Anda di halaman 1dari 26

INTERAKSI OBAT PADA PENANGANAN DIABETES

Disusun untuk Memenuhi Tugas Remidi Mata Kuliah Praktikum Ilmu Resep
Dosen Pengampu : Yulia Pratiwi, S. Farm. M. Farm., Apt

Disusun Oleh :

Nabilla Ghita Fitriah


201405018

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati Km.5 Jepang Mejobo, Kudus
Tahun Ajaran 2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Interaksi
Obat pada Penanganan Diabetes” dengan lancar.
Adapun maksud penyusunan Makalah ini untuk memenuhi tugas remidi mata kuliah
Praktikum Ilmu Resep Program Studi S1 Farmasi.
Adapun hambatan dalam penyusunan makalah ini adalah terbatasnya materi dalam
penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan di masa yang akan datang, dan saya juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Kudus, 29 Januari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi ................................................................................................ iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
D. Manfaat .................................................................................................. 2

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Diabetes ………..…….................................................. 3
B. Jenis-jenis Diabetes …...................................................................... 3
C. Komplikasi-komplikasi Diabetes ………...................................... 4
D. Pengertian Interaksi Obat .............................................................. 6
E. Penanganan Diabetes & Interaksi Obat Pada Penanganan Diabetes.......... 7

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................................ 21

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya keluhan
lain atau bahkan penyakit baru sehingga dipilih sejumlah obat untuk dijadikan terapi,
misalnya antidislipidemia, antihipertensi dan antiplatelet. Pemberian obat- obatan yang
bermacam-macam tersebut cenderung mendorong terjadinya pola pengobatan yang tidak
rasional (Triplitt, 2006:202).
Pasien DM tentunya membutuhkan beberapa penanganan terapi untuk menurunkan
resiko komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Saat ini, obat-obatan golongan
biguanida, seperti metformin, digunakan sebagai terapi pertama untuk pasien DM tipe 2
yang ditambah dengan perubahan gaya hidup. Bila terjadi kegagalan terapi, kombinasi
metformin dengan obat antidiabetes lain akan dilakukan (ADA, 2012:S21).
Penggunaan lebih dari satu obat pada waktu yang sama ditujukan untuk mengobati
satu atau beberapa kondisi patologis. Jika obat kedua diberikan bersamaan atau sebelum
atau segera setelah yang pertama, memungkinkan terjadinya perubahan aktivitas klinik
obat yang pertama, fenomena ini disebut sebagai interaksi obat. Efek dari interaksi obat
salah satunya dapat menyebabkan efek samping obat yang serius (Rahman et al.,
2014:123).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit diabetes?
2. Apa saja jenis-jenis diabetes?
3. Bagaimana komplikasi-komplikasi diabetes?
4. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat?
5. Bagaimana interaksi obat pada penanganan diabetes?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk :
1. Memahami tentang penyakit diabetes.
2. Mengetahui jenis-jenis diabetes.
3. Mengetahui komplikasi-komplikasi diabetes.
1
4. Mengetahui definisi interaksi obat.
5. Mengetahui tentang interaksi obat pada penanganan diabetes.

D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Penambah wawasan baik bagi penulis maupun pembaca mengenai tentang penyakit
diabetes.
2. Sebagai bahan bacaan, referensi, dan penambah wawasan bagi pembaca tentang
interaksi obat pada penanganan diabetes

2
3.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diabetes
Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang dikaitkan dengan masalah metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein serta dapat menimbulkan komplikasi kronik seperti gangguan mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati (Dipiro, 2009:210).
Secara klinis, sebagian besar pasien dapat diklasifikasikan sebagai penderita
diabetes mellitus tipe I, atau diabetes mellitus tipe II. Diabetes mellitus tipe I dapat
disebabkan oleh karena adanya cedera pada sel-sel beta pankreas atau penyakit yang
mengganggu produksi insulin. Infeksi virus atau gangguan autoimun dapat pula
menjadi penyebab rusaknya sel beta pada banyak pasien dengan diabetes tipe I,
namun faktor keturunan juga dapat menjadi peran utama dalam menentukan
kerentanan sel beta terhadap hal tersebut. Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh
penurunan sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin. Penurunan
sensitivitas terhadap insulin ini seringkali disebut sebagai resistensi insulin.
Penurunan sensitivitas insulin akan mengganggu penggunaan dan penyimpanan
karbohidrat.

