Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS
Dosen : Dewi Apriliyanti,Ners.,M.Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

DANTINI 2018.C.10a.0963
FREDRICK IMMANUEL 2018.C.10a.0968
SARPIKA YENA AMALIA 2018.C.10a.0985
YUNI ELIA KARTIKA 2018.C.10a.0993

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat-Nya Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun ada beberapa
halangan yang mengganggu proses pembuatan makalah ini,
namun penulis dapat mengatasinya tentu atas campur tangan
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis berharap Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus ini
akan berguna bagi para mahasiswa terutama yang berada di
STIKes Eka Harap materi tentang”laporan pendahuluan
diabetes mellitu" sehingga diharapkan dengan mempelajari
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus ini mahasiswa maupun
pembaca lainnya untuk mendapatkan tambahan pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa Laporan Pendahuluan Diabetes
Melitus ini jauh dari kata sempurna, penulis berharap adanya
kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan Laporan
Pendahuluan ini pada masa yang akan datang. Akhir kata dari
penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan Pendahuluan ini sehingga
menjadi bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 9 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN………………………..............................................1

1.1 Latar belakang………………………………………………….


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………..
1.3 Tujuan Penulis…………………………………………………
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………….
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………
1.4 Manfaat………………………………………………………..
1.4.1 Untuk Mahasiswa……………………………………..
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga…………………………….
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)……….
1.4.4 Untuk IPTEK………………………………………….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….

2.1 Konsep Penyakit………………………………………………….

2.1.1 Definisi……………………………………………….

2.1.2 Anatomi Fisiologis…………………………………..

2.1.3 Etiologi………………………………………………

2.1.4 Klasifikasi……………………………………………

2.1.5 Patofisiologi (Patway)………………………………

2. 1.6 Manisfestasi Klinis…………………………………..

2.1.7 Data Penunjang…………………………………………..


2.1.8 Komplikas…………………………………………..

2.1.9 Penatalaksanaan Medis………………………………

2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Klien

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan……………………………….

2.3.1 Pengkajian Keperawatan………………………………..

2.3.2 Diagnosa Keperawatan………………………………….

2.3.3 Intervensi Keperawatan………………………………..

2.3.4 Implementasi Keperawatan……………………………..

2.3.5 Evaluasi Keperawatan…………………………………..

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………….

3.1 Pengkajian………………………………………………………

3.2 Diagnosa……………………………………………………….

3.4 Intervensi………………………………………………………

3.5 Implementasi………………………………………………….

3.6 Evaluasi……………………………………………………..

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………..

Kesimpulan……………………………………………………………………

Saran…………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi


gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh
kurangnya sensitivitas otot ataupun jaringan terhadap insulin, yang disebut dengan
resistensi insulin ataupun oleh kurangnya hormon insulin atau disebut dengan
defisiensi insulin (Guyton & Hall, 2007). Diabetes mellitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan
kadar gula glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Syahbudin, 2009). Bahaya diabetes sangat besar dan dapat memungkinkan
penderita menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak
komplikasi serius dan menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Penderita DM
menghadapi bahaya setiap harinya karena kadar gula darah yang tidak terkontrol.
Glukosa darah mengandung kadar yang berubah-ubah sepanjang hari terutama
pada saat makan, dan beraktifitas (Pangestu, 2007).

Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu Diabetes mellitus tipe
I (insulin-dependent diabetes mellitus) dan diabetes mellitus tipe II (noninsulin-
dependent diabetes mellitus). Diabetes mellitus tipe I yaitu dicirikan dengan
hilangnya sel penghasil insulin pada pulau-pulau langhernas pankreas sehingga
terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes mellitus tipe II, terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh untuk merespon dengan wajar terhadap aktivitas insulin
yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar
glukosa yang normal dalam darah. Diabetes mellitus tipe II lebih banyak
ditemukan dan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia
(Maulana, 2009).

Diabetes mellitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi
kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun
2025, jumlah penderita DM akan membengkak menjadi 300 juta orang (Sudoyo,
2006). Menurut WHO kasus DM di Indonesia pada tahun 2000 adalah 8,4 juta
orang berada pada rangking 4 dunia setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan
Amerika Serikat (17,7 juta), dan WHO memperkirakan akan 2 meningkat pada
tahun 2030, India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta), dan
Indonesia (21,3 juta) (Wild,S., 2004). DM tipe II banyak ditemukan (>90%)
dibandingkan dengan DM tipe I. DM tipe II timbul setelah umur 30 tahun
sedangkan DM tipe I biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun. Penyakit yang
bersifat menahun (kronis) dapat menyerang pria maupun wanita,namun kasus
tersebut meningkat pada wanita (Tahitian,2008)

Diabetes mellitus seringkali tidak terdeteksi sebelum diagnosis dilakukan,


sehingga morbiditas (terjadinya penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan
dan kualitas hidup) dan mortalitas (kematian) dini terjadi pada kasus yang tidak
terdeteksi ini. Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemik kronis
dan perlahan namun pasti akan merusak jaringan dalam tubuh jika tidak ditangani
secara tepat dan serius (Agus dkk, 2011). Dengan ditemukannya beberapa faktor
penyebab terjadinya diabetes mellitus diantaranya faktor genetik, faktor
lingkungan, faktor kegemukan, faktor demografi, dan lainnya, maka faktor-faktor
tersebut mempengaruhi seseorang akan mengalami DM tipe I atau DM tipe II.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada klien
dengan Diabetes Mellitus tipe II.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan dari penulisan Laporan ini yaitu mahasiswa mampu memperoleh
gambaran dan menjelaskan tentang :
a. Pengertian dari Diabetes Mellitus Tipe II
b. Etiologi dari Diabetes Mellitus Tipe II
c. Tanda dan gejala dari Diabetes Mellitus Tipe II
d. Patofisiologi dan pathway dari Diabetes Mellitus Tipe II
e. Penatalaksanaan dari Diabetes Mellitus Tipe II
f. Konsep asuhan keperawatan dari Diabetes Mellitus Tipe II
g. Asuhan keperawatan pada Diabetes Mellitus Tipe II.

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu, mahasiswa dapat memahami tentang :
a. Pengertian Diabetes Mellitus Tipe II
b. Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II
c. Tanda dan gejala dari Diabetes Mellitus Tipe II
d. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II
e. Penatalaksanaan terhadap penderita Diabetes Mellitus Tipe II
f. Konsep asuhan keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II
g. Asuhan keperawatan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PENYAKIT

2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan kadar


hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas yang mengakibatkan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Penurunan ini mengakibatkan glukosa
yang dikonsumsi oleh tubuh tidak dapat diproses secara sempurna sehingga
konsentrasi glukosa dalam darah akan meningkat. Diabetes Mellitus terbagi
menjadi beberapa tipe, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM Sekunder dan DM
gestasional. Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara
genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes
mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan
penyakit vaskular mikroangiopati.
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus
tipe 2 merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik
yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin). Resistensi
insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati
sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan akhirnya tertimbun dalam
peredaran darah. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat
dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β
pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
Pada Diabetes Melitus tipe II, pankreas masih dapat membuat insulin,
tetapi kualitas insulin yang dihasilkan buruk dan tidak dapat berfungsi dengan
baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya glukosa
dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia kronik
pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan
pembuluh darah (Gustaviani, 2006). Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel
beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin
dependent diabetes mellitus.
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh
faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik
hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh


dunia dengan prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF Adam).

