Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas projek Ujian Tengah Semester pada
mata kuliah Kimia Farmasi Medisinal
Dosen Pembimbing:
Disusun oleh:
Kelompok 2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 Pengertian Diabetes.............................................................................................6
2.2 Tanda dan Gejala Penyakit Diabetes...................................................................8
2.3 Pengobatan Penyakit Diabetes...........................................................................12
BAB III........................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang
prevalensinya semakin meningkat secara global. Muliani dan Leonita (2015)
menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang menduduki rangking
keempat dari jumlah penyandang diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat,
China dan India. Selain itu, penderita DM di Indonesia diperkirakan akan
meningkat pesat hingga 2-3 kali lipat pada tahun 2030 dibandingkan tahun 2000.
Ditambah penjelasan data WHO (World Health Organization) bahwa, dunia kini
didiami oleh 171 juta penderita DM (2000) dan akan meningkat 2 kali lipat, 366
juta pada tahun 2030.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI juga menyebutkan
bahwa estimasi terakhir IDF (International Diabetes Federation) pada tahun 2035
terdapat 592 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia. Hal ini menjadi
perhatian serius karena diabetes bukan hanya menyebabkan masalah kesehatan
langsung seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan kebutaan, tetapi juga
berdampak pada kualitas hidup dan produktivitas individu yang terkena serta
membebani sistem kesehatan.
Diabetes memiliki 2 tipe yakni diabetes melitus tipe 1 yang merupakan hasil
dari reaksi autoimun terhadap protein sel pulau pankreas, kemudian diabetes tipe
2 yang mana disebabkan oleh kombinasi faktor genetik yang berhubungan dengan
gangguan sekresi insulin, resistensi insulin dan faktor lingkungan seperti obesitas,
makan berlebihan, kurang makan, olahraga dan stres, serta penuaan (Ozougwu et
al., 2013). Olahraga atau aktivitas fisik berguna sebagai pengendali kadar gula
darah dan penurunan berat badan pada penderita diabetes melitus. Manfaat besar
dari berolahraga pada diabetes melitus antara lain menurunkan kadar glukosa
darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi terjadinya
komplikasi, gangguan lipid darah dan peningkatan tekanan darah (Rondonuwu
dkk, 2016).
3
4
4
5
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diabetes
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan
penggunaan gula di dalam tubuh. Gangguan penggunaan gula ini disebabkan
oleh gangguan pada kerja insulin, suatu hormon yang terutama berfungsi untuk
mengatur penggunaan gula. (Erniati, 2021). Diabetes Melitus (DM) merupakan
salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia merupakan salah satu
tanda khas penyakit diabetes melitus yaitu berupa peningkatan kadar glukosa
dalam darah (PERKENI, 2015).
Menurut WHO (2016), diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang
terjadi ketika pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup atau
ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif.
Klasifikasi Diabetes Melitus dibagi menjadi empat tipe yaitu DM tipe 1, DM
tipe 2, DM kehamilan (gestasional), dan DM tipe lainnya. DM tipe 2 dimulai
dengan dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai
yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin (PERKENI, 2015).
American Diabetes Association (2014) mendefinisikan diabetes mellitus
adalah salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Keadaan
hiperglikemia kronis dari diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung, dan pembuluh darah. Berdasarkan beberapa pengertian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh jumlah hormon insulin yang tidak mencukupi atau tidak dapat
bekerja secara normal, padahal hormon ini memiliki peran utama dalam
mengatur kadar glukosa (gula) didalam darah.
Diabetes mellitus terdiri dari dua jenis, yaitu diabetes mellitus yang
tergantung pada insulin (IDMM) atau diabetes tipe 1, dan diabetes mellitus yang
6
7
tidak tergantung pada insulin (NIDMM) atau diabetes tipe 2 (Maulana, 2009).
1. Diabetes mellitus yang tergantung pada insulin (IDDM) atau diabetes tipe 1 :
Diabetes mellitus tipe 1 terjadi karena kekurangan insulin pada tubuh.
Diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan
pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor
penguji darah. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa
menyebabkn koma bahkan dapat mengakibatkan kematian (Maulana, 2009).
2. Diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin (NIDDM) atau diabetes
tipe 2 :
Diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam
darah. Dengan pola hidup sehat, yaitu mengkonsumsi makanan bergizi
seimbang dan olahraga secara teratur biasanya penderita berangsur pulih
(Maulana, 2009).
