KELOMPOK VII
DISUSUN OLEH:
1. Aprila 2018.C.10a.0958
2. Dantini 2018.C.10a.0963
3. Fitrialiyani 2018.C.10a.0967
4. Melatia Paska 2018.C.10a.0977
5. Sarpika Yena A 2018.C.10a.0985
6. Yuni Elia Kartika 2018.C.10a.0993
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun ada beberapa
halangan yang mengganggu proses pembuatan makalah ini, namun penulis dapat
mengatasinya tentu atas campur tangan Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis berharap makalah ini akan berguna bagi para mahasiswa terutama yang
berada di STIKes Eka Harap materi tentang “ANATOMI FISIOLOGI SISTEM
HEMATOLOGI”
” sehingga diharapkan dengan mempelajari makalah ini mahasiswa maupun
pembaca lainnya untuk mendapatkan tambahan pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis
berharap adanya kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini
pada masa yang akan datang. Akhir kata dari penulis berterimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini
sehingga menjadi bermanfaat bagi kita semua.
1.3 Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau
tenaga medis dapat memahami berkaitan dengan anatomi dan fisiologi sistem
hematologi.
1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam
tindakan praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidakpahaman dalam
anatomi fisiologi dalam sistem hematologi sehingga berpengaruh besar terhadap
kehidupan klien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komposisi dan struktur Darah Manusia
Karakteristik
1.Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan
dan di bawa dalam matriks cairan (plasma).
2.Darah lebih berat dibandingkan dengan air dan lebih ketal. Cairan ini memiliki
rasa dan bau yang khas, serta Ph 7.4 (7.35-7.45).
3. Warna darah bervariasi dan merah terang sampai merah tua kebiruan,
bergantung pada kadar oksigen yang dibawa ke sel darah merah.
4.Volume darah tetap sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata, dan
kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai dengan
ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan edukosa dalam
tubuh. Volume ini juga bervariasi dengan perubahan cairan darah dan
konsentrasi elektrolitnya.
Komposisi
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45%
bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel
darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55%
yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang
disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap
sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan
oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang
yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.
Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal
virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang
tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan
orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.
Susunan Darah. serum darah atau plasma terdiri atas:
1. Air: 91,0%
2. Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
3. Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor,
magnesium dan zat besi, dll)
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :
albumin
bahan pembeku darah
immunoglobin (antibodi)
hormon
berbagai jenis protein
berbagai jenis garam
Struktur sel darah :
1. Air : 91%
2. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen).
3. Mineral :0,9% (Natrium klorida,natrium bikarbonat, garam
posfat, magnesium, kalsium dan zatbesi).
4. Bahan organik :0,1% ( Glukosa, lemak, asam urat, kreatinin
kolesterol dan asam amino). (Dr. Syaifuddin, 1992).
2.2 Fungsi Sel Darah dan Plasma Darah Pada Tubuh Manusia
Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama
dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran
kompleks zat organic dan zat anorganik.
Di dalam plasma darah terlarut berbagai macam zat. Di antara zat-zat
tersebut ada yang masih berguna dan adapula yang tidak berguna. Beberapa zat
tersebut antara lain seperti berikut.
a. Zat makanan dan mineral, antara lain glukosa, gliserin, asam amino, asam
lemak, kolesterol, dan garam mineral.
b. Zat hasil produksi dari sel-sel, antara lain enzim, hormon, dan antibodi.
c. Protein,
Protein dalam plasma darah terdiri atas:
1. antiheofilik berguna mencegah anemia;
2. Tromboplastin berguna dalam proses pembekuan darah;
3. protrombin mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah;
4. fibrinogen mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah;
5. albumin mempunyai peranan penting untuk memelihara tekanan osmotik
darah;
6. gammaglobulin berguna dalam senyawa antibodi.
d. Karbon dioksida, oksigen, dan nitrogen.
Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsure
pokok plasma yang tidak dapat menembus membrane kapilar untuk mencapai sel.
Ada 3 jenis protein plasma:
Albumin adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55-60%. Albumin
disintesiskan dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotic koloid
darah.
Koloid, adalah zat yang berdiameter 1Nm – 100Nm, sedangkan kristaloid
adalah zat yang berdiameter kurang dari 1 Nm. Plasma mengandung koloid dan
kristaloid.
Tekanan osmotic koloid atau tekanan onkotik, ditentukan berdasarkan
jumlah partikel koloid dalam larutan. Tekanan ini merupakan ukuran ‘daya tarik’
plasma terhadap difusi air dan cairan ekstraseluler yang melewati membrane
kapilar.
Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma.
α dan β globulin disintesiskan dihati, dengan fungsi utama sebagai
molekul pembawa lipid, beberapa hormone berguna sebagai substrat, dan zat
penting tubuh lainnya.
Gamma globulin adalah antibody. Ada 5 jenis immunoglobulin yang
diproduksi jaringan limpoid dan berfungsi dalam imunitas.
Fibrinogen membentuk 4% protein plasma, disintesis di hati dan erupakan
komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah.
Plasma juga mengandung nutrient, gas darah, elektrolit, mineral, hormone,
vitamin dan zat-zat sisa.
(1). Nutrien meliputi asam amino, gula dan lipid yang diabsorbsi dari saluran
pencernaan.
(2). Gas Darah meliputi oksigen, karbondioksida dan nitrogen
(3). Elektrolit plasma meliputi ion natrium, kalium,magnesium, klorida, kalsium,
bikarbonat, fosfat dan ion sulfat.
Elemen pembentuk darah meliputi sel darah merah (eritrosit),sel darah putih
(leukosit) dan trombosit.
Eritrosit atau Sel Darah Merah
Karakteristik
Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada
sentralnya dan berdiameter 7,65 µm.
Terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini
elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapilar
(pembuluh darah terkecil).
Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis
pigmen pernafasan yang mengikat oksigen. Fungsi hemoglobin itu sendiri yaitu
jika hemoglobin terpajan oksigen, maka molekul oksigen akan bergabung dengan
rantai alfa dan beta, untuk membentuk oksihemoglobin. Dan hemoglobin
berikatan dengan CO2 dibagian asam amino pada globin. Karbaminohemoglobin
yang terbentuk hanya memakai 20% CO2 yang terkandung dalam darah, 80%
sisanya dibawa dalam bentuk ion bikarbonat.
Fungsi Eritrosit
1. Mentransfer oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan hemoglobin
terhadap oksigen.
2. Mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
3. mengikat karbondioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-
paru.
Leukosit atau Sel Darah Putih
Leukosit dibagi dalam 2 kategori, granulosit dan sel mononuclear
(agranulosit). Dalam darah normal, jumlah total leukosit adalah 5.000 sampai
10.000 sel per mm3. Sekitar 60% diantaranya adalah granulosit dan 40% sel
mononuclear.
Granulosit. Diameter granulosit biasanya sampai tiga kali eritrosit.
Granulosit dibagi dalam tiga sub pengikat warna. Eosinofil, memiliki memiliki
granula berwarna merah terang dalam sitoplasmanya; Basofil, berwarna biru; dan
Netrofil, memiliki granula berwarna ungu pucat.
Leukosit Mononuklear (Agranulosit), adalah sel darah putih dengan inti
satu lobus dan sitoplasmanya bebas granula. Dalam darah orang dewasa normal,
limfosit berjumlah sekitar 30% dan monosit sekitar 5% dalam total leukosit.
Limfosit matang adalah sel kecil dengan sitoplasma sedikit. Diproduksi terutama
oleh nodus limfe dan jaringan limfoid usus, limfa, dan kelenjar timus dari sel
prekursor yang berasal sebagai sel stem sumsum. Monosit adalah leukosit
terbesar. Diproduksi oleh sumsum tulang dan dapat berubah menjadi histiosit
jaringan, termasuk sel kupfer di hati, makrofag peritoneal, makrovag alveolar, dan
komponen lain sistem retikuloendotileal.
2.3 Fungsi Sel Darah dan Plasma Darah Pada Tubuh Manusia
Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama
dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran
kompleks zat organic dan zat anorganik.
Di dalam plasma darah terlarut berbagai macam zat. Di antara zat-zat
tersebut ada yang masih berguna dan adapula yang tidak berguna. Beberapa zat
tersebut antara lain seperti berikut.
a. Zat makanan dan mineral, antara lain glukosa, gliserin, asam amino, asam
lemak, kolesterol, dan garam mineral.
b. Zat hasil produksi dari sel-sel, antara lain enzim, hormon, dan antibodi.
c. Protein,
Protein dalam plasma darah terdiri atas:
1. antiheofilik berguna mencegah anemia;
2. Tromboplastin berguna dalam proses pembekuan darah;
3. protrombin mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah;
4. fibrinogen mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah;
5. albumin mempunyai peranan penting untuk memelihara tekanan osmotik
darah;
6. gammaglobulin berguna dalam senyawa antibodi.
d. Karbon dioksida, oksigen, dan nitrogen.
Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsure
pokok plasma yang tidak dapat menembus membrane kapilar untuk mencapai sel.
Ada 3 jenis protein plasma:
Albumin adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55-60%. Albumin
disintesiskan dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotic
koloid darah.
Koloid, adalah zat yang berdiameter 1Nm – 100Nm, sedangkan
kristaloid adalah zat yang berdiameter kurang dari 1 Nm. Plasma
mengandung koloid dan kristaloid.
Tekanan osmotic koloid atau tekanan onkotik, ditentukan
berdasarkan jumlah partikel koloid dalam larutan. Tekanan ini merupakan
ukuran ‘daya tarik’ plasma terhadap difusi air dan cairan ekstraseluler
yang melewati membrane kapilar.
Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma.
α dan β globulin disintesiskan dihati, dengan fungsi utama sebagai
molekul pembawa lipid, beberapa hormone berguna sebagai substrat, dan
zat penting tubuh lainnya.
Gamma globulin adalah antibody. Ada 5 jenis immunoglobulin yang
diproduksi jaringan limpoid dan berfungsi dalam imunitas.
Fibrinogen membentuk 4% protein plasma, disintesis di hati dan erupakan
komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah.
Plasma juga mengandung nutrient, gas darah, elektrolit, mineral,
hormone, vitamin dan zat-zat sisa.
1. Nutrien meliputi asam amino, gula dan lipid yang diabsorbsi dari saluran
pencernaan.
2. Gas Darah meliputi oksigen, karbondioksida dan nitrogen
3. Elektrolit plasma meliputi ion natrium, kalium,magnesium, klorida,
kalsium, bikarbonat, fosfat dan ion sulfat.
Elemen pembentuk darah meliputi sel darah merah (eritrosit),sel darah putih
(leukosit) dan trombosit.
Eritrosit atau Sel Darah Merah
Karakteristik
Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan
pada sentralnya dan berdiameter 7,65 µm.
Terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini
elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapilar
(pembuluh darah terkecil).
Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis
pigmen pernafasan yang mengikat oksigen. Fungsi hemoglobin itu sendiri yaitu
jika hemoglobin terpajan oksigen, maka molekul oksigen akan bergabung dengan
rantai alfa dan beta, untuk membentuk oksihemoglobin. Dan hemoglobin
berikatan dengan CO2 dibagian asam amino pada globin. Karbaminohemoglobin
yang terbentuk hanya memakai 20% CO2 yang terkandung dalam darah, 80%
sisanya dibawa dalam bentuk ion bikarbonat.
Fungsi Eritrosit
1. Mentransfer oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan hemoglobin terhadap
oksigen.
2. Mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
3. Mengikat karbondioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
Leukosit atau Sel Darah Putih
Leukosit dibagi dalam 2 kategori, granulosit dan sel mononuclear
(agranulosit). Dalam darah normal, jumlah total leukosit adalah 5.000 sampai
10.000 sel per mm3. Sekitar 60% diantaranya adalah granulosit dan 40% sel
mononuclear.
Granulosit. Diameter granulosit biasanya sampai tiga kali eritrosit.