B. Jenis-jenis Diabetes
Semua Ada beberapa macam diabetes melitus, antara lain:
1. Diabetes melitus tipe I
Diabetes tipe I, disebabkan oleh rusaknya pankreas sehingga tidak
dapat memproduksi insulin. Penderita diabetes tipe I ini amat tergantung pada
suntikan insulin. Kebanyakan penderita mengidap penyakit ini karena faktor
keturunan, dan sampai sekarang belum ditemukan cara pencegahannya.
Penyakit ini biasa menyerang anak-anak dan dewasa, namun karena
merupakan jenis diabetes utama yang menyerang anak-anak maka disebut juga
“diabetes anak (juvenile diabetes)”.
2. Diabetes melitus tipe II
Diabetes tipe II merupakan jenis yang paling banyak dialami oleh
penderita diabetes melitus. Diabetes tipe II, atau juga dikenal dengan diabetes
3
yang tidak tergantung insulin, adalah suatu penyakit kronis yang
mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memetabolisme gula, yang
merupakan sumber energi tubuh. Diabetes tipe II mungkin merupakan
penyakit turunan namun dapat dicegah dengan pola hidup yang teratur.
Penderita diabetes tipe II memiliki sistem tubuh yang menolak kerja insulin,
yaitu hormon yang mengatur penyerapan glukosa ke dalam sel, atau tubuh
tidak memproduksi cukup insulin untuk mempertahankan kadar glukosa darah
yang normal. Apabila tidak dikontrol, diabetes tipe II dapat menimbulkan
kondisi yang membahayakan jiwa. Penderita diabetes tipe II makin meningkat
pada kurun waktu belakangan ini, terutama akibat fenomena kelebihan berat
(obesitas) yang marak terjadi pada masyarakat. Diabetes tipe II pada
umumnya terjadi pada orang dewasa usia paruh baya, namun belakangan ini
terjadi lonjakan kasus diabetes tipe II pada kaum remaja dan dewasa muda.
3. Gestational diabetes
Selain kedua tipe utama diatas, juga ada diabetes saat hamil yang
terjadi akibat perubahan pengaturan hormon termasuk hormon insulin. Kadar
gula harus terus diperhatikan karena mudah mengalami fluktuasi. Jika tidak
tertangani dengan baik dapat menimbulkan kelainan janin dan membahayakan
ibu hamil.

C. Komplikasi-komplikasi Diabetes
Diabetes melitus mudah diacuhkan, apalagi bila masih dalam tahap awal dan
badan masih terasa baik-baik saja. Namun diabetes dapat mempengaruhi banyak
organ penting, termasuk jantung, pembuluh darah, syaraf, mata, dan ginjal.
Komplikasi-komplikasi dapat dihindari dengan menjada kadar gula darah tetap
normal sepanjang waktu.
1. Komplikasi jangka pendek
Komplikasi jangka pendek dari diabetes memerlukan penanganan dengan
segera. Bila dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan kejang dan kehilangan
kesadaran bahkan meningkat menjadi koma.
a. Peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia)
Kadar gula darah dapat meningkat akibat berbagai hal, seperti makan terlalu
banyak, sakit, atau tidak memakan cukup obat penurun glukosa. Gejala hiperglikemia
adalah sering buang air, haus, mulut kering, kelelahan, mual, dan pandangan kabur.
4
Bila gula darah tinggi dan berada diatas 250mg/dL, sebaiknya temui dokter atau
rumah sakit. Penderita diabetes dapat mengalami hiperosmolar yang dapat
membahayakan nyawa, dimana kadar gula menjadi sangat tinggi sehingga darah
menjadi kental.
b. Peningkatan kadar keton dalam urin (ketoasidosis diabetik)
Apabila sel kekurangan energi, tubuh mengurai lemak menjadi energi. Proses ini
menghasilkan zat racun yang disebut keton. Apabila timbul gejala dimana penderita
kehilangan nafsu makan, mual, muntah, demam, sakit pada perut, dan tercium bau
harum pada nafas, khususnya bila kadar gula darah diatas 250mg/dL penderita
mungkin mengalami kondisi ketoasidosis diabetik, yang merupakan kondisi yang
membahayakan nyawa, yang harus segera dibawa ke rumah sakit untuk perawatan
darurat.
c. Penurunan kadar gula darah (hipoglikemia)
Kadar gula darah dapat turun melewati kadar normal bila telat makan atau
melakukan aktifitas fisik berlebihan. Namun kondisi ini lebih sering terjadi akibat
penderita memakan obat penurun kadar glukosa terlalu banyak. Gejala dari
kekurangan kadar gula seperti berkeringat, gemetar, rasa lemah. Pusing, dan mual.
Gejala tahap lanjutnya dapat timbul kejang dan sulit berbicara. Bila penderita
mengalami hipoglikemia pada malam hari, pada pagi harinya pakaiannya akan basah
oleh keringat dan merasa sakit kepala. Hipoglikemia dapat memunculkan kadar gula
tinggi pada pagi harinya. Bila mengalami geja hipoglikemia, makan sesuatu yang
dapat meninggikan kadar gula seperti teh manis, permen, atau tablet glukosa. Apabila
penderita sampai kehilangan kesadarn mungkin diperlukan suntikan glukagon, yaitu
hormon yang menstimulasi pelepasan gula ke dalam darah.
2. Komplikasi jangka panjang
Komplikasi jangka panjang dari diabetes berkembang sedikit demi sedikit.
Makin cepat penderita terkena diabetes dan makin tidak terkontrol kadar gulanya,
makin besar resiko terkena komplikasi. Komplikasi dari diabetes dapat mematikan
atau mengurangi kualitas hidup.
a. Sakit jantung dan kerusakan pembuluh darah
Diabetes menaikan secara drastis resiko dari masalah kardiovaskuler, termasuk
penyakit arteri koroner dengan rasa sakit di dada (angina), serangan jantung, stroke,
penyempitan arteri (arteriosklerosis), dan tekanan darah tinggi.
b. Kerusakan syaraf (neurophaty)
5
Kelebihan gula dapat merusak pembuluh darah kapiler yang memberi pasokan
energi dan oksigen bagi jaringan syaraf, khususnya pada kaki. Hal ini akan
menyebabkan rasa baal atau sakit pada ujung jari kaki yang pada akhirnya semakin
naik ke atas. Bila tidak ditangani, penderita dapat kehilangan indera perasa pada kaki.
Kerusakan pada syaraf yang berkaitan dengan saluran cerna, dapat menyebabkan
mual, muntah, diare, dan konstipasi. Bagi pria, dapat muncul masalah disfungsi
ereksi.
c. Kerusakan ginjal (nephrophaty)
Ginjal memiliki jutaan pembuluh darah kapiler yang merupakan saringan dari
komponen yang ada dalam darah. Diabetes dapat merusak sistem penyaring ini.
Kerusakan parah dapat menyebabkan gagal ginjal, yang menyebabkan penderita
memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
d. Kerusakan mata
Diabetes dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di retina
(retinopathy diabetik), yang dapat berlanjut pada kebutaan. Diabetes juga dapat
menyebabkan katarak dan glaukoma.
e. Kerusakan pada kaki
Kerusakan jaringan syaraf pada kaki atau kurangnya aliran darah ke kaki dapat
memunculkan berbagai komplikasi pada kaki. Bila tidak diobati, luka kecil dan lecet
dapat menjadi infeksi yang serius. Kerusakan yang parah dapat menyebabkan
amputasi pada jari bahkan pada kaki.
f. Masalah pada kulit dan mulut
Diabetes dapat menyebabkan berbagai masalah kulit, termasuk infeksi jamur
dan bakteri. Infeksi pada gusi dapat terjadi, khususnya yang kurang merawat giginya.
g. Osteoporosis
Diabetes dapat menyebabkan turunnya densistas mineral tulang dan
meningkatkan resiko osteoporosis.

