DIABETES MELITUS
Dosen : Dewi Apriliyanti,Ners.,M.Kep
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
DANTINI 2018.C.10a.0963
FREDRICK IMMANUEL 2018.C.10a.0968
SARPIKA YENA AMALIA 2018.C.10a.0985
YUNI ELIA KARTIKA 2018.C.10a.0993
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN………………………..............................................1
2.1.1 Definisi……………………………………………….
2.1.3 Etiologi………………………………………………
2.1.4 Klasifikasi……………………………………………
3.1 Pengkajian………………………………………………………
3.2 Diagnosa……………………………………………………….
3.4 Intervensi………………………………………………………
3.5 Implementasi………………………………………………….
3.6 Evaluasi……………………………………………………..
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………..
Kesimpulan……………………………………………………………………
Saran…………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu Diabetes mellitus tipe
I (insulin-dependent diabetes mellitus) dan diabetes mellitus tipe II (noninsulin-
dependent diabetes mellitus). Diabetes mellitus tipe I yaitu dicirikan dengan
hilangnya sel penghasil insulin pada pulau-pulau langhernas pankreas sehingga
terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes mellitus tipe II, terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh untuk merespon dengan wajar terhadap aktivitas insulin
yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar
glukosa yang normal dalam darah. Diabetes mellitus tipe II lebih banyak
ditemukan dan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia
(Maulana, 2009).
Diabetes mellitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi
kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun
2025, jumlah penderita DM akan membengkak menjadi 300 juta orang (Sudoyo,
2006). Menurut WHO kasus DM di Indonesia pada tahun 2000 adalah 8,4 juta
orang berada pada rangking 4 dunia setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan
Amerika Serikat (17,7 juta), dan WHO memperkirakan akan 2 meningkat pada
tahun 2030, India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta), dan
Indonesia (21,3 juta) (Wild,S., 2004). DM tipe II banyak ditemukan (>90%)
dibandingkan dengan DM tipe I. DM tipe II timbul setelah umur 30 tahun
sedangkan DM tipe I biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun. Penyakit yang
bersifat menahun (kronis) dapat menyerang pria maupun wanita,namun kasus
tersebut meningkat pada wanita (Tahitian,2008)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada klien
dengan Diabetes Mellitus tipe II.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan dari penulisan Laporan ini yaitu mahasiswa mampu memperoleh
gambaran dan menjelaskan tentang :
a. Pengertian dari Diabetes Mellitus Tipe II
b. Etiologi dari Diabetes Mellitus Tipe II
c. Tanda dan gejala dari Diabetes Mellitus Tipe II
d. Patofisiologi dan pathway dari Diabetes Mellitus Tipe II
e. Penatalaksanaan dari Diabetes Mellitus Tipe II
f. Konsep asuhan keperawatan dari Diabetes Mellitus Tipe II
g. Asuhan keperawatan pada Diabetes Mellitus Tipe II.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu, mahasiswa dapat memahami tentang :
a. Pengertian Diabetes Mellitus Tipe II
b. Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II
c. Tanda dan gejala dari Diabetes Mellitus Tipe II
d. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II
e. Penatalaksanaan terhadap penderita Diabetes Mellitus Tipe II
f. Konsep asuhan keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II
g. Asuhan keperawatan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
c.Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya
menyentuh lympa.
3.) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak
dan gliserol gliserin.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan
hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah
insulin dan glukagon.
1). Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia.
Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan
disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang
memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah.
Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.
a.) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan
konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3
glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan
bentuk glikogen.
b.) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.
c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap
hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang
disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang
lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.
2). Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau
langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi
yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah.
Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri
dari 29 rantai asam amino.
2.1.3 Etiologi
A. Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan
insulin secara relatif maupun absolut. Peningkatan jumlah penderita DM yang
sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko
yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut
American Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko
yang tidak dapat diubah meliputi:
1) Riwayat keluarga dengan DM (first degree relative)
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen
diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya
orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang
menderita Diabetes Mellitus.
2) Umur ≥45 tahun
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun.
3) Etnik,
4) Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau
riwayat pernah menderita DM gestasional
5) Riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg).
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang
peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara
lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik
dan mengakibatkan kerusakan sel- sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan
kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin
yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
B. Tipe-tipe Diabetes Melitus
1. Dibetes melitus tipe I
- Faktor genetik
- Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibody terarah
pada sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya jaringan tersebut seolah-olah
sebagai jeringan abnormal
- Faktor lingkungan
a. Infeksi
b. Nutrisi
c. Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.
d. Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,
akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar
katekolamin meningkat
2.1.4 Klasifikasi
2.) Obesitas
2.1.5 Patofisiologi
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita
Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah
bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut
diabetes melitus yaitu poliphagia (banyak makan), polidipsia (banyak minum),
Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah
namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), dan
mudah lelah. Sedangkan gejala kronik diabetes melitus yaitu kesemutan, kulit
terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan,
mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu
hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan
bayi berat lahir lebih dari 4kg.