Sedangkan dalam PERKENI (2015) klasifikasi diabetes mellitus dapat dilihat
dalam tabel berikut
Tabel 2.1. Klasifikasi Diabetes mellitus
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut
1. Autoimun
2. Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain Defek genetik fumgsi sel beta
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pakreas
Endokrinopati Karena obat atau zat kimia
Infeksi Sebab imunologi yang jarang
Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
Diabetes
mellitus
gestasional
7
8
8
9
9
10
1) Sering buang air kecil / poliuri. Tingginya kadar gula dalam darah yang
dikeluarkan lewat ginjal selalu diiringi oleh air atau cairan tubuh maka buang
air kecil menjadi banyak. Bahkan saat tidur di malam hari kerap terganggu
karena harus nb\\bolak balik ke kamar kecil.
2) Haus dan banyak minum / polidipsi. Banyaknya urin yang keluar
menyebabkan cairan tubuh berkurang sehingga kebutuhan akan air (minum)
meningkat.
3) Fatigue (lelah). Rasa lelah muncul karena energi menurun akibat
berkurangnya glukosa dalam jaringan/sel. Kadar gula dalam darah yang
tinggi tidak bisa optimal masuk dalam sel disebabkan oleh menurunnya
fungsi insulin sehingga orang tersebut kekurangan energi.
4) Rasa lelah, pusing, keringat dingin, tidak bisa konsentrasi, disebabkan oleh
menurunnya kadar gula. Setelah seseorang mengonsumsi gula, reaksi
pankreas meningkat (produksi insulin meningkat), menimbulkan
hipoglikemik (kadar gula rendah).
5) Meningkatnya rasa lapar / polifagia. Sel tubuh mengalami kekurangan bahan
bakar (cell starvation), pasien merasa sering lapar dan ada peningkatan
asupan makanan.
6) Meningkatnya berat badan. Berbeda dengan diabetes mellitus tipe 1 yang
kebanyakan mengalami penurunan berat badan, penderita tipe 2 sering kali
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini disebabkan karena
terganggunya metabolisme karbohidrat karena hormon lainnya juga
terganggu.
7) Gangguan mata. Penglihatan berkurang disebabkan oleh perubahan cairan
dalam lensa mata. Pandangan akan tampak berbayang disebabkan adanya
kemumpuhan pada otot mata.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari dkk, 2021 dengan judul
Diabetes Melitus : Review Etiologi, Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara
Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara Pencegahan, menjelaskan penyebab dan
gejala diabetes mellitus. Diabetes sering disebabkan oleh faktor genetik dan
10
11
perilaku atau gaya hidup seseorang. Selain itu faktor lingkungan sosial dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan juga menimbulkan penyakit diabetes dan
komplikasinya. Diabetes dapat memengaruhi berbagai sistem organ tubuh
manusia dalam jangka waktu tertentu, yang disebut komplikasi. Komplikasi
diabetes dapat dibagi menjadi pembuluh darah mikrovaskular dan makrovaskuler.
Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan sistem saraf (neuropati),
kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata (retinopat) .
Faktor risiko kejadian penyakit diabetes melitus tipe 2 antara lain usia,
aktivitas fisik, terpapar asap, Indeks Massa Tubuh (IMT), tekanan darah, stres,
gaya hidup, adanya riwayat keluarga, kolesterol HDL, trigliserida, DM
kehamilan, riwayat ketidak normalan glukosa dan kelainan lainnya. Gejala dari
penyakit DM yaitu antara lain:
1. Poliuri (sering buang air kecil)
Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam hari (poliuria),
hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang ginjal (>180mg/dL),
sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine. Guna menurunkan konsentrasi
urine yang dikeluarkan, tubuh akan menyerap air sebanyak mungkin ke dalam
urine sehingga urine dalam jumlah besar dapat dikeluarkan dan sering buang
air kecil. Dalam keadaan normal, keluaran urine harian sekitar 1,5 liter, tetapi
pada pasien DM yang tidak terkontrol, keluaran urine lima kali lipat dari
jumlah ini. Sering merasa haus dan ingin minum air putih sebanyak mungkin
(poliploidi). Dengan adanya ekskresi urine, tubuh akan mengalami dehidrasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka tubuh akan menghasilkan rasa haus
sehingga penderita selalu ingin minum air terutama air dingin, manis, segar dan
air dalam jumlah banyak.