D. Pengertian Interaksi Obat


Interaksi obat adalah keadaan dimana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat,
yang dapat menghasilkan efek meningkat atau menurun atau menghasilkan efek baru
yang tidak dihasilkan oleh obat tersebut. Interaksi ini dapat terjadi dari
penyalahgunaan yang disengaja atau karena kurangnya pengetahuan tentang bahan-
bahan aktif yang terdapat dalam zat terkait (Bushra et al., 2011:77).
6
E. Penanganan Diabetes & Interaksi Obat Pada Penanganan Diabetes
Penanganan Diabetes
1. Obat antidiabetes insulin
Insulin adalah pengobatan penderita untuk pertama kali. Sebagian besar pasien
diabetes yang hamil mendapatkan suntikan preparat human insulin. Karena insulin
akan dihancurkan bila diberikan per os, maka pemberiannya hanya per injeksi.
Ada tiga tipe preparat lama menurut lama kerjanya yaitu: short acting,
intermediate acting, dan long acting. Insulin intermediate dipilih untuk penderita
yang cenderung menderita ketoasidodsis. Kemudian diperkenalkan preparat
insulin yang baru yaitu: insulin lispro dan insulin aspart, yang dapat bekerja lebih
cepat dibandingkan short acting preparat lama. Preparat ini memungkinkan pasien
untuk menyuntik diri sendiri seesaat sebelum makan daripada menunggu 30
menit.
Insulin yang sering digunakan selama kehamilan biasanya hanya 2 tipe, yaitu tipe
short (actrapid) dan intermediate (monotartd).
Tipe Insulin
Tipe SHORT INTERMEDIATE LONG
Contoh isofan, lente suspensi
insulinzink
Awitan kerja 30 menit 1-2 jam 4-6 jam
Puncak 2-4 jam 6-12 jam 16-18 jam
Durasi sampai 8 jam 18-24 jam jam 20-36 jam

FARMAKODINAMIKA INSULIN
Insulin mempunyai efek penting yang memudahkan gerak glukosa menembus
membran sel. Insulin membantu meningkatkan penyimpanan lemak dan glukosa
ke dalam sel-sel sasaran, mempengaruhi pertumbuhan sel serta fungsi
metabolisme berbagai macam jaringan. Insulin bekerja pada hidrat arang, lemak
serta protein, dan kerja insulin ini pada dasarnya bertujuan untuk mengubah arah
lintasan metabolik sehingga gula, lemak dan asam amino dapat tersimpan dan
tidak terbakar habis.

7
FARMAKOKINETIKA INSULIN
Hati dan ginjal adalah organ yang membersihkan insulin dari sirkulasi. Hati
membersihkan darah kira-kira 60% dari insulin dan ginjal membersihkan 35-
40%. Namun, pada pasien diabetes yang mendapatkan pengobatan insulin, rasio
tersebut menjadi terbalik, sebanyak 60% insulin eksogen yang dibersihkan oleh
ginjal dan hati membersihkan tidak lebih dari 30-40%. Waktu paruh waktu insulin
dalam sirkulasi adalah 3-5 menit.

