek perilaku kesehatan, aspek pelayanan
kesehatan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada masyarakat usia produktif di
Wilayah DKI Jakarta Tahun 2021 Sehingga dapat disimpulkan bahwa masih banyak
masyarakat yang abai akan kesehatan pada dirinya juga keluarganya. Keabaian hal
tersebut dapat disimpulkan juga bahwa Diabetes Melitus Pada Usia Produktif ini
disebabkan oleh 3 (tiga) hal yaitu berdasarkan Genetik (Keturunan Keluarga),
Perilaku (Rutinnya melakukan aktifitas fisik, konsumsi makanan sehat dan merokok)
serta Pelayanan Kesehatan (Kurangnya melakukan cek kesehatan secara berkala.

Dari ketiga hal tersebut solusinya adalah dengan memberikan edukasi dengan
metodepenyuluhan bagaimana pola hidup sehat yang benar agar masyarakat mau
memperbaiki pola hidupnya dan terhindar dari risiko Diabetes Melitus tipe 2
dikalangan usia produktif, karena dengan menjaga pola hidup sehat yang diterapkan
sejak dini dapat meminimalisir dan mencegah risiko terjadinya Diabetes Melitus Tipe
2 Pada Usia Produktif

22
23

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). 2014. Diagnosis and Classification of


Diabetes Mellitus. Diabetes Care Volume 37, Supplement 1
Erniati,. (2021). Sardjito Menyapa Acces To Diabetes Care. Vol 12, RSUP DR
Sardjito
International Diabetes Federation. 2015. “IDF DIABETES ATLAS Seventh Edition
2011”. www.diabetesatlas.org.
Lestari, L., & Zulkarnain, Z. (2021, November). Diabetes Melitus: Review etiologi,
patofisiologi, gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan
cara pencegahan. In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 7, No. 1,
pp. 237-241).
Leonita, E., & Muliani, A. (2015). Penggunaan obat tradisional oleh penderita
diabetes mellitus dan faktor-faktor yang berhubungan di wilayah kerja
Puskesmas Rejosari Pekanbaru Tahun 2015. Jurnal kesehatan komunitas
(Journal of community health), 3(1), 47-52.
Maulana, Mirza, 2009. Mengenal Diabetes Mellitus, Jogjakarta: Kata Hati. E. 1.
Ozougwu, J.C., Obimba, K.C., Belonwu, C.D., & Unakalamba, C.B. (2013). The
pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus.
Journal of Physiology and Pathophysiology. vol. 4(4): 6-14. doi:
10.5897/JPAP2013.0001 ISSN 2I41-260X
Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Dibetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2015. Penerbit : PB Perkeni
Rondonuwu, R. G., Rompas, S., & Bataha, Y. (2016). Hubungan Antara Perilaku
Olahraga Dengan Kadar Gula Darahpenderita Diabetes Mellitus Di
Wilayah Kerja Puskesmaswolaang Kecamatan Langowan Timur. Jurnal
Keperawatan, 4(1).

23
24

Simatupang, R. (2017). Pengaruh pendidikan kesehatan melalui media leaflet tentang


diet DM terhadap pengetahuan pasien DMDI RSUD Pandan Kabupaten
Tapanuli Tengah Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kohesi. vol. 1(2): 163-174.
World Health Organization (WHO). 2016. Global Report On Diabetes

Sendika Widi Saputri, dkk. 2018. Studi Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso
Periode Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Fakultas Farmasi Universitas Jember.

Rahman, et al. 2021. Role of Insulin in Health and Disease : An Update.


International Journal of Molecular Science, 22 (12), pp. 6403.

Centers for Disease Control and Prevention. 2022. What is Diabetes?

National Health Service UK. 2019. Health A to Z. Diabetes.

Mayo Clinic. 2020. Diabetes Treatment : Medications for Type 2 Diabetes.

Cherney, K. Healthline. 2020. A Complete List of Diabetes Medications.

Liao, S. WebMD. 2022. Side Effects and Interactions of Diabetes Drugs.

Mildawati, Diani N, Wahid A. Hubungan Usia, Jenis Kelamin dan Lama Menderita
Diabetes dengan Kejadian Neuropati Perifer Diabetik. Caring Nurs J. 2019;3(2).

Uloko AE, Musa BM, Gezawa MARID, Uloko FHPAT, Borodo MM, Sada KB.
Prevalence and Risk Factors for Diabetes Mellitus in Nigeria: A Systematic Review
and Meta-Analysis. 2018;9:1307–16.

Bhatt H, Saklani S, Upadhayay K. Anti-Oxidant And Anti-Diabetic Activities Of


Ethanolic Extract Of Primula denticulata FLOWERS. Indones J Pharm.
2016;27(2):74–9.

24
25

25

Anda mungkin juga menyukai