Granulosit dibagi dalam tiga sub pengikat warna. Eosinofil, memiliki memiliki
granula berwarna merah terang dalam sitoplasmanya; Basofil, berwarna biru; dan
Netrofil, memiliki granula berwarna ungu pucat.
Leukosit Mononuklear (Agranulosit), adalah sel darah putih dengan inti
satu lobus dan sitoplasmanya bebas granula. Dalam darah orang dewasa normal,
limfosit berjumlah sekitar 30% dan monosit sekitar 5% dalam total leukosit.
Limfosit matang adalah sel kecil dengan sitoplasma sedikit. Diproduksi terutama
oleh nodus limfe dan jaringan limfoid usus, limfa, dan kelenjar timus dari sel
prekursor yang berasal sebagai sel stem sumsum. Monosit adalah leukosit
terbesar. Diproduksi oleh sumsum tulang dan dapat berubah menjadi histiosit
jaringan, termasuk sel kupfer di hati, makrofag peritoneal, makrovag alveolar, dan
komponen lain sistem retikuloendotileal.
Sel darah merah
Sel darah merah atau yang disebut eritrosit berasal dari bahasa yunani,
yaitu erythros berarti merah dan krytos yang berarti selubung/sel. Sel ini tidak
memiliki intisel, mitokondria, atau ribosom. Sel ini tidak dapat melakukan
mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukan protein. Sel darah merah
mengandung protein hemoglobin yang mengangkut sebagian besar oksigen yang
diambil di paru ke sel-sel diseluruh tubuh. Hemoglobin menempati sebagian besar
ruang intrasel eritrosit. Sel darah matang dikeluarkan dari sum-sum tulang dan
hidup sekitar 120 hari untuk kemudian mengalami disintegrasi dan mati. Sel-sel
darah merah yang mati diganti oleh sel-sel baru yang dihasilkan oleh sumsul
tulang. (Elizabeth J Corwin, 2001)
Anemia
Anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin.
Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darah
merah tetap normal. Tetapi jumlah hemoglobinnya sub normal. Karena
kemampuan darah untuk membawa oksigen berkurang. Maka individu akan
terlihat pucat atau kurang tenaga.
Kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan karena hilangnya
darah yang terlalu cepat atau produksi sel darah merah yang terlalu lambat atau
dapat disebut dengan kekurangan hemoglobin (Hb). Hb adalah protein dalam sel
darah merah, yang mengantar oksigen dari paru ke bagian tubuh yang lain.
Anemia menyebabkan kelelahan, sesak napas dan kepusingan.Orang
dengan anemia merasa badannya kurang enak dibandingkan orang dengan tingkat
Hb yang wajar.Mereka merasa lebih sulit untuk bekerja.Artinya mutu hidupnya
lebih rendah.
Anemia didefinisikan oleh tingkat Hb. Sebagian besar dokter sepakat bahwa
tingkat Hb di bawah 6,5 menunjukkan anemia yang gawat. Tingkat Hb yang
normal adalah sedikitnya 12 untuk perempuan dan 14 untuk laki-laki.
Secara keseluruhan, perempuan mempunyai tingkat Hb yang lebih rendah
dibandingkan laki-laki.Begitu juga dengan orang yang sangat tua atau sangat
muda.
a. Penyebab umum dari anemia:
Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Pecah pembuluh darah
Kronik (menahun)
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kanker atau polip di saluran pencernaan
Tumor ginjal atau kandung kemih
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Kekurangan zat besi
Kekurangan vitamin B12
Kekurangan asam folat
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Pembesaran limpa
Kerusakan mekanik pada sel darah merah
Reaksi autoimun terhadap sel darah merah:
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
Penyakit sel sabit
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin S-C
Penyakit hemoglobin E
Thalasemia
b. Gejala
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi
kebutuhan ini, bervariasi.Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan,
kurang tenaga dan kepala terasa melayang.Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung.
c. Diagnosa
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Persentase
sel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin
dalam suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan
bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC/complete blood count).
d. Macam-macam anemia
1.Anemia Hemoragis
Anemia akibat kehilangan darah secara berlebihan. Secara normal cairan
plasma yg hilang akan diganti dalam waktu 1-3 hari namun dengan konsentrasi sel
darah merah yang tetap rendah. Sel darah merah akan kembali normal dalam
waktu 3-6 minggu.
2. Anemia Aplastika
Sumsum tulang yang tidak berfungsi sehingga produksi sel darah merah
terhambat.Dapat dikarenakan oleh radiasi sinar gamma (bom atom), sinar X yang
berlebihan, bahan2 kimia tertentu, obat2an atau pada orang2 dengan keganasan.
3.Anemia Megaloblasitik
Vitamin B12, asam folat dan faktor intrinsik(terdapat pd mukosa lambung)
merupakan faktor2 yang berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah. Bila
salah satu faktor di atas tidak ada maka produksi eritroblas dalam sumsum tulang
akan bermasalah. Akibatnya sel darah tumbuh terlampau besar dengan bentuk
yang aneh, memiliki membran yg rapuh dan mudah pecah..ciri2 ini disebut sebagai
Megaloblas.
Dapat terjadi pada:
1. Atropi mukosa lambung (faktor intrinsik terganggu)
2. Gastrektomi total (hilangnya faktor intrinsik)
3. Sariawan usus (absorbsi asam folat dan B12 berkurang
4. Anemia Hemolitik
Sel darah merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya sel dan masa
hidup yg pendek (biasanya ada faktor keturunan)
Contoh :
1.Sferositosis, sel darah merah kecil, bentuk sferis, tidak mempunyai struktur
bikonkaf yg elastis (mudah sobek)
2. Anemia sel sabit, 0,3-10 % orang hitam di Afrika Barat dan Amerika sel 2nya
mengandung tipe Hb yg abnormal (HbS), bila terpapar dengan O2 kadar rendah
maka Hb akan mengendap menjadi kristal2 panjang di dalam sel darah merah..
sehingga sel darah merah menjadi lebih panjang dan berbentuk mirip seperti bulan
sabit. Endapan Hb merusak membran sel. Tekanan O 2 jaringan yg rendah
menghasilkan bentuk sabit dan mudah sobek.Penurunan tekanan O2 lebih lanjut
membentuk sel darah semakin sabit dan penghancuran sel darah merah meningkat
hebat.