CARA PEMBERIAN INSULIN


Sebagian ibu hamil dengan diabetes gestasional mungkin hanya memerlukan 1x
suntikan preparat insulin intermediate acting per hari, karena mereka masih
memiliki cukup horman dari tubuhnya sendiri untuk mempertahankan keadaan
normoglikemia sepanjang malam.
Sebelum memberikan terapi, kenali jenis insulin yang ada, kandungan/ml
(unit/ml). Kenali pula jenis spuit insulin yang tersedia: 40 u/ml, 100 u/ml, 50u/0,5
ml. Suntikan diberikan subkutan di deltoid, paha bagian luar, perut, sekitar pusat.
Suntikan diberikan secara tegak lurus. Tempat suntikan sebaiknya diganti-ganti.
Pasien segera diberi makan setelah suntikan diberikan. Paling lama setengah jam
setelah suntikan diberikan. Kalau pasien suntik sendiri, harus dapat melihat
dengan jelas angka pada alat suntik. Saat ini ada alat suntik bentuk pena dengan
kontrol dosis yang lebih mudah dan lebih tepat,dan mudah dibawa-bawa.

DOSIS INSULIN
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan
dosis yang sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-tanda perlu
ditambah atau dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The American
Diabetes Association (1999) ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar
gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan kadar gula darah < 120
mg/dl. Takaran insulin untuk mencapai konsentrasi gula darah normal berkisar
dari 0,2 unit/kg BB/haribagi pasien diabetes yang sehat hingga 2 unit/kg BB/hari
pada pasien yang obesitas. Dosis insulin dibakukan dalam unit dan terdapat
sediaan 40, 80, atau 100 unit/ml. Dosis bagi bagi seorang penderita ditentukan
berdasarkan diagnosis kebutuhan insulin yang dicari dengan pengaturan Insulin
Reguler dan pengukuran kadar gula darah serta reaksi reduksi air kemih. Sekedar
8
perkiraan dosis, bila tidak tersedia laboratorium maka dapat digunakan reaksi
reduksi: bila + maka tidak memerlukan insulin, bila + + diberi 5 unit insulin, bila
+ + + diberi 10 unit insulin dan dinaikkan 5 unit hingga reaksi reduksi positif
ringan.

INTERAKSI INSULIN
Beberapa hormon melawan efek hipoglikemia insulin misalnya hormone
pertumbuhan, kortikotropin, glukokortikoid, tiroid, estrogen, progestin dan
glukagon. Adrenalin menghambat sekresi insulin dan merangsang glikogenolisis.
Guanetidin menurunkan gula darah dan dosis insulin perlu disesuaikan bila obat
ini ditambahkan/dihilangkan dalam pengobatan. Beberapa antibiotik
(kloramfenikol, tetrasiklin, salisilat dan fenilbutason) meningatkan kadar insulin
dalam plasma. Nikotin mengurangi absorpsi insulin dengan menyebabkan
vasokonstriksi.

2. Obat Diabetes Oral


Antidiabetik oral mungkin berguna untuk yang alergi insulin atau tidak mau
pemakaian suntik. Kemudian akhirnya ditemukan golongan obat OAD, yaitu
Sulfonilurea dan Biguanid. Pemakaian klinis OAD harus didahului dengan
pemeriksaan laboratorium dan penetapan diagnosis. Diabetes pada usia muda,
kehamilan dan diabetes berat disertai komplikasi mutlak memerlukan insulin dan
tidak dapat ditolong dengan OAD. Harus berhati-hati pula, bila penderita
mempunyai fungsi hati yang menurun, infark jantung dan gangguan hormonal
lainnya. Sebaiknya tidak diberikan pada pasien hamil.

FARMAKODINAMIKA & FARMAKOKINETIKA OAD


Sulfonilurea bekerja dengan merangsang sel β pankreas agar menghasilkan
insulin, maka dari itu sangat bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang
pankreasnya masih mampu memproduksi insulin (penderita NIDDM).
Sulfonilurea diabsorpsi baik melalui usus, kemudian tersebar ke seluruh cairan
ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama albumin
(70-90%), dalam hati obat ini diubah menjadi karboksitolbutamid dan diekskresi
melalui ginjal. Sediaannya adalah Glibenklamid, Klorpropamid, Tolbutamid dan
Glikuidon. Sulfonilurea dapat memberikan gejala trombositopeni dan
9
agranulositosis. Biguanid meningkatkan pemanfaatan glukosa yang tersedia dalam
jaringan tapi tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen. Derivat Biguanid
mempunyai mekanisme yang berlainan dengan derivat Sulfonilurea, kerjanya
tidak melalui perangsangan sekresi insulin tapi langsung terhadap organ sasaran.
Terdapat sediaan fenformin dan metformin. Dapat digunakan bersama insulin dan
sulfonilurea. Sebagian pasien yang gagal dengan Sulfonilurea dapat ditolong
dengan Biguanid. Biguanid sering menimbulkan Hipoglikemia dan asidosis.
Pemberian Biguanid pada pasien nondiabetik tidak menurunkan kadar kadar
glukosa darah, tetapi ternyata menunjukkan efek potensiasi dengan insulin.