Gejala Akut Diabetes Melitus :
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini
disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
2.1.7 Penatalaksanaan
2.1.8 Komplikasi
a. Akut
1.) Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.) Diabetik
b. Kronik
1. Perencanaan makan
a. KH 60 –70 %
b. Protein 10 –15 %
c. Lemak 20 25 %
2). Kebutuhhan basal dihitung seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan
persentase kalori basal:
2. Latihan jasmani
2) Biguanid
2.3.1 Pengkajian
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
e. Neurosensori
f. Nyeri
g. Respirasi
h. Keamanan
i. Seksualitas
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer
dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara
individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respons pasien secara individual.
Tujuan :
Intervensi :
1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat
pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
Tujuan :
Intervensi :
2). Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.
5). Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Tujuan :
Intervensi :
4.) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.
Tujuan :
Intervensi :
Tujuan :
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain
atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri
dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan
diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.
4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri
sendiri.
Tujuan :
4.) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab
pertanyaan pasien/orang terdekat.
2.3.4 Pelaksanaan/Implementasi
b. Melakukan observasi
c. Memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan).
2.3.5 Evaluasi
1. Contoh kasus
Tn. W, 31 tahun, duda, dengan keluhan kaki kesemutan dan mati rasa sejak 1
bulan yang lalu disertai dengan badan terasa lemas. Kaki sering kesemutan
terutama saat setelah duduk bersila atau jongkok dalam waktu lama. Pasien juga
mengaku terkadang tidak terasa sakit jika kakinya tersandung benda. Pasien juga
mengaku adanya keluhan sering haus, sering terasa lapar dan sering BAK malam
hari lebih dari 3 kali (tidak memperhatikan seberapa banyak kencing yang keluar).
Gangguan penglihatan mulai dirasakan pasien, pasien merasa pandangan berputar
dan merasa benda-benda sekitar bergoyang. Klien mengaku klien awalnya tidak
mengetahui penyakitnya dan kadar gula darahnya tinggi. Klien tetap
mengonsumsi makanan yang manis. Pasien rutin berobat ke dokter untuk
meminum obat diabetes. Namun dalam 1 bulan ini pasien mengaku berhenti
minum obat tersebut. Pekerjaan sehari-hari sebagai tukang parkir di pasar.
Kebiasaan tidur larut, perilaku mengonsumsi kopi, suka makan-makanan yang
manis, makan-makanan ringan setiap malam, merokok 10 batang per hari, serta
tidak pernah berolahraga teratur tidak disangkal. Ibu kandung Tn. W memiliki
riwayat penyakit yang sama berupa diabetes, sedangkan riwayat darah tinggi pada
orang tua tidak ada. Untuk masalah kesehatan keluarga, keluarga jarang berobat
ke dokter. Sejak 8 bulan yang lalu diketahui memiliki riwayat penyakit diabetes.
Diketahui karena memiliki riwayat sering buang air kecil, banyak minum dan
banyak makan sedangkan berat badan cenderung menurun serta dari pemeriksaan
gula darah sewaktu saat itu mencapai 333 mg/dl. Telah berobat ke KDK Kayu
Putih dan diberikan obat diabetes yaitu metformin (3x1) dan glibenklamid (1x1).
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan 3x sehari. Selama di rumah sakit
pasien hanya makan separuh porsi. Pasien merasa mual dan ingin muntah. Pasien
mengaku tidak rutin minum obat diabetes disertai memiliki pola makan dan pola
hidup yang kurang baik. Selain itu pasien mengaku baru menyelesaikan
pengobatan TB parunya sejak 1,5 bulan yang lalu dan dinyatakan sembuh oleh
dokter. Pemeriksaan fisik pasien pada tanggal 5 September 2013, kesadaran
kompos mentis, berat badan 58 kg, tinggi badan 168 cm, kesan gizi
normal(BBI/Berat Badan Idaman), IMT (Indeks Massa Tubuh) normal
(20,5),tekanan darah120/80 mmHg,nadi100 x/menit,pernapasan20 x/menit, suhu
36,5 ºC. Status generalis pasien didapatkan kepala, mata, hidung, mulut, leher,
dada (jantung dan paru) pasien dalam batas normal. Status neurologis
menunjukkan hipestesia pada regio pedis dextra dan sinistra. Gula darah puasa
pasien 256 mg/dl. Diagnosis Kerja dari pasien ini adalah Diabetes Melitus Tipe II
dengan neuropati diabetikum (Wicaksono, 2013).
3.1 Pengkajian
I. IDENTITAS
Nama : Tn. W
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 31 tahun
Alamat : Jl. Pondasi No.22, RT.2/RW.17, Kayu Putih.