3. Eritroblastosis Fetalis, Ibu dengan Rh(-) yang memiliki janin Rh(+).. pada
saat kehamilah pertama.. setelah ibu terpapar darah janin.. maka ibu secara
otomatis akan membentuk anti bodi terhadap Rh(+), sehingga pada kehamilan
yang ke dua anti Rh ibu akan menghancurkan darah bayi, dan bayi akan
mengalami anemia yg hebat hingga meninggal.
4. Hemolisis karena malaria atau reaksi dg obat2an
5. Nutrional Anemia
Anemia defisiensi besi (Fe)
Anemia defisiensi asam folat
(akibat kekurangan asupan atau gangguan absorbsi GI track)
6. Anemia Pernisiosa
Vitamin B12 penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam penggandaan
dan pematangan sel. Faktor intrinsik berikatan dengan B12 sebagai transport
khusus absorbsi B12 dari usus. Anemia pernisiosa bukan karena kekurangan
Intake B12 melainkan karena defisiensi faktor intrinsik yg mengakibatkan
absorbsi B12 terganggu.
7. Renal Anemia
Terjadi karena sekresi eritropoietin dari ginjal berkurang akibat penyakit ginjal.
Polisitemia
Adalah peningkatan sel darah merah dalam sirkulasi, yang mengakibatkan
peningkatan viskositas dan volume darah. Aliran darah yang mengalir melalui
pembuluh darahterhalang dan aliran kapilat dapat tertutup.
1. Polisitemia kompensatori (sekunder)
Dapat terjadi akibat hipoksia ( kekurangan oksigen ) karena hal berikut ini:
a. Kediaman permanen di dataran tinggi
b. Aktifitas fisik berkepanjangan
c. Penyakit paru atau jantung
2. Polisitemia Vera
Adalah gangguan pada sistem tulang ( Ethel Sloane, 2003)
Makrofag
Makrofag adalah sel darah putih besar yang merupakan bagian penting dari
sistem kekebalan tubuh kita. Kata makrofag secara harfiah berarti ‘pemakan
besar. “Ini adalah organisme seperti amoeba, dan tugasnya adalah untuk
membersihkan tubuh kita dari puing-puing mikroskopis dan penyerang. Makrofag
memiliki kemampuan untuk mencari dan ‘makan’ partikel seperti bakteri, virus,
jamur, dan parasit.
Makrofag yang lahir dari sel-sel darah putih yang disebut monosit, yang
diproduksi oleh sel-sel induk dalam sumsum tulang kita. Monosit bergerak
melalui aliran darah, dan ketika mereka meninggalkan darah, mereka tumbuh
menjadi makrofag. Mereka tinggal selama berbulan-bulan, berpatroli sel dan
organ tubuh kita dan menjaga mereka bersih.
Fungsi sebuah makrofag
Makrofag menyelesaikan tugas pembersihan yang sedang berjalan dengan
menelan partikel yang tidak diinginkan dan ‘memakan’ mereka. Seperti
disebutkan sebelumnya, makrofag adalah sel sejenis amuba. Bayangkan sebuah
gumpalan-seperti jelly mengalir bersama, sekitar mangsanya, dan menelannya. Ini
pada dasarnya adalah bagaimana makrofag bekerja. Tapi mari kita lihat lebih
dekat pada proses yang sebenarnya.
Makrofag menggunakan proses yang disebut fagositosis untuk
menghancurkan dan menyingkirkan partikel yang tidak diinginkan dalam tubuh.
Fagositosis secara harfiah berarti sel ‘makan.’ Proses ini bekerja seperti ini:
karena makrofag menelan partikel, kantongnya disebut fagosom terbentuk di
sekitarnya. Kemudian, enzim yang dilepaskan ke fagosom oleh organel dalam
makrofag disebut lisosom. Sama seperti enzim dalam perut kita sendiri dilepaskan
untuk mencerna makanan kita, enzim yang dikeluarkan oleh lisosom mencerna
partikel. Puing-puing yang tersisa, atau apa yang tersisa dari partikel, keluar dari
makrofag yang akan diserap kembali ke dalam tubuh.
Makrofag membersihkan berbagai benda asing yang tidak diinginkan.
Seperti tukang pukul di sebuah klub malam, ini pembela besar menyelesaikan
pekerjaan. Bakteri, virus, jamur, dan parasit adalah beberapa contoh dari penyerbu
yang ditargetkan. Meskipun tubuh kita memiliki hambatan di tempat seperti kulit
kita dan selaput lendir yang terus keluar banyak mikroorganisme ini, mereka
masih bisa masuk ke dalam tubuh kita. Namun, setiap pelaku luar yang tidak bisa
masuk dengan cepat dihadapkan oleh sel-sel pembersihan yang super.
Aspek lain yang menarik dari makrofag adalah kemampuannya untuk
mengetahui mana sel-sel untuk menghancurkan dan mana yang harus
meninggalkan sendirian. Sehat, sel-sel hidup dalam tubuh kita memiliki satu set
tertentu protein pada membran luar mereka. Mereka adalah tanda dasarnya ID
untuk sel-sel kita. Ini adalah bagaimana sistem kekebalan tubuh kita mengenali sel
kita sendiri dibandingkan benda asing.
Meskipun makrofag tidak membedakan antara berbagai jenis bakteri,
virus, atau pihak luar lainnya, mereka mengetahui bahwa partikel-partikel tersebut
tidak termasuk dalam tubuh dengan mendeteksi protein luar yang berbeda.
Makrofag bahkan memiliki kemampuan untuk mendeteksi sinyal yang dikirim
oleh bakteri, yang memungkinkan mereka untuk melakukan perjalanan ke tempat
infeksi. Tapi pekerjaan makrofag tidak berhenti di situ. Setelah virus telah ditelan
dan dicerna, misalnya, makrofag menampilkan protein mengidentifikasi itu virus
tertentu. Sebuah pesan akan dikirim ke seluruh sistem kekebalan tubuh untuk
memanggil untuk produksi antibodi spesifik untuk virus tertentu. Sepasukan sel
tempur kemudian dikirim keluar untuk menghancurkan virus sebelum mereka
dapat melakukan lebih banyak kerusakan. Makrofag bahkan menyerang beberapa
sel kanker.