Tabel . Nama-nama Obat Antidiabetik Oral

NAMA OBAT INDIKASI DOSIS KONTRAINDIKASI EFEK


SAMPING
Akarbos Terapi penambah Dosis awal 50 Hipersensitif, gangg. Gangg.
 Nama paten : utk diet penderita mg, kemudian intestinal kronis, pencernaan
Glucobay DM dpt ditingkatkan gangg. ginjal berat, seperti kembung

 Golongan : menjadi 100- kehamilan & laktasi diare, nyeri

Obat Keras 200 mg setelah saluran cerna


4-8 minggu,
3x/hr
Klorpropamid DM tanpa DM Parah & DM tipe remaja & Erupsi kulit,
 Nama paten : komplikasi tipe pemeliharaan: pertumbuhan, eritema
Diabinese non-ketotik. 250 mg/hr. parah/tdk stabil, multiform,
 Golongan : Ringan & komplikasi dg dermatitis
Obat Keras Lansia: 100 ketoasidosis, koma eksfoliatif
mg/hr. diabetik
Glibenklamid NIDDM Dosis awal IDDM, penderita Efek
 Nama paten : 5 mg/hr bersama diabetik ketoasidosis, gastrointestinal,
Daonil makan pagi. penderita reaksi
 Golongan : Dosis umum: nondiabetik dg Hipoglikemia,
Obat Keras 2,5 mg 1-3 kali glikosuria ginjal, reaksi alergi kulit
sehari. gangg. fungsi hati &
Maks: 15 mg/hr. ginjal parah, diabetes
Lansia/kondisi melitus dg

10
lemah fisik: komplikasi, hamil &
2,5 mg/hr. menyusui,
hipersensitif
Gliclazid NIDDM dimana Dosis awal: 40- IDDM, diabetes Hipoglikemia,
 Nama paten : modifikasi diet 80 mg/hr. Dosis ketoasidosis, koma, gangg. fungsi
Diamicron, gagal utk lazim: 40- 320 hamil, laktasi, bayi hati & saluran
Glicab mengendalikan mg/hr. Dosis > & anak, pasca cerna, reaksi
 Golongan : hiperglikemia 160 mg hrs trauma berat/infeksi, kulit, diskrasia
Obat Keras diberikan 2x/hr. hipersensitif, gagal darah. Jarang:
ginjal/hati berat gagal hati,
hepatitis &
ikterus.
Gliquidon NIDDM Awal 15mg/hr, IDDM, koma, Hipoglikemia,
 Paten : dpt ditingkatkan diabetik ketoasidosis, alergi, ruam kulit,

Glurenorm sampai 45-60 hamil, laktasi gangg.

 Golongan : mg/hr diberikan hematologi,

Obat Keras 2-3 dosis terbagi. intoleransi sal


Dosis maksimal : cerna, mual
sehari 180 mg muntah
Glimepiride NIDDM dimana Awal 1 mg 1x/hr, Hipersensitif, Gangg.
 Paten : glukosa darah tdk kemudian diabetes penglihatan

Daonil dpt dikendalikan ditingkatkan ketoasidosis, koma, temporer, mual,

 Golongan : hanya dg diet, brtahap dg IDDM, gangg. fungsi muntah, rasa

Obat Keras latihan jasmani & interval 1-2 hati berat/sedang penuh pd
pengurangan BB minggu, pd kasus menjalani dialisis epigastrium,
saja khusus 8 mg/hr nyeri perut, diare,
peningkatan
enzim hati,
kolestasis,
ikterus, hepamis,
gagal hati.
Glipizid Untuk kontrol 5 mg perhari Hipersensitif, Hipoglisemia,
 Paten : hipeglisemia pd Dosis maksimum IDDM, erupsi

Glucotrol XL NIDDM : 20 mg / hari insufisensi hati & mukokutis,

 Golongan : ginjal parah gangg. saluran

Obat Keras cerna, gangg.

11
hati, reaksi
hematologi
Metformin HCl Pengobatan 500 mg 3x sehari Koma diabetik & Gangg. saluran
(biguanid) utama & atau 850 mg 2x ketoasidosis, gangg. cerna, koma
 Paten : tambahan, sehari fungsi ginjal serius, diabetik &

Diabit tunggal/kombina Maksimal : 3 g penyakit hati kronis, ketoasidosis

 Golongan : si dg sehari kegagalan jantung,

Obat Keras insulin/sulfonilu miokardial infark,


rea alkoholisme,
keadaan penyakit
kronik/akut yg
berkaitan dg hipoksia
jaringan,
hipersensitif thd
biguanid, infeksi,
gangren,
selama/segera stlh
pembedahan.
Pioglitazon NIDDM. 15 atau 30 mg Pernah mengalami Edema ringan
 Paten : Kombinasi sekali sehari kerusakan jantung, hingga sedang

Actos, monoterapi dg kerusakan hati,

Actosmet sulfonilurea/met pasien dialisa, &

 Golongan : formin saat kombinasi terapi

Obat Keras makan, olahraga dengan insulin.