Tanggal Masuk : 17 September 2017
Tanggal Pengkajian : 18 September 2018
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tukang Parkir
No. RM : 78175
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : kaki kesemutan dan mati rasa sejak 1 bulan yang lalu
disertai dengan badan terasa lemas.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke rumah sakit KDK kayu putih pada tanggal 11 September
2017 dengan keluhan kaki kesemutan dan mati rasa sejak 1 bulan yang
lalu disertai dengan badan terasa lemas. Kaki sering kesemutan terutama
saat setelah duduk bersila atau jongkok dalam waktu lama. Pasien juga
mengaku terkadang tidak terasa sakit jika kakinya tersandung benda.
Pasien juga mengaku adanya keluhan sering haus, sering terasa lapar dan
sering BAK malam hari lebih dari 3 kali (tidak memperhatikan seberapa
banyak kencing yang keluar).
C. Alergi (obat, makanan, plester, dll)
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat,
makanan, serta plester.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku baru menyelesaikan pengobatan TB parunya sejak 1,5
bulan yang lalu dan dinyatakan sembuh oleh dokter.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu kandung Tn. W memiliki riwayat penyakit yang sama berupa
diabetes, sedangkan riwayat darah tinggi pada orang tua tidak ada.
F. Kebiasaan/polahidup/life style
Keluarga mengatakan bahwa pasien mempunyai kebiasaan merokok, serta
pasien mempunyai kebiasaan minum kopi dengan banyak gula, pasien juga
tidak menjaga pola / menu makanan dan minuman yang di konsumsi,
makanan camilan yang paling di gemari pasien adalah camilan yang manis-
manis.
G. Obat-obat yang digunakan
Keluarga mengatakan bahwa pasien pernah mengkonsumsi obat TB, dan
sudah tidak mengkonsumsi obat sejak 1.5 bulan lalu. Dan semenjak itu
pasien tidak pernah mengkonsumsi obat lain.
Genogram:
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: tinggal satu rumah
: meninggal
: Pasien
III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Jika ada anggota keluarga yang sakit, jarang berobat ke dokter.
Interpretasi :
Keluarga mengatakan bahwa ke dokter itu hanya jika sakitnya sudah parah.
2. Pola nutrisi/ metabolik
a. Antropometeri
BB sebelum sakit = 62 kg
BB saat ini = 58 kg
TB: 168 cm
IMT= BB/(Tb(m)2) =58/2,82=20,5
Kategori IMT
Underweight < 18,5
Normal 18,5-24,9
Overweight >25
Interpretasi: berdasarkan rumus IMT, pasien termasuk kategori normal
b. Biomedical sign :
Albumin : 3,54 g/dl; 2,64 g/dl ; 2,27 g/dl
Globulin : 2,55 g/dl; 2,85 g/dl ; 3,46 g/dl
Hemoglobin : 13,6 gr%
Gula darah sewaktu : 333 mg/dl
Gula drah puasa : 256 mg/dl
Kategori Glukosa darah normal:
Gula darah puasa : 80-99 mg/dl
Gula darah sewaktu : 80-145 mg/dl
Interpretasi :
Pada hasil lab didapatkan nilai normal pada nilai Albumin, Globulin, dan
Hemoglobin tetapi gula darah sewaktu dan gula darah puasa tinggi dalam
batasan tidak normal.
3. Pola eliminasi:
a. BAK
1) Frekuensi : 1800cc/jam
2) Jumlah : >1200-1500 cc/jam
3) Warna : berwarna kuning jernih
4) Bau : berbau khas
5) Kemandirian : mandiri/dibantu
b. BAB
1) Frekuensi : 1x/hari
2) Jumlah : normal
3) Warna : kuning
4) Bau : bau khas
5) Karakter : berbentuk
6) Kemandirian : mandiri/dibantu
Interpretasi :
Pola eliminasi yang dialami oleh klien terganggu, karena feses dan urine
yang dikeluarkan tidak sesuai atau tidak normal.
4. Pola aktivitas dan latihan
Pasien dalam melakukan ADL perlu dibantu.
Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu keluarga, 3:
dibantu alat, 4: mandiri
5. Pola tidur dan istirahat
Durasi : Klien mengatakan tidur pada pukul 23.30 WIB-04.00 WIB (4,5 jam)
dan siang hari tidur selama 1 jam.
Interpretasi : klien mengalami gangguan tidur karena cemas.
6. Pola kognitif dan perseptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Mampu berkomunikasi dan berorientasi dengan baik saat dilakukan
pengkajian. Penglihatan klien kurang berfungsi dengan baik karena
mengalami gangguan. Gangguan penglihatan yang dirasakan adalah
pandangan berputar dan merasa benda-benda sekitar bergoyang.
Pendengaran , pengecapan dan penciuman, klien berfungsi dengan baik.
Sensori, klien masih mampu membedakan sensori tajam dan tumpul
sekalipun harus dengan tekanan yang kuat.
Interpretasi :
Pasien mengalami gangguan pada penglihatannya.