2.1.2 Anatomi Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip


dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada
daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan ekornya
menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke darah.

Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :

a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah


kanan umbilical dalam lekukan duodenum.

b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah


lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.

c.Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya
menyentuh lympa.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :

a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.


b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau langerhans
manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang
satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta
mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan sel-sel delta
mengekresi somatostatin.

Fungsi pankreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :

a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk


getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas
adalah :

1.) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan


polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan
monosakarida.

2.) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam


amino.

3.) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak
dan gliserol gliserin.

b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon


dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar
antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.

Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan
hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah
insulin dan glukagon.

1). Insulin

Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia.
Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan
disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang
memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah.
Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.

Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :

a.) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan
konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3
glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan
bentuk glikogen.

b.) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.

c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap
hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang
disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang
lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.

Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :

a.) Menambah kecepatan metabolisme glukosa

b.) Mengurangi konsentrasi gula darah

c.) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.

2). Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau
langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi
yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah.
Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri
dari 29 rantai asam amino.

Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :

a.) Pemecahan glikogen (glikogenolisis)

b.) Peningkatan glukosa (glukogenesis)


Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah
mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada
sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi
glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas mengekresi
glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari
hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.

2.1.3 Etiologi

A. Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan
insulin secara relatif maupun absolut. Peningkatan jumlah penderita DM yang
sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko
yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut
American Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko
yang tidak dapat diubah meliputi:
1) Riwayat keluarga dengan DM (first degree relative)
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen
diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya
orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang
menderita Diabetes Mellitus.
2) Umur ≥45 tahun
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun.
3) Etnik,
4) Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau
riwayat pernah menderita DM gestasional
5) Riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg).
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang
peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara
lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik
dan mengakibatkan kerusakan sel- sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan
kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin
yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
B. Tipe-tipe Diabetes Melitus
1. Dibetes melitus tipe I

Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas


yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor:

- Faktor genetik

Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi suatu


predisposisi kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan dietmukannya tipe
antigen HLA (Human Leucolyte antoge) teertentu pada individu tertentu

- Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibody terarah
pada sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya jaringan tersebut seolah-olah
sebagai jeringan abnormal

- Faktor lingkungan

Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor eksternal yang


dapat memicu destruksi sel beta, contoh hasil penyelidikan yang menyatakan
bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.

2. Diabetas Melitus Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan


gangguan sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin dan juga terdapat beberapa faktor resiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetea tipe II yaitu:

 Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65 tahun


 Obesitas
 Riwayat keluarga
 Kelopok etnik tertentu

3. Faktor non genetik

a. Infeksi

Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai


predisposisi genetik terhadap Diabetes Mellitus.

b. Nutrisi

a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.

b.) Malnutrisi protein

c.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.

c. Stres

Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.

d. Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,
akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar
katekolamin meningkat

2.1.4 Klasifikasi

- Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :

a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus


(IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD),
penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya
ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia
muda dapat disebabkan karena keturunan.

b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus


(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes
(MOD) terbagi dua yaitu :

1.) Non obesitas

2.) Obesitas

Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas,


tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi
pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.

c. Diabetes Mellitus type lain

1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan


hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan
genetik dan lain-lain.

2.) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :

Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik


3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam
amino dan glukosa ke fetus.

2.1.5 Patofisiologi

Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu


dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :

(1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat


peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
(2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada
dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.

(3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita
Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah
bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.

Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke


metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat
dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10
Meq/Liter.
PATWAY DIABETES MELITUS
2.1.6 Manifestasi Klinis

Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut
diabetes melitus yaitu poliphagia (banyak makan), polidipsia (banyak minum),
Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah
namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), dan
mudah lelah. Sedangkan gejala kronik diabetes melitus yaitu kesemutan, kulit
terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan,
mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu
hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan
bayi berat lahir lebih dari 4kg.
Gejala Akut Diabetes Melitus :

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.

c. Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini
disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein.

e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

2.1.7 Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah


untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan
kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar
dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan
berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi ini.

2.1.8 Komplikasi

a. Akut

1.) Hypoglikemia

2.) Ketoasidosis

3.) Diabetik
b. Kronik

1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah


jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik,


nefropati diabetic.

3.) Neuropati diabetic.

2.1.9 Test Diagnostik

Kriteria diagnostik menurut WHO(1985) untuk diabetes melitus pada orang


dewasa tidak hamil, pada sedikitnya dua kali pemeriksaan:

1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa/Nuchter >140 mg/dl ( 7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah


mengkomsumsi 75 gr Karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl
(11,1 mmol/L)

2.1.10 Penatalaksanaan Medis

1. Perencanaan makan

Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbangan


dalam hal Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi :

a. KH 60 –70 %

b. Protein 10 –15 %

c. Lemak 20 25 %

Beberapa cara menentukan jumlah kelori uantuk pasien DM melalui


perhitungan mennurut Bocca: Berat badan (BB) Ideal: (TB – 100) – 10% kg
1). BB ideal x 30% untuk laki-laki

BB ideal x25% untuk Wanita

Kebutuan kalori dapat ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari:

 Ringan : 100 – 200 Kkal/jam


 Sedang : 200 – 250 Kkal/jam
 Berat : 400 – 900 Kkal/jam

2). Kebutuhhan basal dihitung seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan
persentase kalori basal:

 Kerja ringan ditambah 10% dari kalori basal


 Kerja sedang ditambah 20% dari kalori basal
 Kerja berat ditambah 40 – 100 % dari kalori basal
 Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang hamil atau
menyesui, ditambah 20 –30-% dari kalori basal

3) Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:

 Pasien kurus : 2300 – 2500 Kkal


 Pasien nermal : 1700 – 2100 Kkal
 Pasien gemuk : 1300 – 1500 Kkal

2. Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3 –4 x seminggu) selama kurang


lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari,
renang, bersepeda dan mendayung. Sampai zona sasaran yaitu 75 – 85 % denyut
nadi maksimal : DNM = 220-umur (dalam tahun)
3. Pengelolaan farmakologi

a. Obat hipoglikemik oral (OHO)

1) Golongan sulfonilures bekerja dengan cara:

- Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan

- Menurunkan ambang sekresi insulin

- Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa

2) Biguanid

Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah normal.


Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk
pasien gemuk

3) Inhibitor alfa glukosidase

Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam


saluran cerna sehingga menrunkan hiperglikemia pasca pransial

4) Insulin sensitizing agent

Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai sfek


farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi
nasalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin
tanpa menyebabkan hipoglikemia.
2.3 KONSEP KEPERAWATAN

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang


melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik
maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.

Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan


secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk
mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi
rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem endokrin.

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus


dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.

Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :

a. Aktivitas dan istirahat :

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan


tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada


ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.

c. Eliminasi

Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.


d. Nutrisi

Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.

e. Neurosensori

Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,


disorientasi, letargi, koma dan bingung.

f. Nyeri

Pembengkakan perut, meringis.

g. Respirasi

Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

h. Keamanan

Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i. Seksualitas

Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan


terjadi impoten pada pria.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan


teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes
Mellitus yaitu :

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang


tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.