& monoterapi yg Anak-anak < 18 thn
cukup

Menurut Richard Harkness dalam buku Intraksi Obat


Obat diabetes Oral : nama paten dan generik, nama lain
Dalam kurung nama generik
 Diabinese ( klorpropamida ) , nama lain : chlorpropamidum
 Dymelor (Asetoheksamida ) , nama lain : asetoheksamidum
 Orinase ( tolbutamida ) , nama lain : tolbutamidum
 Tolinaso (tolazamida ) , nama lain : tolazamidum
Suntikan : insulin

12
3. Interaksi Obat
 Pemberian preparat Antagonis β2 (seperti ritodrin) mengaburkan takikardi dan
membuat kesadaran akan hipoglikemia hilang sehingga akan berbahaya terutama
untuk ibu hamil dan janinnya. Warfarin dan Aspirin juga meningkatkan resiko
Hipoglikemia.
 Obat yang dapat meningkatkan resiko Hipoglikemia sewaktu pemberian Sulfonilurea
adalah insulin, alkohol, fenformin, sulfonamid, salisilat dosis besar, fenilbutazon,
oksifenbutazon, probenezid, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO,
guanetidin, anabolik steroid, fenfluramin, dan klofibrat. Terutama pemberian
Klorpopamid dapat menurunkan toleransi terhadap alkohol. Propanolol dan obat
penghambat adrenoseptor β lainnya menghambat reaksi takikardi, berkeringat dan
tremor pada hipoglikemia oleh berbagai sebab termasuk oleh OAD, sehingga keadaan
Hipoglikemia memberat tanpa diketahui.
 Kortikosteroid dan Barbiturat mempunyai efek berlawanan dengan Glicazid. Efek
Hipoglikemik Glicazid dapat dipotensiasi dengan fenilbutazon, salisilat, sulfonamid,
derivat kumarin, MAOI, penghambat beta adrenergik, tetrasiklin, kloramfenikol,
klofibrat, disopiramid, mikonazol, simetidin oral. Khasiat Glicazid berkurang oleh
kortikosteroid, kontrasepsi oral, tiazide, derivate fenotiazin, hormon tiroid dan
laksatif.
 Nateglinide berpotensiasi efek hipoglikemik oleh AINS, salisilat, penghambat MAO,
dan penghambat α adrenergik non selektif, terutama penurunan efek hipoglikemik jika
diberikan bersama tiazid, kortikosteroid, produk dari tiroid dan simpatomimetik,
alkohol dan OAD.
 Sulfonilurea (klorpropamide, tolbutamide, glibenklamide, glikazide, glipizid,
glikuidon, glimepiride) Mekanisme kerjanya adalah merangsang pelepasan insulin
dari sel b, sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin. Di dalam tubuh sulfonilurea
akan terikat pada reseptor spesifik sulfonilurea pada sel beta pankreas. Ikatan tersebut
menyebabkan berkurangnya asupan kalsium dan terjadi depolarisasi membran.
Kemudian kanal Ca+ terbuka dan memungkinkan ion-ion Ca2+ masuk sehingga terjadi
peningkatan kadar Ca2+ di dalam sel. Peningkatan tersebut menyebabkan translokasi
sekresi insulin ke permukaan sel. Resorpsinya dari usus umumnya lancar dan lengkap,

13
sebagian besar terikat pada protein antara 90-99%. Plasma-t½-nya berkisar antara 4-5
jam (tolbutamid, glizipida), 6-7 jam (glibenklamida) sampai 10 jam (gliklazida) atau
lebih dari 30 jam (klorpropamida).
Efek samping utama yang diketahui dari sulfonilurea adalah hipoglikemia.
Efek samping lain dari penggunaan sulfonilurea antara lain adalah ruam kulit, anemia
hemolitik, gangguan gastrointestinal dan kolestasis.

Obat-obat yang berinteraksi dengan sulfonilurea


Interaksi Obat
Mengubah posisi ikatan protein Warfarin, salisilat, fenilbutazon,
sulfonamida.
Merubah metabolisme hati (sitokrom- Kloramfenikol, penghambat MAO,
P450) simetidin, rifampin
Perubahan ekskresi ginjal Alopurinol, probenesid

Klorpropamid dan glibenklamid yang masa kerjanya panjang dapat diberikan


1 kali sehari sebelum atau bersama sarapan. Glikazid dan glipizid dosis rendah
diberikan 1 kali sehari sebelum atau bersama sarapan, dosis tinggi diberikan dalam
dosis terbagi.