Selain itu, seperti yang disebutkan sebelumnya, makrofag juga
membersihkan puing-puing sel mati dan ‘sampah lainnya’ yang mungkin
tergeletak di sekitar. Bayangkan penyapu jalan perlahan-lahan bergulir di jalan
Anda. Setiap kotoran atau sampah yang ada di trotoar tersapu dan ‘ditelan’ oleh
truk. Hasilnya adalah jalan bebas dari daun, kotoran, sampah, atau gangguan
lainnya. Kita bisa membayangkan makrofag dengan cara yang sama ketika
membersihkan puing-puing sel.
Inflamasi
Radang atau inflamasi adalah reaksi jaringan hidup terhadap semua bentuk
jejas yang berupa reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan,
zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan interstitial pada
daerah cedera atau nekrosis (Robbins & Kumar, 1994). Tujuan inflamasi yaitu
untuk memperbaiki jaringan yang rusak serta mempertahankan diri terhadap
infeksi (Soesatyo, 2002). Tanda-tanda inflamasi adalah berupa kemeraham
(rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor) (Soesatyo, 2002), dan
function laesa (Chandrasoma dan Tailor, 1995).
Secara garis besar proses inflamasi dibagi menjadi 2 tahap :
a. Inflamasi akut
Inflamasi akut adalah inflamasi yang terjadi segera setelah adanya rangsang
iritan. Pada tahap ini terjadi pelepasan plasma dan komponen seluler darah ke
dalam ruang-ruang jaringan ekstraseluler. Termasuk didalamnya granulosit
neutrofil yang melakukan pelahapan (fagositosis) untuk membersihkan debris
jaringan dan mikroba (Soesatyo, 2002).
b. Inflamasi kronis
Inflamasi kronis terjadi jika respon inflamasi tidak berhasil memperbaiki
seluruh jaringan yang rusak kembali ke keadaan aslinya atau jika perbaikan tidak
dapat dilakukan sempurna (Ward, 1985).
2.6 Imunitas dan Alergi
Imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi
dan membunuh patogen serta sel tumor.
Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing
parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari
sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar
dapat menginfeksi organisme.
Untuk selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah berevolusi
yang menetralisir patogen.
Bahkan organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim
yang melindungi terhadap infeksi virus.
Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariot kuno dan tetap pada
keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga. Mekanisme
tersebut termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin, fagositosis,
dan sistem komplemen.
Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif baru-baru
ini, dengan adanya evolusi vertebrata.
Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ
tubuh dan jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin.
Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata
mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus secara lebih efektif.
Proses adaptasi membuat memori imunologikal dan membuat perlindungan
yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan dengan patogen tersebut.
Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh
juga berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan
penyakit.
Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada
biasanya, menyebabkan munculnya infeksi.
Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe
combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi,
seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh
retrovirus HIV.
Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang
jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing.
Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes
melitus tipe 1 dan lupus erythematosus.
Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian
dari penelitian.
ALERGI
Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak tepat dan kerap kali
membahayakan terhadap subtansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi
merupakan manifestasi cidera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen
dan antibody. Kalau tubuh diinvasi oleh antigen yang biasanya berupa protein
yang dikenal tubuh sebagai benda asing, maka akan terjadi serangkaian peristiwa
dengan tujuan untuk membuat penginvasi tersebut tidak berbahaya,
menghancurkannyaa kemudian membebaskan tubuh darinya. Kalau limfosit
bereaksi terhadap antigen, kerapkali antibody dihasilkan. Reaksi alergi umum
akan terjadi ketika sistem imun pada seseorang yang rentan bereaksi secara agresif
terhadap suatu subtansi yang normalnya tidak berbahaya (mis., debu, tepung sari
gulma). Produksi mediator kimia pada reaksi alergi dapat menimbulkan gejala
yang berkisar dari gejala yang ringan hingga gejala yang dapat membawa hingga
kematian.
Sistem imun tersusun dari banyak sel serta organ dan subtansi yang
disekresikan oleh sel-sel organ ini. Pelbagai bagian dari sistem imun ini harus
bekerjasama untuk memastikan pertahanan yang memadai terhadap para
penginvasi (yaitu virus, bakteri, subtansi asing lainnya) tanpa menghancurkan
jaringan tubuh sendiri lewat reaksi yang terlampau agresif.
2.7 Golongan Darah
Sebelum lahir, molekul protein yang di tentukan secara genetic disebut
antigen muncul di permukaan sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B
bereksi dengan antibody pasanagnnya, yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8
bulan setelah lahir.
a. Karena reaksi antigen –antibodi menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) sel
darah merah, maka atigen disebut aglutinogen dan antibody pasangannya disebut
aglutinin.
b. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A maupun tipe B, atau hanya
mewarisi salah satunya atau bahkan keduanya sekaligus.
Klasifikasi Golongan Darah ABO ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya
aglutinogen (antigen tipe A dan B) yang ditemukan pada permukaan eritrosit dan
agglutinin (antibody), anti A dan anti B yang ditemukan dalam plasma darah.
a. Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan agglutinin tipe B.
b. Darah golongan B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin tipe A.
c. Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B, tetapi tidak
mengandung agglutinin tipe A dan tipe B.
d. darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung agglutinin
anti A dan anti B.
Penggolongan darah penting dilakukan sebelum transfuse darah karena campura
darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah.
a. Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah ABO, dua tetes darah yang
terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan darahnya di letakkan pada
sebuah slide mikroskop.
b. Setetes serum yang mengandung agglutinin anti A (dari darah golongan B) di
teteskan pada salah satu tetes darah, sedangkan setetes serum yang mengandung
agglutinin anti B (dari darah golongan A) diteteskan pada tetes darah lainnya.