2.3.3 Rencana Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan :

Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer
dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara
individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi


yang adekuat.

3.) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.

Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi


ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

4.) Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respons pasien secara individual.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

Tujuan :

- Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat

- Menunjukkan tingkat energi biasanya

- Berat badan stabil atau bertambah.

Intervensi :

1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan


terapeutik.

2.) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi


dan utilisasinya).

3.) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan


etnik/kultural.

Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam


perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.

4.) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada


keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5.) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.

Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat
pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

Tujuan :

- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.

- Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah


terjadinya infeksi.

Intervensi :

1). Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.

Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah


mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

2). Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.

Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.

3). Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.

4). Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada


peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.

5). Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.

Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan


memobilisasi sekret.
d. Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

Tujuan :

- Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.

- Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital dan status mental.

Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal

2.) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan


kebutuhannya.

Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan


kontak dengan realitas.

3.) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk


melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.

Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas


dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.

4.) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.

Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang


berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

Tujuan :

- Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.


- Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan.

Intervensi :

1.) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.

Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan


tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

2.) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.

3.) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah


melakukan aktivitas.

Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara


fisiologis.

4.) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai


toleransi.

Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai


tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif


yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

Tujuan :

- Mengakui perasaan putus asa

- Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

- Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri


mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :

1.) Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang


perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.

Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara


pemecahan masalah.

2.) Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.

Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain
atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri
dan mungkin mengganggu kemampuan koping.

3.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan
diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri
sendiri.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi
informasi.

Tujuan :

- Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.

- Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan


menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.

- Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional


tindakan.
Intervensi :

1.) Ciptakan lingkungan saling percaya

Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien


bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.

2.) Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat


pertimbangan dalam memilih gaya hidup.

3.) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.

Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien


dalam merencanakan makan/mentaati program.

4.) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab
pertanyaan pasien/orang terdekat.

Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.

2.3.4 Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang


diberikan kepada klien sesuai dengan rencana asuhan keperawatan. Pada tahap ini
perawat menerapkan keterampilannya dan pengetahuannya berdasarkan ilmu
keperawatan dan ilmu lain, yang terkait secara integrasi. Pada waktu perawat
memberikan asuhan keperawatan, proses pengumpulan data berjalan terus-
menerus guna perubahan/penyesuaian tindakan keperawatan.

Beberapa faktor dapat mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan,


antara lain sumber-sumber yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat serta
lingkungan fisik dimana asuhan keperawatan dilakukan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan pasien (empat tindakan yang utama) :

a. Melaksanakan prosedur keperawatan

b. Melakukan observasi
c. Memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan).

d. Melaksanakan program pengobatan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan, dilakukan


berdasarkan standar asuhan keperawatan dan sistem pendelegasian yang telah
ditetapkan.

2.3.5 Evaluasi

Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah :

a. Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat ?

b. Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang diinginkan ?

c. Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan kadar glukosa ?

d. Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?

e. Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat dipertahankan


sesuai kebutuhan ?

f. Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu merencanakan


perawatannnya sendiri ?

g. Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit ?


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

1. Contoh kasus

Tn. W, 31 tahun, duda, dengan keluhan kaki kesemutan dan mati rasa sejak 1
bulan yang lalu disertai dengan badan terasa lemas. Kaki sering kesemutan
terutama saat setelah duduk bersila atau jongkok dalam waktu lama. Pasien juga
mengaku terkadang tidak terasa sakit jika kakinya tersandung benda. Pasien juga
mengaku adanya keluhan sering haus, sering terasa lapar dan sering BAK malam
hari lebih dari 3 kali (tidak memperhatikan seberapa banyak kencing yang keluar).
Gangguan penglihatan mulai dirasakan pasien, pasien merasa pandangan berputar
dan merasa benda-benda sekitar bergoyang. Klien mengaku klien awalnya tidak
mengetahui penyakitnya dan kadar gula darahnya tinggi. Klien tetap
mengonsumsi makanan yang manis. Pasien rutin berobat ke dokter untuk
meminum obat diabetes. Namun dalam 1 bulan ini pasien mengaku berhenti
minum obat tersebut. Pekerjaan sehari-hari sebagai tukang parkir di pasar.
Kebiasaan tidur larut, perilaku mengonsumsi kopi, suka makan-makanan yang
manis, makan-makanan ringan setiap malam, merokok 10 batang per hari, serta
tidak pernah berolahraga teratur tidak disangkal. Ibu kandung Tn. W memiliki
riwayat penyakit yang sama berupa diabetes, sedangkan riwayat darah tinggi pada
orang tua tidak ada. Untuk masalah kesehatan keluarga, keluarga jarang berobat
ke dokter. Sejak 8 bulan yang lalu diketahui memiliki riwayat penyakit diabetes.
Diketahui karena memiliki riwayat sering buang air kecil, banyak minum dan
banyak makan sedangkan berat badan cenderung menurun serta dari pemeriksaan
gula darah sewaktu saat itu mencapai 333 mg/dl. Telah berobat ke KDK Kayu
Putih dan diberikan obat diabetes yaitu metformin (3x1) dan glibenklamid (1x1).
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan 3x sehari. Selama di rumah sakit
pasien hanya makan separuh porsi. Pasien merasa mual dan ingin muntah. Pasien
mengaku tidak rutin minum obat diabetes disertai memiliki pola makan dan pola
hidup yang kurang baik. Selain itu pasien mengaku baru menyelesaikan
pengobatan TB parunya sejak 1,5 bulan yang lalu dan dinyatakan sembuh oleh
dokter. Pemeriksaan fisik pasien pada tanggal 5 September 2013, kesadaran
kompos mentis, berat badan 58 kg, tinggi badan 168 cm, kesan gizi
normal(BBI/Berat Badan Idaman), IMT (Indeks Massa Tubuh) normal
(20,5),tekanan darah120/80 mmHg,nadi100 x/menit,pernapasan20 x/menit, suhu
36,5 ºC. Status generalis pasien didapatkan kepala, mata, hidung, mulut, leher,
dada (jantung dan paru) pasien dalam batas normal. Status neurologis
menunjukkan hipestesia pada regio pedis dextra dan sinistra. Gula darah puasa
pasien 256 mg/dl. Diagnosis Kerja dari pasien ini adalah Diabetes Melitus Tipe II
dengan neuropati diabetikum (Wicaksono, 2013).