7. Pola persepsi diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan tidak bisa bekerja mencari uang.
b. Identitas diri : Pasien merupakan seorang suami dan ayah yang
sudah memiliki dua anak.
c. Harga diri : Pasien percaya dirinya dapat sembuh dan segera
melakukan aktivitas sehari hari yaitu menjalani hidup dengan keluarga
kecilnya.
d. Ideal Diri : Pasien ingin segera sembuh dan ingin segera
bekerja kembali agar bisa menghidupi keluarganya.
e. Peran Diri : Pasien mengatakan dirinya tidak bisa melakukan
kegiatan yang terlalu berat
Interpretasi :
Pola persepsi diri pasien tidak mengalami gangguan, gambaran diri pasien
tidak mengalami gangguan
8. Pola seksualitas & reproduksi
Pasien mengatakan sudah mempunyai 2 anak. Klien mengatakan tidak pernah
memiliki riwayat gangguan reproduksi.
Interpretasi:
Tidak ada masalah
9. Pola peran dan hubungan
Klien mengatakan perannya klien ada seorang suami sekaligus kepala rumah
tangga yang harus mencari nafkah untuk keluarganya dengan bekerja sebagai
tukang parkir di pasar. Hubungan klien dengan orang terdekat tidak
mengalami masalah. Setelah dirawat di rumah sakit klien akan menjaga
kondisinya saat ini dan akan selalu periksa ke dokter. Saat di rumah sakit
klien juga berinteraksi baik dengan keluarga pasien lain, perawat dan juga
tenaga medis lainnya.
Interpretasi :
Pasien mengalami gangguan peran saat sakit.
10. Sistem nilai dan keyakinan
Klien mengatakan klien beragama Islam dan selalu taat dalam menjalankan
kewajiban sholatnya walaupun di tempat tidur
11. Pola koping dan stres
Klien mengatakan apabila ada masalah pasti didiskusikan dengan
keluarganya dan saudara terdekatnya. Klien menyelesaikan masalahnya
dengan musyawarah. Klien terlihat cemas dan stres akan penyakitnya.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
N : 100x/menit,
RR : 20x/menit,
TD : 120/80 mmHg,
S : 36,5 C
GCS : E4V5M6
B. Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala: Mesochepal, tidak terdapat deformitas
Rambut : Dominan hitam dan tidak mudah rontok
C. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva : Pada mata kanan dan kiri tidak terlihat anemis.
Sklera : Pada mata kanan dan kiri terlihat ikterik
Pupil : Isokor kanan-kiri, diameter 3 mm, reflek cahaya( + / + )
Palpebra : Tidak edema
Visus : Baik
D. Pemeriksaan Hidung
Bentuk : normal, tidak terdapat deformitas
Nafas cuping hidung : tidak ada
Sekret : tidak terdapat sekret hidung
E. Pemeriksaan Mulut
Bibir : Tidak sianosis, tidak kering
Lidah : Tidak kotor, tepi tidak hiperemi
Tonsil : Tidak membesar
Faring : Tidak hiperemis
Gigi : Lengkap
F. Pemeriksaan Telinga
Bentuk : normal, tidak terdapat deformitas
Sekret : tidak ada
Fungsional : pendengaran baik
G. Pemeriksaan Leher
JVP : tidak meningkat
Kelenjar tiroid : tidak membesar
Kelenjar limfonodi : tidak membesar
Trakhea : tidak terdapat deviasi trakhea
H. Pemeriksaan Thorak
1. Paru-paru
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada retraksi, tidak ada sikatrik.
Palpasi : vocal fremitus kanan sama kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hepar pada SICV
LMC dextra
Auskultasi : suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan di semua
lapang paru
2. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung
Kanan atas : SIC II LPS dextra
Kanan bawah : SIC IV LPS dextra
Kiri atas : SIC II LMC sinitra
Kiri bawah : SIC IV LMC sinistra
Auskultasi : S1- S2, reguler, tidak ada mur-mur, tidak ada gallop
I. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : tampak asites, sikatrik akibat bekas luka operasi apendiksitis,
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : pekak pada region abdomen kanan atas sampai 3 jari dibawah
arcus costae dan tympani di abdomen kanan bawahdan abdomen kiri
Palpasi :supel, terdapat nyeri tekan pada regio bagian atas, teraba adanya
pembesaran hepar dan lien tidak teraba. Tes undulasidan pekak beralih
positif.
J. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : tidak ada deformitas, tidak ada edema, perfusi kapiler
baik, tidak anemis, akral hangat.
Inferior : tidak ada deformitas, tidak ada edema, CRT bagian ujung
lebih dari 3 detik, perfusi kapiler buruk, tidak anemis, akral dingin.
Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan
Ds : Pola hidup tidak sehat Risiko ketidakstabilan
-Riwayat penyakit kadar glukosa darah
diabetes sejak 8 bulan Sel beta di pankreas
lalu terganggu
-klien mengeluh kaki
kesemutan dan badan Defisiensi insulin
lemas
-sering BAK
-klie suka Retensi insulin
mengonsumsi kopi,
makan manis,
merokok 10 batang Hiperglikemia
per hari
-pasien mengatakan
tidak pernah Kadar glukosa darah
berolahraga tidak terkontrol
Do:
-pasien tampak lemas
-Gula darah sewaktu : Ketidakstabilan kadar
333 mg/dl glukosa darah
-gula darah puasa :
256 mg/dl
-urine output : >1500
cc/jam
Ds : Penurunan pemakaian Gangguan pemenuhan
-Klien mengatakan glukosa oleh sel nutrisi kurang dari
selama di rumah sakit kebutuhan tubuh
klien makan 2x sehari
dan hanya makan Proteolisis
separuh porsi kurang
lebih sekitar 2 sendok
makan. Asam amino meningkat
-Pasien mengatakan
merasa mual dan ingin
muntah Glukoneugenesis
Do :
BB sebelum sakit : 62 Ketogenesis
kg Ketonemia
BB setelah sakit : 58
kg
TB : 168 Penurunan BB
Indeks Masa Tubuh
(IMT) : 20,5
3.3 Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Domain 2. (00002) Resiko Manajemen Hiperglikemi
Nutrisi ketidakstabilan kadar (2120)
Kelas 4. glukosa darah 1. Monitor kadar gula
Metabolisme Setelah dilakukan daraah, sesuai indikasi
Resiko asuhan keperawatan, 2. Monitor tanda dan
ketidakstabilan diharapkan gejala hiperglikemi:
kadar glukosa ketidakstabilan kadar poliuria, polidipsi,
darah (00179) glukosa darah normal. polifagi, kelemahan,
(2300) Kadar latergi, malaise,
glukosa darah pandangan kabur atau
sakit kepala.
1. Glukosa darah dari
3. Monitor ketourin,
skala 2 (deviasi yang
sesuai indikasi.
cukup besar dari
4. Brikan insulin sesuai
kisaran normal)
resep
ditingkatkan menjadi
5. Dorong asupan cairan
skala 4 (deviasi
oral
ringan sedang dari
6. Batasi aktivitas ketika
kisaran normal)
kadar glukosa darah
(2111) Keparahan lebih dari 250mg/dl,
Hiperglikemia khusus jika ketourin
terjadi
1. Peningkatan
7. Dorong pemantauan
glukosa darah dari
sendiri kadar glukosa
skala 2 (berat)
darah
ditingkatkan menjadi
8. Intruksikan pada pasien
skala 4 (ringan)
dan keluarga mengenai
(1619) Manajemen manajemen diabetes
diri : diabetes 9. Fasilitasi kepatuhan
terhadap diet dan
1. Memantau glukosa
regimen latihan
darah dari skala 2
Pengajaran: Peresepan
(jarang menunjukkan)
Diet (5614)
ditingkatkan menjadi
1. Kaji tingkat
skala 4 (sering
pengetahuan pasien
menunjukkan)
mengenai diet yang
disarankan
2. Kaji pola makan pasien
saat ini dan
sebelumnya, termasuk
makanan yang di sukai
3. Ajarkan pasien
membuat diary
makanan yang
dikonsumsi
4. Sediakan contoh menu
makanan yang sesuai
5. Libatkan pasien dan
keluarga
2 Domain 2. (00179) Manajemen Nutrisi
Nutrisi Ketidakseimbangan (1100)
Kelas 1. Makan nutrisi, kurang dari 1. Instruksikan kepada
Ketidakseimbang kebutuhan tubuh pasien mengenai
an nutrisi, Setelah dilakukan kebutuhan nutrisi
kurang dari asuhan keperawatan, 2. Tentukan jumlah kalori
kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi dan jenis nutrisi yang
(00002) pasien terpenuhi. dibutuhkan oleh pasien
(1004) Status Nutrisi untuk memenuhi
1. Asupan makanan kebutuhan gizi
dan cairan dari 3. Ciptakan lingkungan
skala 2 (banyak yang optimal pada saat
menyimpang dari mengkonsumsi
rentang normal) makanan
ditingkatkan 4. Monitor kalori dan
menjadi skala 4 asupan makanan pasien
(sedikit 5. Monitor kecenderungan
menyimpang dari terjadinya kenaikan
rentang normal) atau penurunan berat
badan pada pasien
(1622) Perilaku
patuh : diet yang
disarankan
1. Memilih makanan
yang sesuai
dengan diet yang
ditentukan dari
skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(sering
menunjukkan)
2. Memilih minuman
yang sesuai
dengan diet yang
ditentukan dari
skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatka
menjadi skala 4
(sering
menunjukkan)
(1854)
Pengetahuan : diet
yang sehat
(1902) Kontrol
risiko
1. Mengidentifikasi
faktor risiko dari
skala 2 (jarang
mnunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)
1. Mengenali faktor
risiki skala 2
(jarang
mnunjukkan)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(sering
menunjukkan)
4 Domain 9. (00146) Ansietas Pengurangan kecemasan
Koping/ (5820)
Toleransi Stress Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan
Kelas 2. Respon asuhan keperawatan, yang tenang dan
Koping diharapkan ansietas menyakinkan
Ansietas (00146) pasien berkurang. 2. Nyatakan dengan jelas