2. Polifagi (cepat merasa lapar)
Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga. Insulin menjadi
bermasalah pada penderita DM sehingga pemasukan gula ke dalam sel-sel
tubuh kurang dan energi yang dibentuk pun menjadi kurang. Ini adalah
penyebab mengapa penderita merasa kurang tenaga. Selain itu, sel juga
11
12
menjadi miskin gula sehingga otak juga berfikir bahwa kurang energi itu
karena kurang makan, maka tubuh kemudian berusaha meningkatkan asupan
makanan dengan menimbulkan alarm rasa lapar.
3. Berat badan menurun
Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi yang cukup dari gula karena
kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan protein yang ada
di dalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Dalam sistem pembuangan urine,
penderita DM yang tidak terkendali bisa kehilangan sebanyak 500 gram
glukosa dalam urine per 24 jam (setara dengan 2000 kalori perhari hilang dari
tubuh). Kemudian gejala lain atau gejala tambahan yang dapat timbul yang
umumnya ditunjukkan karena komplikasi adalah kaki kesemutan, gatal-gatal,
atau luka yang tidak kunjung sembuh, pada wanita kadang disertai gatal di
daerah selangkangan (pruritus vulva) dan pada pria ujung penis terasa sakit
(balanitis) (Simatupang, 2017).
12
13
c. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik yang dibagi menjadi kegiatan sehari-hari dan latihan fisik
sebaiknya dilakukan secara teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30
menit per hari atau 150 menit perminggu. Kegiatan sehari-hari meliputi
berjalan kaki, menuruni tangga, berkebun, dll. Sedangkan latihan fisik bersifat
aerobik seperti bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan fisik dapat
menjaga kebugaran, menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas
insulin sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
d. Intervensi obat-obatan
Terapi farmakologis harus diiringi oleh pengaturan makan dan aktivitas fisik.
Terapi dapat berupa obat oral dan suntikan. Jenis obat yang dikonsumsi
haruslah sesuai dengan anjuran dokter karena masing-masing penyandang DM
memiliki kondisi yang berbeda-beda sehingga obat-obatan yang diberikan baik
jenis maupun dosis tidak sama. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dibagi
menjadi beberapa golongan, yaitu pemicu sekresi insulin (sulfonilurea dan
glinid), peningkat sensitivitas terhadap insulin (metformin dan tiazolidindion),
penghambat glukoneogenesis (metformin), dan penghambat absorpsi
karbohidrat di usus (penghambat glukosidase alfa). Dewasa ini telah tersedia
obat-obatan yang lebih kompleks dan beragam bagi penyandang DM seperti
penghambat DPP4, penghambat SGLT2 di ginjal dan juga obat dalam bentuk
injeksi seperti insulin dan agonis reseptor GLP1.
13
14
14
15
15
16
Jumlah insulin yang terlalu banyak dalam tubuh terkadang menimbulkan efek
samping, yaitu hipoglikemia atau rendahnya gula darah yang ditandai dengan
pusing, banyak berkeringat, tubuh gemetaran, dan kesemutan.
3. Meglitinide
Efek samping yang dapat muncul dari obat diabetes ini pun mirip dengan
sulfonilurea, yaitu cepat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan
berat badan.
4. Thiazolidinediones
Obat diabetes yang satu ini memiliki cara kerja yang mirip dengan metformin,
yaitu mengurangi pembentukan glukosa di hati dan meningkatkan aktivitas
insulin. Salah satu contoh jenis obat golongan ini adalah pioglitazone.
5. Inhibitor DPP-4
16
17
6. Inhibitor SGLT2
Obat kencing manis ini diberikan melalui suntikan maupun oral. GLP-1
merupakan salah satu jenis hormon inkretin yang dihasilkan tubuh. GLP-1
bekerja dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas setelah
makan. Obat agonis reseptor GLP-1 bekerja dengan cara meniru kerja GLP-1
tersebut.
8. Inhibitor Alfa-Glukosidase
Contoh dari obat diabetes ini adalah acarbose dan miglitol. Efek samping
yang umumnya ditimbulkan berupa sakit perut, diare, dan perut kembung.
17
18
9. Insulin
DKI Jakarta menjadi salah satu wilayah dengan prevalensi diabetes tertinggi
di Indonesia. Prevalensi diabetes di Jakarta berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
tahun 2018 meningkat dari 2,5% menjadi 3,4% dari total 10,5 juta jiwa atau sekitar
250 ribu penduduk di. DKI Jakarta menderita diabetes. Prevalensi diabetes secara
Nasional 10,9%, DKI Jakarta menjadi provinsi tertinggi karena banyaknya jumlah
penduduk dan sudah banyak tersedia sarana pemeriksaan gula darah. Penelitian yang
dilakukan dr. Dicky L. Tahapary, Sp.PD dan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018
berkaitan dengan Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), FKUI,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan perusahaan farmasi untuk pengobatan diabetes.