3.1 Pengkajian

I. IDENTITAS
Nama : Tn. W
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 31 tahun
Alamat : Jl. Pondasi No.22, RT.2/RW.17, Kayu Putih.
Tanggal Masuk : 17 September 2017
Tanggal Pengkajian : 18 September 2018
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tukang Parkir
No. RM : 78175

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : kaki kesemutan dan mati rasa sejak 1 bulan yang lalu
disertai dengan badan terasa lemas.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke rumah sakit KDK kayu putih pada tanggal 11 September
2017 dengan keluhan kaki kesemutan dan mati rasa sejak 1 bulan yang
lalu disertai dengan badan terasa lemas. Kaki sering kesemutan terutama
saat setelah duduk bersila atau jongkok dalam waktu lama. Pasien juga
mengaku terkadang tidak terasa sakit jika kakinya tersandung benda.
Pasien juga mengaku adanya keluhan sering haus, sering terasa lapar dan
sering BAK malam hari lebih dari 3 kali (tidak memperhatikan seberapa
banyak kencing yang keluar).
C. Alergi (obat, makanan, plester, dll)
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat,
makanan, serta plester.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku baru menyelesaikan pengobatan TB parunya sejak 1,5
bulan yang lalu dan dinyatakan sembuh oleh dokter.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu kandung Tn. W memiliki riwayat penyakit yang sama berupa
diabetes, sedangkan riwayat darah tinggi pada orang tua tidak ada.
F. Kebiasaan/polahidup/life style
Keluarga mengatakan bahwa pasien mempunyai kebiasaan merokok, serta
pasien mempunyai kebiasaan minum kopi dengan banyak gula, pasien juga
tidak menjaga pola / menu makanan dan minuman yang di konsumsi,
makanan camilan yang paling di gemari pasien adalah camilan yang manis-
manis.
G. Obat-obat yang digunakan
Keluarga mengatakan bahwa pasien pernah mengkonsumsi obat TB, dan
sudah tidak mengkonsumsi obat sejak 1.5 bulan lalu. Dan semenjak itu
pasien tidak pernah mengkonsumsi obat lain.
Genogram:

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: tinggal satu rumah
: meninggal
: Pasien
III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Jika ada anggota keluarga yang sakit, jarang berobat ke dokter.
Interpretasi :
Keluarga mengatakan bahwa ke dokter itu hanya jika sakitnya sudah parah.
2. Pola nutrisi/ metabolik
a. Antropometeri
BB sebelum sakit = 62 kg
BB saat ini = 58 kg
TB: 168 cm
IMT= BB/(Tb(m)2) =58/2,82=20,5
Kategori IMT
Underweight < 18,5
Normal 18,5-24,9
Overweight >25
Interpretasi: berdasarkan rumus IMT, pasien termasuk kategori normal
b. Biomedical sign :
Albumin : 3,54 g/dl; 2,64 g/dl ; 2,27 g/dl
Globulin : 2,55 g/dl; 2,85 g/dl ; 3,46 g/dl
Hemoglobin : 13,6 gr%
Gula darah sewaktu : 333 mg/dl
Gula drah puasa : 256 mg/dl
Kategori Glukosa darah normal:
Gula darah puasa : 80-99 mg/dl
Gula darah sewaktu : 80-145 mg/dl
Interpretasi :
Pada hasil lab didapatkan nilai normal pada nilai Albumin, Globulin, dan
Hemoglobin tetapi gula darah sewaktu dan gula darah puasa tinggi dalam
batasan tidak normal.
3. Pola eliminasi:
a. BAK
1) Frekuensi : 1800cc/jam
2) Jumlah : >1200-1500 cc/jam
3) Warna : berwarna kuning jernih
4) Bau : berbau khas
5) Kemandirian : mandiri/dibantu
b. BAB
1) Frekuensi : 1x/hari
2) Jumlah : normal
3) Warna : kuning
4) Bau : bau khas
5) Karakter : berbentuk
6) Kemandirian : mandiri/dibantu
Interpretasi :
Pola eliminasi yang dialami oleh klien terganggu, karena feses dan urine
yang dikeluarkan tidak sesuai atau tidak normal.
4. Pola aktivitas dan latihan
Pasien dalam melakukan ADL perlu dibantu.
Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu keluarga, 3:
dibantu alat, 4: mandiri
5. Pola tidur dan istirahat
Durasi : Klien mengatakan tidur pada pukul 23.30 WIB-04.00 WIB (4,5 jam)
dan siang hari tidur selama 1 jam.
Interpretasi : klien mengalami gangguan tidur karena cemas.
6. Pola kognitif dan perseptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Mampu berkomunikasi dan berorientasi dengan baik saat dilakukan
pengkajian. Penglihatan klien kurang berfungsi dengan baik karena
mengalami gangguan. Gangguan penglihatan yang dirasakan adalah
pandangan berputar dan merasa benda-benda sekitar bergoyang.
Pendengaran , pengecapan dan penciuman, klien berfungsi dengan baik.
Sensori, klien masih mampu membedakan sensori tajam dan tumpul
sekalipun harus dengan tekanan yang kuat.
Interpretasi :
Pasien mengalami gangguan pada penglihatannya.
7. Pola persepsi diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan tidak bisa bekerja mencari uang.
b. Identitas diri : Pasien merupakan seorang suami dan ayah yang
sudah memiliki dua anak.
c. Harga diri : Pasien percaya dirinya dapat sembuh dan segera
melakukan aktivitas sehari hari yaitu menjalani hidup dengan keluarga
kecilnya.
d. Ideal Diri : Pasien ingin segera sembuh dan ingin segera
bekerja kembali agar bisa menghidupi keluarganya.
e. Peran Diri : Pasien mengatakan dirinya tidak bisa melakukan
kegiatan yang terlalu berat
Interpretasi :
Pola persepsi diri pasien tidak mengalami gangguan, gambaran diri pasien
tidak mengalami gangguan
8. Pola seksualitas & reproduksi
Pasien mengatakan sudah mempunyai 2 anak. Klien mengatakan tidak pernah
memiliki riwayat gangguan reproduksi.
Interpretasi:
Tidak ada masalah
9. Pola peran dan hubungan
Klien mengatakan perannya klien ada seorang suami sekaligus kepala rumah
tangga yang harus mencari nafkah untuk keluarganya dengan bekerja sebagai
tukang parkir di pasar. Hubungan klien dengan orang terdekat tidak
mengalami masalah. Setelah dirawat di rumah sakit klien akan menjaga
kondisinya saat ini dan akan selalu periksa ke dokter. Saat di rumah sakit
klien juga berinteraksi baik dengan keluarga pasien lain, perawat dan juga
tenaga medis lainnya.
Interpretasi :
Pasien mengalami gangguan peran saat sakit.
10. Sistem nilai dan keyakinan
Klien mengatakan klien beragama Islam dan selalu taat dalam menjalankan
kewajiban sholatnya walaupun di tempat tidur
11. Pola koping dan stres
Klien mengatakan apabila ada masalah pasti didiskusikan dengan
keluarganya dan saudara terdekatnya. Klien menyelesaikan masalahnya
dengan musyawarah. Klien terlihat cemas dan stres akan penyakitnya.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
N : 100x/menit,
RR : 20x/menit,
TD : 120/80 mmHg,
S : 36,5 C
GCS : E4V5M6
B. Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala: Mesochepal, tidak terdapat deformitas
Rambut : Dominan hitam dan tidak mudah rontok
C. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva : Pada mata kanan dan kiri tidak terlihat anemis.
Sklera : Pada mata kanan dan kiri terlihat ikterik
Pupil : Isokor kanan-kiri, diameter 3 mm, reflek cahaya( + / + )
Palpebra : Tidak edema
Visus : Baik
D. Pemeriksaan Hidung
Bentuk : normal, tidak terdapat deformitas
Nafas cuping hidung : tidak ada
Sekret : tidak terdapat sekret hidung
E. Pemeriksaan Mulut
Bibir : Tidak sianosis, tidak kering
Lidah : Tidak kotor, tepi tidak hiperemi
Tonsil : Tidak membesar
Faring : Tidak hiperemis
Gigi : Lengkap
F. Pemeriksaan Telinga
Bentuk : normal, tidak terdapat deformitas
Sekret : tidak ada
Fungsional : pendengaran baik
G. Pemeriksaan Leher
JVP : tidak meningkat
Kelenjar tiroid : tidak membesar
Kelenjar limfonodi : tidak membesar
Trakhea : tidak terdapat deviasi trakhea
H. Pemeriksaan Thorak
1. Paru-paru
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada retraksi, tidak ada sikatrik.
Palpasi : vocal fremitus kanan sama kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hepar pada SICV
LMC dextra
Auskultasi : suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan di semua
lapang paru
2. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung
Kanan atas : SIC II LPS dextra
Kanan bawah : SIC IV LPS dextra
Kiri atas : SIC II LMC sinitra
Kiri bawah : SIC IV LMC sinistra
Auskultasi : S1- S2, reguler, tidak ada mur-mur, tidak ada gallop
I. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : tampak asites, sikatrik akibat bekas luka operasi apendiksitis,
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : pekak pada region abdomen kanan atas sampai 3 jari dibawah
arcus   costae dan tympani di abdomen kanan bawahdan abdomen kiri
Palpasi :supel, terdapat nyeri tekan pada regio bagian atas, teraba adanya
pembesaran hepar dan lien tidak teraba. Tes undulasidan pekak beralih
positif.
J. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : tidak ada deformitas, tidak ada edema, perfusi kapiler
baik, tidak anemis, akral hangat.
Inferior : tidak ada deformitas, tidak ada edema, CRT bagian ujung
lebih dari 3 detik, perfusi kapiler buruk, tidak anemis, akral dingin.
Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan
Ds : Pola hidup tidak sehat Risiko ketidakstabilan
-Riwayat penyakit kadar glukosa darah
diabetes sejak 8 bulan Sel beta di pankreas
lalu terganggu
-klien mengeluh kaki
kesemutan dan badan Defisiensi insulin
lemas
-sering BAK
-klie suka Retensi insulin
mengonsumsi kopi,
makan manis,
merokok 10 batang Hiperglikemia
per hari
-pasien mengatakan
tidak pernah Kadar glukosa darah
berolahraga tidak terkontrol
Do:
-pasien tampak lemas
-Gula darah sewaktu : Ketidakstabilan kadar
333 mg/dl glukosa darah
-gula darah puasa :
256 mg/dl
-urine output : >1500
cc/jam
Ds : Penurunan pemakaian Gangguan pemenuhan
-Klien mengatakan glukosa oleh sel nutrisi kurang dari
selama di rumah sakit kebutuhan tubuh
klien makan 2x sehari
dan hanya makan Proteolisis
separuh porsi kurang
lebih sekitar 2 sendok
makan. Asam amino meningkat
-Pasien mengatakan
merasa mual dan ingin
muntah Glukoneugenesis