(1211) Tingkat harapan terhadap
kecemasan perilaku klien
3. Pahami situasi krisis
1. Tidak dapat
yang terjadi dari
beristirahat dari skala
perspektif klien
2 (cukup berat)
4. Berikan informasi
ditingkatkan menjadi
faktual tekait diagnosa,
skala 4 (ringan)
perawatan dan
2. Perasaan gelisah prognosis
dari skala 2 (cukup 5. Berada disisi klien
berat) ditingkatkan untuk meningkatkan
menjadi skala 4 rasa aman dan
(ringan) mengurangi ketakutan
6. Dorong keluarga untuk
3. Gangguan tidur
mendampingi klien
dari skala 2 (cukup
dengan cara yang tepat
berat) ditingkatkan
7. Berikan objek yang
menjadi skala 4
menunjukkan perasaan
(ringan)
aman
(0907) Memproses 8. Puji/kuatkan perilaku
informasi yang baik secara tepat
9. Identifikasi saat
1. Menunjukkan
terjadinya perubahan
proses pikir yang
tingkat kecemasan
terorganisir dari skala
10. Bantu klien
2 (banyak terganggu)
mengidentifikasi situasi
ditingkatkan menjadi yang memicu
skala 4 (sedikit kecemasan
terganggu) 11. Dukung penggunaan
mekanisme koping
(3009) Kepuasan
yang sesuai
klien : perawatan
12. Pertimbangkan
psikologis
kemampuan klien
1. Informasi di dalam mengambil
berikan tentang keputusan
perjalanan penyakit 13. Intruksikan klien untuk
dari skala 2 (agak menggunakan teknik
puas) ditingkatkan relaksasi
menjadi skala 4 14. Kaji untuk tanda verbal
(sangat puas) dan non verbal
kecemasan
2. Informasi di
Peningkatan koping
berikan mengenai
(5230)
respon emosional
1. Bantu pasien dalam
yang biasa terhadap
memecah tujuan
penyakit dari skala 2
kompleks menjadi lebih
(agak puas)
kecil, dan langkah yang
ditingkatkan menjadi
dapat dikelola
skala 4 (sangat puas)
2. Dukung sikap pasien
terkait dengan harapan
yang realistis sebagai
upaya untuk mengatasi
perasaan
ketidakberdayaan
3. Cari jalan untuk
memahami prespektif
pasien terhadap situasi
4. Kenali latar belakang
budaya/spiritual pasien
5. Dukung pasien untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman
5 Domain 5. Setelah dilakukan Fasilitasi Pembelajaran
Persepsi/ asuhan keperawatan, (5520)
Kognisi diharapkan 1. Tekankan pentingnya
Kelas 4. pengetahuan pasien mengikuti evaluasi
Defisiensi mengenai diabetes medik, dan kaji ulang
pengetahuan mellitus tipe 2 gejala yang
(00124) bertambah. memerlukan pelaporan
1. Pengetahuan: segera ke dokter
manajemen 2. Diskusikam
diabetes dari skala tanda/gejala DM,
2 ditingkatkan contoh polidipsia,
menjadi skala 4 poliuria, kelemahan,
2. Perilaku patuh: penurunan berat badan
diet yang sehat 3. Gunakan bahasa yang
dari skala 2 umum digunakan
ditingkatkan 4. Berikan informasi yang
menjadi skala 4 sesuai dengan lokus
3. Perilaku patuh: kontrol pasien
Aktivitas yang 5. Berikan informasi
disarankan dari sesuai tingkat
skala 2 perkembangan pasien
ditingkatkan Modifikasi Perilaku
menjadi skala 4 (4360)
4. Perilaku patuh: 1. Tentukan motivasi
Diet yang pasien untuk
disarankan dari perubahan perilaku
skala 2 2. Bantu pasien untuk
ditingkatkan mengidentifikasi
menjadi skala 4 kekuatan
3. Dukung untuk
mengganti kebiasaan
yang tidak diinginkan
dengan kebiasaan
yang diinginkan
4. Tawarkan penguatan
yang positif dalam
pembuatan keputusan
mandiri pasien
6 Domain 4. (00093) Keletihan Manajemen Energi
Aktifitas/ (0180)
Istirahat Kelas 3. Setelah dilakukan 1. Kaji status fisiologis
Keseimbangan asuhan keperawatan, pasien yang
Energi. Keletihan diharapkan keletihan menyebabkan kelelahan
(00093) pada pasien dapat 2. Anjurkan pasien
dikurangi. mengungkapkan
(0002) Konservasi perasaan secaraverbal
energi mengenai keterbatasan
yang dialami
1. Mempertahankan
3. Tentukan persepsi
intake nutrisi yang
pasien/orang terdekat
cukup dari skala 2
dengan pasien mengenai
(jarang menunjukkan)
penyebab kelelahan
ditingkatkan menjadi
4. Pilih intervensi untuk
skala 4 (sering
mengurangi kelelahan
menunjukkan)
baik secara farmakologis
(0005) Toleransi maupun nonfarmakologis
terhadap aktivitas Manajemen Nutrisi
(1100)
1. Kekuatan tubuh
1. Tentukan status gizi
bagian atas dari skala
pasien dan kemampuan
2 (banyak terganggu)
pasien untuk memenuhi
ditingkatkan menjadi
kebutuhan gizi
skala 4 (sedikit 2. Intruksikan pasien
terganggu) mengenai kebutuhan
nutrisi
2. Kekuatan tubuh
3. Atur diet yang
bagian bawah dari
diperlukan
skala 2 (banyak
4. Anjurkan pasien
terganggu)
mengenai modifikasi
ditingkatkan menjadi
diet yang diperlukan
skala 4 (sedikit
5. Anjurkan pasien terkait
terganggu)
dengan kebutuhan diet
(0007) Tingkat untuk kondisi sakit.