 Biguanida (metformin)
Golongan Biguanida ini mempunyai efek menurunkan kadar gula darah yang
meningkat pada penderita diabetes, tetapi tidak meningkatkan sekresi insulin.
Penurunan kadar gula darah ini disebabkan oleh peningkatan asupan glukosa ke
dalam otot, penurunan glukoneogenesis yang meningkat dan penghambatan absorpsi
glukosa intestinal. Metformin meningkatkan sensitivitas insulin di hati dan jaringan
periferal (otot).
Penyerapan oleh usus baik sekali dan obat ini dapat digunakan bersamaan
dengan insulin atau sulfonilurea. Metformin mencapai kadar puncak dalam darah
setelah 2 jam dan diekskresi melalui urin dalam keadaan utuh dengan waktu paruh 2-5
jam. Metformin mempunyai bioavailabilitas oral sekitar 50-60%, kelarutan rendah
pada lemak & memiliki volume distribusi pada cairan tubuh. Metformin tidak
dimetabolisme dan tidak berikatan dengan  protein plasma. Metformin dieliminasi

14
melalui sekresi tubular ginjal dan filtrasi glomerular. Waktu paruh metformin yaitu 6
jam, secara farmakodinamik efek antihiperglikemia metformin > 24 jam.
Metformin mempunyai efek gastrointestinal seperti mual, kembung, diare
pada sekitar 30% pasien, anoreksia dan perasaan kenyang menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan.
Interaksi yang Merugikan :
a. Metformin-fenprokumon
Menyebabkan peningkatan eliminasi fenprokumon. Hal ini dihubungkan dengan
adanya peningkatan aliran darah ke hati.
b. Metformin-alkohol
Alkohol meningkatkan efek antihiperglikemi dan hiperlaktatemi dari metformin.
Meskipun demikian, pasien yang diobati dengan metformin sebaiknya
menghindari alkoholl.
Interaksi yang Menguntungkan :
a. Metformin-golongan sulfonilurea
Merupakan kombinasi yang rasional karena mekanisme kerja yang berbeda yang
saling aditif. Kombinasi tersebut dapat menurunkan kadar glukosa darah lebih
banyak daripada pengobatan tunggal masing-masing obat tersebut.
b. Metformin-insulin
Kombinasi ini dianjurkan pada pasien obesitas yang kadar glukosa darahnya sulit
dikendalikan.
Pemberian metformin dapat dimulai dengan dosis 500 mg saat makan malam atau
sesudah makan dan dititrasi tiap minggu sebesar 500 mg dengan toleransi
pemberian dosis tunggal malam hari sebesar 2000 mg/hari. Metformin tidak
dianjurkan untuk anak-anak.

15
Menurut Richard Harkness pada bubu Interaksi Obat :

No Interaksi obat Efek interaksi


Obat Interaksi dengan
1. Obat Diabetes Oral & Alkohol ( bir, minuman keras  Dapat mengubah
insulin lain, anggur, dll ) kadar gula yang
tak terduga
 Penurunan hebat
kadar gula darah
2. Obat Diabetes Oral Alopurinol (Zyloprim) Penurunan kadar gula
Nama paten lain: darah
 Alluric

 Alodan

 Alopurinol

 Alofar Benoxuric
 Favolar
 Hanoric
 Ponuric
 Pritanol

 Prouric

 Puricemia

 Purinic
Digunakan untuk mengobati
pirai
3. Obat Diabetes Oral Antikoagulan :  Efek obat diabetes
 Athrombin-K (warfarin) bertambah : kadar
 Coufarin (warfarin) gula turun terlalu
 Coumadin (warfarin) rendah

 Jantoven (warfarin)  Efek antikoagulan

 Marevan (warfarin) bertambah : resiko

 Certoparin (Heparin) pendarahan dapat


naik
 Enoxaparin (Heparin)

16
 Hedulin (fenindion )
 Liquamar (fenprokumon)
 Miradon ( anisindion )
 Panwarfarin (warfarin)
4. Obat Diabetes Oral Antidepresan ( kelompok Kadar gula turun terlalu
IMAO) rendah
Digunakan sebagai antidepresan
 Marpalan
(isokarboksazida)
 Amitrip, Elavil, Endep,
Levate (Amitriptyline)
 Prozax, Animex-on,
Sarafem ( fluoxetine)
 Nardil ( fenelzin)
 Eutonyl ( pargilin)
 Parnate ( tranilsipromin)
5. Obat Diabetes Oral Aspirin (Asetosal) Kadar gula turun terlalu
Paten : rendah
 Anacin
 Agrenox
 Ascardia
 Proxime
 Aspilets
 Ascription
 Aspergum
 Bayer
 Bufferin
 Cama
 Ecotrin
 Empirin
 Measuring
 Momentum

17
 Pabirin
 Procardin 100
 Asgard
 Nospirinal
 Persistin
 Arthralgen
 Arthropan
 Calurin
 Dolobid
 Disalcid
6. Obat Diabetes Oral & Obat jantung pemblok beta Dapat menurunkan dan
insulin Digunakan untuk menormalkan meningkatkan efek obat
denyut jantung yang tak teratut diabetes, jika efek
dan untuk membantu meningkat, kadar gula
menurunkan tekanan darah darah akan turun terllalu
 Blocadren (timolol) rendah
 Corgard (nadolol)
 Inderal (propranolol)
 Lopressor (metoprolol)
 Tenormin (atenolol)
 Visken (pindolol)
7. Obat Diabetes Oral Kloramfenikol ( chloromycetin, Kadar gula turun terlalu
mychel) rendah
Nama Paten Lain :
Pentamycetin, chloromicetin
alchor, armacort cream
8. Obat Diabetes Oral Klofibrat ( Atromid-S) Kadar gula turun terlalu
rendah