Do :
BB sebelum sakit : 62 Ketogenesis
kg Ketonemia
BB setelah sakit : 58
kg
TB : 168 Penurunan BB
Indeks Masa Tubuh
(IMT) : 20,5

Ds : Penurunan pemakaian Gangguan pemenuhan


-Klien mengatakan glukosa oleh sel nutrisi kurang dari
selama di rumah sakit kebutuhan tubuh
klien makan 2x sehari
dan hanya makan Proteolisis
separuh porsi kurang
lebih sekitar 2 sendok
makan. Asam amino meningkat
-Pasien mengatakan
merasa mual dan ingin
muntah Glukoneugenesis
Do :
BB sebelum sakit : 62 kg Ketogenesis
BB setelah sakit : 58 kg Ketonemia
TB : 168
Indeks Masa Tubuh
(IMT) : 20,5 Penurunan BB

Ds : Defisiensi insulin Risiko infeksi


-Pasien mengatakan absolute
kakinya kesemutan
terutama saat setelah
duduk bersila atau Penurunan pemakaian
jongkok dalam waktu glukosa oleh sel
lama.
-Pasien mengaku
terkadang tidak terasa Hiperglikemia
sakit jika kakinya
tersandung benda
Do : Hiperosmolalitas
-Gula darah sewaktu 333
mg/dl
-Gula darah puasa pasien
256 mg/dl.

Ds : Defisiensi insulin Ansietas


-klien mengatakan cemas absolute
tentang penyakit yang di
deritanya
-Klien mengaku sering Perubahan status
BAK malam hari lebih kesehatan
dari 3x.
Do :
-Klien terlihat cemas dan Kurangnya pengetahuan
gelisah ttg penyakit
-TD : 120/80
-RR : 20x/menit
- Suhu : 36,5 C

Ds : Defisiensi insulin Kurangnya pengetahuan


-Klien mengaku klien absolute tentang proses penyakit,
tidak mengetahui diet, dan pengobatan
penyakitnya
-Klien mengatakan tidak Perubahan status
mengetahui kadar gula kesehatan
darahnya tinggi
-Klien tetap
mengonsumsi makanan Hospitalisasi
yang manis.
-Klien mengatakan sudah
1 bulan ini pasien Informasi in adekuat
mengaku berhenti
minum obat tersebut.
Do :
Saat pasien ditanya
tentang diabetes pasien
hanya tau diabees itu
penyakit kencing manis

Ds : Defisiensi insulin Keletihan


-Pasien mengatakan kaki absolute
kesemutan saat setelah
duduk dan jongkok
-Badan terasa letih dan Lipolisis
lemas
Do :
-tampak berbaring di Keletihan otot
tempat tidur
-Albumin : 3,54 g/dl;
2,64 g/dl ; 2,27 g/dl
-Globulin : 2,55 g/dl;
2,85 g/dl ; 3,46 g/dl
-Hemoglobin : 13,6 gr%
-Gula darah sewaktu :
333 mg/dl
-Gula drah puasa : 256
mg/dl

Ds : Kadar glukosa darah Ketidakefektifan Perfusi


-Pasien mengatakan kaki meningkat Jaringan Perifer
terasa kesemutan dan
saat tersandung tidak
merasa sakit Defisiensi insulin
Do :
- CRT bagian ujung lebih
dari 3 detik, perfusi Aliran darah ke perifer
kapiler buruk, akral terganggu
dingin,
- TD : 120/80
- Nadi : 100x/menit Ketidakefektifan Perfusi
- RR : 20x/menit Jaringan Perifer
- Suhu : 36,5 C
Ds: Diabetes Mellitus Tipe II Risiko jatuh
-Pasien mengatakan
badan lemas dan kaki
kesemutan Perubahan kadar gula
-Saat tersandung pasien darah
tidak merasakan apa-apa
-pasien mengatakan
gangguan penglihatan Gangguan penglihatan
pasien terganggu
-bayangan kabur dan
seperti berputar-putar Risiko jatuh
-klien sering ke kamar
mandi BAK pada malam
hari
Do:
Pupil : Isokor kanan-kiri,
diameter 3 mm, reflek
cahaya( + / + )
Ds: Diabetas Mellitus tipe II Gangguan pola tidur
-Klien merasa tidak bisa
tidur karena memikirkan
penyakitnya Sering terjaga ketika
-klien sering bolak-balik malam
ke kamar mandi untuk
BAK
Do: Pola tidur tidak
-klien tidur pada pukul menyehatkan
23.30 WIB-04.00 WIB
(4,5 jam) dan siang hari
tidur selama 1 jam. Gangguan pola tidur