kelelahan
1. Kelelahan dari
skala 2 (cukup besar)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)
2. Kehilangan selera
makan dari skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)
(0008) Keletihan :
efek yang
menganggu
1. Penurunan energi
dari skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(ringan)
2. Perubahan status
nutrisi dari skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(ringan)
7. Domain 4. (00204) Pengecekan Kulit
Aktivitas dan Ketidakefektifan (3590)
istirahat. Kelas 4. perfusi jaringan 1. Gunakan alat
Respon perifer pengkajian untuk
Kardiovaskuler/ mengidentifikasi pasien
pulmonal Setelah dilakukan yang berisiko
Ketidakefektifan asuhan keperawatan, mengalami kerusakan
perfusi jaringan diharapkan kulit.
perifer (00204) ketidakefektifan 2. Monitor warna dan
perfusi jaringan perifer suhu kulit
pasien dapat 3. Periksa pakaian yang
berkurang. terlalu ketat
(0401) Status 4. Monitor kulit dan
sirkulasi selaput lendir terhadap
area perubahan warna,
1. Parestesia dari
memar, dan pecah.
skala 2 (cukup
5. Ajarkan anggota
berat)
kelurga/pemberi asuhan
ditingkatkan
mengenai tanda-tanda
menjadi skala 4
kerusakan kulit, dengan
(ringan)
tepat.
2. Asites dari skala 2
Manajemen Sensasi
(cukup berat)
Perifer (2660)
ditingkatkan
1. Monitor sensasi tumpul
menjadi skala 4
atau tajam dan panas
(ringan)
dan dingin (yang
(0407) Perfusi dirasakan pasien)
jaringan : perifer 2. Monitor adanya
Parasthesia dengan
1. Parestsia dari skala
tepat
2 (cukup berat)
3. Intruksikan pasien dan
ditingkatkan menjadi
keluarga untuk
skala 4 (ringan)
memeriksa kulit setiap
(0409) Koagulasi harinya
darah 4. Letakkan bantalan pada
bagian tubuh yang
1. Pembentukan
terganggu untuk
bekuan dari skala 2
melindungi area
(deviasi cukup besar
tersebut
dari kisaran normal)
Perawatan Kaki (1660)
ditingkatkan menjadi
1. Diskusikan dengan
skala 4 (deviasi
pasien dan keluarga
ringan dari kisaran
mengenai perawatan
normal)
kaki rutin
(0802) Tanda-tanda 1. Anjurkan pasien dan
vital keluarga mengenai
pentingnya perawatan
1. Suhu tubuh dari
kaki
skala 2 (deviasi
2. Periksa kulit untuk
cukup besar dari
mengetahui adanya
kisaran normal)
iritasi, retak, lesi, dll
ditingkatkan menjadi
3. Keringkan pada sela-
skala 4 (deviasi
sela jari dengan
ringan dari kisaran
seksama
normal)
3.5 Implementasi
No. Hari/ Waktu Implementasi Ttd
Tangga
l
1. Senin, 08.00- 1. Memonitor kadar gula darah, sesuai
18/09/1 09.00 indikasi
7 WIB 2. Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemi: poliuria, polidipsi,
polifagi, kelemahan, latergi, malaise,
pandangan kabur atau sakit kepala.