Penggambaran ini dilakukan dengan mengumpulkan data Diabetes
Surveilance dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dan didapatkan hasil
pasien diabetes yang terdaftar di fasilitas kesehatan berjumlah 12.775 jiwa sehingga
dapat disimpulkan walaupun angka penderita diabetes terus meningkat, tetapi masih
banyak penderita diabetes yang tidak terdiagnosa karena kurangnya pemahaman
masyarakat tentang diabetes dan penangananya. Itu dikarenakan kesadaran
masyarakat untuk memeriksakan kadar gula darah secara rutin di fasilitas pelayanan
kesehatan masih rendah yakni hanya 53% yang mengetahui adanya skrining diabetes
bisa dilakukan di Puskesmas Wilayah DKI Jakarta.
Kejadian Dibetes Melitus pada anak-anak dan remaja usia produktif semakin
meningkat.Diabetes Melitus sering juga disebut Diabetes Life Style karena
penyebabnya selain faktor keturunan ada juga faktor lingkungan yang meliputi usia,
obesitas, resistensi insulin makanan, aktifitas fisik, dan gaya hidup penderita yang
tidak sehat pun ikut berperan.Berdasarkan fakta tersebut, maka sangat diperlukan
usaha untuk pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 yang cepat dan tepat. Diabetes
Melitus dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya. Faktor Risiko
18
19
yaitu faktor sosio demografi, perilaku, dan keadaan klinis atau mental individu.8
Faktor sosio demografi diantaranya adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat
Pendidikan dan status perkawinan. Perilaku atau gaya hidup yang dimaksud adalah
kebiasaan makan, merokok, dan aktifitas fisik. Sedangkan keadaan klinis atau mental
adalah indeks masaa tubuh, lingkar perut, dan stress, maka sangat penting karena
ketika informasi mengenai level dari faktor risiko diketahui sejak dini maka akan
dapat menyusun intervensi dan program yang tepat. Cara yang tepat untuk mencegah
terjadinya Diabetes Melitus yaitu, meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan
masyarakat terhadap kondisi kesehatannya dengan melakukan pemeriksaan kadar
glukosa secara rutin, meningkatkan aktifitas fisik terutama bagi masyarakat yang
beraktifitas rendah, menerapkan pola makan yang sehat dan juga bergizi seimbang.
Dan bagi penderita Diabetes Melitus Tipe 2 bisa melakukan pengobatan secara rutin
dan selalu berkonsultasi serta menjaga pola makan dan menerapkan cara hidup sehat.
Apabila hal ini dibiarkan dan tidak segera diatasi akan berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia.Dampak yang lain juga
mengakibatkan berbagai macam komplikasi. Ada dua komplikasi pada DM yaitu
komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut termasuk diabetes
ketoasidosis, sedangkan salah satu komplikasi kronik adalah penyakit jantung
koroner dan penyakit pembuluh darah otak.
19
20
20
21
21
22
Dari ketiga hal tersebut solusinya adalah dengan memberikan edukasi dengan
metodepenyuluhan bagaimana pola hidup sehat yang benar agar masyarakat mau
memperbaiki pola hidupnya dan terhindar dari risiko Diabetes Melitus tipe 2
dikalangan usia produktif, karena dengan menjaga pola hidup sehat yang diterapkan
sejak dini dapat meminimalisir dan mencegah risiko terjadinya Diabetes Melitus Tipe
2 Pada Usia Produktif
22
23
DAFTAR PUSTAKA
23
24
Sendika Widi Saputri, dkk. 2018. Studi Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan
Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso
Periode Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Mildawati, Diani N, Wahid A. Hubungan Usia, Jenis Kelamin dan Lama Menderita
Diabetes dengan Kejadian Neuropati Perifer Diabetik. Caring Nurs J. 2019;3(2).
Uloko AE, Musa BM, Gezawa MARID, Uloko FHPAT, Borodo MM, Sada KB.
Prevalence and Risk Factors for Diabetes Mellitus in Nigeria: A Systematic Review
and Meta-Analysis. 2018;9:1307–16.
24
25
25