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kadar
glukosa darah tidak terkontrol.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
2. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Keletihan berhubungan dengan keletihan otot.
4. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit (DM).
5. Nyeri
6. Gangguan pola tidur
7. Risiko jatuh

3.3 Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Domain 2. (00002) Resiko Manajemen Hiperglikemi
Nutrisi ketidakstabilan kadar (2120)
Kelas 4. glukosa darah 1. Monitor kadar gula
Metabolisme Setelah dilakukan daraah, sesuai indikasi
Resiko asuhan keperawatan, 2. Monitor tanda dan
ketidakstabilan diharapkan gejala hiperglikemi:
kadar glukosa ketidakstabilan kadar poliuria, polidipsi,
darah (00179) glukosa darah normal. polifagi, kelemahan,
(2300) Kadar latergi, malaise,
glukosa darah pandangan kabur atau
sakit kepala.
1. Glukosa darah dari
3. Monitor ketourin,
skala 2 (deviasi yang
sesuai indikasi.
cukup besar dari
4. Brikan insulin sesuai
kisaran normal)
resep
ditingkatkan menjadi
5. Dorong asupan cairan
skala 4 (deviasi
oral
ringan sedang dari
6. Batasi aktivitas ketika
kisaran normal)
kadar glukosa darah
(2111) Keparahan lebih dari 250mg/dl,
Hiperglikemia khusus jika ketourin
terjadi
1. Peningkatan
7. Dorong pemantauan
glukosa darah dari
sendiri kadar glukosa
skala 2 (berat)
darah
ditingkatkan menjadi
8. Intruksikan pada pasien
skala 4 (ringan)
dan keluarga mengenai
(1619) Manajemen manajemen diabetes
diri : diabetes 9. Fasilitasi kepatuhan
terhadap diet dan
1. Memantau glukosa
regimen latihan
darah dari skala 2
Pengajaran: Peresepan
(jarang menunjukkan)
Diet (5614)
ditingkatkan menjadi
1. Kaji tingkat
skala 4 (sering
pengetahuan pasien
menunjukkan)
mengenai diet yang
disarankan
2. Kaji pola makan pasien
saat ini dan
sebelumnya, termasuk
makanan yang di sukai
3. Ajarkan pasien
membuat diary
makanan yang
dikonsumsi
4. Sediakan contoh menu
makanan yang sesuai
5. Libatkan pasien dan
keluarga
2 Domain 2. (00179) Manajemen Nutrisi
Nutrisi Ketidakseimbangan (1100)
Kelas 1. Makan nutrisi, kurang dari 1. Instruksikan kepada
Ketidakseimbang kebutuhan tubuh pasien mengenai
an nutrisi, Setelah dilakukan kebutuhan nutrisi
kurang dari asuhan keperawatan, 2. Tentukan jumlah kalori
kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi dan jenis nutrisi yang
(00002) pasien terpenuhi. dibutuhkan oleh pasien
(1004) Status Nutrisi untuk memenuhi
1. Asupan makanan kebutuhan gizi
dan cairan dari 3. Ciptakan lingkungan
skala 2 (banyak yang optimal pada saat
menyimpang dari mengkonsumsi
rentang normal) makanan
ditingkatkan 4. Monitor kalori dan
menjadi skala 4 asupan makanan pasien
(sedikit 5. Monitor kecenderungan
menyimpang dari terjadinya kenaikan
rentang normal) atau penurunan berat
badan pada pasien
(1622) Perilaku
patuh : diet yang
disarankan

1. Memilih makanan
yang sesuai
dengan diet yang
ditentukan dari
skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(sering
menunjukkan)
2. Memilih minuman
yang sesuai
dengan diet yang
ditentukan dari
skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatka
menjadi skala 4
(sering
menunjukkan)

(1854)
Pengetahuan : diet
yang sehat

1. Intake nutrisi yang


sesuai dengan
kebutuhan individu
dari skala 2
(pengetahuan
terbatas)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(pengetahuan
banyak)
3 Domain 11. (00004) Resiko Kontrol Infeksi (6540)
Keamanan/ infeksi 1. Ganti peralatan
Perlindungan perawatan per pasien
Kelas 1. Infeksi Setelah dilakukan sesuai protokol institusi
Resiko infeksi asuhan keperawatan, 2. Anjurkan pasien
(00004) diharapkan tidak mengenai teknik
terjadi infeksi pada mencuci tangan dengan
pasien. tepat
(1908) Deteksi risiko 3. Pastikan penanganan
aseptik dari semua
1. Mengenali tanda
saluran IV
dan gejala yang Perlindungan Infeksi
mengindikasikan (6550)
risiki dari skala 2 1. Monitor kerentanan
(jarang mnunjukkan) terhadap infeksi
ditingkatkan menjadi 2. Berikan perawatan klit
skala 4 (sering yang tepat Periksa kulit
menunjukkan) dan selaput lendir untuk
adanya kemerahan,
2. Memonitor
kehangatan ektrim, atau
perubahan status
drainase
kesehatan skala 2
3. Ajarkan pasien dan
(jarang mnunjukkan)
keluarga bagaimana
ditingkatkan menjadi
cara menghindari
skala 4 (sering
infeksi
menunjukkan)