9. Obat Diabetes Oral Guanetidin ( esimil, ismelin) Kadar gula turun terlalu
rendah

18
10. Obat Diabetes Oral Hormone pria (androgen) Kadar gula turun terlalu
rendah

11. Obat Diabetes Oral Insulin : short (actrapid) dan Hipoglikemia aditif
intermediate (monotartd)
12. Obat Diabetes Oral Oksifenbutazon (tanderil) Kadar gula turun terlalu
Digunakan untuk radang akut rendah
13. Obat Diabetes Oral Pepto-bismol Kadar gula turun terlalu
Digunakan untuk obat diare rendah
14. Obat Diabetes Oral Fenilbutazon ( azolid, butazolid) Kadar gula turun terlalu
rendah
15. Obat Diabetes Oral Probenesid (benemid, Kadar gula turun terlalu
colbenemid) rendah
16. Obat Diabetes Oral Sulfonamida Kadar gula turun terlalu
 Azulfidine (sulfasalazine) rendah
 Bactrim
(sulfametoksazol,
trimethoprim)
 Gantanol
(sulfametoksazol)
17. Obat Diabetes Oral & Amfetamin Kadar gula tetap tinggi
insulin Digunakan sebagai pil Karna interaksi dapat
pelangsing, narkolepsi: mengurangi efek
Nama paten :
 Benzedrine
 Adderal
 Dynavel XR
 Biphetamine
 Delcobese
 Desoxyn
 DexEdrine
 Didrex

19
 Obetrol
18. Obat Diabetes Oral & Obat asma (kelompok epinefrin) Kadar gula tetap tinggi
insulin  Aerolone ( isoprotelenol) Karna interaksi dapat
 Pehacain (Epinefrin) mengurangi efek

 Phinev ( EPinefrin)
 Alupent (metaproterenol)
 Asthmanefrin (epinefrin)
19. Obat Diabetes Oral & Metilfenidat ( Ritalin) Kadar gula tetap tinggi
insulin Digunakan untuk perilaku Karna interaksi dapat
hiperkinetik, narkolepsi, depresi mengurangi efek
ringan
20. Obat Diabetes Oral & Pemolin ( cylert ) Kadar gula tetap tinggi
insulin Digunakan untuk perilaku Karna interaksi dapat
hiperkinetik, gangguan belajar mengurangi efek
21. Obat Diabetes Oral (Natrium Fenitoin ) Kadar gula tetap tinggi
Nama paten Karna interaksi dapat
 Diolantin mengurangi efek
 Decatona
Digunakan pada gangguan ayan
22. Obat Diabetes Oral Rifampin ( Rifadin, Rimactane ) Kadar gula tetap tinggi
Karna interaksi dapat
mengurangi efek

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes merupakan penyakit dengan angka pengidap yang tinggi di
Indonesia, telah banyak macam obat untuk penanganan diabetes, namun
mengonsumsi obat harus dengan tepat dan sebaiknya dikonsultasiokan dahulu kepada
dokter karna terdapat beberapa obat yang dapat berinteraksi dengan obat maupun
dengan makanan yang nantinya dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adam, J.M.F. 2000. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang baru.
Cermin Dunia Kedokteran No. 127. Hal. 37-40.
Bushra Rabia, Nousheen Aslam, Arshad Yar Khan. (2011). ‘Food-Drug Interactions’.
Oman Medical Journal, 9 Desember, Vol. 26, No. 2.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan republik
Indonesia. Hal. 14-42.
Gustaviani, R. 2006. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam: Aru W.
Sudoyo [et al.], editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid ke-3. Edisi ke-4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 857-1859.
Herman, F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes melitus.
Pharos Bulletin No.1. Hal. 3-7.
Harkness, Richard, 1989, Interaksi Obat (G. Agoes & M.B. Widianto, Trans.).
Bandung: Penerbit ITB.
Schteingart, D.E. 2005. Pankreas: metabolisme glukosa dan diabetes melitus. Dalam : 
Sylvia, A. Price dan Lorraine M. Wilson, editor. Buku Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume ke-2. Edisi ke-6. Brahm U. Pendit [et
al.], penerjemah. Jakarta: EGC. Hal. 1259-1270. 
Soegondo, S. 2006. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes melitus tipe
2. Dalam: Aru W. Sudoyo [et al.], editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid ke-3. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.860-1863.
Yunir, E dan S. Soebardi. 2006. Terapi Non Farmakologis pada Diabetes Melitus.
Dalam: Aru W. Sudoyo [et al.], editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
ke-3. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.860-1863.

22
23

Anda mungkin juga menyukai