(1.) Jika serum anti A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)
(2.) Jika serum anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki
aglutinogen tipe B (golongan darah B).
(3.) Jika kedua serum anti A dan anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut
memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB).
(4.) Jika kedua serum anti A dan anti B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka
individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).
c. Transfuse darah
(1.) Saat transfuse darah diberikan, plasma donor akan diencerkan oleh plasma
recipient, sehingga agglutinin donor tidak dapat menyebabkan aglutinasi.
(2.) walaupun demikian, aglutinogen pada sel donor penting untuk transfuse jika
golongan darah donor berbeda dengan golongan darah resipien, maka agglutinin
dalam plasma resipien akan mengaglutinasi sel darah merah asing donor.
(3.) Reaksi transfuse disebabkan oleh aglutinasi sel darah merah donor.
a. Aliran darah dalam pembuluh kecil terhalang oleh gumpalan darah sel.
b. Hemolisis (ruptur) sel darah merah menyebabkan terlepasnya hemoglobin
kedalam aliran darah.
c. Hemoglobin yang terbawa ke tubulus ginjal mengendap, menutup tubulus dan
mengakibatkan ginjal tidak berfungsi.
(4.) Pencocokan silang pada golongan darah resipien dan donor dilakukan sebelum
pemberian transfuse untuk memastikan kecocokan darah.
(5.) Konsep donor universal dan resipien universal
a. Donor universal darah golongan O tidak memiliki aglutinogen untuk di aglutinasi
sehingga dapat diberikan pada resipien manapun, asalkan volume transfusinya
sedikit.
b. Resipien universal individu dengan golongan darah AB tidak memiliki
agglutinin dalam plasmanya sehingga dapat menerima eritrosit donor apapun.
System Rh adalah kelompok antigen lain dalam tubuh manusia. System ini
ditemukan dan diberi nama berdasarkan rhesus monyet. Antigen RhD dalah
antigen terpenting dalam reaksi imunitas tubuh.
a. Jika factor RhD ditemukan, individu yang memilikinya disebuh Rh positif. Jika
factor tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh negative. Individu
dengan Rh positif lebih banyak dibandingkan dengan yang ber Rh negative.
b. sistem ini berbeda dengan golongan ABO dimana individu ber Rh negative
tidak memiliki agglutinin anti Rh dalam plasmanya.
c. Jika seseorang dengan Rh negative diberikan darah ber Rh positif maka
agglutinin anti Rh akan di produksi walaupun transfuse awal biasanya tidak
membahayakan, pemberian darah Rh positif selanjutnya akan mengakibatkan
aglutinasi sel darah merah donor.
d. Eritroblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada bayi baru lahir, dapat terjadi
setelah kehamilan pertama ibu ber Rh negative dengan janin ber Rh negative.
(1.) Pada saat lahir ibu akan terpapar beberapa antigen Rh positif janin sehingga ibu
akan membentuk antibody untuk menolak antigen tersebut.
(2.) Jika antibody lawan factor Rh telah diproduksi ibu maka pada kehamilan
selanjutnya, antibody tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah janin
dan menyebabkan hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang mengalaminya akan
terlahir dengan anemia.
(3.) Pencegahan. Jika ibu ber Rh negative mendapat injeksi antibody berlawanan
dengan factor Rh positif dalam waktu 72 jam setelah melahirkan, keguguran, atau
setelah abortus janin ber Rh positif maka antigen tidak akan terakfasi. Ibu tidak
akan memproduksi antibody lawannya.
2.8 Hemostatis dan Pembekuan Darah
Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya
atau robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium
yang melapisi pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan
darah (koagulasi ) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta
protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan
bekuan.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang
cedera sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian
hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama:
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka.
Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan
diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada
tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada
pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen,
trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat hemostatik ataupun
trombos.
2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga
terbentuk sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin.
Mekanisme homeostatis dan pembekuan darah melibatkan suatu rangkaian proses
yang tepat.
1. Vasokontriksi. Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang rusak
melepas serotonin dan tromboksan A2 (prostaglandin) yang menyebabkan otot
polos dinding pembuluh darah berkintriksi hal ini pada awalnya akan mengurangi
darah yang hilang.
2. Plug trombosit
a. Trombosit membengkak menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen
dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk plug trombosit.
b. Trombosit melepas ADP untuk mengaktivasi lain sehingga melibatkan agregasi
trombosit untuk memperkuat plug.
(1.) Jika kerusakan pembuluh darah sedikit, maka plug trombosit mampu
menghentikan pendarahan.
(2.) Jika kerusakannya besar, maka plug trombosit dapat mengurangi pendarahan,
sampai proses pembekuan terbentuk.
3. Pembentukkan pembekuan darah
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar Fisiologi Kedokteran, Arthur C. Guyton, MD, dan John E. Hall, PhD
edisi 11.
JURNAL PENELITIAN HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI
DENGAN MALARIA
Disusun Oleh :
M. HARIS ABIDIN
PRINGSEWU – LAMPUNG
2015/2016
ABSTRAK
Salah satu penyakit menular yang menjadi masalah global dalam bidang
juta orang setiap tahunnya dan bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 1
juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup di
daerah endemis malaria. Di Indonesia pada tahun 2014 angka kejadian kasus
yaitu sebesar 0,51 perseribu penduduk, sedangkan angka klinis malaria sebesar
penelitian adalah Cross Sectional Study. Populasi adalah penderita malaria dalam
6 bulan terakhir pada tahun 2014 yang tercatat di ruang Alamanda Rumah Sakit
dengan keberhasilan pengobatan yaitu biaya penunjang dengan nilai p = 0,02, dan
tahu sebesar 76% dan fasilitas kesehatan yang dikategorikan memadai sebesar
68%.