(1902) Kontrol
risiko

1. Mengidentifikasi
faktor risiko dari
skala 2 (jarang
mnunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)

1. Mengenali faktor
risiki skala 2
(jarang
mnunjukkan)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(sering
menunjukkan)
4 Domain 9. (00146) Ansietas Pengurangan kecemasan
Koping/ (5820)
Toleransi Stress Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan
Kelas 2. Respon asuhan keperawatan, yang tenang dan
Koping diharapkan ansietas menyakinkan
Ansietas (00146) pasien berkurang. 2. Nyatakan dengan jelas
(1211) Tingkat harapan terhadap
kecemasan perilaku klien
3. Pahami situasi krisis
1. Tidak dapat
yang terjadi dari
beristirahat dari skala
perspektif klien
2 (cukup berat)
4. Berikan informasi
ditingkatkan menjadi
faktual tekait diagnosa,
skala 4 (ringan)
perawatan dan
2. Perasaan gelisah prognosis
dari skala 2 (cukup 5. Berada disisi klien
berat) ditingkatkan untuk meningkatkan
menjadi skala 4 rasa aman dan
(ringan) mengurangi ketakutan
6. Dorong keluarga untuk
3. Gangguan tidur
mendampingi klien
dari skala 2 (cukup
dengan cara yang tepat
berat) ditingkatkan
7. Berikan objek yang
menjadi skala 4
menunjukkan perasaan
(ringan)
aman
(0907) Memproses 8. Puji/kuatkan perilaku
informasi yang baik secara tepat
9. Identifikasi saat
1. Menunjukkan
terjadinya perubahan
proses pikir yang
tingkat kecemasan
terorganisir dari skala
10. Bantu klien
2 (banyak terganggu)
mengidentifikasi situasi
ditingkatkan menjadi yang memicu
skala 4 (sedikit kecemasan
terganggu) 11. Dukung penggunaan
mekanisme koping
(3009) Kepuasan
yang sesuai
klien : perawatan
12. Pertimbangkan
psikologis
kemampuan klien
1. Informasi di dalam mengambil
berikan tentang keputusan
perjalanan penyakit 13. Intruksikan klien untuk
dari skala 2 (agak menggunakan teknik
puas) ditingkatkan relaksasi
menjadi skala 4 14. Kaji untuk tanda verbal
(sangat puas) dan non verbal
kecemasan
2. Informasi di
Peningkatan koping
berikan mengenai
(5230)
respon emosional
1. Bantu pasien dalam
yang biasa terhadap
memecah tujuan
penyakit dari skala 2
kompleks menjadi lebih
(agak puas)
kecil, dan langkah yang
ditingkatkan menjadi
dapat dikelola
skala 4 (sangat puas)
2. Dukung sikap pasien
terkait dengan harapan
yang realistis sebagai
upaya untuk mengatasi
perasaan
ketidakberdayaan
3. Cari jalan untuk
memahami prespektif
pasien terhadap situasi
4. Kenali latar belakang
budaya/spiritual pasien
5. Dukung pasien untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman
5 Domain 5. Setelah dilakukan Fasilitasi Pembelajaran
Persepsi/ asuhan keperawatan, (5520)
Kognisi diharapkan 1. Tekankan pentingnya
Kelas 4. pengetahuan pasien mengikuti evaluasi
Defisiensi mengenai diabetes medik, dan kaji ulang
pengetahuan mellitus tipe 2 gejala yang
(00124) bertambah. memerlukan pelaporan
1. Pengetahuan: segera ke dokter
manajemen 2. Diskusikam
diabetes dari skala tanda/gejala DM,
2 ditingkatkan contoh polidipsia,
menjadi skala 4 poliuria, kelemahan,
2. Perilaku patuh: penurunan berat badan
diet yang sehat 3. Gunakan bahasa yang
dari skala 2 umum digunakan
ditingkatkan 4. Berikan informasi yang
menjadi skala 4 sesuai dengan lokus
3. Perilaku patuh: kontrol pasien
Aktivitas yang 5. Berikan informasi
disarankan dari sesuai tingkat
skala 2 perkembangan pasien
ditingkatkan Modifikasi Perilaku
menjadi skala 4 (4360)
4. Perilaku patuh: 1. Tentukan motivasi
Diet yang pasien untuk
disarankan dari perubahan perilaku
skala 2 2. Bantu pasien untuk
ditingkatkan mengidentifikasi
menjadi skala 4 kekuatan
3. Dukung untuk
mengganti kebiasaan
yang tidak diinginkan
dengan kebiasaan
yang diinginkan
4. Tawarkan penguatan
yang positif dalam
pembuatan keputusan
mandiri pasien
6 Domain 4. (00093) Keletihan Manajemen Energi
Aktifitas/ (0180)
Istirahat Kelas 3. Setelah dilakukan 1. Kaji status fisiologis
Keseimbangan asuhan keperawatan, pasien yang
Energi. Keletihan diharapkan keletihan menyebabkan kelelahan
(00093) pada pasien dapat 2. Anjurkan pasien
dikurangi. mengungkapkan
(0002) Konservasi perasaan secaraverbal
energi mengenai keterbatasan
yang dialami
1. Mempertahankan
3. Tentukan persepsi
intake nutrisi yang
pasien/orang terdekat
cukup dari skala 2
dengan pasien mengenai
(jarang menunjukkan)
penyebab kelelahan
ditingkatkan menjadi
4. Pilih intervensi untuk
skala 4 (sering
mengurangi kelelahan
menunjukkan)
baik secara farmakologis
(0005) Toleransi maupun nonfarmakologis
terhadap aktivitas Manajemen Nutrisi
(1100)
1. Kekuatan tubuh
1. Tentukan status gizi
bagian atas dari skala
pasien dan kemampuan
2 (banyak terganggu)
pasien untuk memenuhi
ditingkatkan menjadi
kebutuhan gizi
skala 4 (sedikit 2. Intruksikan pasien
terganggu) mengenai kebutuhan
nutrisi
2. Kekuatan tubuh
3. Atur diet yang
bagian bawah dari
diperlukan
skala 2 (banyak
4. Anjurkan pasien
terganggu)
mengenai modifikasi
ditingkatkan menjadi
diet yang diperlukan
skala 4 (sedikit
5. Anjurkan pasien terkait
terganggu)
dengan kebutuhan diet
(0007) Tingkat untuk kondisi sakit.
kelelahan

1. Kelelahan dari
skala 2 (cukup besar)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)

2. Kehilangan selera
makan dari skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)

(0008) Keletihan :
efek yang
menganggu

1. Penurunan energi
dari skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(ringan)
2. Perubahan status
nutrisi dari skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(ringan)
7. Domain 4. (00204) Pengecekan Kulit
Aktivitas dan Ketidakefektifan (3590)
istirahat. Kelas 4. perfusi jaringan 1. Gunakan alat
Respon perifer pengkajian untuk
Kardiovaskuler/ mengidentifikasi pasien
pulmonal Setelah dilakukan yang berisiko
Ketidakefektifan asuhan keperawatan, mengalami kerusakan
perfusi jaringan diharapkan kulit.
perifer (00204) ketidakefektifan 2. Monitor warna dan
perfusi jaringan perifer suhu kulit
pasien dapat 3. Periksa pakaian yang
berkurang. terlalu ketat
(0401) Status 4. Monitor kulit dan
sirkulasi selaput lendir terhadap
area perubahan warna,
1. Parestesia dari
memar, dan pecah.
skala 2 (cukup
5. Ajarkan anggota
berat)
kelurga/pemberi asuhan
ditingkatkan
mengenai tanda-tanda
menjadi skala 4
kerusakan kulit, dengan
(ringan)
tepat.
2. Asites dari skala 2
Manajemen Sensasi
(cukup berat)
Perifer (2660)
ditingkatkan
1. Monitor sensasi tumpul
menjadi skala 4
atau tajam dan panas
(ringan)
dan dingin (yang
(0407) Perfusi dirasakan pasien)
jaringan : perifer 2. Monitor adanya
Parasthesia dengan
1. Parestsia dari skala
tepat
2 (cukup berat)
3. Intruksikan pasien dan
ditingkatkan menjadi
keluarga untuk
skala 4 (ringan)
memeriksa kulit setiap
(0409) Koagulasi harinya
darah 4. Letakkan bantalan pada
bagian tubuh yang
1. Pembentukan
terganggu untuk
bekuan dari skala 2
melindungi area
(deviasi cukup besar
tersebut
dari kisaran normal)
Perawatan Kaki (1660)
ditingkatkan menjadi
1. Diskusikan dengan
skala 4 (deviasi
pasien dan keluarga
ringan dari kisaran
mengenai perawatan
normal)
kaki rutin
(0802) Tanda-tanda 1. Anjurkan pasien dan
vital keluarga mengenai
pentingnya perawatan
1. Suhu tubuh dari
kaki
skala 2 (deviasi
2. Periksa kulit untuk
cukup besar dari
mengetahui adanya
kisaran normal)
iritasi, retak, lesi, dll
ditingkatkan menjadi
3. Keringkan pada sela-
skala 4 (deviasi
sela jari dengan
ringan dari kisaran
seksama
normal)