3. Memberikan insulin sesuai resep
4. Mengintruksikan pada pasien dan
keluarga mengenai manajemen diabetes
5. Mengajarkan pasien membuat diary
makanan yang dikonsumsi
2. Senin 10.30- 1. Memonitor kalori dan asupan makanan
18/09/1 11.30 pasien
7 WIB 2. Memonitor kecenderungan terjadinya
kenaikan atau penurunan berat badan
pada pasien
3. Menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien
untuk memenuhi kebutuhan gizi
3. Senin, 14.00- 1. Menimbang berat badan setiap hari dan
18/09/1 14.30 monitor satus pasien
7 WIB 2. Memonitor tanda-tanda vital pasien
3. Memberikan cairan dengan tepat
4. Mendistribusikan asupan cairan selama
24 jam
5. Memonitor berat badan
4. Senin, 16.00- 1. Mengganti peralatan perawatan per
18/09/1 16.30 pasien sesuai protokol institusi
7 2. Menganjurkan pasien mengenai teknik
mencuci tangan dengan tepat
3. Memastikan penanganan aseptik dari
semua saluran IV
4. Mengajarkan pasien dan keluarga
bagaimana cara menghindari infeksi
3.4 Evaluasi
N Hari, Diagnosa
Evaluasi Paraf
o Tanggal, Jam keperawatan
1 19 September Risiko ketidakstabilan S : Pasien mengatakan
2017 kadar glukosa darah sudah tidak merasa
lemas dan kesemutan di
kakinya
O:
-Gula darah puasa : 99
mg/dl
-Gula darah sewaktu :
144 mg/dl
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan diet
makan, dan pantau
pemenuhan nutrisi
pasien
2 19 September Gangguan pemenuhan S : pasien mengatakan
2017 nutrisi kurang dari nafsu makan meningkat
kebutuhan tubuh dan badan tidak terasa
lemas
O:
-klien makan 3x sehari
-klien menghabiskan
satu porsi makanan dari
rumah sakit
-BB naik 0,5 kg dari 58
menjadi 58,5
A : masalah kebutuhan
nutrisi kurang dapat
teratasi sebagian
P : lanjutkan diet
makanan sehat dan
pantau asupan nutrisi
untuk pasien
3 19 September Risiko defisit volume S : klien mengatakan
2017 cairan masih sering BAK pada
malam hari, klien masih
merasa sering haus
O:
-urine output klien 1300
cc/hari
-BAK 7-8 x/hari
A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
untuk mengurangi
diuresi
4 19 September Risiko infeksi S : klien mengatakan
2017 tidak terasa kesemutan
di kakinya
O : tidak ada luka di
tubuh klien terutama di
kaki
A : masalah risiko
infeksi klien teratasi
P : pantau agen
penyebab infeksi klien
untuk mengurangi
terjadinya infeksi
5 19 September Ansietas S : klien mengatakan
2017 sudah tidak cemas
memikirkan penyakitnya
O : klien tampak tenang
dan bisa tidur pada
malam hari
A : masalah kecemasan
klien dapat teratasi
P : hentikan intervensi
6 19 September Kurang pengetahuan S : klien mengatakan
2017 tentang proses sudah mengerti
penyakit, diet, penjelasan dari perawat
perawatan, dan tentang penyakitnya
pengobatan O : klien dapat
menjawab pertanyaan
dari perawat dan dapat
menjelaskan ulang
penjelasan dari perawat
A : masalah sudah
teratasi
P : hentikan intervensi
7 19 September Keletihan S : klien mengatakan
2017 sudah tidak lemas lagi
O : klien terlihat dapat
beraktivitas.
A : masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
untuk mengurangi
keletihan
8 19 September Ketidakefektifan S:
2017 Perfusi Jaringan -Klien mengatakan kaki
Perifer klien tidak terasa
kesemutan lagi
-Klien mengatakan kaki
klien masih tidak terasa
ketika disentuh
O:
-CRT klien <3 detik
-Akral dingin
-warna sudah tidak
pucat
A:
-masalah belum teratasi
sepenuhnya
P:
-Lanjutkan intervensi
perawatan kaki dan
senam kaki
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
a. Bagi penderita Diabetes Mellitus Tipe II
Bagi penderita Diabetes Mellitus diharapkan lebih dapat memeperhatikan
kesehatannya, terutama untuk pola makan dan aktivitas yang dilakukan.
b. Bagi keluarga
Bagi keluarga diharapkan dapat mengawasi atau memperhatikan klien yang
sedang menderita penyakit Diabetes Mellitus Tipe , karena dukungan dari
keluarga adalah yang paling penting bagi klien.
c. Bagi perawat atau tenaga kesehatan
Bagi perawat ataupun tenaga kesehatan lain diharapkan dapat memberikan
pelayanan kesehatan atau keperawatan yang baik terhadap klien dan bisa
bertugas sesuai dengan fungsinya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doenges, E. Marylinn, dkk, (1994), Rencana Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Sistem Endokrin, EGC Jakarta.
Doenges, E. Marylin, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC,
Jakarta.
Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.
Guyton and Hall, (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC. Jakarta
Long, C. Barbara, (1996), Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan
Padjajaran Bandung.
Purmoharjo, Hotma, SKp, (1994), Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Endokrin, EGC, Jakarta.
Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, (1995), Patofisiologi, Edisi IV, EGC.
Jakarta.
Tjokronegoro, Arjatmo, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,(1999), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.
Ed. Herman T.H., & Komitsuru. S. 2014. Nanda Internasional Nursing
Diagnosis, Definition and Clasification 2015-2017. EGC. Jakarta.
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedoktera. Jakarta : EGC,
1022