setempat agar pada wilayah yang jauh dari sarana kesehatan dan di daerah yang
jalur transportasi tidak lancar ditambahkan sarana kesehatan. Selain itu untuk
memiliki kepatuhan yang tinggi dalam meminum obat. Di samping itu, agar
ABSTRACT
malarian ailment. This disease groan at least 350-500 million people every year
and hold responsible to death of about 1 million people every year. Estimated still
about 3,2 people milliard live in area of endemis malaria. In Indonesia on the year
2014 number of occurence of Malaria case show the compared to same tendency
in the year 2013 that is equal to 0,51 thousandth of resident, while number of
compliance take medicine and also picture of facility of health and knowledge of
health worker with the efficacy of malaria medication. Research method is Cross
Sectional Study. Population is malaria patient in last 6 month in the year 2015
noted in room Alamanda Rumah Sakit Umum Daerah H.Abdul Moelok Lampung
medication efficacy that is supporter expense with the value p = 0,02, and
cake of equal to 76% and health facility categorized adequate equal to 68%.
so that region which is far from health medium and in area which transportation
band is not fluent enhanced by a health medium. Others to support the medication
efficacy needed by a family support so that patient own the high compliance in
health medium which do not own the laboratory of so that performed by training
A. Pendahuluan
Salah satu penyakit menular yang menjadi masalah global dalam bidang
upaya telah dilakukan, hingga tahun 2005 Malaria masih menjadi masalah
sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar
kecenderungan yang sama dibandingkan pada tahun 2004 yaitu sebesar 0,51
Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, adalah sebesar 2%. Jumlah Kabupaten
endemis di Indonesia adalah 424 Kabupaten Dari 576 Kabupaten yang ada,
Plasmodium knowlesi.
sekitar 350-500 juta orang terinfeksi dan lebih dari 1 juta kematian setiap
langkah yang penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam
1. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan
kelambu berinsektisida.
menyebar.
7. Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang
nyamuk.
8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang
abate) pada genangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops)
pemakan jentik.
10. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa
1. Daun meniran
Cara pembuatan :
2. Daun Pepaya
Cara pembuatan :
- Ambil daun pepaya agak muda dan masih segar sebanyak setengah
gelas minum
Lokasi Penelitian
yang terletak di kota Bandar Lampung dengan Status Rawat Inap, yang
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah penderita malaria yang
tercatat dan dilaporkan di ruang Alamanda dari bulan Maret – April tahun
Jenis Variabel
dan biaya obat (jika pasien menderita komplikasi penyakit lain selain
yang diberikan, tidak patuh bila tidak sama dengan kriteria patuh.
3. Fasilitas kesehatan Adalah adanya alat bantu untuk mendiagnosa dan
Analisis data
melalui uji Chi Square. Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol (H0).
C. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Penderita Malaria
Berdasarkan hasil penelitian dari 12 responden , pada umumnya
pengobatan malaria.
Tabel 1
Variabel n %
Biaya Penunjang : 10 83,3
Ada 2 16,6
Tidak Ada
Jumlah 12 100
Kepatuhan Minum Obat : 12 100
Patuh 0 0
Tidak Patuh
Jumlah 12 100
Pengetahuan Petugas Kesehatan : 19 76
Tahu 6 24
Tidak Tahu
Jumlah 25 100
Keberhasilan Pengobatan Malaria : 12 100
Berhasil 0 0
Tidak Berhasil
Jumlah 12 100
Ini dapat dilihat dari tingkat persentasenya yaitu sebesar 83,3 % yang
berarti rumah sakit tetap menjadi pilhan utama dalam pemilihan tempat
yang intensif dengn rawat inap yang tentu harus mengeluarkan biaya lebih
untuk itu (biaya transportasi dan biaya makan) walaupun biaya penunjang
12 orang atau 100% responden yang patuh minum obat selama menderita
malaria. Ini berarti sebagian responden sadar bahwa jika mereka patuh
wilayah Rumah Sakit Abdul Moelok sembuh dibawah atau sama dengan 3
3. Pembahasan
lagi dengan biaya rawat inap (biaya makan) jika penderita memang harus
melaporkan bahwa akses ke rumah sakit baik bagi mereka yang tinggal
dalam jarak sampai puluhan kilometer dari rumah sakit . Hasil penelitian
penunjang untuk berobat ke rumah sakit dan sembuh di bawah atau 3 hari
sebanyak 83,3 %. Responden yang memiliki biaya penunjang untuk
berobat ke rumah sakit dan sembuh lebih dari 3 hari sebanyak 100%.
sakit dan sembuh di bawah atau 3 hari sebanyak 16,6 %. Berdasarkan data
temukan bahwa responden yang patuh minum obat dan sembuh di bawah
mayoritas pada responden yang tidak patuh minum obat. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martha (2003) dengan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui dan mampu diingat oleh setiap
76%. Pengetahuan petugas yang cukup tentunya dapat menjadi salah satu
yaitu sebesar 24%. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh
Daftar Pustaka
Rineka Cipta.
HEMATOLOGI I
Oleh :
Nama : Anjar Sari
NIM : B1A016123
Rombongan :V
Kelompok :5
Asisten : Dini Darmawati
1.2 Tujuan
2.1 Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan Hayem,
larutan Turk, larutan 0,1 N HCl, larutan EDTA, dan hewan coba yaitu ikan
nilem (Osteochilus vittatus), ikan gurami (Osphronemus goramy), mencit
(Mus musculus), ayam (Gallus gallus domesticus), dan ikan nila
(Oreochromis niloticus).
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah haemometer,
haemositometer, tabung sahli, hematocyt reader, pipet kapiler, mikroskop,
object glass, cover glass, spuit, dan hand counter.
1.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Perhitungan kelompok 5:
∑E = 5000 x E
= 5000 x 226
= 1.130.000 sel/mm3
∑L = 25 x L
= 25 x 184
= 4.600 sel/mm3
3.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan Hematologi I kelompok 5 pada ikan gurami
menunjukan jumlah sel darah merah (eritrosit) ikan tersebut adalah 1.130.000
sel/mm3, jumlah sel darah putihnya (leukosit) 4.600 sel/mm3, kadar
hemoglobin (Hb) 3.5 gr/dL, dan nilai hematokritnya yaitu 7%. Menurut
referensi, jumlah sel eritrosit pada tiap-tiap spesies berbeda satu sama lain.
Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Kadar eritrosit ikan
normal berkisar 50.000 – 3.000.000 sel/mm 3. Leukosit ikan berinti dan
berwarna merah muda (Lagler, 1997). Berarti kadar eritrosit ikan pada
percobaan sudah sesuai dengan referensi.
Menurut Ramesh & Saravanan (1992), mengenai kadar Hb pada ikan
sebesar 5,05 – 8,33 gr/dL, sedangkan pada percobaan nilainya hanya 3.5
gr/dL, tidak sesuai dengan referensi. Perbedaan data hasil pengamatan yang
diperoleh disebabkan karena beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya
pengamatan perhitungan melalui mikroskop, cara membuat sampel, cara
mengambil darah, dan lamanya pengamatan.
Jumlah leukosit ikan sebanyak 20.000-150.000 sel/mm3 (Moyle &
Cech, 2001). Hasil percobaan tidak sesuai dengan referensi (Bevelander &
Judith, 1979) karena perhitungan leukosit pengamatan hanya 4.600 sel/mm3,
sangat berbeda jauh. Hal ini dapat terjadi karena dari kondisi kesehatan ikan
nilem yang digunakan saat praktikum sedang tidak sehat karena terkena
jamur. Besarnya jumlah leukosit selalu dipengaruhi oleh jumlah eritrosit,
dimana jumlah leukosit selalu lebih rendah daripada jumlah eritosit
(Bevelander & Judith, 1979). Penurunan kadar leukosit menyebabkan hewan
menjadi stress (Ramesh et al., 2008). Kadar leukosit yang tinggi disebabkan
karena adanya gangguan yang masuk kedalam tubuh atau adanya peradangan
(imflamation) (Pearce, 1989).
Nilai hematokrit ikan-ikan secara umum berkisar antara 20-30% dan
untuk beberapa spesies laut bernilai sekitar 42% (Bond, 1979). Hematokrit
dibawah 30% menunjukan defisiensi eritrosit. Berarti hasil pengamatan tidak
sesuai dengan pustaka. Ini dapat disebabkan karena cara pengambilan darah
yang salah, ikan sedang sakit atau stress.
Hematology berasal dari bahasa romawi hemat yang memiliki arti
darah yang berarti darah dan ology yang memiliki arti belajar atau
mempelajari. Hematology adalah ilmu yang mempelajari aspek anatomi,
fisiologi dan patologi darah. Komponen darah terdiri plasma dan unsur-unsur
pembentuk darah yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit (Nurcholis et
al., 2013).
Cara pengambilan darah pada hewan uji dilakukan melalui titik
tertentu yaitu (Dukes, 1995):
1. Darah mencit diambil dengan cara memotong ekornya dan mengambil
sampel darah melalui ekornya.
2. Darah ikan diambil langsung menuju jantung (cor) dengan menggunakan
jarum suntik.
3. Darah pada ayam diambil melalui vena jugularis yang terdapat di bagian
sayap.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Hematologi I antara
lain:
1. Darah hewan uji (ayam, ikan, dan mencit)
2. Larutan Turk digunakan untuk mengencerkan leukosit
3. Larutan Hayem digunakan untuk mengencerkan eritrosit
4. Larutan HCl untuk menimbulkan reaksi dan menghasilkan warna senyawa
hernatin asam yang berwarna coklat pekat pada hemoglobin
5. Akuades digunakan sebagai pengencer
6. Larutan EDTA digunakan untuk mengencerkan darah yang menggumpal
(Hoffbrand, 1987).
Darah merupakan jaringan sirkulasi utama yang terdiri dari sel-sel
yang tersuspensasi dalam cairan substansi interseluler (plasma) dengan fungsi
utama yaitu mempertahankan homeostastis (Etim et al., 2014). Komponen
hematologi terdiri dari sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih
atau leukosit, dan hemoglobin (Etim et al., 2014). Fungsi utama darah antara
lain sebagai oksigenasi jaringan, gizi jaringan, pemeliharaan keseimbangan
asam – basa, serta pembuangan produk limbah metabolisme dari jaingan
(Nurcholis, 2013).
Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri atas eritrosit (sel darah
merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit yang terendam dalam plasma
darah cair. Darah beredar dalam sistem vaskuler, mengangkut oksigen dari
paru dan nutrien dari saluran cerna ke jaringan lain ke seluruh tubuh. Eritrosit
adalah korpuskel-korpuskel kecil yang memberi warna merah pada darah.
Eritrosit berkembang dalam sumsum tulang sebagai sel sejati. Trombosit
adalah badan kecil tanpa nukleus dan tidak berwarna yang ditemukan dalam
darah semua mamalia. Leukosit merupakan jenis sel darah putih yang
memiliki nukleus dan tidak berwarna dalam keadaan segar. Jumlah leukosit
dalam sirkulasi berkisar antara 5000-9000 per millimeter kubik darah (Bloom
& Fawcett, 1994).
Pengukuran hematologi merupakan pengukuran yang meliputi
pengukuran kadar hemoglobin, perhitungan total eritrosit, perhitungan total
leukosit dan pengukuran hematokrit. Hematokrit adalah istilah yang
menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya di dalam 100
mm3 darah dan dinyatakan dalam persen (%). Nilai Hematrokit adalah suatu
istilah yang artinya prosentase berdasarkan volume dari darah, yang terdiri
dari sel darah merah (Hoffbrand & Pettit, 1987).
Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif.
Eritrosit mamalia tidak berinti dan berbentuk bulat. Eritrosit ikan berinti,
berbentuk elips dan berwarna merah muda. Kadar hemoglobin bervariasi
dengan jumlah sel darah merah yang ada. Secara fisiologis, hemoglobin sangat
penting untuk kehidupan hewan dan sangat menentukan kemampuan kapasitas
pengikatan oksigen oleh darah (Guyton, 1976).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran hematologi antara lain
1. Cara pengambilan darah terhadap hewan uji.
2. Cara membuat bahan pengamatan.
3. Cara menghitung komponen sel darah menggunakan haemocytometer
melalui mikroskop.
IV. KESIMPULAN