3.5 Implementasi
No. Hari/ Waktu Implementasi Ttd
Tangga
l
1. Senin, 08.00- 1. Memonitor kadar gula darah, sesuai
18/09/1 09.00 indikasi
7 WIB 2. Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemi: poliuria, polidipsi,
polifagi, kelemahan, latergi, malaise,
pandangan kabur atau sakit kepala.
3. Memberikan insulin sesuai resep
4. Mengintruksikan pada pasien dan
keluarga mengenai manajemen diabetes
5. Mengajarkan pasien membuat diary
makanan yang dikonsumsi
2. Senin 10.30- 1. Memonitor kalori dan asupan makanan
18/09/1 11.30 pasien
7 WIB 2. Memonitor kecenderungan terjadinya
kenaikan atau penurunan berat badan
pada pasien
3. Menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien
untuk memenuhi kebutuhan gizi
3. Senin, 14.00- 1. Menimbang berat badan setiap hari dan
18/09/1 14.30 monitor satus pasien
7 WIB 2. Memonitor tanda-tanda vital pasien
3. Memberikan cairan dengan tepat
4. Mendistribusikan asupan cairan selama
24 jam
5. Memonitor berat badan
4. Senin, 16.00- 1. Mengganti peralatan perawatan per
18/09/1 16.30 pasien sesuai protokol institusi
7 2. Menganjurkan pasien mengenai teknik
mencuci tangan dengan tepat
3. Memastikan penanganan aseptik dari
semua saluran IV
4. Mengajarkan pasien dan keluarga
bagaimana cara menghindari infeksi

5. Senin, 18.30- 1. Menggunakan pendekatan yang tenang


18/09/1 19.00 dan menyakinkan
7 2. Memahami situasi krisis yang terjadi
dari perspektif klien
3. Memberikan informasi faktual tekait
diagnosa, perawatan dan prognosis
4. Mendampingi klien untuk
meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan

6. Senin, 20.00- 1. Mengkaji status fisiologis pasien yang


18/09/1 20.15 menyebabkan kelelahan
7 2. Memilih intervensi untuk mengurangi
kelelahan baik secara farmakologis
maupun non farmakologis

7. Senin, 1. Memonitor warna dan suhu kulit


18/09/1 2. Memeriksa pakaian yang terlalu ketat
7 3. Memonitor sensasi tumpul atau tajam
dan panas dan dingin (yang dirasakan
pasien)
1. Memonitor adanya Parasthesia dengan
tepat
2. Mengintruksikan pasien dan keluarga
untuk memeriksa kulit setiap harinya
3. Menganjurkan pasien dan keluarga
mengenai pentingnya perawatan kaki

3.4 Evaluasi
N Hari, Diagnosa
Evaluasi Paraf
o Tanggal, Jam keperawatan
1 19 September Risiko ketidakstabilan S : Pasien mengatakan
2017 kadar glukosa darah sudah tidak merasa
lemas dan kesemutan di
kakinya
O:
-Gula darah puasa : 99
mg/dl
-Gula darah sewaktu :
144 mg/dl
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan diet
makan, dan pantau
pemenuhan nutrisi
pasien
2 19 September Gangguan pemenuhan S : pasien mengatakan
2017 nutrisi kurang dari nafsu makan meningkat
kebutuhan tubuh dan badan tidak terasa
lemas
O:
-klien makan 3x sehari
-klien menghabiskan
satu porsi makanan dari
rumah sakit
-BB naik 0,5 kg dari 58
menjadi 58,5
A : masalah kebutuhan
nutrisi kurang dapat
teratasi sebagian
P : lanjutkan diet
makanan sehat dan
pantau asupan nutrisi
untuk pasien
3 19 September Risiko defisit volume S : klien mengatakan
2017 cairan masih sering BAK pada
malam hari, klien masih
merasa sering haus
O:
-urine output klien 1300
cc/hari
-BAK 7-8 x/hari
A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
untuk mengurangi
diuresi
4 19 September Risiko infeksi S : klien mengatakan
2017 tidak terasa kesemutan
di kakinya
O : tidak ada luka di
tubuh klien terutama di
kaki
A : masalah risiko
infeksi klien teratasi
P : pantau agen
penyebab infeksi klien
untuk mengurangi
terjadinya infeksi
5 19 September Ansietas S : klien mengatakan
2017 sudah tidak cemas
memikirkan penyakitnya
O : klien tampak tenang
dan bisa tidur pada
malam hari
A : masalah kecemasan
klien dapat teratasi
P : hentikan intervensi
6 19 September Kurang pengetahuan S : klien mengatakan
2017 tentang proses sudah mengerti
penyakit, diet, penjelasan dari perawat
perawatan, dan tentang penyakitnya
pengobatan O : klien dapat
menjawab pertanyaan
dari perawat dan dapat
menjelaskan ulang
penjelasan dari perawat
A : masalah sudah
teratasi
P : hentikan intervensi
7 19 September Keletihan S : klien mengatakan
2017 sudah tidak lemas lagi
O : klien terlihat dapat
beraktivitas.
A : masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
untuk mengurangi
keletihan
8 19 September Ketidakefektifan S:
2017 Perfusi Jaringan -Klien mengatakan kaki
Perifer klien tidak terasa
kesemutan lagi
-Klien mengatakan kaki
klien masih tidak terasa
ketika disentuh
O:
-CRT klien <3 detik
-Akral dingin
-warna sudah tidak
pucat
A:
-masalah belum teratasi
sepenuhnya
P:
-Lanjutkan intervensi
perawatan kaki dan
senam kaki
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan kadar


hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas yang mengakibatkan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Penurunan ini mengakibatkan glukosa
yang dikonsumsi oleh tubuh tidak dapat diproses secara sempurna sehingga
konsentrasi glukosa dalam darah akan meningkat. Diabetes Mellitus terbagi
menjadi beberapa tipe, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM Sekunder dan DM
gestasional. Diabetes melitus tipe 2 merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

4.2 Saran
a. Bagi penderita Diabetes Mellitus Tipe II
Bagi penderita Diabetes Mellitus diharapkan lebih dapat memeperhatikan
kesehatannya, terutama untuk pola makan dan aktivitas yang dilakukan.
b. Bagi keluarga
Bagi keluarga diharapkan dapat mengawasi atau memperhatikan klien yang
sedang menderita penyakit Diabetes Mellitus Tipe , karena dukungan dari
keluarga adalah yang paling penting bagi klien.
c. Bagi perawat atau tenaga kesehatan
Bagi perawat ataupun tenaga kesehatan lain diharapkan dapat memberikan
pelayanan kesehatan atau keperawatan yang baik terhadap klien dan bisa
bertugas sesuai dengan fungsinya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doenges, E. Marylinn, dkk, (1994), Rencana Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Sistem Endokrin, EGC Jakarta.
Doenges, E. Marylin, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC,
Jakarta.
Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.
Guyton and Hall, (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC. Jakarta
Long, C. Barbara, (1996), Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan
Padjajaran Bandung.
Purmoharjo, Hotma, SKp, (1994), Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Endokrin, EGC, Jakarta.
Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, (1995), Patofisiologi, Edisi IV, EGC.
Jakarta.
Tjokronegoro, Arjatmo, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,(1999), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.
Ed. Herman T.H., & Komitsuru. S. 2014. Nanda Internasional Nursing
Diagnosis, Definition and Clasification 2015-2017. EGC. Jakarta.
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedoktera. Jakarta : EGC,
1022

Anda mungkin juga menyukai